Balikpapan, 31 Oktober 2025 — Universitas Mulia melaksanakan program pendampingan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kelurahan Gunung Sari Ulu sebagai bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Program ini berfokus pada penguatan literasi digital dan strategi pemasaran berbasis teknologi untuk memperluas jangkauan usaha lokal.

Kegiatan bertema “Kreatif, Kolaboratif, dan Kompetitif: Kunci UMKM Naik Kelas” ini dirancang untuk membantu pelaku usaha memahami cara memanfaatkan media digital dalam memperkenalkan produk dan memperluas pasar. Tim dosen yang terlibat terdiri dari Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., Wury Damayantie, S.Farm., M.Farm., dan Muhammad Safi’i, S.Kom., M.Kom. Mereka bekerja bersama mahasiswa dalam proses pendampingan, sehingga kegiatan ini juga menjadi ruang penerapan pembelajaran berbasis proyek di luar kelas.

Para narasumber, Lurah Gunung Sari Ulu, Babinkamtibmas, Babinsa, dan perangkat kelurahan berpose bersama peserta pelatihan dengan gaya simbol “UM, Mulia, dan Jaya” sebagai penanda semangat kolaborasi.

Dalam sesi pelatihan, Dr. Linda menjelaskan bahwa sebagian besar usaha kecil gagal bertahan melewati lima tahun pertama bukan karena kurang modal, melainkan karena pelaku usaha belum memahami arah pasar dan perubahan perilaku konsumen. Ia mengajak peserta untuk memulai strategi dari fondasi yang sederhana namun penting: mengenali produk, memahami konsumen, dan menyesuaikan cara komunikasi melalui media digital.

Peserta berlatih membuat video promosi, mengelola akun media sosial, serta menata etalase daring di marketplace dengan pendekatan visual yang lebih terarah. Metode praktik ini memungkinkan pelaku usaha mengamati langsung hasil dari strategi yang diterapkan dan menyesuaikannya dengan karakter produk masing-masing.

Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., mengambil swafoto di tengah suasana praktik peserta, saat sesi pembuatan konten promosi digital berlangsung.

Dosen dari bidang farmasi dan informatika turut memberikan materi pendukung berupa digitalisasi pencatatan keuangan dan sistem pembayaran daring. Langkah ini dimaksudkan agar pelaku usaha memiliki catatan transaksi yang rapi dan siap digunakan sebagai dasar perencanaan atau pengajuan modal usaha.

Melalui kegiatan ini, Universitas Mulia menautkan hasil pembelajaran dan penelitian kampus dengan kebutuhan riil masyarakat. Pendekatan lintas bidang yang diterapkan memungkinkan proses akademik berjalan berdampingan dengan pemberdayaan sosial. Model seperti ini digunakan Universitas Mulia untuk menguji efektivitas pembelajaran berbasis praktik sekaligus menilai dampaknya terhadap masyarakat.

Mahasiswa yang terlibat berperan mendampingi peserta dalam tahap-tahap penerapan teknologi digital, seperti pengaturan konten promosi, analisis unggahan, dan evaluasi jangkauan media. Dengan cara ini, proses belajar mahasiswa menjadi relevan dengan kondisi nyata di lapangan, sementara pelaku UMKM memperoleh dukungan teknis yang sesuai dengan kebutuhan usaha mereka.

Dalam penyampaian materinya, Dr. Linda menyisipkan refleksi singkat yang memantik semangat peserta untuk terus bergerak maju.

“Bukan di mana kita berdiri, tapi ke arah mana kita menuju,” ujarnya.

Dr. Linda, yang merupakan peraih sejumlah beasiswa unggulan nasional — termasuk BUDI-DN LPDP dan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) — menutup sesinya dengan pesan reflektif:

“Bisnis akan selalu mengajarimu dua hal: kegagalannya memberi pelajaran hidup, keberhasilannya memberi kebahagiaan hidup.”

Lurah Gunung Sari Ulu menyampaikan sambutan pada pembukaan pelatihan pendampingan digital bagi pelaku UMKM, menekankan pentingnya adaptasi teknologi dalam pengembangan usaha lokal.

Ia juga menegaskan makna berproses dalam berwirausaha:

“Bisnis tidak hanya tentang laba, tetapi juga tentang kemampuan untuk belajar dan beradaptasi.”

Kegiatan ini memperlihatkan bagaimana Universitas Mulia menempatkan kerja akademik sebagai sarana penguatan kapasitas masyarakat. Melalui pendampingan yang berbasis pengetahuan dan praktik lapangan, kampus ini terus membangun hubungan yang produktif antara ilmu pengetahuan dan kebutuhan sosial di wilayahnya. (YMN)

Balikpapan, 30 Oktober 2025 – Program Studi Farmasi Universitas Mulia mempertegas perannya sebagai bagian dari institusi yang aktif membangun kesadaran kesehatan masyarakat melalui kegiatan Kuliah Umum Pencegahan Kanker, Rabu (29/10) di Ballroom Cheng Hoo.
Kegiatan ini menjadi hasil kolaborasi antara Universitas Mulia dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Balikpapan serta tiga perguruan tinggi mitra — Universitas Balikpapan, Politeknik Nusantara, dan Politeknik Borneo Medistra — yang diikuti oleh 215 peserta. Melalui forum ini, Universitas Mulia tidak hanya memperkaya wawasan akademik mahasiswa, tetapi juga memperkuat jejaring kolaborasi lintas lembaga dalam bidang kesehatan dan pengabdian kepada masyarakat.

dr. Maurits Marpaung, Sp.P(K) saat memaparkan materi dengan fokus pada aspek pulmonologi serta pengaruh faktor lingkungan terhadap risiko kanker.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Program Studi Farmasi Universitas Mulia, Citta Widya Sari, S.Farm., M.Farm., Apt., menjelaskan bahwa pemilihan topik Pencegahan Kanker memiliki relevansi langsung dengan kurikulum pembelajaran di bidang farmasi, khususnya mata kuliah Farmakoterapi. Ia menuturkan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari dukungan akademik terhadap kampanye edukasi kesehatan yang selama ini dijalankan oleh YKI Cabang Balikpapan.

“Mahasiswa farmasi perlu memahami aspek promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Kuliah umum ini menjadi salah satu sarana pembelajaran yang kontekstual dan aplikatif,” ujarnya.

Lebih lanjut, Citta menekankan bahwa mahasiswa farmasi memiliki posisi strategis sebagai garda terdepan dalam edukasi kesehatan, terutama melalui kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat. Hal tersebut telah terintegrasi dalam mata kuliah Farmasi Kesehatan Masyarakat dan Pharmaceutical Care Internship yang menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa dilatih untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat di tingkat layanan dasar kesehatan serta melakukan sosialisasi terkait pencegahan penyakit. Ia menambahkan, tindak lanjut dari kuliah umum ini akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran semester berikutnya agar pemahaman mahasiswa terhadap pencegahan kanker dapat terus berkembang secara berkelanjutan.

Dosen Program Studi Farmasi Universitas Mulia bersama Kaprodi Apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc., mengajak peserta melakukan sesi ice breaking melalui senam poco-poco di sela kegiatan kuliah umum, menciptakan suasana interaktif dan menyegarkan di tengah kegiatan akademik.

Kegiatan kuliah umum ini sekaligus memperluas ruang interaksi akademik antara Universitas Mulia dan lembaga mitra dalam isu kesehatan masyarakat. Melalui jejaring kolaborasi lintas perguruan tinggi bersama YKI Cabang Balikpapan, universitas berupaya menumbuhkan kesadaran kritis mahasiswa terhadap pentingnya pencegahan penyakit melalui ilmu pengetahuan yang teruji dan pendekatan yang humanis. Inisiatif semacam ini memperlihatkan bagaimana Universitas Mulia memosisikan pendidikan tinggi bukan sekadar proses belajar di ruang kelas, tetapi juga sebagai wahana aktualisasi nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial sivitas akademika. (YMN)

Balikpapan 30 Oktober 2025 – Sebagai bagian dari upaya membangun kesadaran kesehatan masyarakat, Program Studi Farmasi Universitas Mulia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Balikpapan menggelar Kuliah Umum Pencegahan Kanker di Ballroom Cheng Hoo, Rabu (29/10).

Kegiatan ini juga melibatkan tiga perguruan tinggi mitra, yakni Universitas Balikpapan, Politeknik Nusantara, dan Politeknik Borneo Medistra, dengan total peserta mencapai 215 orang. Melalui kegiatan bersama ini, Universitas Mulia menegaskan peran aktifnya dalam memperkuat edukasi publik melalui kegiatan akademik yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Ketua YKI Cabang Balikpapan, drg. Dyah Muryani, MARS, memberikan sambutan pada seremonial pembukaan Kuliah Umum Pencegahan Kanker di Ballroom Cheng Hoo, Rabu (29/10).

Kuliah umum menghadirkan tiga pemateri dengan latar keahlian berbeda, yaitu dr. Daniel Y.P., Sp.OG., MKed.Klin, dr. Martin Ayuningtyas Wulandari, M.Kes., Sp.GK, dan dr. Maurits Marpaung, Sp.P(K). Ketiganya memaparkan berbagai aspek pencegahan kanker, mulai dari pentingnya deteksi dini hingga peran gaya hidup sehat dalam mengurangi risiko penyakit.

Ketua YKI Cabang Balikpapan, drg. Dyah Muryani, MARS, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan perguruan tinggi menjadi strategi penting dalam memperluas jangkauan edukasi pencegahan kanker di kalangan muda.

“YKI Balikpapan ingin mengampanyekan pencegahan kanker secara dini kepada mahasiswa dan civitas akademika, khususnya di lingkungan Prodi Farmasi Universitas Mulia,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat Balikpapan terhadap pentingnya deteksi dini kanker kini semakin meningkat.

“Masyarakat sudah semakin mengerti tentang pentingnya deteksi dini sebagai langkah pencegahan. Setiap tahun kami bekerja sama dengan puskesmas, klinik TNI dan Polri, serta organisasi wanita seperti PKK untuk melakukan pemeriksaan IVA test dan metode SADARI. Rata-rata hampir seribu sasaran kami jangkau setiap tahun,” jelasnya.

Para narasumber, pimpinan perguruan tinggi mitra, panitia, dan peserta berfoto bersama seusai seremonial pembukaan Kuliah Umum Pencegahan Kanker.

Melalui kegiatan bersama perguruan tinggi, YKI berharap pesan tentang pencegahan kanker dapat menjangkau kalangan muda secara lebih luas.

“Kami ingin pesan pencegahan kanker menjangkau generasi muda. Karena itu, kami aktif bekerja sama dengan perguruan tinggi dan kelompok pemuda untuk kegiatan penyuluhan serta deteksi dini menggunakan metode SADARI,” terangnya.

Dyah juga menekankan pentingnya peran mahasiswa dalam menyebarkan semangat hidup sehat kepada lingkungannya.

“Kami berharap mahasiswa yang mengikuti kuliah umum ini bisa menyebarkan kembali pesan pencegahan kanker kepada keluarga, teman, dan masyarakat, termasuk melalui media sosial mereka,” katanya.

Ia menutup dengan pesan reflektif agar generasi muda mampu menjadi teladan dalam menjalankan pola hidup sehat.

“Generasi muda diharapkan disiplin terhadap diri sendiri dan mengajak lingkungannya untuk hidup sehat — mulai dari pola makan, olahraga teratur, tidak merokok, serta aktif melakukan pencegahan kanker sedini mungkin,” pesan Dyah.

Sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Balikpapan tampak antusias mengikuti Kuliah Umum Pencegahan Kanker yang digelar di Ballroom Cheng Hoo.

Kegiatan ini mencerminkan cara Universitas Mulia memaknai peran pendidikan tinggi bukan hanya sebatas ruang kuliah, tetapi juga sebagai sarana membangun kesadaran dan tanggung jawab sosial di kalangan mahasiswa. Bagi Universitas Mulia, kuliah umum ini bukan sekadar agenda akademik, melainkan bagian dari proses pembentukan karakter mahasiswa agar peka terhadap persoalan kesehatan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan YKI Balikpapan, universitas berupaya menanamkan kepedulian ilmiah dan menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di ruang kelas dengan realitas kehidupan, sehingga ilmu yang dipelajari benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat. (YMN)

Balikpapan, 16 Oktober 2025 – Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 di Universitas Mulia tidak sekadar menjadi forum ilmiah, tetapi juga ruang untuk memperkuat arah riset farmasi Indonesia menuju kemandirian. Ketua Panitia, Sapri, M.Farm., dalam wawancara bersama Humas UM, menjelaskan bahwa inspirasi utama tema SAFANA tahun ini berakar pada kekayaan biodiversitas Indonesia, khususnya Kalimantan Timur.

Menurutnya, daerah ini menyimpan potensi besar bahan alam seperti bawang Dayak, jahe Balikpapan, dan propolis lebah kelulut, yang sejak lama dikenal memiliki khasiat obat tradisional. Namun, pemanfaatannya kerap terhambat oleh masalah bioavailabilitas, kelarutan rendah, dan stabilitas yang buruk. “Nanoteknologi menawarkan solusi ilmiah untuk mengatasi keterbatasan itu,” ujar Sapri. Ia menambahkan, arah penelitian ini sejalan dengan visi nasional dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi.

Ketua Panitia SAFANA 2025, Sapri, M.Farm., saat menyampaikan laporan kegiatan di hadapan peserta seminar di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia.

Lebih jauh, Sapri menjelaskan bahwa peran nanoteknologi dalam bidang farmasi sangat fundamental. Dengan kemampuan memanipulasi material pada skala di bawah 200 nanometer, teknologi ini mampu meningkatkan solubilitas, stabilitas, dan penargetan spesifik bahan alam. “Kita bisa meningkatkan bioavailabilitas senyawa seperti kurkumin dari kunyit hingga 10–20 kali lipat. Dosis bisa ditekan, efek samping berkurang, dan kerja obat menjadi lebih cepat,” paparnya.

Ia mencontohkan penerapan konsep targeted drug delivery, di mana nanopartikel mengantarkan zat aktif langsung ke sel sasaran, menghindari toksisitas sistemik, dan bahkan dapat dipantau secara real-time menggunakan nanomaterial cerdas. Pendekatan ini, lanjutnya, sangat menjanjikan untuk terapi penyakit kronis seperti diabetes dan kanker, sebagaimana telah diteliti oleh berbagai universitas di Indonesia.

Sebagai bentuk komitmen pengembangan riset, Program Studi Farmasi Universitas Mulia telah melibatkan mahasiswa dalam penelitian berbasis nanoteknologi. Salah satu riset yang sedang berjalan adalah pengembangan nanoemulsi ekstrak propolis lebah kelulut, hasil kerja sama dengan peternak Kampung Lebah Madsant di Kelurahan Margomulyo, Balikpapan Barat. Melalui riset ini, mahasiswa tidak hanya belajar formulasi, tetapi juga memahami rantai nilai bahan alam dari sumbernya.

Penyerahan cendera mata kepada narasumber Prof. apt. Muchtaridi, Ph.D. sebagai bentuk apresiasi atas penyampaian materi dalam Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 di Universitas Mulia.

Sapri menilai, agar hasil penelitian benar-benar berdampak, hilirisasi harus diperkuat. “Riset yang baik tidak boleh berhenti di laboratorium. Perlu ada sinergi pentahelix antara akademisi, industri, pemerintah, masyarakat, dan media,” tegasnya. Ia menyebut sejumlah mitra yang telah menjalin kolaborasi dengan Universitas Mulia, antara lain BRIDA Kaltim, BRIN, BPSI Samboja, Kebun Raya Balikpapan, Universitas Islam Indonesia, dan Kampung Lebah Madsant.

Dalam aspek akademik, kurikulum Prodi Farmasi UM telah dirancang berbasis KKNI, KBK APTFI, dan Outcome-Based Education (OBE). Kurikulum tersebut mengintegrasikan mata kuliah inti seperti Farmakognosi, Bioteknologi Farmasi, serta Formulasi dan Teknologi Sediaan Farmasi untuk membangun landasan ilmiah yang kuat. “Kami ingin membentuk cara berpikir saintifik sekaligus kreatif. Komposisi pembelajarannya sekitar 60 persen teori dan 40 persen inovasi praktis,” jelasnya.

Pendekatan Research-Based Learning (RBL) diterapkan sejak semester lima, di mana mahasiswa diarahkan merancang eksperimen mandiri berbasis bahan lokal. Salah satunya pengembangan sistem penghantaran nano dari ekstrak propolis. Kegiatan ini diintegrasikan langsung dengan penelitian dosen sehingga mahasiswa mendapat pengalaman riset yang nyata dan relevan dengan isu kesehatan kontemporer.

Sapri menambahkan, Prodi Farmasi UM juga memfasilitasi mahasiswa dengan akses penuh ke laboratorium, bahan, dan peralatan penelitian. “Mereka tidak hanya mengamati, tetapi juga terlibat langsung dalam formulasi sediaan farmasi dengan bimbingan dosen. Proses ini penting untuk menanamkan budaya ilmiah dan kemandirian riset sejak dini,” ujarnya.

Di akhir wawancara, Sapri menegaskan bahwa penyelenggaraan SAFANA 2025 diharapkan menjadi katalis bagi peningkatan kualitas riset dan publikasi ilmiah di lingkungan Universitas Mulia. “Kami ingin mendorong dosen dan mahasiswa agar hasil risetnya tidak berhenti di laporan internal, tetapi dapat terpublikasi di jurnal nasional terakreditasi, bahkan terindeks Scopus,” katanya. (YMN)

Balikpapan, 16 Oktober 2025 – Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 yang digelar di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia, Kamis (16/10), menjadi ajang bertemunya akademisi, peneliti, dan praktisi farmasi dari berbagai perguruan tinggi Indonesia. Tahun ini, SAFANA mengangkat tema “Eksplorasi Bahan Alam dengan Nanoteknologi: Menjawab Tantangan Kesehatan Masa Depan.”

Ketua Panitia, Sapri, M.Farm., dalam sambutannya menekankan bahwa pemanfaatan teknologi nano merupakan langkah strategis untuk memperkuat riset bahan alam di Indonesia. Menurutnya, tumbuhan dan mikroba memiliki potensi bioaktif yang dapat dimaksimalkan melalui pendekatan nanoteknologi, sehingga mampu meningkatkan efektivitas terapi sekaligus meminimalkan efek samping.

Apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc., Ketua Program Studi Farmasi Universitas Mulia, memberikan sambutan pada pembukaan Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 di Ballroom Cheng Hoo, Kamis (16/10).

“Rekayasa skala nano memberi peluang baru dalam pengembangan produk farmasi yang lebih presisi. Pendekatan ini penting untuk menghadapi berbagai tantangan kesehatan, mulai dari resistensi antimikroba, penyakit degeneratif, hingga ancaman pandemi global,” ujar Sapri di hadapan peserta seminar.

Ia juga menggarisbawahi bahwa arah kebijakan nasional telah menempatkan nanoteknologi sebagai bagian penting dari masa depan industri farmasi Indonesia. “Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2022 mendorong integrasi teknologi nano dalam pengembangan obat berbasis bahan alam. Ini menunjukkan bahwa riset farmasi tidak bisa lagi berdiri sendiri, melainkan harus bergerak dalam kolaborasi lintas disiplin,” tambahnya.

Lebih jauh, Sapri mengaitkan tema SAFANA dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, khususnya pada aspek kesehatan yang berkelanjutan. Ia menyebut bahwa perubahan iklim, polusi, dan munculnya penyakit baru menuntut model riset yang tidak hanya fokus pada inovasi ilmiah, tetapi juga keberlanjutan ekosistem kesehatan secara global.

Melalui SAFANA 2025, panitia menegaskan tiga tujuan utama: memfasilitasi pertukaran pengetahuan tentang inovasi bahan alam berskala nano; memperkuat jejaring antara akademisi, praktisi, dan industri; serta meningkatkan kesadaran publik akan peran teknologi nano dalam sistem kesehatan nasional.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, Prof. apt. Muchtaridi, Ph.D. dan Prof. Dr. apt. Yandi Syukri, S.Si., M.Si., serta diikuti peserta dari berbagai perguruan tinggi, baik secara luring maupun daring. Sebanyak 25 makalah dipresentasikan — terdiri atas 11 pemakalah luring, 12 pemakalah daring, dan 2 poster ilmiah.

Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., menyampaikan sambutan mewakili Rektor yang berhalangan hadir pada acara pembukaan SAFANA 2025 di Kampus Cheng Hoo, Balikpapan.

Institusi yang berpartisipasi antara lain Politeknik Nusantara Balikpapan, Institut Teknologi Sumatra, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Universitas Islam Indonesia, Universitas Hang Tuah, Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Indraprasta PGRI.

Penyelenggaraan SAFANA tahun ini merupakan hasil kolaborasi Universitas Mulia, Politeknik Nusantara Balikpapan, dan Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Kalimantan Timur. Dukungan sponsor juga datang dari sejumlah lembaga dan perusahaan, di antaranya Yayasan Airlangga Balikpapan, PT Ganda Alam Makmur, PT Promed Nusantara Jaya, Apotek Arka Medika, PT Ubylab Medika Pratama, Pertamina Hulu Mahakam, SKK Migas, Squadesh, Entrasol, Klinik Laboratorium Cito, Natasha, dan PT Eralika Mitra Buana.

uasana Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia, diikuti oleh peserta dari berbagai perguruan tinggi secara luring dan daring.

Di akhir sambutannya, Sapri menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam penyelenggaraan seminar. “Terima kasih kepada panitia, sponsor, dan seluruh peserta yang telah hadir. Semoga diskusi ilmiah hari ini menghasilkan gagasan yang dapat memperkuat riset farmasi Indonesia dan membawa manfaat bagi masyarakat luas,” tuturnya.

SAFANA 2025 menjadi ruang ilmiah yang menegaskan posisi Universitas Mulia sebagai institusi yang aktif mendorong riset terapan dan kolaborasi multidisiplin di bidang kesehatan. Melalui pendekatan bahan alam dan teknologi nano, seminar ini membuka arah baru bagi pengembangan farmasi Indonesia yang berorientasi pada keberlanjutan dan daya saing global. (YMN)

 

Balikpapan, 18 September 2025 – Program Studi Farmasi Universitas Mulia menjalin kolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui dua agenda akademik yang digelar pada Rabu–Kamis, 16–17 September 2025 di Cheng Hoo. Agenda tersebut membahas Studi Pembiayaan Program Penanggulangan Stunting dan Pengembangan Model Intervensi Kampung Keluarga Mandiri dalam Penanganan Stunting dan Gangguan Perkembangan pada Anak Baduta di Daerah Pedesaan.

PLT Kaprodi Farmasi Universitas Mulia, Apt. Eka Kumala Retno, S.Farm., M.Si., menjelaskan bahwa keterlibatan Prodi Farmasi dalam isu stunting berangkat dari sifat masalahnya yang multidimensi. Menurutnya, stunting tidak hanya terkait gizi, tetapi juga berhubungan dengan ketersediaan, keamanan, serta efektivitas intervensi kesehatan. “Farmasi memiliki peran strategis dalam riset bahan alam, pengembangan sediaan suplemen, dan edukasi masyarakat terkait penggunaan obat, vitamin, serta produk kesehatan yang tepat. Karena itu, kolaborasi dengan BRIN diinisiasi sebagai langkah sinergis lintas disiplin,” ujarnya.

PLT Kaprodi Farmasi Universitas Mulia, Apt. Eka Kumala Retno, S.Farm., M.Si., (kiri) saat menunggu acara dimulai.

Ia menegaskan bahwa ilmu farmasi dapat memberikan kontribusi nyata melalui tiga aspek utama. Pertama, riset dan pengembangan, misalnya menciptakan suplemen gizi, produk herbal, atau formula farmasi yang mendukung pertumbuhan anak. Kedua, aspek keamanan dan efektivitas, yaitu memastikan setiap intervensi kesehatan yang digunakan masyarakat terbukti aman, stabil, dan efektif. Ketiga, edukasi dan advokasi, dengan mendampingi masyarakat agar penggunaan obat, vitamin, atau suplemen lebih rasional.

Dalam pandangannya, kegiatan ini juga memiliki relevansi langsung dengan kurikulum, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pada kurikulum, isu stunting dapat diintegrasikan ke berbagai mata kuliah, antara lain farmasi klinik, farmasi komunitas, farmakognosi, dan farmakoekonomi. Pada bidang penelitian, kerja sama ini membuka peluang kajian interdisipliner, mulai dari formulasi sediaan suplemen hingga evaluasi cost-effectiveness intervensi gizi dan kesehatan. Sementara itu, untuk pengabdian masyarakat, kegiatan ini dapat dijadikan media edukasi langsung mengenai kesehatan, gizi, dan penggunaan produk farmasi yang aman di desa.

Para tamu undangan menyimak pemaparan dalam agenda kolaborasi Prodi Farmasi Universitas Mulia dan BRIN

Lebih jauh, Eka menyebutkan peluang keterlibatan mahasiswa dalam agenda ini cukup luas. Mahasiswa dapat mengikuti survei status gizi masyarakat desa, praktik formulasi sediaan sederhana, hingga edukasi langsung mengenai pola konsumsi, sanitasi, dan penggunaan produk kesehatan. “Mahasiswa juga bisa menuliskan hasil penelitian sebagai skripsi atau publikasi ilmiah, sehingga mereka memperoleh pengalaman nyata dalam menghubungkan teori dengan praktik lapangan,” jelasnya.

Terkait harapan jangka panjang, Eka menekankan pentingnya pembangunan model desa percontohan yang mandiri dalam aspek gizi, kesehatan, dan pemanfaatan produk farmasi berbasis potensi lokal. “Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya berdampak pada penurunan angka stunting, tetapi juga memperkuat kapasitas riset, publikasi, serta inovasi produk farmasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, kegiatan ini menjadi ajang peningkatan kompetensi mahasiswa dan dosen dalam riset aplikatif,” pungkasnya. (YMN)

Balikpapan, 18 September 2025 – Universitas Mulia kembali melanjutkan rangkaian kegiatan Studi Pembiayaan Program Penanggulangan Stunting bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Setelah sehari sebelumnya, Rabu (17/9), dilakukan penandatanganan Implementation Arrangement (IA) antara Fakultas Humaniora dan Kesehatan (FHK) Universitas Mulia dengan BRIN di Ruang Eksekutif Gedung White Campus, agenda Kamis (18/9) diisi dengan pemaparan materi substantif yang menghadirkan peneliti BRIN.

Dekan Fakultas Humaniora dan Kesehatan Universitas Mulia, Dr. Mada Aditia Wardhana, S.Sos., M.M., menandatangani dokumen Implementation Arrangement (IA) bersama perwakilan BRIN.

Materi utama disampaikan oleh Hadi Ashar, S.K.M., M.Ph., Peneliti Madya BRIN, dengan tajuk “Pengembangan Model Intervensi Kampung Keluarga Mandiri dalam Penanganan Stunting dan Gangguan Perkembangan pada Anak Baduta di Daerah Perdesaan”. Acara dipandu oleh Safri selaku moderator, dengan partisipasi sivitas akademika Universitas Mulia serta perwakilan dari BRIN.

Foto bersama usai penandatanganan Implementation Arrangement antara Fakultas Humaniora dan Kesehatan Universitas Mulia dan BRIN, dengan menampilkan dokumen kerja sama yang telah ditandatangani.

Dalam paparannya, Hadi menjelaskan bahwa penelitian ini merupakan riset jangka panjang (multi-year research) yang telah dimulai sejak 2023 di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Latar belakang riset ini berawal dari undangan resmi Bupati Magelang melalui Bappeda, menyusul tingginya prevalensi stunting yang menjadikan Magelang peringkat pertama di Jawa Tengah pada 2022.

“Riset ini bisa disebut riset titipan. Karena berangkat dari keprihatinan pimpinan daerah, kami diminta untuk menyusun rancangan intervensi berbasis kajian akademik dan implementasi lapangan,” jelas Hadi.

Hadi Ashar, S.K.M., M.Ph., Peneliti Madya BRIN, menyampaikan kuliah umum bertema “Pengembangan Model Intervensi Kampung Keluarga Mandiri dalam Penanganan Stunting dan Gangguan Perkembangan pada Anak Baduta di Daerah Perdesaan.”

Penelitian ini dirancang sebagai Research and Development (R&D) dengan tiga tahapan: asesmen, uji coba, dan implementasi. Tahun 2023 menjadi fase penyusunan proposal dan kajian awal. Memasuki 2024, tim peneliti melakukan studi kualitatif terhadap berbagai pemangku kepentingan dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa. Hasil studi tersebut melahirkan prototype model intervensi “Kampung Keluarga Mandiri” yang telah dipublikasikan di jurnal bereputasi internasional Q1.

Tahun 2025, riset memasuki tahap kuasi-eksperimen dengan desain kelompok kontrol. Fokus penelitian diarahkan pada pengembangan Keluarga Kawal Baduta (KKB), yakni program pendampingan intensif kepada keluarga yang memiliki anak berusia di bawah dua tahun. Dari fase ini dihasilkan tiga keluaran utama: Modul KKB, Buku Pedoman Kader Pendamping, dan Booklet Milestone perkembangan anak.

Suasana pemaparan materi oleh BRIN di Universitas Mulia yang diikuti sivitas akademika dan tamu undangan.

Lebih jauh, Hadi menargetkan pada 2026 riset akan diperluas dengan pendampingan menyasar Wanita Usia Subur, calon pengantin, dan ibu hamil. Sementara pada 2027, hasil penelitian akan diformulasikan sebagai rekomendasi kebijakan bagi Pemerintah Kabupaten Magelang, sebelum direplikasi ke daerah lain.

“Tujuan akhir kami bukan sekadar publikasi ilmiah, tetapi memastikan hasil riset dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan daerah. Dengan demikian, penanganan stunting dan gangguan perkembangan anak dapat berjalan berbasis bukti (evidence-based policy),” tegasnya.

Dekan FHK UM, Dr. Mada Aditia Wardhana, S.Sos., M.M., menyampaikan bahwa kolaborasi ini memperkuat komitmen Universitas Mulia untuk menghadirkan kontribusi nyata dalam isu kesehatan masyarakat. “Kemitraan dengan BRIN memungkinkan kampus kita terlibat langsung dalam riset strategis nasional, khususnya di bidang penanggulangan stunting yang merupakan masalah prioritas,” ujarnya.

Foto bersama dosen farmasi, dan perwakilan BRIN setelah rangkaian acara penandatanganan dokumen IA selesai

Rangkaian kegiatan dua hari ini tidak hanya memperkuat jejaring akademik Universitas Mulia dengan lembaga riset nasional, tetapi juga membuka ruang bagi sivitas akademika untuk belajar langsung dari penelitian lapangan berskala nasional. (YMN)

Permasalahan utama bukan semata pada perolehan sarana, melainkan pada bagaimana sarana tersebut dapat diintegrasikan secara menyeluruh ke dalam struktur kurikulum sehingga secara efektif memperkuat pencapaian kompetensi lulusan.”
— Wisnu Hera Pamungkas, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi Universitas Mulia

Balikpapan, 11 Agustus 2025 – Program Penguatan Perguruan Tinggi Swasta (PP-PTS) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi salah satu instrumen utama untuk memperkuat kapasitas akademik dan sarana prasarana perguruan tinggi swasta di Indonesia. Tahun ini, Universitas Mulia (UM) memperoleh hibah hampir setengah miliar rupiah untuk mendukung dua program studi kunci: Farmasi dan Teknologi Informasi.

Namun, seperti ditegaskan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi UM, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., keberhasilan pemanfaatan hibah ini lebih dari sekadar angka dana dan peralatan canggih. “Tantangan terbesar bukan hanya mendapatkan peralatan, tetapi bagaimana kita bisa mengintegrasikannya secara penuh ke dalam kurikulum dan memastikan fasilitas ini memperkuat capaian pembelajaran lulusan secara nyata,” ujarnya tegas.

Menerjemahkan Hibah ke Dalam Capaian Pembelajaran

Wisnu menjelaskan, Program Studi Farmasi menerima perangkat laboratorium senilai lebih dari Rp300 juta, termasuk furnace dan hematology analyzer. “Kami harus memastikan bahwa perangkat ini tidak hanya jadi pajangan di laboratorium, melainkan menjadi bagian integral dari RPS dan modul praktikum yang berbasis Outcome Based Education (OBE). Ini juga berarti kami memasukkan prinsip Green Pharmacy dan pharmapreneurship—agar mahasiswa tidak hanya paham teknis, tapi juga sadar akan aspek keberlanjutan dan inovasi kewirausahaan farmasi,” jelasnya.

Di sisi lain, pada Program Studi Teknologi Informasi, pergeseran paradigma praktikum menjadi fokus utama. “Sebelumnya, praktikum lebih banyak bersifat simulasi. Sekarang, dengan keberadaan sandbox lab, mahasiswa bisa langsung berpraktik melakukan simulasi serangan siber, konfigurasi jaringan, hingga deployment cloud nyata. Ini menuntut dosen menyiapkan skenario pembelajaran berbasis proyek yang kompleks dan relevan dengan kebutuhan industri,” tambah Wisnu.

Hibah Sebagai Pemantik Reformasi Kurikulum dan Metode

Hibah PP-PTS bukan sekadar sarana pengadaan peralatan, melainkan pemicu pembaruan kurikulum dan metode pembelajaran. “Di Farmasi, kami akan melakukan revisi RPS dan menambah modul praktikum yang sejalan dengan standar industri farmasi yang terus berkembang,” katanya. “Sedangkan di Teknologi Informasi, perangkat sandbox lab memungkinkan mahasiswa mengakses teknologi terkini dan belajar melalui project-based learning yang menekankan keterampilan aplikatif.”

Dengan pendekatan ini, Universitas Mulia mencoba menjawab kebutuhan zaman yang menuntut lulusan tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu mengimplementasikan dalam konteks nyata.

Pengawasan Mutu dari Log Book Hingga Evaluasi Capaian Kompetensi

Memastikan fasilitas hibah tidak menjadi simbol semata, UM menerapkan mekanisme monitoring dan evaluasi (monev) yang berlapis. “Kami mulai dari pencatatan penggunaan alat oleh dosen dan laboran lewat log book, survei kepuasan dosen dan mahasiswa, hingga evaluasi capaian kompetensi mata kuliah. Indikator keberhasilan seperti jumlah revisi RPS dan persentase capaian CPL sudah kami tetapkan sejak proposal hibah,” terang Wisnu.

Hal ini menunjukkan komitmen UM untuk menjadikan hibah sebagai investasi nyata dalam kualitas pembelajaran, bukan sekadar pemenuhan administratif.

Meningkatkan Kompetensi Dosen sebagai Kunci Keberhasilan

Dosen dan laboran mendapat perhatian khusus dalam peningkatan kompetensi teknis. “Pelatihan teknis sudah kami rancang agar mereka bukan hanya operator alat, tetapi mampu mengintegrasikan teknologi ini dalam pembelajaran berbasis kasus dan proyek,” kata Wisnu. Di Farmasi, pelatihan fokus pada pengoperasian furnace dan mikroskop trinokuler dengan kamera, serta menggabungkannya dalam modul Problem-Based Learning. Di TI, pelatihan meliputi pengoperasian perangkat keras jaringan, server, dan sandbox lab dengan pengembangan skenario pengajaran berbasis kasus nyata.

Menurut Wisnu, “Keberhasilan fasilitas hibah sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang mengelolanya dan mengoptimalkannya dalam proses belajar mengajar.”

Fasilitas sebagai ‘Living Laboratory’

UM mengambil langkah inovatif menjadikan fasilitas hibah sebagai living laboratory yang melibatkan mahasiswa secara aktif. “Mahasiswa Farmasi akan dilibatkan dalam proyek inovasi produk berbasis bahan alam dari tahap standarisasi hingga uji keamanan,” jelas Wisnu. “Sementara mahasiswa TI akan mengerjakan proyek keamanan siber, konfigurasi jaringan, dan eksperimen cloud computing dalam skenario nyata.”

Melalui berbagai mekanisme seperti tugas proyek, capstone project, dan kompetisi, fasilitas ini diharapkan menjadi ruang eksplorasi dan inovasi mahasiswa, bukan hanya alat bantu pengajaran.

(YMN)

Humas UM, 28 Mei 2025-Fakultas Humaniora dan Kesehatan Universitas  Mulia Balikpapan terus memperluas jejaring kerja sama dalam penguatan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pada Selasa (27/05/2025), Tim Akademisi dari Universitas Mulia melakukan kunjungan resmi ke Balai Perhutanan Sosial (Balai PS) Kukar di Samboja untuk menjajaki peluang kerja sama yang lebih strategis.

Tim akademisi yang hadir dalam kunjungan ini antara lain Dekan Fakultas Humaniora dan Kesehatan Dr. Mada Aditia Wardhana, Kaprodi Farmasi Warrantia Citta Citti Putri, serta dosen Farmasi Eka Kumala Retno dan Sapri. Kunjungan ini diterima langsung oleh Kepala Balai PS Kukar, Mochlis, di ruang rapat Balai PS Kukar.

Kaprodi Farmasi Universitas Mulia, Warrantia Citta Citti Putri, menjelaskan bahwa kerja sama ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pembelajaran berbasis proyek yang telah berlangsung sejak tahun 2021.

“Mahasiswa kami telah melakukan eksplorasi hasil hutan dan menghasilkan berbagai produk. Ke depannya, kegiatan ini akan ditingkatkan ke tahap penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,” jelasnya.

Transformasi kelembagaan yang menjadikan Balai PS Kukar fokus pada perhutanan sosial justru membuka peluang yang lebih luas. “Area kegiatan mahasiswa dapat diperluas karena sejalan dengan tugas dan fungsi baru Balai PS,” ujarnya.

Citta juga mengungkapkan bahwa sebelumnya belum ada nota kesepahaman (MoU) yang secara resmi mendasari kegiatan ini. Oleh karena itu, pada kunjungan ini pihak Universitas Mulia kembali mengajukan MoU dan telah mendapat persetujuan untuk ditindaklanjuti.

“Ke depan, pembelajaran mahasiswa tidak hanya sebatas eksplorasi, tapi akan diperluas hingga menyentuh langsung masyarakat di sekitar kawasan hutan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa peluang kolaborasi ini terbuka untuk program studi lain di Universitas Mulia.

Dalam konteks kebijakan Merdeka Belajar dan arah baru Diktisaintek Berdampak, Universitas Mulia memaknai kerja sama ini sebagai upaya untuk mengintegrasikan proses belajar dengan kebutuhan nyata di lapangan. “Kami ingin turut serta dalam pemberdayaan masyarakat sekitar hutan agar lebih produktif, misalnya dalam pengembangan UMKM berbasis potensi lokal,” tambahnya.

Sebagai langkah konkret, pihaknya berencana melakukan eksplorasi terarah terhadap potensi hutan yang kemudian akan ditindaklanjuti melalui penelitian di laboratorium Farmasi Universitas Mulia.

Humas UM (YMN)

Tim FHK yang dipimpin Dekan Dr. Mada Aditia Wardhana mengunjungi pelaku usaha madu herbal Madsant, Ridwansyah, di Kel. Margomulyo Balikpapan, Kamis (19/12). Foto: Istimewa

UM – Fakultas Humaniora dan Kesehatan (FHK) Universitas Mulia terus memperluas kemitraan dengan pelaku usaha lokal untuk mendukung pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Salah satu langkah nyata adalah kunjungan ke usaha lebah madu yang dikelola oleh Ridwansyah, pemilik merek Madu Madsant, di Kel. Margomulyo, Balikpapan, Kamis (19/12).

Kunjungan ini bertujuan untuk menjajaki peluang penelitian herbal dan edukasi lapangan, sekaligus mengembangkan produk berbasis propolis dan madu lokal.

“Kunjungan ini merupakan langkah awal untuk mengembangkan produk lebah madu melalui penelitian yang dilakukan oleh Program Studi S1 Farmasi,” kata Dekan FHK, Dr. Mada Aditia Wardhana.

Ia menjelaskan bahwa upaya ini tidak hanya untuk kepentingan riset, tetapi juga untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di FHK.

Dalam kunjungan tersebut, tim FHK Universitas Mulia melihat secara langsung proses pemanenan propolis dari lebah jenis Biroi menggunakan teknik budidaya berbasis rekayasa.

Pelaku usaha madu juga memperkenalkan inovasi berupa modifikasi pada tutup kotak budidaya untuk meningkatkan kualitas propolis.

Tim FHK sedang mengamati produk madu herbal Madsant di Kel. Margomulyo Balikpapan, Kamis (19/12). Foto: Istimewa

Tim FHK sedang mengamati produk madu herbal Madsant di Kel. Margomulyo Balikpapan, Kamis (19/12). Foto: Istimewa

Sebagian produk madu herbal yang baru dipanen dan dalam bentuk kemasan yang siap dikonsumsi. Foto: Istimewa

Sebagian produk madu herbal yang baru dipanen dan dalam bentuk kemasan yang siap dikonsumsi. Foto: Istimewa

“Proses ini memberikan wawasan baru bagi kami, terutama dalam mengintegrasikan riset Farmasi dengan praktik industri. Selain itu, objek ini juga sangat cocok untuk edukasi lapangan bagi anak usia dini,” tambah Dr. Mada.

Menurutnya, FHK berencana mengembangkan riset lanjutan di bidang Farmasi dan menjadikan peternakan lebah sebagai tempat edukasi bagi anak-anak.

Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PGAUD) direncanakan akan memanfaatkan objek ini untuk memperkenalkan anak usia dini pada dunia peternakan lebah dan manfaatnya.

Kegiatan ini bukanlah langkah awal, melainkan tindak lanjut dari kunjungan sebelumnya yang dilakukan Ridwansyah ke Prodi S1 Farmasi pada September 2024. Kala itu, ia berdiskusi tentang potensi pengembangan produk madu, propolis, herbal, dan kosmetik berbasis bahan lokal.

“Propolis, herbal, dan kosmetik di Balikpapan masih didominasi oleh produk luar daerah. Dengan dukungan Universitas Mulia, kami berharap dapat memproduksi sendiri dan meningkatkan kualitas produk lokal,” ujar Ridwansyah.

Ia juga menyampaikan harapan besar untuk menjalin kerjasama lebih erat dengan Universitas Mulia. “Kami optimis bahwa kolaborasi ini dapat mengembangkan sektor UMKM dan menciptakan produk unggulan yang bermanfaat bagi masyarakat,” tambahnya.

Selain mendorong riset dan inovasi, kegiatan ini juga sejalan dengan visi Universitas Mulia untuk memperkuat kontribusi dalam pengembangan sektor UMKM lokal.

Melalui penguatan kerjasama dengan pelaku usaha seperti Madu Madsant, Universitas Mulia berupaya mendorong terciptanya ekosistem inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Dalam kunjungan ini, tim FHK mendapat wawasan tentang manfaat propolis sebagai bahan baku herbal dengan nilai tambah tinggi. Propolis dikenal memiliki kandungan antimikroba dan antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan.

Dr. Mada menegaskan bahwa penelitian Farmasi Universitas Mulia ke depan akan difokuskan pada pengembangan bahan herbal lokal, termasuk propolis, untuk menghasilkan produk farmasi yang kompetitif.

“Kami ingin memastikan bahwa Balikpapan memiliki produk herbal berkualitas yang mampu bersaing di pasar nasional,” katanya.

Kolaborasi antara FHK Universitas Mulia dan pelaku usaha lokal seperti Madu Madsant menjadi langkah penting dalam memadukan dunia akademik dengan kebutuhan industri.

Kunjungan ini tidak hanya membuka peluang riset, tetapi juga memberikan dampak positif bagi edukasi anak usia dini dan pengembangan UMKM.

Dengan dukungan Universitas Mulia, diharapkan Balikpapan dapat menjadi pusat inovasi produk herbal lokal yang berkualitas.

Sinergi ini tidak hanya akan memperkuat sektor pendidikan, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi masyarakat melalui produk unggulan berbasis bahan lokal.

(SA/Kontributor)