UM – Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si bersama jajaran mengunjungi Kel. Sesumpu, Kec. Penajam, Kab. Penajam Paser Utara, Kamis (12/10). Dalam kesempatan tersebut, Prof. Ahsin dan Lurah Sesumpu Amirullah, S.E menandatangani Perjanjian Kerja Sama.
“Universitas Mulia sebagai sebuah perguruan tinggi selain menjalankan fungsi pendidikan dan riset inovatif sesuai Roadmap dan visi misi, juga secara rutin aktif melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, baik dilakukan secara personal oleh dosen, maupun secara melembaga oleh institusi,” tutur Prof. Ahsin.
Rektor terus mendorong agar Universitas Mulia terus mencoba menjadi sebuah menara air untuk mengalirkan hasil-hasil riset inovatif kepada masyarakat dan dunia industri.
“Berupaya untuk tidak menjadi menara gading yang masa bodoh dan tidak memiliki kepekaan terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat,” tuturnya.
Oleh karena itu, salah satu upaya yang dilakukan sesuai program kerja Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) adalah menjadikan satu atau beberapa desa dalam satu kawasan atau wilayah sebagai desa binaan.
“Dengan adanya desa binaan, Kami mengidentifikasi dan memetakan berbagai permasalahan mendasar masyarakat, kemudian memberikan alternatif solusi dari hasil kajian berbagai disiplin ilmu yang ada di Universitas Mulia,” tutur Rektor.
Rektor Prof. Ahsin bersama jajaran berfoto bersama Lurah Sesumpu dan pejabat setempat.Foto: Istimewa
Setelah itu, lanjutnya, Universitas Mulia akan melakukan pembinaan dan pendampingan terintegrasi antar disiplin ilmu secara komprehensif dan berkelanjutan dalam berbagai bentuk kegiatan.
“Bentuk kegiatannya bisa berupa pemberdayaan masyarakat, penguatan sumber daya manusia, penguatan kelembagaan, dan lain sebagainya yang berbasis potensi daerah dan kearifan lokal,” ungkap Prof. Ahsin.
Sesumpu memiliki luas ± 616,72 hektare. Letaknya berada di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Balikpapan, sebelah barat berbatasan dengan Sungai Penajam dan Kelurahan Saloloang/Lawe-Lawe.
Dari Kecamatan Penajam, Sesumpu hanya berjarak ±12,9 km dengan jarak tempuh sekitar 40 menit. Dari Titik Nol IKN Nusantara hanya berjarak ± 61,8 km.
Manurutnya, dipilihnya Sesumpu mengingat menyimpan potensi yang besar dan menjadi penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Kelurahan ini memiliki potensi laut berhadapan langsung dengan Teluk Balikpapan dan Sungai Penajam sehingga sangat banyak ditemukan areal pertambakan ikan dan udang dengan luas mencapai 145 hektare,” tutur pakar di bidang Perikanan dan Kelautan ini.
Ia menambahkan, pada bagian daratan terdapat tanah kering, tanah basah, dan areal perkebunan yang cukup luas. “Di tepi pantai dan sungai ditemukan kawasan hutan mangrove yang mencapai 46 hektare,” ungkapnya.
Penduduknya banyak yang menjadi petambak, nelayan, peternakan, perkebunan, dan petani sawah. Sisanya pegawai negeri sipil, karyawan swasta, montir, pelajar, dan ibu rumah tangga. Suku mayoritas adalah Bugis Makassar, disusul suku Jawa, Banjar, Buton, dan Pasir.
Ia kemudian menceritakan bagaimana perjalanan dari Balikpapan menuju Kel. Sesumpu di PPU.
“Selama perjalanan menuju Sesumpu, Kami membayangkan akan berkunjung ke sebuah kelurahan, bukan sebuah desa terpencil. Namun, bayangan Kami tidak sesuai kenyataan,” tuturnya.
Menurutnya, Sesumpu seperti menyimpan ironi. Di satu sisi menjadi penyangga IKN, di sisi yang lain tidak memiliki infrastruktur yang memadai, akses jalan yang tidak mulus, sulit mendapatkan air bersih dan listrik serta sulit akses komunikasi.
“Pembangunan IKN semestinya menjadi potensi besar yang harus kita ambil dan disiapkan dari sekarang untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat dan bentuk dukungan Kabupaten PPU terhadap kelangsungan IKN,” ujar Prof. Ahsin.
Oleh karena itu, dirinya berharap Sesumpu mampu menjadi bagian penyangga IKN sesuai potensi yang dimilikinya.
“Sesumpu sebaiknya menjadi salah satu kelurahan pemasok pangan, menjadi pemasok ikan dari hasil budidaya tambak dan tangkapan nelayan untuk IKN,” harapnya.
Ia berharap, kelak Sesumpu akan menjadi sentra budi daya kepiting dan ikan dengan memanfaatkan tambak yang cukup luas. “Saat ini belum dikelola secara optimal,” tuturnya.
Jika kajian teknis yang akan dilakukannya telah dinyatakan memenuhi syarat, maka ada baiknya Sesumpu membangun tempat pendaratan ikan (TPI) dan pusat pelelangan ikan (PPI).
“Selain itu, kebutuhan beras dan daging sapi dapat juga dipasok dari hasil padi sawah dan peternakan sapi,” tambahnya.
Lebih lanjut, menurutnya, Sesumpu menyimpan potensi lahan sawah dan tanah kering yang luas. Dengan begitu, kelurahan ini diharapkan bisa menjadi sentra produksi beras dari sawah dan daging sapi dari hasil peternakan rakyat.
“Bahkan, untuk kebutuhan relaksasi khususnya warga IKN dan masyarakat Kalimantan Timur, Kelurahan Sesumpu dapat menjadi salah satu destinasi wisata alam dengan pengembangan kawasan mangrove dan pantai menjadi ekowisata yang menarik dan menyenangkan,” terangnya.
Oleh karena itu, Prof. Ahsin mendorong pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara memberikan perhatian khusus kepada Sesumpu dengan memperkuat sistem pemerintahan, infrastruktur, transportasi, komunikasi, dan sumber daya manusia.
Dirinya berharap gagasan ini menjadi pemantik bagi pihak-pihak terkait untuk duduk bersama mendiskusikan, merencanakan, dan menyusun program-program prioritas agar Kelurahan Sesumpu kelak dapat menjadi salah satu kelurahan penyangga utama IKN.
“Mari, seluruh sivitas akademika Universitas Mulia siap berperan serta dan berkolaborasi mewujudkan impian tersebut. Amiin Allahumma Aamiin.” pungkasnya.
(SA/Puskomjar)