Tag Archive for: Kuliah Umum

Humas Universitas Mulia, 13 Maret 2025 – Universitas Mulia terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas akademik dan inovasi mahasiswa melalui Workshop Pembekalan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2025. Dalam wawancara eksklusif, Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Muhammad Ahsin Rifa’i, menegaskan pentingnya partisipasi mahasiswa dalam PKM sebagai salah satu upaya untuk meraih pendanaan penelitian dan pengabdian masyarakat dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti).

Membuka Peluang Hibah Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Menurut Prof. Ahsin Rifa’i, salah satu tujuan utama dari workshop ini adalah memberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa Dikti menyediakan banyak peluang hibah dalam berbagai skema PKM. Namun, agar bisa mendapatkan pendanaan, mahasiswa harus menyusun proposal yang tidak hanya memenuhi aspek administratif, tetapi juga memiliki substansi yang kuat dan urgensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta pemberdayaan masyarakat.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Muhammad Ahsin Rifa’i, saat menyampaikan wawasan dan harapan terhadap partisipasi mahasiswa dalam PKM 2025.

“Mahasiswa harus menyadari bahwa peluang untuk mendapatkan hibah penelitian dan pengabdian ini cukup besar, asalkan proposal yang diajukan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Oleh karena itu, keterampilan menyusun proposal yang baik sangat penting,” ujar Prof. Ahsin.

Untuk mendukung hal tersebut, Universitas Mulia tidak hanya membekali mahasiswa, tetapi juga melibatkan dosen pembimbing dalam workshop ini. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan memperbarui pemahaman mereka terhadap panduan penyusunan proposal PKM 2025 agar bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa semakin optimal.

Dukungan Penuh Universitas Mulia dalam PKM

Sebagai bentuk dukungan konkret, Universitas Mulia menghadirkan narasumber kompeten dari Universitas Hasanuddin yang telah berpengalaman membimbing mahasiswa hingga sukses meraih pendanaan PKM dan melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).

Sesi tanya jawab yang interaktif, di mana mahasiswa dan dosen aktif berdiskusi dengan narasumber terkait strategi sukses dalam PKM.

Selain itu, universitas juga menyediakan dosen pembimbing untuk setiap proposal PKM mahasiswa, sehingga mereka bisa mendapatkan arahan dan masukan yang lebih terarah sebelum proposal diunggah ke Dikti.

“Kami juga memberikan dukungan moral dan finansial bagi mahasiswa yang serius mengikuti PKM. Wakil Rektor dan Kepala Bagian Kemahasiswaan siap mendampingi mahasiswa dalam setiap tahap penyusunan proposal,” tambahnya.

Strategi Lolos Pendanaan dan Target 2025

Universitas Mulia tidak hanya berhenti pada workshop pembekalan. Sebagai strategi untuk meningkatkan peluang lolos pendanaan, universitas akan mengadakan boot camp intensif yang melibatkan mahasiswa dan dosen pembimbing.

Foto bersama pemateri, dosen, dan mahasiswa di akhir acara sebagai simbol kolaborasi dalam mempersiapkan PKM 2025.

“Workshop ini adalah langkah awal, selanjutnya akan ada boot camp agar mahasiswa lebih siap dalam menyusun proposal yang kompetitif. Dengan cara ini, kami berharap setidaknya tiga proposal PKM mahasiswa Universitas Mulia bisa lolos pendanaan tahun ini. Bahkan, jika memungkinkan, kami ingin ada yang sampai ke Pimnas 2025,” harap Prof. Ahsin.

PKM, Inovasi, dan Reputasi Akademik Universitas Mulia

Lebih dari sekadar ajang kompetisi, PKM memiliki peran penting dalam meningkatkan reputasi akademik dan inovasi di Universitas Mulia. Prof. Ahsin menegaskan bahwa semakin banyak mahasiswa yang mendapatkan pendanaan PKM, maka prestasi akademik dan non-akademik kampus juga akan semakin meningkat.

“Dengan pendanaan PKM, mahasiswa bisa lebih aktif dalam publikasi ilmiah, menulis di media massa, hingga menghasilkan paten atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Selain itu, pengalaman dalam penelitian dan pengabdian akan menjadi bekal berharga bagi mereka setelah lulus dan memasuki dunia kerja,” tuturnya.

Suasana workshop yang berlangsung dengan penuh antusiasme, di mana peserta menyimak materi dengan serius untuk mempersiapkan proposal PKM yang berkualitas.

Workshop PKM 2025 ini menjadi langkah awal dalam membangun generasi mahasiswa Universitas Mulia yang inovatif, kompetitif, dan siap berkontribusi dalam dunia riset serta pengabdian masyarakat. Dengan dukungan penuh dari universitas, mahasiswa diharapkan dapat mencetak prestasi lebih tinggi dan mengharumkan nama Universitas Mulia di tingkat nasional.

Humas UM (YMN)

Humas Universitas Mulia, 16 Januari 2025—Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Universitas Mulia sukses menyelenggarakan kegiatan Kuliah Umum Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) Agama Islam dengan tema “Panduan Praktis Mengurus Jenazah”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 10 Januari 2025 lalu, di Ballroom Cheng Hoo, Kampus Universitas Mulia, Balikpapan.

Kuliah Umum MKDU Agama Islam

Kuliah umum ini menghadirkan Ustadz Haji Salmani, S.E., sebagai dosen tamu yang memberikan pemaparan mendalam tentang tata cara pengurusan jenazah sesuai syariat Islam. Acara ini diprakarsai oleh Dosen Pengampu MKDU Agama Islam, Lisda Agustina, S.Ag., M.Pd., yang bertujuan memperkaya pemahaman mahasiswa terhadap salah satu konsep penting dalam ajaran Islam.

Dalam sambutannya, Lisda Agustina menyampaikan pentingnya pemahaman mendalam terhadap konsep fardhu kifayah yang meliputi pengurusan jenazah.

“Pengurusan jenazah merupakan salah satu konsep penting dalam ajaran Islam yang menekankan tanggung jawab kolektif umat untuk memenuhi kebutuhan esensial masyarakat. Konsep ini tidak hanya relevan dalam konteks ibadah, tetapi juga berdampak pada berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, dan sosial. Pemahaman yang mendalam tentang fardhu kifayah akan membantu kita menjadi individu yang lebih peka terhadap kebutuhan masyarakat dan lebih bertanggung jawab dalam menjalankan peran kita masing-masing.”

Dosen Pengampu MKDU Agama Islam, Lisda Agustina, S.Ag., M.Pd.

Lisda juga menambahkan apresiasinya kepada Ustadz Haji Salmani yang saat ini menjabat sebagai pembina fardhu kifayah di Masjid Istiqomah, Balikpapan.

“Kehadiran Ustadz Haji Salmani, S.E., beserta tim merupakan kesempatan yang sangat berharga. Saya berharap teman-teman mahasiswa dapat memperoleh wawasan baru yang bermanfaat tidak hanya untuk dunia akademik tetapi juga kehidupan bermasyarakat. Jangan ragu untuk berdiskusi dan bertanya. Insya Allah, selain pemaparan materi, kita juga akan melakukan praktik langsung tata cara mengurus jenazah,” ujar Lisda.

Praktik Mengafani Mayyit oleh Mahasiswa

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Bagian HRD Universitas Mulia, Drs. Achmad Priyanto, dalam sambutannya. Beliau menekankan pentingnya ilmu pengurusan jenazah sebagai bagian dari kewajiban seorang Muslim.

“Mengurus jenazah adalah kewajiban fardhu kifayah bagi umat Islam. Kita semua pada dasarnya adalah calon jenazah, sehingga memahami tata cara pengurusan jenazah dengan baik dan benar menjadi sebuah keharusan. Kematian seseorang harus diurus dengan sebaik-baiknya, sebagaimana seseorang dilahirkan ke dunia.”

Praktek Mengafani Mayyit oleh Mahasiswi

Drs. Achmad Priyanto juga mengapresiasi kerja sama yang terjalin dengan pihak-pihak terkait, khususnya rombongan pembina dari Muhammadiyah, serta berterima kasih kepada dosen-dosen Universitas Mulia atas terselenggaranya acara ini.

“Kami sangat berterima kasih atas kerja sama yang terjalin dan berharap kolaborasi ini dapat terus berlanjut. Semoga mutu pembelajaran di Universitas Mulia semakin meningkat dan materi yang kita pelajari hari ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.”

Acara ini mendapatkan antusiasme tinggi dari mahasiswa yang aktif bertanya dalam sesi diskusi. Kuliah umum kemudian dilanjutkan dengan sesi praktik tata cara pengurusan jenazah, mulai dari memandikan, mengafani, menshalatkan, hingga menguburkan jenazah.

Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa FIKOM Universitas Mulia tidak hanya mendapatkan ilmu akademik, tetapi juga memiliki kesadaran spiritual yang lebih baik serta mampu memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.

Humas UM (YMN)

Humas UM-Balikpapan, Universitas Mulia merayakan Dies Natalis ke-6 dengan penuh semangat dan antusiasme dalam sebuah acara ceremoni yang diadakan di Hall Gedung Cheng Ho Universitas Mulia, Rabu 19 /12/2024. Mengusung tema “Membangun Indonesia, dengan Inovasi & Technopreneur”, acara ini menegaskan komitmen Universitas Mulia untuk terus menciptakan generasi unggul yang berorientasi pada inovasi dan kewirausahaan berbasis teknologi.

Rektor Universitas Mulia, Prof.Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si, dalam pidatonya menyampaikan, “Enam tahun perjalanan Universitas Mulia adalah bukti nyata dari dedikasi kami dalam mencetak sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga kreatif dan siap menghadapi tantangan global. Dengan tema tahun ini, kami ingin menekankan pentingnya peran inovasi dan technopreneurship dalam membangun Indonesia yang lebih maju menuju generasi Emas 2045.”

Prof Ahsin juga menyampaikan bahwa dalam rangka mengatisipasi kehadiran IKN dibidang konstruksi dan industri serta mendukung program pemerintah pada bidang pangan nasional, Universitas Mulia telah mengajukan Program Studi baru antara lain, (S1)Tehnik Sipil, (S1)Teknik Industri, (s1)Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, (S1)Desain Komunikasi  Visual .

Acara yang dihadiri oleh Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H.,M.H. berserta seluruh jajaran nya, jajaran pimpinan universitas, dosen, mahasiswa, serta mitra Kerjasama strategis.

Dr. Agung Sakti Pribadi menyampaikan dalam sambutan nya  bahwa kita punya tagline Inovasi, mandiri dan humanis, dengan Humanis kita berharap kita sebagai akademisi di Universitas Mulia dengan Mitra dapat bekerjasama dalam membangun kampus kita menjadi lebih baik lagi.Semoga Universitas Mulia menjadi lebih baik dan berguna untuk masyarakat.

Kegiatan Dies natalis kali ini mengundang Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Jawa Timur, Bapak Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes, sebagai Orator Ilmiah dengan topik “Inovasi dan Technopreneur”. Beliau menyampaikan bahwa keberhasilan technopreneurship tidak hanya ditentukan oleh ide inovatif, tetapi juga oleh kemampuan untuk mengidentifikasi peluang pasar, merancang model bisnis yang kuat, serta membangun kolaborasi dengan berbagai pihak. Dalam lingkungan pendidikan, institusi seperti universitas memiliki peran penting dalam mencetak technopreneur muda dengan menyediakan ekosistem yang mendukung pengembangan keterampilan, riset, dan inkubasi bisnis. Maka kita sebagai pendidik perlu membangun ekosistem tersebut di lingkungan universitas Mulia.

Acara Dies Natalis ini juga dihadiri oleh Mitra kerjasama dan pada kesempatan ini juga telah dilakukan ceremoni penandatangan MoU dengan beberapa Mitra baru antara lain, Badan Riset dan Inovasi Daerah Jawa Timur, Pegadaian, dan APINDO , yang di tandatangani oleh Rektor Universitas mulia Prof.Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si dan beberapa Pimpinan Mitra Terkait didampingi oleh Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H.,M.H.

Universitas Mulia terus berkomitmen untuk menjadi institusi pendidikan yang adaptif dan inovatif dalam menjawab tantangan era digital. Dengan semangat Dies Natalis ke-6 ini, Universitas Mulia berharap dapat terus berkontribusi dalam membangun Indonesia yang maju melalui inovasi dan technopreneurship. ( Humas UM- WN)

Selamat Dies Natalis ke-6, Universitas Mulia!

Selamat Dies Natalis ke-6, Universitas Mulia!

Humas Universitas Mulia, 14 November 2024 – Universitas Mulia mengadakan Kuliah Umum “Safety Campaign Goes to Campus” dengan tema “Keselamatan dan Keamanan Penerbangan Tanggung Jawab Bersama.” Acara ini terlaksana berkat kerja sama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kantor Otoritas Bandara Wilayah VII Kementerian Perhubungan. Bertempat di Ballroom Gedung Cheng Hoo, acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya kalangan akademik, tentang pentingnya menjaga keselamatan di dunia penerbangan.

Sambutan oleh Kepala Seksi Pelayanan dan Pengoperasian Bandar Udara, Ahadiyat Adhi Yudistira, S.Si., M.Ab,

Kuliah umum ini diawali dengan sambutan yang disampaikan oleh Kepala Seksi Pelayanan dan Pengoperasian Bandar Udara, Ahadiyat Adhi Yudistira, S.Si., M.Ab, yang menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap ancaman keselamatan penerbangan, seperti layang-layang, laser, drone tanpa izin, serta balon udara. “Mengantarkan penumpang hingga ke tempat tujuan dengan aman adalah tanggung jawab kita bersama, dan dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk menghindari hal-hal yang membahayakan keselamatan penerbangan,” ungkap Ahadiyat. Ia mengajak para peserta untuk menjadi penyambung pesan keselamatan ini kepada keluarga dan lingkungan sekitar.

Pembukaan secara resmi kuliah umum oleh Wakil Rektor III Universitas Mulia, Sumardi, S.Kom., M.Kom.

Kuliah umum ini dibuka oleh Wakil Rektor III Universitas Mulia, Sumardi, S.Kom., M.Kom., yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya atas kerja sama ini. “Kami sangat menyambut baik kegiatan ini. Keselamatan penerbangan juga merupakan kepedulian bagi kami di lingkungan kampus, dan informasi seperti ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen,” ujarnya mewakili Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si.

Bapak Ngurah Joz dari Kantor Otoritas Bandara Kelas II Wilayah VI sebagai moderator Kuliah Umum

Acara ini dipandu oleh Bapak Ngurah Joz dari Kantor Otoritas Bandara Kelas II Wilayah VI dan menghadirkan lima narasumber berpengalaman di bidang keselamatan dan keamanan penerbangan, yaitu Bapak Alvin Prayogi (inspektur navigasi penerbangan), Bapak Doni Desmon (inspektur bandar udara), Bapak Agus (petugas keamanan penerbangan), Bapak Paul dari Angkatan Udara, dan Bapak Kabul (ahli kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara).

Bapak Alvin Prayogi pemateri kuliah umum

Bapak Alvin Prayogi menjelaskan tugas pengawasan navigasi udara dan ancaman terhadap keselamatan penerbangan, seperti balon udara, sinar laser, dan layang-layang yang bisa mengganggu pandangan pilot atau merusak peralatan pesawat. Ia mengingatkan agar kegiatan seperti bermain layang-layang atau menerbangkan drone dilakukan di luar kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) dan dengan izin resmi jika diperlukan.

Bapak Doni Desmon melanjutkan sesi dengan memaparkan tugas pengawasan di bandar udara dan peran penting KKOP dalam menjaga keamanan penerbangan. Menurutnya, KKOP berfungsi melindungi masyarakat sekitar bandara dari potensi bahaya, dan masyarakat harus mengikuti aturan untuk tidak memasuki atau menghalangi wilayah ini tanpa izin.

Bapak Agus dari bidang keamanan penerbangan memberikan panduan tentang hal-hal yang harus diperhatikan calon penumpang, seperti pengecekan bagasi, pengaturan barang-barang terlarang, serta imbauan untuk tiba lebih awal di bandara. Agus menekankan pentingnya kerja sama dari penumpang untuk mematuhi aturan agar tercipta penerbangan yang aman dan nyaman.

Bapak Paul dari Angkatan Udara menjelaskan hak-hak penumpang saat menghadapi keterlambatan (delay) pesawat. Ia menguraikan jenis kompensasi yang berhak diterima oleh penumpang sesuai dengan lama keterlambatan. Misalnya, delay selama 30-60 menit berhak mendapat minuman, dan jika lebih dari empat jam, penumpang berhak atas kompensasi uang tunai Rp300.000 atau pengalihan penerbangan.

Sesi terakhir ditutup dengan pemaparan oleh Bapak Kabul, yang membahas konsep kelaikudaraan, yaitu kondisi di mana pesawat dinyatakan layak terbang sesuai standar keselamatan. Ia menjelaskan bahwa setiap pesawat harus melalui berbagai prosedur pemeriksaan agar dapat beroperasi dengan aman.

Kuliah umum ini menegaskan kembali pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan industri penerbangan untuk menciptakan penerbangan yang aman, nyaman, dan andal. Universitas Mulia berharap kegiatan edukatif ini mampu memperkuat pemahaman mahasiswa dan dosen mengenai pentingnya peran masyarakat dalam menjaga keselamatan penerbangan di Indonesia.

 

Humas UM (YMN)

Humas UM, 6 November 2024 — Universitas Mulia kembali mengukuhkan komitmennya sebagai kampus technopreneur dengan mengadakan kuliah umum bertajuk “Menuju Kampus Global Berbasis Technopreneur.” Acara yang berlangsung di Ballroom Cheng Ho, Universitas Mulia, ini menghadirkan Prof. Dr. Cecep Darmawan, M.Si., M.H., guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung sebagai narasumber utama. Kuliah umum ini dihadiri oleh para dosen, mahasiswa, dan tamu undangan yang antusias untuk menyimak materi dari seorang pakar pendidikan yang dikenal luas sebagai tokoh technopreneur dan sosial politik.

Prof. Dr. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si. Rektor Universitas Mulia

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyambut hangat kehadiran Prof. Cecep dan mengenalkannya sebagai “selebriti” dari UPI Bandung, mengingat peran beliau yang kerap menjadi narasumber di program-program televisi nasional seperti Metro TV. Dr. Ahsin juga menyampaikan perkembangan Universitas Mulia, yang meskipun baru berusia enam tahun, telah memiliki sekitar 3.000 mahasiswa dan 130 dosen dengan banyak inovasi yang dihasilkan. “Visi Universitas Mulia adalah menjadi perguruan tinggi berbasis technopreneur di tingkat global pada tahun 2045,” jelas Dr. Ahsin dalam sambutannya. “Dengan adanya kuliah umum ini, kami berharap mahasiswa dan dosen semakin memahami pentingnya mengasah sensitivitas terhadap isu-isu global, agar siap bersaing di tingkat nasional maupun internasional,” tambahnya.

 

Dr. Linda Fauziyah, S.Pd., M.Pd. sebagai moderator kuliah umum

Pembukaan Kuliah Umum dengan Kreativitas dan Semangat

Narasumber pada kegiatan ini Prof. Dr. Cecep Darmawan, M.Si., M.H. adalah salah satu guru besar di Universitas Pendidikan Indonesia, didampingi oleh Dr. Linda Fauziyah, S.Pd., M.Pd.  selaku Kepala Inkubator Bisnis Universitas Mulia, yang pada kesempatan ini berperan sebagai Moderator. Prof. Cecep menyampaikan bahwa tantangan dunia pendidikan saat ini adalah menghasilkan lulusan yang bukan hanya mencari pekerjaan, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja. Menurutnya, paradigma perguruan tinggi harus beralih dari sekadar menghasilkan pegawai menjadi pencetak wirausaha.

Nara sumber kuliah umum: Prof. Dr. Cecep Darmawan, M.Si., M.H., guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

“Jika perguruan tinggi hanya melahirkan pegawai, itu adalah paradigma lama. Kampus berbasis technopreneur seperti Universitas Mulia harus mengarahkan lulusannya untuk menjadi entrepreneur yang berjiwa inovasi dan berorientasi pada teknologi,” tegas Prof. Cecep.

Beliau menekankan bahwa kampus ideal di era global harus memadukan tiga paradigma, yakni *teaching university*, *research and innovation university*, dan *entrepreneur university*. Selain mengajarkan ilmu pengetahuan, perguruan tinggi juga harus menjadi pusat pengembangan riset dan inovasi yang bernilai ekonomi bagi masyarakat.

Prof. Cecep mengapresiasi Universitas Mulia yang kini telah memasukkan unsur technopreneurship ke dalam visi besarnya. Beliau juga menyarankan agar konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi yang selama ini diterapkan, dikembangkan menjadi “Panca Dharma,” dengan menambah elemen inovasi dan publikasi sebagai pilar utama.

“Tidak mungkin dosen naik pangkat tanpa riset dan pengabdian. Inovasi adalah hasil dari riset yang dapat berdampak langsung pada masyarakat. Di Universitas Pendidikan Indonesia, dosen wajib melakukan riset dan publikasi untuk mempertahankan kualitas serta meningkatkan akreditasi kampus,” ujarnya.

 

Pemaparan oleh Prof. Dr. Cecep Darmawan, M.Si., M.H.

Prof. Cecep berharap agar seluruh civitas akademika Universitas Mulia dapat menjadikan technopreneurship sebagai DNA kampus. Dengan demikian, mahasiswa Universitas Mulia akan memiliki pola pikir global dan kesiapan menghadapi dinamika teknologi yang terus berkembang.

Kuliah umum ditutup dengan pesan inspiratif dari Prof. Cecep yang menekankan bahwa technopreneurship bukan sekadar konsep, melainkan cara berpikir yang mengutamakan inovasi, kemandirian, dan keberanian dalam menghadapi tantangan global. Beliau berharap materi ini akan menjadi pemacu semangat bagi mahasiswa Universitas Mulia untuk menjadi technopreneur handal yang mampu bersaing di panggung internasional.

Acara kuliah umum ini berlangsung meriah dan sukses, menjadi inspirasi baru bagi seluruh peserta untuk semakin menghayati peran mereka sebagai generasi muda berjiwa technopreneur di era globalisasi.

Humas UM (YMN)

Humas UM, 1 November 2024 — Universitas Mulia mengadakan kuliah umum di Ruang Eksekutif pada Jumat (1/11) dengan tema “Urgensi Inovasi bagi Akademisi Menyongsong Indonesia Emas 2045.” Acara ini diisi oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jawa Timur, Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes., dan dihadiri oleh civitas akademika Universitas Mulia, termasuk Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H., serta Wakil Rektor Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M.TI.

Dr. Agung dalam sambutannya menyatakan apresiasinya terhadap kehadiran Dr. Andriyanto yang memiliki pengalaman luas di bidang riset dan inovasi. “Beliau adalah sosok yang berpengalaman di bidang riset dan inovasi, pernah menjabat sebagai Bupati Pasuruan, dan saat ini memimpin BRIDA Jawa Timur. Kehadiran beliau di sini tentu akan memberikan pencerahan bagi kita semua,” ujar Dr. Agung.

Sambutan dilanjutkan oleh Wakil Rektor Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., yang menekankan relevansi tema kuliah umum ini dengan visi Universitas Mulia. Ia mengingatkan tentang pentingnya inovasi akademis dalam mempersiapkan generasi produktif yang kompeten dan berjiwa nasionalis untuk menyambut masa keemasan Indonesia di 2045. “Universitas Mulia telah menyesuaikan roadmap menuju 2045 sejalan dengan visi Indonesia Emas, yakni untuk mengoptimalkan potensi bonus demografi dan memastikan generasi mendatang memiliki daya saing global,” ungkap pak Wibisono.

Sebelah kiri narasumber, Dr. Adriyanto, S.H. M.Kes; sebelah kanan Wakil Rektor Bidang Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M. T.I.

Beliau meneruskan, “Dua alasan besar di balik penetapan tahun 2045 sebagai tahun Indonesia Emas adalah, pertama, tahun tersebut menandai satu abad kemerdekaan Indonesia. Setelah 100 tahun merdeka, kita seharusnya mampu memikirkan zaman keemasan. Kedua, proyeksi kependudukan menunjukkan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi luar biasa. Antara tahun 2030 hingga 2040, jumlah penduduk dalam usia produktif akan jauh lebih besar dibandingkan yang tidak produktif.”

Namun, ia menekankan bahwa memiliki populasi muda yang besar tidak menjamin produktivitas. “Sebuah negara yang dipenuhi anak muda tanpa kompetensi dan rasa nasionalisme tidak akan berarti apa-apa. Kita sebagai akademisi memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga mencintai tanah air,” jelasnya.

Pemaparan Dr. Andriyanto dalam Kuliah Umum

Dalam kuliah umumnya, Dr. Andriyanto menyampaikan bahwa era digital saat ini telah melampaui revolusi industri 4.0 menuju revolusi society 5.0, yang mengintegrasikan teknologi digital untuk kemaslahatan masyarakat. Ia menekankan bahwa inovasi adalah katalisator kesejahteraan dan bahwa akademisi perlu berperan aktif dalam menciptakan inovasi yang mendukung kemajuan bangsa.

 

Kuliah Umum oleh Dr. Adriyanto, S.H. M. Kes.

 

“Jika kita tidak berinovasi, kita akan tertinggal. Di revolusi society 5.0, inovasi adalah kunci agar kita tetap relevan dalam persaingan global. Di luar negeri, lulusan muda sudah mampu mendirikan perusahaan virtual yang berkontribusi bagi masyarakat,” ujarnya, menegaskan pentingnya adaptasi dan literasi digital dalam dunia pendidikan.

Dr. Andriyanto juga menyoroti empat tantangan global yang perlu diantisipasi Indonesia, yaitu ketahanan pangan, kesehatan global, literasi digital, dan pentingnya kerja sama pentahelix. Ia menekankan bahwa akademisi perlu berperan aktif dalam pemecahan masalah berbasis ilmiah yang melibatkan pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha, dan media.

Di akhir acara, Dr. Andriyanto mengajak seluruh peserta untuk terus berinovasi demi kesejahteraan bangsa. “Tidak ada waktu untuk stagnan. Jika kita ingin maju, kita harus terus belajar dan beradaptasi,” pungkasnya.

 

Dokumentasi Kegiatan Berjalan

 

Kuliah umum ini diharapkan dapat menginspirasi para akademisi Universitas Mulia untuk aktif berinovasi dan mempersiapkan generasi yang berkompeten dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Humas UM (YMN)

Seorang mahasiswa dari perguruan tinggi lain bertanya kepada narasumber Kuliah Umum, Jumat (27/9). Foto: Media Kreatif

Tantangan Persaingan Usaha Gen Z Agar Naik Kelas di Era Digital

UM – Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bekerja sama dengan Program Studi S1 Hukum menggelar Kuliah Umum tentang Ekonomi Persaingan Usaha. Kegiatan ini berlangsung di Ballroom Cheng Ho Kampus Utama, Jalan Letjen Zaini Azhar Maulani Balikpapan, Jumat (27/9) pagi.

Dalam kesempatan ini, hadir anggota KPPU RI Dr. Eugenia Mardanugraha, S.Si., M.E bersama Kepala Kantor Wilayah V KPPU Samarinda FY Andriyanto dan Kepala Bidang Penegakan Hukum Kanwil V KPPU Samarinda Yunan Andika Putra, S.H, M.H.

Ketiganya disambut hangat Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi, Dekan Fakultas Humaniora dan Kesehatan (FHK) Dr. Mada Aditia Wardhana, Plt. Kaprodi S1 Hukum Kana Kurnia, S.H., M.H, Kaprodi PG AUD Sri Purwanti, S.Pd., M.Pd bersama jajaran dan dosen lainnya.

Dalam paparannya, FY Andriyanto menerangkan bahwa KPPU merupakan lembaga non-struktural atau independen yang dibentuk oleh UU no. 5/1999. KPPU bertanggung jawab kepada Presiden dan DPR. KPPU berwenang menjalankan amanat UU no. 5/1999 dan amanat Pengawasan Kemitraan pada UU no. 20/2008.

“Tujuan KPPU adalah meningkatkan persaingan usaha dan kemitraan sehat untuk mendorong perekonomian nasional yang berkeadilan dan berkesinambungan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat,” tutur Andriyanto.

Dengan adanya persaingan usaha, manfaatnya adalah semakin terbukanya akses masuk ke pasar sehingga mendorong peran pelaku usaha yang lebih besar.

Selain itu, adanya persaingan usaha mendorong hadirnya produk yang semakin beragam. Hal ini memungkinkan konsumen menentukan pilihan, mendorong pelaku usaha menciptakan inovasi, dan harga barang yang sesuai kualitas dan layanan serta manfaat lainnya.

Sementara itu, Yunan Andika Putra mengatakan, KPPU merupakan lembaga independen yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah, dan usaha kecil dengan usaha besar.

Jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2022 tercatat sebesar 64,2 juta, dengan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 60,51%. UMKM mampu menyerap 97 persen dari total tenaga kerja dan menghimpun 60,42 persen dari total investasi.

Berbagai kebijakan dirumuskan untuk mendorong UMKM naik kelas, termasuk memberikan perlindungan melalui KPPU.

Anggota KPPU RI Dr. Eugenia Mardanugraha, S.Si., M.E menerima cenderamata dari Dekan FHK Dr. Mada Aditia Wardhana disaksikan Kepala Bidang Penegakan Hukum Kanwil V KPPU Samarinda Yunan Andika Putra. Foto: Media Kreatif

Anggota KPPU RI Dr. Eugenia Mardanugraha, S.Si., M.E menerima cenderamata dari Dekan FHK Dr. Mada Aditia Wardhana disaksikan Kepala Bidang Penegakan Hukum Kanwil V KPPU Samarinda Yunan Andika Putra. Foto: Media Kreatif

Kepala Kantor Wilayah V KPPU Samarinda FY Andriyanto saat memaparkan KPPU kepada peserta Kuliah Umum. Foto: Media Kreatif

Kepala Kantor Wilayah V KPPU Samarinda FY Andriyanto saat memaparkan tugas dan fungsi KPPU kepada peserta Kuliah Umum. Foto: Media Kreatif

Foto bersama KPPU RI dengan Dekan FHK bersama mahasiswa dan dosen peserta Kuliah Tamu. Foto: Media Kreatif

Foto bersama KPPU RI dengan Dekan FHK bersama mahasiswa dan dosen peserta Kuliah Umum. Foto: Media Kreatif

Persaingan Usaha Gen Z

Seiring dengan materi kuliah umum yang diikuti para mahasiswa dari kalangan Gen Z, media ini bertanya bagaimana KPPU memandang upaya generasi Z yang memiliki usaha rintisan agar bisa naik kelas di tengah persaingan.

Eugenia Mardanugraha mengatakan, dirinya mengakui saat ini dunia usaha menghadapi tantangan persaingan usaha yang sangat ketat, terutama dengan adanya perekonomian digital.

“Jadi, semua transaksi ekonomi sekarang itu dijalankan secara digital baik transaksi pembayarannya maupun jual belinya. Dan kemudian produk-produknya juga itu banyak sekali yang produk-produk digital,” ujarnya.

Eugenia mengatakan, KPPU akan terus berusaha melakukan tugasnya, baik pada usaha perekonomian yang bersifat tradisional maupun digital.

“KPPU melakukan tugasnya untuk meningkatkan efisiensi di dalam ekonomi yang tentunya itu dicerminkan di dalam usaha-usaha yang termasuk di dalam usaha Gen Z ini supaya naik kelas, gitu,” ujarnya.

“Jadi, supaya dia itu bertambah besar, yang tadinya dari usaha kecil menjadi usaha besar, yaitu yang terus diusahakan oleh KPPU, termasuk melakukan perubahan di dalam undang-undang untuk bisa mengakomodir pengawasan di era ekonomi digital ini,” tambahnya.

Apakah KPPU menangani Money Laundering?

Yunan Andika mengatakan, KPPU bergerak berdasarkan Undang Undang nomor 20 tahun 2008.

“Kalau UMKM, hal itu terkait dengan pengawasan kemitraan. Jadi, kewenangan KPPU hanya sebatas dalam undang-undang itu. Jadi, ketika kita melihat money laundering, berarti ini kan berada pada ranah pidana, kemitraan antar pelaku usahanya,” ujarnya.

Yunan kemudian memberikan contoh hal-hal yang bisa dilakukan oleh KPPU, misalnya, pada pelaku usaha Franchise. Usaha jenis Franchise memungkinkan pelaku usaha melebarkan sayap dengan membuka banyak cabang usaha di daerah lain.

Terhadap usaha Franchise tersebut, KPPU akan melihat bagaimana usaha tersebut dikerjasamakan dengan pihak lain. Bagaimana hubungan dengan pihak lain? Bagaimana mengatur perjanjian?

Termasuk juga melakukan pengawasan apakah perjanjian dibuat sepihak? Ketika dibuat sepihak, apakah kedua-duanya saling menguntungkan? Apakah terdapat kesetaraan ataukah hanya modus untuk bisa memperbesar keuntungan bagi pelaku usaha Franchise?

“Jadi, kita harus melihat terlebih dahulu. Ketika KPPU ini diminta untuk menindaklanjuti tindak pidana korupsi, KPPU tidak bisa, karena dasar hukum tidak diminta untuk menindaklanjuti terkait dengan tindak pidana korupsi,” ujar Yunan.

Menurutnya, yang bisa KPPU lakukan adalah melakukan pengawasan kemitraan pada sebuah kartel perjanjian dengan pelaku usaha yang seharusnya bersaing, kemudian terjadi kompromi untuk menetapkan suatu harga bersama.

“Itulah yang menjadi tujuan dari KPPU, kewenangan dari KPPU masuk disitu,” ujarnya.

“Peran dari KPPU adalah ketika terjadi abuse of bargaining position, bagaimana KPPU bisa menaikkan daya tawar pelaku usaha kecil menjadi setara dengan pelaku usaha besar sehingga disitu tercipta kemitraan yang fair,” pungkasnya.

(SA/Shafira/Kontributor)

Rektor Prof Dr Muhammad Ahsin Rifa'i saat memberikan sambutan Kuliah Umum dengan narasumber Prof Dr Jimly Asshiddiqie di Ballroom Cheng Ho, Rabu (26/6). Foto: Media Kreatif

Kuliah Umum Bersama Ketua Mahkamah Konstitusi RI 2003-2008 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie

UM – Universitas Mulia menggelar Kuliah Umum tentang Peran Perguruan Tinggi Menyambut Ibu Kota Nusantara (IKN), dengan narasumber Ketua Mahkamah Konstitusi RI 2003-2008 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, yang berlangsung di Ballroom Cheng Ho, Rabu (26/6).

Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i dalam sambutannya mengatakan, sebagai warga Kalimantan patut bersyukur pemerintah RI telah menetapkan IKN berada di Provinsi Kalimantan Timur.

“Sebagaimana tadi malam diskusi, yang disampaikan oleh Prof Jimly sebenarnya banyak sekali provinsi yang menginginkan agar IKN itu ditempatkan di provinsinya, tetapi pemerintah menetapkan Kaltim sebagai lokasi IKN,” tutur Prof Ahsin.

“Saya tadi malam baru mendengar, terungkap ya, dari Gubernur periode sebelumnya, Pak Isran Noor, itu tidak serta-merta jadi IKN, tetapi melalui perjuangan dan lobi yang intensif sehingga Kalimantan Timur ditetapkan sebagai IKN,” tambahnya.

Dari penuturan Isran Noor, peringkat penentuan lokasi IKN itu adalah di Kalimantan Tengah, kemudian yang kedua Kalimantan Selatan, dan yang ketiga adalah baru di Kalimantan Timur.

“Jadi, sebenarnya Kalimantan Timur adalah urutan ketiga untuk lokasi Ibukota Negara Nusantara, atas lobi yang sangat piawai yang disampaikan oleh Gubernur pada saat itu, dengan menyampaikan berbagai fakta sosial sehingga Kalimantan Timur dipilih oleh pemerintah,” terangnya.

Menurut Prof Ahsin, salah satu yang dikatakan Isran Noor, Kalimantan Timur memiliki keunggulan tidak pernah ada konflik SARA (Suku Agama Ras dan Antar Golongan) jika dibandingkan dengan Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Tengah.

Berlangsung penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Yayasan Airlangga dengan Yayasan Jimly School of Law and Governance, yang ditandatangani oleh Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi dan Ketua Umum Yayasan Jimly School of Law and Governance Muzayyin Machbub. Dari kiri Rektor Universitas Balikpapan Dr. Isradi Zainal, Prof Muhammad Ahsin, Dr Agung Sakti, Prof Jimly Asshiddiqie, Muzayyin Machbub, Wakil Rektor Wisnu Hera, dan Wakil Rektor Yusuf Wibisono. Foto: Media Kreatif

Berlangsung penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Yayasan Airlangga dengan Yayasan Jimly School of Law and Governance. Dari kiri Rektor Universitas Balikpapan Dr. Isradi Zainal, Prof Muhammad Ahsin, Dr Agung Sakti, Prof Jimly Asshiddiqie, Muzayyin Machbub, Wakil Rektor Wisnu Hera, dan Wakil Rektor Yusuf Wibisono. Foto: Media Kreatif


Ketua Mahkamah Konstitusi RI 2003-2008 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H saat memberikan Kuliah Umum di hadapan perwakilan dari perguruan tinggi se-Balikpapan. Foto: Media Kreatif

Ketua Mahkamah Konstitusi RI 2003-2008 Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H saat memberikan Kuliah Umum di hadapan perwakilan dari perguruan tinggi se-Balikpapan. Foto: Media Kreatif

“Nah, jadi inilah sebenarnya yang harus kita syukuri bahwa penempatan IKN itu sebenarnya bukan hadiah, meskipun itu adalah hasil dari penelitian yang mendalam terhadap kelayakannya, tetapi ada andil pemerintah provinsi Kalimantan Timur sehingga IKN ini ditentukan di Kalimantan Timur,” tuturnya.

Oleh karenanya, menurutnya, hal ini hendaknya dicatat dalam sejarah terbentuknya IKN, karena pemilihan IKN lantaran bukan berawal di Kalimantan Timur saja.

Untuk itu, Prof Ahsin mengajak para mahasiswa dan sivitas dari 14 perguruan tinggi se-Balikpapan tersebut tidak lagi meragukan keberadaan IKN di Kalimantan Timur lantaran berbeda pilihan politik.

“Karena kemarin tidak memilih orang yang pro dengan IKN, mulai sekarang kita warga Kalimantan Timur, mari kita ubah pemikiran kita itu. Mari kita dukung IKN ini agar nanti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat Kalimantan Timur,” ajaknya.

Ia mengajak bersama-sama memikirkan bagaimana mengisi pembangunan IKN yang lebih mengutamakan kepentingan peran masyarakat Kaltim.

Menurutnya, pembangunan IKN membutuhkan waktu yang lama. Dikutip dari buku saku yang dikeluarkan oleh otoritas IKN, pembangunan IKN itu ini memiliki lima tonggak.

Tonggak yang pertama, tahun 2022 sampai 2024 adalah masa pemindahan tahap awal. Kemudian tahun 2025 sampai 2029 adalah masa membangun IKN sebagai area inti yang tangguh.

“Jadi, saat ini sebenarnya masih proses pembangunan IKN sampai tahun 2024,” tuturnya.

Kemudian tahun 2030 sampai 2034 itu adalah melanjutkan pembangunan IKN yang lebih progresif 2035 sampai 2039 membangun seluruh infrastruktur dan ekosistem tiga kota untuk mempercantik pembangunan Kalimantan.

Terakhir adalah 2040 sampai 2045, mengokohkan reputasi sebagai Kota Dunia untuk semua.

“Nah, jika kita melihat dari tahapan ini atau tonggak ini, maka kita dapat mengambil peran. Pada tahapan ketiga dan kelima, yaitu pada tahun 2035 hingga tahun 2045, kurang lebih 10 tahun atau 11 tahun yang akan datang,” ujarnya.

“Nah, ini milik siapa? Ini adalah milik adik-adik mahasiswa semua, karena pada tahun 2045 itu penduduk Indonesia, kita mendapat bonus demografi hampir 60%-nya adalah usia produktif dan itu adalah milik para mahasiswa yang sekarang ini untuk mengisinya,” lanjutnya.

Diharapkan, menjadi mahasiswa perguruan tinggi di Kalimantan Timur tidak saja berpangku tangan, tetapi diharapkan lebih aktif melakukan kajian-kajian untuk memberikan rekomendasi kepada pemerintah IKN yang akan datang.

“Oleh sebab itu, kita perlu memiliki pemahaman dan kesepakatan bersama agar langkah-langkah apa yang harus kita lakukan, agar kita dapat mengambil peran yang lebih besar dibandingkan dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi dari luar Kalimantan,” tuturnya.

Melalui paparan kuliah umum yang disampaikan Prof Jimly Asshiddiqie, Prof Ahsin berharap mahasiswa mendengarkan dengan seksama pemikiran-pemikiran Prof Jimly.

Senada, Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi mengatakan, kehadiran Prof Jimly menjadi berkah untuk Universitas Mulia.

Selain kuliah umum, Dr. Agung berencana ke depan akan mengundang mahasiswa seluruh Balikpapan dalam kegiatan Jambore Mahasiswa se-Balikpapan.

“Untuk kegiatan Jambore Mahasiswa se-Balikpapan itu, kalau ketemuan sesama perguruan tinggi itu share perguruan tinggi kalian seperti apa, juga boleh nanti seni budaya dan olahraga ketemu kita, sebagai sesama mahasiswa mahasiswa Balikpapan di Kaltim, mahasiswa Balikpapan yang saling bertemu,” tuturnya.

Pada kesempatan ini, berlangsung penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara Yayasan Airlangga dengan Yayasan Jimly School of Law and Governance, yang ditandatangani oleh Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi dan Ketua Umum Yayasan Jimly School of Law and Governance Muzayyin Machbub. Turut menyaksikan, Rektor Universitas Balikpapan Dr. Isradi Zainal.

(SA/Kontributor)

Foto bersama Prof. Ersis Warmansyah, Dr. Agung Sakti Pribadi, Prof. Jumadi seluruh peserta dan undangan. Foto: Media Kreatif

UM – Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat Prof. Ersis Warmansyah Abbas berbagi kiat dan strategi menulis untuk mahasiswa dan dosen Universitas Mulia, di Ballroom Cheng Ho, Rabu (29/5). Salah satu kiatnya agar produktif menulis adalah menulis dengan panca indera. Seperti apa?

Panca indera yang terdapat pada manusia pada umumnya adalah indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera pengecap (lidah), indera peraba (kulit), dan indera penciuman (hidung).

“Setiap orang mempunyai panca indera. Ketika saya melihat, misalnya, gedung Universitas Mulia dengan mata saya atau melihat jaket mahasiswa Universitas Mulia, itu (berarti) saya menulis melalui mata saya di otak,” terangnya.

“Kalau, misalnya, saya masukkan ke otak saya, jaket almamater mahasiswa Universitas Mulia adalah kuning, maka saya akan keliru. Tapi lama-lama dia jadi kebenaran,” tambahnya.

Prof. Ersis kemudian memberikan contoh betapa masih banyak kesalahpahaman yang terjadi pada masyarakat terkait dengan pemahaman.

Penggunaan istilah mahasiswa, misalnya. Di kampus hingga di masyarakat sering menggunakan kata mahasiswa dibanding dengan mahasiswi. Tapi, penggunaan istilah mahasiswa sudah lebih umum dibanding mahasiswi yang spesifik pada gender.

“Kadang-kadang saya bilang begini, mahasiswa UM tidak boleh memakai jilbab. Protes, (mesti) protes tuh,” katanya.

Jika bicara tentang gender, istilah mahasiswa sering digunakan untuk menyebut mahasiswa berjenis kelamin laki-laki. Oleh karena itu, pernyataan seorang mahasiswa tidak boleh memakai jilbab, adalah benar.

Tetapi dalam sisi bahasa, penyebutan mahasiswa tidak spesifik pada gender semata, melainkan termasuk mahasiswa pria maupun wanita.

Oleh karena itu, ketika menjadi seorang penulis harus mampu menyusun kata dan kalimat yang benar dan tepat sesuai dengan konteksnya agar tidak disalahpahami oleh pembaca.

“Jadi, kadang-kadang kita keliru begitu dan kalau Anda jadi penulis, Anda harus hati-hati,” ujar Prof. Ersis.

Tips agar selalu hati-hati dalam menulis adalah harus membiasakan menerima data maupun informasi yang benar.

“Jadi, ingat, ketika menginput data di otak, jangan pernah salah,” ujarnya.

Prof. Ersis Warmansyah menerima cenderamata dari Direktur Ekeskutif Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi. Foto: Media Kreatif

Prof. Ersis Warmansyah menerima cenderamata dari Direktur Ekeskutif Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi. Foto: Media Kreatif

Meskipun seseorang berkebutuhan khusus, buta, misalnya, menurut Prof. Ersis sebenarnya masih bisa menulis di otaknya selama memiliki indra lainnya.

“Jadi, dari panca indera itu kita menulis,” sebutnya.

Di akhir sesi, Prof. Ersis memberikan tantangan untuk mahasiswa agar berani menulis. “Kita nulis buku sama-sama. Berani nggak? Nah, kalau berani kita tulis. Syaratnya bagaimana? Bebaskan pikiran dari aturan,” tantang Prof. Ersis.

Dalam tantangannya ini, mahasiswa diimbau untuk tidak takut salah menulis. Caranya, menulis apa yang pernah ditulis di otak.

“Misalnya begini, orang yang pernah jatuh cinta, tulis saja tentang jatuh cinta. Orang yang marah-marah terhadap sesuatu, tulis aja. Atau kalau Anda kagum dengan bangunan ala Cheng Ho di sini, tulis tentang itu. Atau bagaimana Anda masuk ke Universitas Mulia Balikpapan. Apa saja. Jadikan nanti tulisan bersama,” sebutnya.

“Nah. Jadi, adik-adik tulis apa yang adik alami dan pikirkan,” ujarnya. Bukan menulis tentang memikirkan orang lain.

“Ini Menteri Nadiem ini mau lanjut atau berhenti? Terserah dia saja. Dia mau lanjut jadi Menteri mau nggak, terserah. Itu bukan urusan kita, yang kita tulis adalah yang apa kita alami. Atau apa yang kita cita-citakan, apa yang kita maui,” ujarnya.

Ia kemudian bercerita pernah memiliki cita-cita kuliah di Belanda tahun 1978, tapi gagal. Justru sahabatnya yang semula diajaknya yang berangkat.

“Pokoknya saya ingin ke Belanda. Sampai saya Doktor, nggak bisa juga ke Belanda. Tapi, anak saya S3-nya bisa di Delft University. Itu universitas teknik paling bergengsi di Belanda,” ujarnya.

“Jadi, maksudnya adalah tanamkanlah keinginan di otak kita dan lakukanlah hal itu. Kalau kita tidak bisa melaksanakannya, kita masih punya anak, kita masih punya cucu, kita masih punya saudara, kita masih punya keluarga,” pungkasnya.

(SA/Kontributor)

Dr. Agung Sakti Pribadi, Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, dan Wisnu Hera Pamungkas, S.T., M.Eng dalam kuliah tamu di Ballroom Cheng Ho, Rabu (29/5). Foto: Istimewa

UM – Kuliah umum tentang Kiat dan Strategi Menulis sangat menarik dibawakan oleh Prof. Ersis Warmansyah Abbas, Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat. Dengan strateginya ini pula, Prof. Ersis mampu menghasilkan 54 judul buku tentang menulis dalam lima tahun terakhir.

Kiat dan strateginya ini kemudian dibagikan kepada para mahasiswa dan dosen Universitas Mulia, bertempat di Ballroom Cheng Ho, Rabu (29/5). Prof. Ersis mendorong para mahasiswa dan dosen bagaimana produktif menulis.

Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi dalam sambutannya mengatakan sebelumnya mengira Prof. Ersis berambut panjang seperti yang ada pada foto. “Tapi ternyata itu masa lalu,” tuturnya.

Menurutnya, menjadi seorang penulis hidupnya menyenangkan. “Nanti mahasiswa bisa bertanya banyak setelah mendapatkan ilmunya, bisa juga dapat cerita dari beliau bagaimana sih cara menulis yang bagus,” terangnya.

Usai kuliah umum, Dr. Agung mendorong lomba menulis cerita pendek atau semisalnya. “Kami yang memberikan hadiahnya atau kalau misalnya yang terbaik dijadikan buku Antologi ya,” tuturnya.

Prof. Ersis Warmansyah saat memaparkankiat dan strategi menulis. Foto: Istimewa

Prof. Ersis Warmansyah saat memaparkankiat dan strategi menulis. Foto: Istimewa

Ratusan peserta yang terdiri atas mahasiswa dan dosen menyimak kiat dan strategi menulis. Foto: SA/Kontributor

Ratusan peserta yang terdiri atas mahasiswa dan dosen menyimak kiat dan strategi menulis. Foto: SA/Kontributor

Sementara itu, Prof. Ersis mengawali paparannya setelah dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi Wisnu Hera Pamungkas, S.TP., M.Eng sebagai moderator.

“Saya sebenarnya grogi ini. Di sini ada Pak Agung, ada Pak Wisnu dan yang lain. Karena biasanya seorang penulis itu bukan pembicara yang bagus, penulis itu adalah pekerjaan diam, konon katanya begitu. Tetapi tidak harus seperti itu,” tutur Prof. Ersis.

“Tadi saya sudah disentil biasanya rambut panjang ya, tapi saya baru dapat cucu, Pak. Dapat cucu di Belanda, dan sejak dapat cucu saya potong rambut,” ujar Prof. Ersis.

Lebih lanjut, menurut Prof. Ersis, kiat menulis produktif dapat dilakukan di setiap helaan nafas. Maksudnya, menulis dapat dilakukan setiap saat dengan melihat situasi dan keadaan saat itu.

“Ketika saya melihat gedung itu sebenarnya saya sedang menulis, ketika saya melihat gedung yang mirip dengan Forbidden City, itu saya sudah sedang menulis,” ujarnya memberikan tips.

Menurutnya, ketika seseorang menulis sesuatu, apakah menulis A atau menulis B, maka akan lahir ide-ide berikutnya.

“Tetapi yang ingin saya katakan dalam permulaan ini adalah bahwa sebenarnya kita itu menulis setiap helaan nafas,” ujarnya memberi kiat.

Oleh karena itu, Prof. Ersis mengingatkan kepada seluruh peserta, baik mahasiswa maupun dosen yang hadir agar tidak menyebut dirinya bukan penulis.

“Adik-adik, jangan lagi pernah mengatakan saya bukan penulis, itu berdusta, berbohong, kalau berbohong dosa, kalau dosa nasib, maka kekal di neraka jahannam, hati-hati ya,” ujarnya.

Ia kemudian menyitir ayat Al-Quran tentang Iqra’ atau perintah membaca. Perintah tersebut mewajibkan, mengamanahkan bahwa tugas pertama manusia adalah membaca. “Tadi saya katakan ketika kita membaca sebenarnya kita menulis,” ujarnya.

“Sekali lagi saya katakan, setiap helaan nafas kita itu menulis, lalu saya kunci dengan satu kata, menulis itu mudah. Bukan, menulis bukan mudah, tetapi sangat mudah. Sekali lagi sangat mudah. Dan itu sudah saya jadikan buku. Dan juga sudah beberapa kali dicetak,” terangnya.

Masih terkait dengan kiat dan strategi menulis, narasumber berikutnya disampaikan oleh Prof. Dr. Jumadi, M.Pd dari ULM.

(SA/Kontributor)