Balikpapan, 31 Oktober 2025 — Universitas Mulia melaksanakan program pendampingan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kelurahan Gunung Sari Ulu sebagai bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Program ini berfokus pada penguatan literasi digital dan strategi pemasaran berbasis teknologi untuk memperluas jangkauan usaha lokal.

Kegiatan bertema “Kreatif, Kolaboratif, dan Kompetitif: Kunci UMKM Naik Kelas” ini dirancang untuk membantu pelaku usaha memahami cara memanfaatkan media digital dalam memperkenalkan produk dan memperluas pasar. Tim dosen yang terlibat terdiri dari Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., Wury Damayantie, S.Farm., M.Farm., dan Muhammad Safi’i, S.Kom., M.Kom. Mereka bekerja bersama mahasiswa dalam proses pendampingan, sehingga kegiatan ini juga menjadi ruang penerapan pembelajaran berbasis proyek di luar kelas.

Para narasumber, Lurah Gunung Sari Ulu, Babinkamtibmas, Babinsa, dan perangkat kelurahan berpose bersama peserta pelatihan dengan gaya simbol “UM, Mulia, dan Jaya” sebagai penanda semangat kolaborasi.

Dalam sesi pelatihan, Dr. Linda menjelaskan bahwa sebagian besar usaha kecil gagal bertahan melewati lima tahun pertama bukan karena kurang modal, melainkan karena pelaku usaha belum memahami arah pasar dan perubahan perilaku konsumen. Ia mengajak peserta untuk memulai strategi dari fondasi yang sederhana namun penting: mengenali produk, memahami konsumen, dan menyesuaikan cara komunikasi melalui media digital.

Peserta berlatih membuat video promosi, mengelola akun media sosial, serta menata etalase daring di marketplace dengan pendekatan visual yang lebih terarah. Metode praktik ini memungkinkan pelaku usaha mengamati langsung hasil dari strategi yang diterapkan dan menyesuaikannya dengan karakter produk masing-masing.

Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., mengambil swafoto di tengah suasana praktik peserta, saat sesi pembuatan konten promosi digital berlangsung.

Dosen dari bidang farmasi dan informatika turut memberikan materi pendukung berupa digitalisasi pencatatan keuangan dan sistem pembayaran daring. Langkah ini dimaksudkan agar pelaku usaha memiliki catatan transaksi yang rapi dan siap digunakan sebagai dasar perencanaan atau pengajuan modal usaha.

Melalui kegiatan ini, Universitas Mulia menautkan hasil pembelajaran dan penelitian kampus dengan kebutuhan riil masyarakat. Pendekatan lintas bidang yang diterapkan memungkinkan proses akademik berjalan berdampingan dengan pemberdayaan sosial. Model seperti ini digunakan Universitas Mulia untuk menguji efektivitas pembelajaran berbasis praktik sekaligus menilai dampaknya terhadap masyarakat.

Mahasiswa yang terlibat berperan mendampingi peserta dalam tahap-tahap penerapan teknologi digital, seperti pengaturan konten promosi, analisis unggahan, dan evaluasi jangkauan media. Dengan cara ini, proses belajar mahasiswa menjadi relevan dengan kondisi nyata di lapangan, sementara pelaku UMKM memperoleh dukungan teknis yang sesuai dengan kebutuhan usaha mereka.

Dalam penyampaian materinya, Dr. Linda menyisipkan refleksi singkat yang memantik semangat peserta untuk terus bergerak maju.

“Bukan di mana kita berdiri, tapi ke arah mana kita menuju,” ujarnya.

Dr. Linda, yang merupakan peraih sejumlah beasiswa unggulan nasional — termasuk BUDI-DN LPDP dan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) — menutup sesinya dengan pesan reflektif:

“Bisnis akan selalu mengajarimu dua hal: kegagalannya memberi pelajaran hidup, keberhasilannya memberi kebahagiaan hidup.”

Lurah Gunung Sari Ulu menyampaikan sambutan pada pembukaan pelatihan pendampingan digital bagi pelaku UMKM, menekankan pentingnya adaptasi teknologi dalam pengembangan usaha lokal.

Ia juga menegaskan makna berproses dalam berwirausaha:

“Bisnis tidak hanya tentang laba, tetapi juga tentang kemampuan untuk belajar dan beradaptasi.”

Kegiatan ini memperlihatkan bagaimana Universitas Mulia menempatkan kerja akademik sebagai sarana penguatan kapasitas masyarakat. Melalui pendampingan yang berbasis pengetahuan dan praktik lapangan, kampus ini terus membangun hubungan yang produktif antara ilmu pengetahuan dan kebutuhan sosial di wilayahnya. (YMN)

Balikpapan, 30 Oktober 2025 — Tiga dosen Universitas Mulia turun langsung mendampingi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kelurahan Gunung Sari Ulu untuk memperkuat kemampuan mereka dalam pemasaran digital. Sekitar lima puluh pelaku usaha mengikuti pelatihan yang dikemas interaktif, memadukan praktik langsung dengan pendampingan mahasiswa di lapangan.

Kegiatan ini menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat yang melibatkan dosen lintas disiplin: Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., Wury Damayantie, S.Farm., M.Farm., dan Muhammad Safi’i, S.Kom., M.Kom. Ketiganya berperan membantu pelaku usaha memahami strategi pemasaran berbasis teknologi, sekaligus memberi pendampingan dalam mengelola media sosial, marketplace, dan konten promosi produk.

Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd. saat menyampaikan materi kepada peserta pelatihan pelaku UMKM di Kelurahan Gunung Sari Ulu, Rabu (29/10

Menurut Dr. Linda Fauziyah Ariyani, sebagian besar pelaku UMKM di Gunung Sari Ulu belum memiliki bekal pengelolaan usaha yang memadai dan masih terbatas dalam penggunaan teknologi.

“Sebagian besar pelaku UMKM belum mengoptimalkan teknologi digital dalam kegiatan usahanya. Mereka perlu dibekali dengan wawasan dan keterampilan terkait pengelolaan usaha di era digital,” jelasnya.

Dari hasil pendampingan, hampir seluruh peserta sebenarnya telah memiliki akun media sosial, namun pemanfaatannya masih sebatas untuk hiburan. Melalui pelatihan ini, peserta belajar menjadikan media sosial sebagai alat pengembangan usaha — mulai dari membangun citra produk, membuat konten video marketing, hingga memahami algoritma promosi di marketplace, Instagram, dan TikTok.

Para peserta menilai pelatihan kali ini berbeda dari kegiatan serupa sebelumnya karena disajikan dengan praktik langsung dan disertai kisah-kisah inspiratif yang membuat suasana belajar lebih hidup.

Pelatihan juga menekankan pendekatan praktis melalui Value Proposition Canvas, sebuah metode yang membantu peserta mengenali kebutuhan konsumen dan menilai keunggulan produk mereka.

“Peserta belajar mengenali masalah konsumen dan menjawabnya melalui inovasi produk, varian, kemasan, layanan, bahkan cara pemasaran. Model ini membuat mereka lebih mudah memahami posisi dan potensi usahanya,” ujar Dr. Linda.

Selama pelatihan, tim dosen menemukan beragam potensi lokal yang dapat dikembangkan lebih jauh melalui strategi digital.

Wury Damayantie, S.Farm., M.Farm. memaparkan strategi branding produk dan pentingnya kemasan menarik bagi pelaku UMKM.

“Ada produk kriya seperti buket bunga dan berbagai jenis makanan yang jika direbranding akan jauh lebih menarik. Lebih dari sepuluh pelaku usaha berhasil membangun mereknya selama pelatihan. Bahkan ada peserta berusia 72 tahun yang masih bersemangat belajar promosi digital,” tambahnya.

Dalam kegiatan ini, mahasiswa Universitas Mulia berperan aktif membantu peserta membuat akun media sosial dan melatih mereka menggunakan platform digital untuk memasarkan produk.

“Mahasiswa sangat senang dilibatkan dalam kegiatan ini. Mereka belajar langsung bagaimana menerapkan teori komunikasi digital untuk membantu masyarakat,” tutur Dr. Linda.

Pelatihan juga difasilitasi dengan pembuatan QRIS bekerja sama dengan Bank Mandiri. Lebih dari sepuluh pelaku usaha berhasil memiliki sistem pembayaran digital yang memudahkan transaksi.

“Digitalisasi keuangan penting karena memudahkan pengelolaan keuangan dan memberi kenyamanan bagi konsumen. QRIS kini menjadi kebutuhan dasar bagi pelaku usaha kecil,” katanya.

Salah seorang mahasiswi Universitas Mulia mendampingi peserta dalam praktik digital marketing, termasuk pembuatan konten promosi untuk media sosial.

Dr. Linda berharap pelaku UMKM yang telah mengikuti pelatihan dapat terus mengembangkan keterampilan digital mereka secara berkelanjutan.

“Saya berharap para pelaku usaha tetap konsisten berproduksi dan memanfaatkan platform digital untuk memperluas pasar mereka,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan program serupa sebagai bagian dari tanggung jawab institusi terhadap masyarakat.

“Kegiatan ini merupakan inisiatif mitra. Ke depan, saya berharap Universitas Mulia dapat menginisiasi program serupa dengan dukungan yang lebih luas, sebagai wujud kontribusi kampus terhadap penguatan ekonomi masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Melalui pelatihan ini, Universitas Mulia menegaskan perannya sebagai kampus yang aktif dan berorientasi pada solusi, menghadirkan dosen dan mahasiswa yang tidak berhenti di ruang akademik, tetapi hadir di tengah masyarakat untuk memberi dampak nyata bagi penguatan ekonomi lokal di era digital. (YMN)

 

Mahasiswa PG-PAUD UM Ciptakan Dongeng Digital: Gerakan Literasi dari Layar ke Hati

Balikpapan, 20 Oktober 2025 – Di tengah derasnya gelombang digitalisasi pendidikan, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Universitas Mulia memilih jalannya sendiri: melestarikan budaya bercerita melalui teknologi. Melalui kegiatan Workshop Pembuatan Buku Dongeng Digital, mereka menghidupkan kembali tradisi lisan dalam bentuk karya interaktif yang bisa diakses dari layar mana pun.

Ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA) PG-PAUD, Nur Wahida, menjelaskan bahwa gagasan kegiatan ini lahir bukan sekadar untuk memenuhi program kerja organisasi, tetapi sebagai respon terhadap perubahan besar dalam dunia pendidikan anak.

“Awalnya kegiatan ini merupakan program kerja HIMA periode 2024–2025, namun kami melihat tren pendidikan yang kini semakin kuat dengan konten digital. Dari situ muncul ide untuk mengembangkan dongeng tradisional agar masuk dalam dunia digitalisasi,” ujarnya.

Tema “Membangun Kreativitas Guru AUD melalui Karya Buku Dongeng Digital yang Interaktif dan Edukatif” dipilih bukan tanpa alasan. Bagi HIMA PG-PAUD, kreativitas guru bukan hanya kemampuan mencipta cerita, tetapi kemampuan menjembatani nilai-nilai budaya dengan teknologi yang akrab di tangan anak-anak.

Foto bersama usai workshop pembuatan buku dongeng digital di ruang eksekutif White Campus Universitas Mulia, Sabtu (19/10/2025).

“Tema ini menjadi bentuk harapan agar guru PAUD mampu menciptakan karya yang bisa digunakan dalam pembelajaran, yang tetap interaktif dan edukatif,” jelasnya.

Respons peserta pun melampaui ekspektasi. Mahasiswa mengaku antusias karena untuk pertama kalinya mereka menghasilkan karya digital yang bisa dibaca dan dibagikan secara luas.

“Workshop ini jadi pengalaman pertama bagi banyak mahasiswa. Mereka membuat karya asli, mempublikasikannya secara online, dan menyadari bahwa hasil kreativitas mereka bisa diakses oleh banyak orang,” katanya.

 Suasana workshop di Laboratorium A White Campus saat peserta antusias membuat buku dongeng digital interaktif sebagai hasil praktik pembelajaran.

Ketertarikan juga datang dari kalangan pendidik PAUD di luar kampus. Beberapa kepala sekolah dan Bunda PAUD Balikpapan Selatan turut hadir meninjau jalannya workshop.

“Dari kunjungan itu, beberapa kepala sekolah bahkan tertarik memasukkan karya mahasiswa ke galeri pustaka digital Bunda PAUD Balikpapan Selatan,” ungkapnya.

Dalam kegiatan yang berlangsung selama dua hari itu, setiap peserta wajib menulis dan merancang satu buku dongeng digital secara mandiri. Setiap naskah dibuat dari ide orisinal peserta dan dipublikasikan melalui platform FlipHTML5, agar bisa dibaca publik secara daring.

“Kami ingin setiap peserta benar-benar menulis cerita mereka sendiri, bukan menyalin. Semua karya dipublikasikan agar bisa menjadi bagian dari literasi digital anak,” jelasnya.

HIMA PG-PAUD juga berkolaborasi dengan narasumber profesional di bidang mendongeng dan pembuatan konten digital agar peserta dapat belajar langsung dari praktisi.

Ketua HIMA PGPAUD Universitas Mulia, Nur Wahida, menyerahkan sertifikat penghargaan kepada narasumber pertama, Kak Eri, pendongeng Balikpapan yang inspiratif.

“Kami menyiapkan pemateri yang kompeten di setiap sesi agar peserta tidak hanya paham teori, tapi juga mampu menerapkannya dalam karya,” katanya.

Bagi pengurus HIMA, kegiatan ini menjadi laboratorium organisasi yang nyata — tempat belajar manajemen acara, kolaborasi eksternal, hingga kepemimpinan dalam dunia akademik.

“Pelajaran paling berharga bagi kami adalah bagaimana menyelenggarakan kegiatan secara sistematis dan bekerja sama dengan berbagai pihak. Itu pengalaman penting,” ujarnya.

Tak berhenti di situ, seluruh karya mahasiswa yang terkumpul akan dikurasi untuk diterbitkan dalam Galeri Pustaka Digital PG-PAUD Universitas Mulia, dan ke depan direncanakan memperoleh sertifikat HAKI sebagai bentuk penghargaan terhadap kreativitas mahasiswa.

“Kami berharap karya-karya ini bisa diseleksi dan mendapat HAKI, bahkan dicetak menjadi satu buku kumpulan dongeng. Itu bentuk nyata bahwa mahasiswa bisa menghasilkan karya yang bermakna,” pungkasnya.

Kak Eri menampilkan praktik mendongeng yang memukau dan interaktif di hadapan peserta workshop, memancing tawa dan imajinasi mahasiswa PGPAUD.

 

Melalui langkah sederhana namun visioner ini, mahasiswa PG-PAUD Universitas Mulia telah menegaskan satu hal: bahwa teknologi bukan lawan dari tradisi, melainkan ruang baru untuk membuat nilai-nilai budaya tetap hidup dan dapat disentuh oleh generasi yang tumbuh di depan layar. (YMN)

 

Balikpapan, 20 Oktober 2025– Di tengah derasnya arus digitalisasi yang mengubah cara anak belajar dan berinteraksi dengan dunia, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Universitas Mulia mengambil langkah berani: menyiapkan calon guru yang tidak hanya piawai bercerita, tetapi juga mampu menghadirkan dongeng dalam bentuk digital yang interaktif dan bernilai lokal.

Kegiatan Workshop Pembuatan Buku Dongeng Digital yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa (HIMA) PG-PAUD pada 18–19 Oktober 2025 di ruang Eksekutif dan Laboratorium A White Campus Universitas Mulia menjadi ruang eksplorasi bagi mahasiswa calon guru untuk berkreasi sekaligus meneguhkan peran baru mereka di tengah transformasi teknologi pendidikan.

Dari kiri: Wakil Dekan FHK Sri Purwanti, S.Pd., M.Pd.; Kaprodi PG-PAUD Bety Vitriana, S.Pd., M.Pd.; Dekan FHK Dr. Mada Aditia Wardhana, S.Sos., M.M.; dan Erikariyani, S.E., M.M., pendongeng asal Balikpapan yang dikenal luas dengan nama Kak Eri, saat menghadiri pembukaan Workshop Pembuatan Buku Dongeng Digital di White Campus Universitas Mulia, Sabtu (18/10).

Kaprodi PG-PAUD, Bety Vitriana, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa HIMA PG-PAUD hadir bukan sekadar menyelenggarakan pelatihan teknis, melainkan mengusung misi kebudayaan dan literasi digital yang lebih luas.

“Kami ingin mengajak mahasiswa sekaligus calon guru PAUD menjadi guru yang mampu melestarikan budaya Indonesia dan menciptakan konten lokal dalam format digital yang interaktif. Tanpa langkah ini, kita akan kehilangan generasi pembaca karena guru tidak mampu menawarkan cerita di ‘layar’—tempat anak-anak kini bernaung,” ujarnya.

Mahasiswa PG-PAUD tampak antusias mengikuti sesi praktik pembuatan buku dongeng digital di ruang Laboratorium A White Campus Universitas Mulia.

Menurut Bety, guru PAUD masa kini tidak lagi cukup hanya menjadi pencerita yang menuturkan kisah di depan kelas. Mereka harus naik peran menjadi kurator konten dan pendongeng digital (digital storyteller) yang mampu memadukan nilai-nilai budaya dengan medium teknologi yang akrab dengan dunia anak-anak.

“Guru bukan sekadar pencerita, tapi content curator dan digital storyteller. Ia harus mampu memilah aplikasi, meramu dongeng lisan nenek moyang menjadi file digital yang bisa diklik, dan tetap menjadi filter agar anak tidak hanya jadi konsumen pasif,” jelasnya.

Pendongeng Balikpapan Kak Eri berbagi pengalaman dan teknik mendongeng interaktif di era digital kepada peserta workshop.

Bety menekankan bahwa di tengah derasnya arus konten digital global, guru memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan anak-anak tetap tumbuh dengan akar budaya sendiri. Buku dongeng digital yang diciptakan mahasiswa diharapkan menjadi jembatan antara nilai-nilai lokal dan dunia digital tempat anak belajar.

“Guru tetap menjadi jantung, hanya saja kini berdetak dalam ritme digital untuk menyesuaikan kebutuhan zaman. Melalui karya buku dongeng digital, guru dapat menghadirkan tontonan yang mendidik dan bermuatan pesan moral bagi generasi emas,” tambahnya.

Ketua HIMA PG-PAUD menyerahkan sertifikat penghargaan kepada Kak Eri sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam kegiatan Workshop Pembuatan Buku Dongeng Digital.

Melalui kegiatan ini, Prodi PG-PAUD Universitas Mulia berupaya membangun ekosistem belajar yang menumbuhkan kreativitas digital berbasis budaya. Setiap karya yang lahir diharapkan bukan hanya menjadi produk akademik, tetapi juga kontribusi nyata untuk literasi anak usia dini Indonesia di era layar. (YMN)

Balikpapan, 8 Oktober 2025 — Pelaksanaan Pasar Pagi Mulia di Bay Park Plaza tidak hanya menghadirkan bazar dan pertunjukan musik, tetapi juga sejumlah kegiatan kreatif bagi masyarakat dan mahasiswa.

Salah satunya adalah Yoga & Sound Bath Class, sesi relaksasi yang dipandu instruktur yoga dan fasilitator sound bath. Kegiatan ini memberi kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan suasana tenang di tengah keramaian acara.

Selain itu, Workshop Beads & Craft menjadi ruang bagi peserta untuk belajar membuat perhiasan manik-manik dan aksesori buatan tangan. Kegiatan ini menarik minat pengunjung dari berbagai kalangan.

 

Program Studi PG PAUD Universitas Mulia juga terlibat dengan menggelar Lomba Mewarnai Anak-anak yang diikuti lebih dari 50 peserta dari berbagai sekolah di Balikpapan.

Dari kalangan muda, K-Pop Dance Competition & Coswalk Parade menjadi salah satu bagian acara yang paling ramai dikunjungi. Komunitas pecinta budaya populer dari Balikpapan berpartisipasi aktif menampilkan kreativitas mereka.

Selain itu, kegiatan SMADA.COM Wanted hasil kolaborasi dengan SMA Negeri 2 Balikpapan menampilkan karya siswa SMA/SMK. Kegiatan ini memberi ruang bagi generasi muda untuk memperlihatkan karya mereka di luar lingkungan sekolah.

Keseluruhan kegiatan tersebut menunjukkan keterlibatan aktif mahasiswa dan masyarakat dalam satu ruang kegiatan yang terbuka dan kreatif. (YMN)

Balikpapan, 30 September 2025 – Universitas Mulia kini semakin memperkuat langkahnya dalam membangun budaya mutu dan tata kelola pendidikan tinggi yang berkualitas. Sebanyak 16 dosen resmi dinyatakan lulus sebagai Auditor Mutu Internal (AMI) setelah mengikuti pelatihan intensif selama dua hari pada 10–11 September 2025 dan menempuh serangkaian uji sertifikasi yang mencakup uji kompetensi teknis dan psikotest khusus auditor.

Pelatihan ini menjadi bagian penting dari strategi universitas dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang penjaminan mutu. Selama proses pelatihan, para peserta mendapatkan pembekalan menyeluruh mulai dari pemahaman regulasi dan standar mutu pendidikan tinggi, teknik audit dan penyusunan laporan, hingga simulasi audit lapangan. Materi disampaikan oleh para praktisi dan narasumber berpengalaman di bidang penjaminan mutu perguruan tinggi, sehingga peserta tidak hanya dibekali pengetahuan teoretis, tetapi juga keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan audit di lingkungan universitas.

Wakil Rektor Bidang Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan momentum penting bagi Universitas Mulia dalam memperkuat komitmen terhadap mutu tridharma perguruan tinggi. “Fokus kita bukan pada skor individu, tetapi pada kenyataan bahwa sekarang Universitas Mulia memiliki 16 auditor bersertifikat yang siap bekerja memastikan mutu tridharma berjalan sesuai standar,” ujarnya. Ia menambahkan, keberadaan para auditor baru ini akan memperkuat pelaksanaan audit di seluruh fakultas, program studi, dan unit kerja, sekaligus memastikan bahwa hasil audit dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dan perencanaan perbaikan berkelanjutan.

Lebih jauh, Wibisono menjelaskan bahwa keberadaan auditor internal merupakan salah satu elemen vital dalam penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di perguruan tinggi. SPMI merupakan instrumen utama untuk memastikan seluruh proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat berjalan sesuai standar nasional dan visi institusi. Implementasinya dilakukan melalui siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan) yang harus dijalankan secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, audit mutu internal menempati posisi strategis pada tahap Evaluasi, yaitu memeriksa sejauh mana standar telah diterapkan secara efektif dan konsisten.

“Evaluasi yang objektif tidak dapat dilakukan oleh pimpinan unitnya sendiri. Di sinilah peran auditor dari unit lain menjadi penting untuk memastikan proses evaluasi berlangsung secara independen, profesional, dan dapat dipertanggungjawabkan,” terang Wibisono.

Meski demikian, pelaksanaan AMI di perguruan tinggi tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah membangun kesadaran dan sikap positif di setiap unit kerja terhadap kehadiran auditor. Menurut Wibisono, paradigma berpikir tentang audit harus bergeser dari kesan pengawasan yang menakutkan menjadi kemitraan yang konstruktif. “Auditor tidak datang untuk mencari kesalahan, tetapi membantu unit kerja melihat sejauh mana standar telah diterapkan dan di mana peluang perbaikannya. Audit seharusnya disambut sebagai upaya kolaboratif dalam memperkuat kualitas institusi,” ujarnya.

Wibisono juga menekankan bahwa kompetensi teknis saja tidak cukup untuk menjadi auditor. Integritas, sikap profesional, dan sensitivitas terhadap konteks kerja menjadi faktor yang tidak kalah penting. Seorang auditor dituntut tidak bersikap arogan atau menghakimi, namun tetap tegas, objektif, dan berpegang pada fakta. “Peran normatif auditor adalah memastikan bahwa seluruh standar yang telah ditetapkan benar-benar dilaksanakan. Namun pada saat yang sama, auditor juga perlu memiliki kepekaan untuk melihat peluang perbaikan dalam semangat continuous improvement,” tegasnya.

Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Mulia, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., saat berdiskusi pada sesi tanya jawab dalam pelatihan Sertifikasi Auditor Mutu Internal (AMI) beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan bahwa jika auditor menemukan bahwa suatu standar terlalu mudah dicapai, hal itu dapat menjadi indikasi perlunya peningkatan standar tersebut agar proses pelaksanaan tridharma maupun layanan institusi terus terdorong ke arah yang lebih baik. “Proses perbaikan ini tidak boleh berhenti. Justru harus terus berlanjut agar memberikan dampak nyata terhadap peningkatan mutu institusi secara menyeluruh,” tambahnya.

Kehadiran 16 auditor baru ini tidak hanya menjadi capaian administratif, tetapi juga langkah strategis yang menguatkan fondasi tata kelola Universitas Mulia. Hal ini semakin relevan mengingat pada tahun 2026, universitas akan memasuki fase transformasi menjadi Research and Innovation University, setelah sebelumnya berfokus pada peran sebagai Teaching University. Perubahan orientasi ini menuntut standar mutu yang lebih tinggi, pengelolaan yang lebih sistematis, dan budaya perbaikan berkelanjutan di seluruh lini organisasi.

“Para auditor ini akan menjadi bagian dari ekosistem mutu yang memastikan seluruh proses berjalan sesuai standar, terus diperbarui, dan memberikan dampak nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan, inovasi, serta pengabdian kepada masyarakat. Ini adalah langkah awal yang penting untuk membawa Universitas Mulia ke level yang lebih tinggi,” pungkas Wibisono. (YMN)

Foto bersama sebagian pelatihan Digital Entrepreneurship Academy (DEA) yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Ballroom Cheng Ho Universitas Mulia, Rabu (17/9/2025). Foto: Vio/Media Kreatif

UM – Antusiasme generasi muda terhadap teknologi kecerdasan buatan (AI) terbukti luar biasa dalam pelatihan Digital Entrepreneurship Academy (DEA). Pelatihan yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Universitas Mulia dan Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan Informatika (BPSDMP Kominfo) Banjarmasin, bertempat di Ballroom Cheng Ho Universitas Mulia, Rabu (17/9).

Pelatihan bertajuk Pemasaran Digital Dengan Kecerdasan Buatan (AI) untuk Wirausaha ini mencatat 113 pendaftar, jauh melampaui kuota awal yang ditetapkan untuk 50 orang.

Fenomena ini menunjukkan tingginya kesadaran dan minat mahasiswa serta calon wirausahawan untuk membekali diri dengan keterampilan digital yang relevan dengan tuntutan zaman.

Kegiatan yang merupakan bagian dari program Digital Talent Scholarship (DTS) ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom.

Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya sinergi antara dunia akademik dan pemerintah untuk melahirkan sumber daya manusia yang unggul dan inovatif.

“Transformasi digital telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan. Melalui program ini, para peserta tidak hanya dibekali pengetahuan, tetapi juga keterampilan praktis dalam membangun dan mengembangkan bisnis berbasis teknologi digital,” ujar Dekan.

Pelatihan yang berlangsung selama satu hari penuh ini dirancang secara komprehensif. Sesi dimulai dari pukul 08.00 WITA dengan agenda registrasi dan pembukaan, hingga berakhir pada pukul 21.00 WITA. Materi yang disampaikan mencakup topik-topik krusial, seperti:

  1. Memahami fundamental AI untuk Pemasaran Digital.
  2. Riset Pasar dan Persona Buyer dengan AI.
  3. Pembuatan Konten Teks, Gambar, dan Video dengan AI.
  4. Optimalisasi Kampanye dan Analisis Data menggunakan AI.
  5. Studi Kasus Praktis dan Penyusunan Rencana Aksi Digital.
Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom saat memberikan sambutan. Foto Vio/Media Kreatif

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom saat memberikan sambutan. Foto Vio/Media Kreatif

Istia Budi, S.T., M.M., salah seorang narasumber ahli di bidangnya. Foto: Vio/Media Kreatif

Istia Budi, S.T., M.M., salah seorang narasumber ahli di bidangnya. Foto: Vio/Media Kreatif

Amir Iskandar, S.E., M.M salah seorang narasumber ahli di bidangnya. Foto: Vio/Media Kreatif

Amir Iskandar, S.E., M.M salah seorang narasumber ahli di bidangnya. Foto: Vio/Media Kreatif

Peserta pelatihan sedang serius berdiskusi. Foto Vio/Media Kreatif

Peserta pelatihan sedang serius berdiskusi. Foto Vio/Media Kreatif

Penguatan Kompetensi Melalui Praktik Langsung

Pelatihan ini menghadirkan narasumber ahli di bidangnya, yaitu Istia Budi, S.T., M.M., dan Amir Iskandar, S.E., M.M. Para peserta tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga diajak untuk langsung mempraktekkan penggunaan berbagai tools AI untuk kebutuhan pemasaran.

Sesi-sesi seperti Pembuatan Konten dan Studi Kasus memberikan kesempatan bagi peserta untuk melihat implementasi nyata AI dalam meningkatkan efektivitas strategi pemasaran.

“Harapan kami, para peserta dapat mengikuti program ini dengan sungguh-sungguh, menyerap ilmu, dan pada akhirnya mampu menjadi digital entrepreneur yang dapat memberikan solusi kreatif serta membuka lapangan pekerjaan,” tambah Dekan.

Kolaborasi untuk Kemajuan Bangsa

Keberhasilan acara ini menjadi bukti nyata dari kolaborasi strategis antara Fakultas Ilmu Komputer, berbagai program studi terkait seperti Teknologi Informasi, Sistem Informasi, dan Teknik Industri, dengan program Kominfo Digital (Komdigi).

Dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Dekan FEB, Dr. Ivan Armawan, S.E., M.M., Wakil Dekan FIKOM Tri Sudinugraha, S.Kom., M.Kom., Kaprodi S1 Teknologi Informasi Agus Wijayanto, S.Kom., M.Kom, Kaprodi S1 Sistem Informasi Nasrudin bin Idris, S.Kom., M.Kom., dan Kaprodi S1 Teknik Industri Rizcky Gandarrityaz, S.T., M.T., menunjukkan komitmen bersama untuk mencetak talenta digital berdaya saing tinggi.

Dengan membludaknya jumlah pendaftar, kegiatan Digital Entrepreneurship Academy (DEA) ini tidak hanya sukses sebagai program pelatihan, tetapi juga menjadi indikator kuat bahwa generasi muda Indonesia siap menyambut dan memanfaatkan teknologi AI untuk berkontribusi pada kemajuan ekonomi digital bangsa.

(SA/Kontributor)

Balikpapan, 15 September 2025—Universitas Mulia melalui Inkubator Bisnis turut terlibat dalam Siniar Culinary & Techno Festival 2025 yang berlangsung dua hari, 13–14 September. Kegiatan ini merupakan kolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM) yang menghadirkan perlombaan antar SMA, seminar kewirausahaan untuk mahasiswa baru, serta bazar kuliner yang melibatkan UMKM dan tenant bisnis mahasiswa.

Kepala Inkubator Bisnis, Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., menyebut keterlibatan inkubator merupakan bagian dari inisiasi bersama dengan HMM untuk mendukung visi Global Technopreneur Campus. “Pengembangan kemampuan wirausaha dan manajemen menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mewujudkan kampus berbasis technopreneur,” ungkapnya.

Menurut Dr. Linda, festival ini tidak hanya menjadi ruang kreativitas mahasiswa, tetapi juga sarana nyata bagi tenant inkubator untuk memasarkan produk yang telah diinkubasi, membangun jejaring, sekaligus melakukan benchmarking dengan usaha sejenis. “Acara ini adalah wadah membangun networking dan juga media pembanding yang penting bagi pengembangan bisnis mahasiswa,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa pesan utama yang ingin disampaikan kepada mahasiswa baru melalui festival ini adalah bahwa wirausaha bukan sekadar membangun bisnis. “Menjadi wirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Yang paling utama bagi mahasiswa adalah membangun mental wirausaha,” tegas Dr. Linda.

Sesi foto bersama usai seremonial pembukaan Siniar Culinary & Techno Festival 2025 yang melibatkan pimpinan Universitas Mulia, panitia, dan mitra kolaborasi

Dampak nyata yang diharapkan, lanjutnya, adalah munculnya motivasi baru bagi mahasiswa tenant untuk mengembangkan usaha sekaligus menginspirasi mahasiswa lain untuk memulai langkah wirausaha. Dr. Linda menekankan perbedaan penting antara teori dan praktik. “Teori bisnis memberi arahan dalam setiap langkah wirausaha. Sementara praktik lapangan memperkuat sikap dan mental mereka sebagai seorang wirausaha,” paparnya.

Untuk memastikan tenant mampu bersaing di pasar nyata, Inkubator Bisnis terus memberikan pembinaan berupa coaching, mentoring, membangun networking, hingga memfasilitasi business matching. “Banyak anggota inkubator yang akhirnya memiliki kemandirian finansial setelah berwirausaha, bahkan mampu memberi manfaat lebih kepada orang lain,” tambah Dr. Linda.

Ia menilai keberlanjutan setelah festival menjadi kunci penting. Karena itu, inkubator berkomitmen menumbuhkan engagement yang semakin erat di antara tenant, agar keterlibatan mereka tidak berhenti pada event, melainkan berkembang menjadi usaha riil.

Menutup keterangannya, Dr. Linda menyampaikan harapannya kepada mahasiswa baru yang menyaksikan langsung dinamika bisnis di festival ini. “Saya berharap mahasiswa dapat termotivasi menjadi bagian dari pelaku usaha. Tidak hanya mampu secara akademis, tetapi juga memberi manfaat ekonomis untuk dirinya sendiri dan orang lain,” pungkasnya. (YMN)

Balikpapan, 15 September 2025 – Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulia berkolaborasi dengan Inkubator Bisnis dan Himpunan Mahasiswa Manajemen menyelenggarakan Siniar Culinary & Techno Festival pada 13–14 September 2025 di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia.

Acara dibuka Dekan FEB, Dr. Ivan Armawan, S.E., M.M., dengan dihadiri guru SMA/SMK, sponsorship, BEM, UKM, dan HIMA. Rangkaian kegiatan meliputi lomba antar SMA/SMK, festival kuliner dan teknologi, serta seminar kewirausahaan yang dibuka oleh Mulia Hayati Deviantie, S.E., diikuti 215 mahasiswa baru Prodi Manajemen maupun prodi lain.

Kaprodi Manajemen, Dr. Pudjiati, S.E., M.M., menegaskan bahwa festival ini merupakan langkah strategis untuk mengembangkan soft skills mahasiswa, mendukung MBKM, memperluas jejaring, serta memperkuat branding prodi. “Melalui integrasi kuliner dan teknologi dalam platform siniar, mahasiswa belajar mengaplikasikan teori dari mata kuliah kewirausahaan berbasis teknologi, manajemen bisnis, hingga klinik bisnis,” ujarnya.

Ketua Yayasan Airlangga, Mulia Hayati Deviantie, S.E., membuka Seminar Kewirausahaan dalam rangkaian Siniar Culinary & Techno Festival 2025 di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia.

Filosofi akademik yang ditanamkan sejak awal adalah membentuk mahasiswa baru agar kritis, berjiwa wirausaha, kolaboratif, dan siap menghadapi dunia nyata. Menurutnya, pengalaman praktis seperti festival, bazar, dan kompetisi adalah media pembelajaran kontekstual yang langsung mendukung capaian pembelajaran prodi.

Keterlibatan mahasiswa dalam perancangan dan pelaksanaan acara menjadikan festival ini sebagai laboratorium mini untuk melatih kepemimpinan, kreativitas, komunikasi, dan kemampuan mencari solusi. Integrasi ke pendidikan formal, jelasnya, memerlukan kurikulum fleksibel, pengakuan kegiatan praktis, kolaborasi dosen–mahasiswa–institusi, serta refleksi akademik yang terstruktur.

Indikator keberhasilan acara bukan hanya jumlah peserta, tetapi dampaknya pada proses pembelajaran, pembentukan karakter, dan reputasi prodi. Untuk menjaga semangat mahasiswa baru sepanjang studi, prodi menyiapkan lingkungan belajar inspiratif, integrasi kegiatan mahasiswa ke dalam kurikulum, serta penghargaan bagi yang aktif dan inovatif.

Dr. Pudjiati juga berharap festival ini menjadi agenda tahunan Prodi Manajemen karena bernilai strategis: memperkuat identitas prodi, mendukung capaian CPL, mendorong lahirnya ide bisnis mahasiswa, memperluas kemitraan eksternal, sekaligus menjadi kalender tetap pembuka tahun ajaran.

“Culinary & Techno Festival tidak sekadar acara, melainkan cultural learning experience yang mengintegrasikan karakter, kreativitas, dan koneksi dunia nyata mahasiswa sejak dini,” pungkasnya. (YMN)

 

Balikpapan, 12 September 2025– Kepala Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMPP) Universitas Mulia, Jamal, S.Kom., M.Kom., menegaskan bahwa sertifikasi Auditor Mutu Internal (AMI) bukan sekadar agenda administratif, melainkan fondasi untuk memperkuat budaya mutu yang terintegrasi dengan pengembangan pembelajaran.

Menurut Jamal, posisi LPMPP di Universitas Mulia memiliki peran strategis yang melampaui fungsi lembaga penjaminan mutu pada umumnya. Jika LPM hanya berfokus pada konsistensi standar mutu, LPMPP mengemban tanggung jawab ganda: menjaga mutu sekaligus memastikan pembelajaran, kurikulum, dan kompetensi dosen terus berkembang mengikuti kebutuhan industri, teknologi, serta akreditasi. “LPMPP itu LPM ditambah pusat pengembangan pembelajaran,” tegasnya.

Integrasi antara hasil audit mutu dan peningkatan pembelajaran menjadi prioritas. Temuan audit diolah menjadi rekomendasi pedagogis yang kemudian dibahas bersama program studi dan dosen. Proses ini terhubung langsung ke sistem SPMI berbasis siklus PPEPP, disertai pelatihan dosen dan monitoring implementasi di kelas. Bahkan, umpan balik mahasiswa turut dijadikan indikator nyata dalam menilai efektivitas pembelajaran.

Salah satu langkah penting yang ditempuh LPMPP adalah mengubah paradigma dosen mengenai AMI. Audit tidak lagi diposisikan sebagai kewajiban administratif, melainkan refleksi akademik yang memberi umpan balik personal dan relevan. LPMPP mendorong keterlibatan dosen dalam penyusunan standar mutu, memberikan pelatihan tindak lanjut, serta menampilkan manfaat nyata bagi pengembangan karier akademik, termasuk integrasi ke kenaikan jabatan fungsional.

Jamal juga mengakui masih terdapat kelemahan umum dalam budaya mutu perguruan tinggi, mulai dari persepsi mutu sebagai beban administratif, siklus PPEPP yang belum berjalan penuh, partisipasi rendah, hingga minimnya keterhubungan feedback dengan pembelajaran nyata. “Pelatihan ini hadir untuk menggeser mindset, menguatkan siklus PPEPP, dan membangun budaya apresiasi,” ujarnya.

Lebih jauh, hasil audit mutu internal juga diarahkan untuk mendukung pengembangan kurikulum dan inovasi pembelajaran. Setiap temuan dipetakan ke capaian pembelajaran lulusan (CPL) dan dijadikan bahan refleksi dalam pengembangan kurikulum. Inovasi pembelajaran—termasuk metode berbasis proyek atau kolaborasi dengan industri—lahir dari tindak lanjut AMI.

Terkait akreditasi, sertifikasi auditor mutu internal dinilai akan meningkatkan kredibilitas SPMI, menjamin konsistensi data, serta mempercepat kesiapan menuju akreditasi internasional. Auditor yang tersertifikasi memungkinkan universitas menghasilkan laporan evaluasi diri yang lebih kuat dan budaya mutu yang terukur.

Pasca pelatihan ini, LPMPP telah menyiapkan serangkaian tindak lanjut: monitoring implementasi, workshop, pendampingan program studi, hingga penyusunan roadmap pengembangan auditor dari tingkat pemula hingga asesor universitas. “Target kami bukan hanya sertifikat, tetapi keberlanjutan. Auditor internal harus tumbuh menjadi garda terdepan kampus dalam menjaga standar mutu, termasuk menyiapkan Universitas Mulia menuju akreditasi global,” jelas Jamal.

Indikator keberhasilan kegiatan ini disusun secara berlapis: mulai dari input berupa keterlibatan dosen lintas prodi, proses pelatihan sesuai standar kompetensi auditor, hingga outcome berupa auditor aktif yang terlibat dalam AMI rutin. Pada akhirnya, dampak jangka panjang yang diharapkan adalah peningkatan nyata dalam budaya mutu di setiap unit kerja dan data mutu yang siap mendukung akreditasi nasional maupun internasional.

Tidak hanya dosen, mahasiswa juga ditempatkan sebagai mitra dalam membangun budaya mutu. Mereka dipandang bukan sekadar penerima layanan, tetapi juga evaluator melalui survei, forum diskusi, maupun keterlibatan dalam inovasi pembelajaran. “Mahasiswa bisa menjadi agen perubahan sekaligus duta mutu. Mereka berperan penting menjaga etika akademik, memberi masukan, dan mengawal kualitas layanan kampus,” tambahnya.

Menutup keterangannya, Jamal menyampaikan pesan tegas kepada seluruh civitas akademika: mutu bukanlah dokumen untuk akreditasi semata, melainkan komitmen kolektif untuk menghadirkan pendidikan berkualitas. “Setiap ide, tindakan, dan inovasi di kelas maupun laboratorium adalah investasi masa depan. Universitas Mulia tidak hanya menjaga standar, tetapi menetapkan standar baru untuk melahirkan lulusan unggul dan berdaya saing.” (YMN)