Balikpapan, 18 September 2025 – Universitas Mulia kembali melanjutkan rangkaian kegiatan Studi Pembiayaan Program Penanggulangan Stunting bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Setelah sehari sebelumnya, Rabu (17/9), dilakukan penandatanganan Implementation Arrangement (IA) antara Fakultas Humaniora dan Kesehatan (FHK) Universitas Mulia dengan BRIN di Ruang Eksekutif Gedung White Campus, agenda Kamis (18/9) diisi dengan pemaparan materi substantif yang menghadirkan peneliti BRIN.

Dekan Fakultas Humaniora dan Kesehatan Universitas Mulia, Dr. Mada Aditia Wardhana, S.Sos., M.M., menandatangani dokumen Implementation Arrangement (IA) bersama perwakilan BRIN.

Materi utama disampaikan oleh Hadi Ashar, S.K.M., M.Ph., Peneliti Madya BRIN, dengan tajuk “Pengembangan Model Intervensi Kampung Keluarga Mandiri dalam Penanganan Stunting dan Gangguan Perkembangan pada Anak Baduta di Daerah Perdesaan”. Acara dipandu oleh Safri selaku moderator, dengan partisipasi sivitas akademika Universitas Mulia serta perwakilan dari BRIN.

Foto bersama usai penandatanganan Implementation Arrangement antara Fakultas Humaniora dan Kesehatan Universitas Mulia dan BRIN, dengan menampilkan dokumen kerja sama yang telah ditandatangani.

Dalam paparannya, Hadi menjelaskan bahwa penelitian ini merupakan riset jangka panjang (multi-year research) yang telah dimulai sejak 2023 di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Latar belakang riset ini berawal dari undangan resmi Bupati Magelang melalui Bappeda, menyusul tingginya prevalensi stunting yang menjadikan Magelang peringkat pertama di Jawa Tengah pada 2022.

“Riset ini bisa disebut riset titipan. Karena berangkat dari keprihatinan pimpinan daerah, kami diminta untuk menyusun rancangan intervensi berbasis kajian akademik dan implementasi lapangan,” jelas Hadi.

Hadi Ashar, S.K.M., M.Ph., Peneliti Madya BRIN, menyampaikan kuliah umum bertema “Pengembangan Model Intervensi Kampung Keluarga Mandiri dalam Penanganan Stunting dan Gangguan Perkembangan pada Anak Baduta di Daerah Perdesaan.”

Penelitian ini dirancang sebagai Research and Development (R&D) dengan tiga tahapan: asesmen, uji coba, dan implementasi. Tahun 2023 menjadi fase penyusunan proposal dan kajian awal. Memasuki 2024, tim peneliti melakukan studi kualitatif terhadap berbagai pemangku kepentingan dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa. Hasil studi tersebut melahirkan prototype model intervensi “Kampung Keluarga Mandiri” yang telah dipublikasikan di jurnal bereputasi internasional Q1.

Tahun 2025, riset memasuki tahap kuasi-eksperimen dengan desain kelompok kontrol. Fokus penelitian diarahkan pada pengembangan Keluarga Kawal Baduta (KKB), yakni program pendampingan intensif kepada keluarga yang memiliki anak berusia di bawah dua tahun. Dari fase ini dihasilkan tiga keluaran utama: Modul KKB, Buku Pedoman Kader Pendamping, dan Booklet Milestone perkembangan anak.

Suasana pemaparan materi oleh BRIN di Universitas Mulia yang diikuti sivitas akademika dan tamu undangan.

Lebih jauh, Hadi menargetkan pada 2026 riset akan diperluas dengan pendampingan menyasar Wanita Usia Subur, calon pengantin, dan ibu hamil. Sementara pada 2027, hasil penelitian akan diformulasikan sebagai rekomendasi kebijakan bagi Pemerintah Kabupaten Magelang, sebelum direplikasi ke daerah lain.

“Tujuan akhir kami bukan sekadar publikasi ilmiah, tetapi memastikan hasil riset dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan daerah. Dengan demikian, penanganan stunting dan gangguan perkembangan anak dapat berjalan berbasis bukti (evidence-based policy),” tegasnya.

Dekan FHK UM, Dr. Mada Aditia Wardhana, S.Sos., M.M., menyampaikan bahwa kolaborasi ini memperkuat komitmen Universitas Mulia untuk menghadirkan kontribusi nyata dalam isu kesehatan masyarakat. “Kemitraan dengan BRIN memungkinkan kampus kita terlibat langsung dalam riset strategis nasional, khususnya di bidang penanggulangan stunting yang merupakan masalah prioritas,” ujarnya.

Foto bersama dosen farmasi, dan perwakilan BRIN setelah rangkaian acara penandatanganan dokumen IA selesai

Rangkaian kegiatan dua hari ini tidak hanya memperkuat jejaring akademik Universitas Mulia dengan lembaga riset nasional, tetapi juga membuka ruang bagi sivitas akademika untuk belajar langsung dari penelitian lapangan berskala nasional. (YMN)

Balikpapan, 15 September 2025 – Suasana perkuliahan di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mulia kembali bergeliat pada Senin (15/9), menandai dimulainya semester ganjil tahun akademik 2025–2026. Di antara wajah-wajah baru mahasiswa angkatan 2025, dosen-dosen pun tampak bersemangat membuka lembaran baru perjalanan akademik.

Salah satunya adalah Wahyu Nur Alimyaningtias, S.Kom., M.Kom., dosen FIKOM, yang mengaku selalu menantikan momen kuliah perdana. “Awal semester selalu menyenangkan. Kita bisa bertemu lagi dengan mahasiswa lama sekaligus menyambut mahasiswa baru. Ini waktu yang tepat untuk menanamkan motivasi dan membangun energi positif sejak hari pertama,” ungkapnya.

Ia menekankan bahwa pertemuan pertama bukan sekadar rutinitas, melainkan kesempatan untuk membantu mahasiswa, khususnya angkatan baru, mulai beradaptasi dengan lingkungan kampus dan menyusun rencana studi sesuai target yang mereka harapkan.

Dosen FIKOM Universitas Mulia, Wahyu Nur Alimyaningtias, S.Kom., M.Kom., saat mengajar mata kuliah Pemodelan Data di hari pertama perkuliahan semester ganjil 2025–2026.

Sebagai pengampu beberapa mata kuliah di FIKOM, Wahyu menuturkan telah menyiapkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dengan pendekatan yang lebih kontekstual. “Materi ajar kami sesuaikan dengan kebutuhan terkini, dengan tambahan elemen pembelajaran berbasis teknologi agar lebih interaktif. Yang tidak kalah penting, kami membangun komunikasi dua arah sehingga mahasiswa merasa terlibat penuh dalam proses belajar,” jelasnya.

Meski penuh optimisme, ia tidak menutup mata terhadap berbagai tantangan yang menanti mahasiswa. Manajemen waktu, adaptasi terhadap mata kuliah baru yang semakin kompleks, hingga konsistensi belajar menjadi persoalan yang kerap muncul. “Tugas dosen adalah menjadi fasilitator dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar mahasiswa tetap fokus dan termotivasi. Tantangan lain, mahasiswa harus siap dengan perubahan teknologi yang kian masif. Karena itu metode belajar harus variatif dan berorientasi pada implementasi di lapangan,” tegasnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Wahyu menyiapkan blended learning dengan paduan tatap muka dan daring, ditambah penerapan project-based learning. Metode ini, menurutnya, tidak hanya memperkaya pengalaman belajar mahasiswa, tetapi juga melatih mereka menyelesaikan studi kasus nyata yang berdampak langsung pada masyarakat. “Mahasiswa perlu menyadari bahwa dunia perkuliahan berbeda dengan sekolah menengah. Mereka harus siap mengeksplorasi variasi keilmuan dan berani menerapkannya dalam kehidupan nyata,” tambahnya.

Di akhir wawancara, Wahyu menitipkan harapan bagi seluruh mahasiswa agar lebih aktif, kreatif, dan membangun karakter positif. Secara khusus, ia menekankan kepada mahasiswa baru untuk menjaga norma di lingkungan kampus, membangun hubungan yang sehat dengan kakak tingkat, serta berani melaporkan jika menemukan tindakan negatif, termasuk bullying. “Lingkungan kelas harus tetap aman dan nyaman agar semua bisa berkembang,” tuturnya.

Dengan semangat itu, FIKOM Universitas Mulia berharap semester ganjil 2025–2026 bukan hanya menjadi awal perkuliahan baru, tetapi juga pijakan penting dalam menyiapkan generasi muda yang tangguh menghadapi dinamika teknologi dan masyarakat. (YMN)

Balikpapan, 15 September 2025—Universitas Mulia melalui Inkubator Bisnis turut terlibat dalam Siniar Culinary & Techno Festival 2025 yang berlangsung dua hari, 13–14 September. Kegiatan ini merupakan kolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM) yang menghadirkan perlombaan antar SMA, seminar kewirausahaan untuk mahasiswa baru, serta bazar kuliner yang melibatkan UMKM dan tenant bisnis mahasiswa.

Kepala Inkubator Bisnis, Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., menyebut keterlibatan inkubator merupakan bagian dari inisiasi bersama dengan HMM untuk mendukung visi Global Technopreneur Campus. “Pengembangan kemampuan wirausaha dan manajemen menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mewujudkan kampus berbasis technopreneur,” ungkapnya.

Menurut Dr. Linda, festival ini tidak hanya menjadi ruang kreativitas mahasiswa, tetapi juga sarana nyata bagi tenant inkubator untuk memasarkan produk yang telah diinkubasi, membangun jejaring, sekaligus melakukan benchmarking dengan usaha sejenis. “Acara ini adalah wadah membangun networking dan juga media pembanding yang penting bagi pengembangan bisnis mahasiswa,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa pesan utama yang ingin disampaikan kepada mahasiswa baru melalui festival ini adalah bahwa wirausaha bukan sekadar membangun bisnis. “Menjadi wirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. Yang paling utama bagi mahasiswa adalah membangun mental wirausaha,” tegas Dr. Linda.

Sesi foto bersama usai seremonial pembukaan Siniar Culinary & Techno Festival 2025 yang melibatkan pimpinan Universitas Mulia, panitia, dan mitra kolaborasi

Dampak nyata yang diharapkan, lanjutnya, adalah munculnya motivasi baru bagi mahasiswa tenant untuk mengembangkan usaha sekaligus menginspirasi mahasiswa lain untuk memulai langkah wirausaha. Dr. Linda menekankan perbedaan penting antara teori dan praktik. “Teori bisnis memberi arahan dalam setiap langkah wirausaha. Sementara praktik lapangan memperkuat sikap dan mental mereka sebagai seorang wirausaha,” paparnya.

Untuk memastikan tenant mampu bersaing di pasar nyata, Inkubator Bisnis terus memberikan pembinaan berupa coaching, mentoring, membangun networking, hingga memfasilitasi business matching. “Banyak anggota inkubator yang akhirnya memiliki kemandirian finansial setelah berwirausaha, bahkan mampu memberi manfaat lebih kepada orang lain,” tambah Dr. Linda.

Ia menilai keberlanjutan setelah festival menjadi kunci penting. Karena itu, inkubator berkomitmen menumbuhkan engagement yang semakin erat di antara tenant, agar keterlibatan mereka tidak berhenti pada event, melainkan berkembang menjadi usaha riil.

Menutup keterangannya, Dr. Linda menyampaikan harapannya kepada mahasiswa baru yang menyaksikan langsung dinamika bisnis di festival ini. “Saya berharap mahasiswa dapat termotivasi menjadi bagian dari pelaku usaha. Tidak hanya mampu secara akademis, tetapi juga memberi manfaat ekonomis untuk dirinya sendiri dan orang lain,” pungkasnya. (YMN)

Balikpapan, 15 September 2025 – Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulia berkolaborasi dengan Inkubator Bisnis dan Himpunan Mahasiswa Manajemen menyelenggarakan Siniar Culinary & Techno Festival pada 13–14 September 2025 di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia.

Acara dibuka Dekan FEB, Dr. Ivan Armawan, S.E., M.M., dengan dihadiri guru SMA/SMK, sponsorship, BEM, UKM, dan HIMA. Rangkaian kegiatan meliputi lomba antar SMA/SMK, festival kuliner dan teknologi, serta seminar kewirausahaan yang dibuka oleh Mulia Hayati Deviantie, S.E., diikuti 215 mahasiswa baru Prodi Manajemen maupun prodi lain.

Kaprodi Manajemen, Dr. Pudjiati, S.E., M.M., menegaskan bahwa festival ini merupakan langkah strategis untuk mengembangkan soft skills mahasiswa, mendukung MBKM, memperluas jejaring, serta memperkuat branding prodi. “Melalui integrasi kuliner dan teknologi dalam platform siniar, mahasiswa belajar mengaplikasikan teori dari mata kuliah kewirausahaan berbasis teknologi, manajemen bisnis, hingga klinik bisnis,” ujarnya.

Ketua Yayasan Airlangga, Mulia Hayati Deviantie, S.E., membuka Seminar Kewirausahaan dalam rangkaian Siniar Culinary & Techno Festival 2025 di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia.

Filosofi akademik yang ditanamkan sejak awal adalah membentuk mahasiswa baru agar kritis, berjiwa wirausaha, kolaboratif, dan siap menghadapi dunia nyata. Menurutnya, pengalaman praktis seperti festival, bazar, dan kompetisi adalah media pembelajaran kontekstual yang langsung mendukung capaian pembelajaran prodi.

Keterlibatan mahasiswa dalam perancangan dan pelaksanaan acara menjadikan festival ini sebagai laboratorium mini untuk melatih kepemimpinan, kreativitas, komunikasi, dan kemampuan mencari solusi. Integrasi ke pendidikan formal, jelasnya, memerlukan kurikulum fleksibel, pengakuan kegiatan praktis, kolaborasi dosen–mahasiswa–institusi, serta refleksi akademik yang terstruktur.

Indikator keberhasilan acara bukan hanya jumlah peserta, tetapi dampaknya pada proses pembelajaran, pembentukan karakter, dan reputasi prodi. Untuk menjaga semangat mahasiswa baru sepanjang studi, prodi menyiapkan lingkungan belajar inspiratif, integrasi kegiatan mahasiswa ke dalam kurikulum, serta penghargaan bagi yang aktif dan inovatif.

Dr. Pudjiati juga berharap festival ini menjadi agenda tahunan Prodi Manajemen karena bernilai strategis: memperkuat identitas prodi, mendukung capaian CPL, mendorong lahirnya ide bisnis mahasiswa, memperluas kemitraan eksternal, sekaligus menjadi kalender tetap pembuka tahun ajaran.

“Culinary & Techno Festival tidak sekadar acara, melainkan cultural learning experience yang mengintegrasikan karakter, kreativitas, dan koneksi dunia nyata mahasiswa sejak dini,” pungkasnya. (YMN)

 

Balikpapan, 12 September 2025– Kepala Lembaga Pengembangan, Pembelajaran, dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMPP) Universitas Mulia, Jamal, S.Kom., M.Kom., menegaskan bahwa sertifikasi Auditor Mutu Internal (AMI) bukan sekadar agenda administratif, melainkan fondasi untuk memperkuat budaya mutu yang terintegrasi dengan pengembangan pembelajaran.

Menurut Jamal, posisi LPMPP di Universitas Mulia memiliki peran strategis yang melampaui fungsi lembaga penjaminan mutu pada umumnya. Jika LPM hanya berfokus pada konsistensi standar mutu, LPMPP mengemban tanggung jawab ganda: menjaga mutu sekaligus memastikan pembelajaran, kurikulum, dan kompetensi dosen terus berkembang mengikuti kebutuhan industri, teknologi, serta akreditasi. “LPMPP itu LPM ditambah pusat pengembangan pembelajaran,” tegasnya.

Integrasi antara hasil audit mutu dan peningkatan pembelajaran menjadi prioritas. Temuan audit diolah menjadi rekomendasi pedagogis yang kemudian dibahas bersama program studi dan dosen. Proses ini terhubung langsung ke sistem SPMI berbasis siklus PPEPP, disertai pelatihan dosen dan monitoring implementasi di kelas. Bahkan, umpan balik mahasiswa turut dijadikan indikator nyata dalam menilai efektivitas pembelajaran.

Salah satu langkah penting yang ditempuh LPMPP adalah mengubah paradigma dosen mengenai AMI. Audit tidak lagi diposisikan sebagai kewajiban administratif, melainkan refleksi akademik yang memberi umpan balik personal dan relevan. LPMPP mendorong keterlibatan dosen dalam penyusunan standar mutu, memberikan pelatihan tindak lanjut, serta menampilkan manfaat nyata bagi pengembangan karier akademik, termasuk integrasi ke kenaikan jabatan fungsional.

Jamal juga mengakui masih terdapat kelemahan umum dalam budaya mutu perguruan tinggi, mulai dari persepsi mutu sebagai beban administratif, siklus PPEPP yang belum berjalan penuh, partisipasi rendah, hingga minimnya keterhubungan feedback dengan pembelajaran nyata. “Pelatihan ini hadir untuk menggeser mindset, menguatkan siklus PPEPP, dan membangun budaya apresiasi,” ujarnya.

Lebih jauh, hasil audit mutu internal juga diarahkan untuk mendukung pengembangan kurikulum dan inovasi pembelajaran. Setiap temuan dipetakan ke capaian pembelajaran lulusan (CPL) dan dijadikan bahan refleksi dalam pengembangan kurikulum. Inovasi pembelajaran—termasuk metode berbasis proyek atau kolaborasi dengan industri—lahir dari tindak lanjut AMI.

Terkait akreditasi, sertifikasi auditor mutu internal dinilai akan meningkatkan kredibilitas SPMI, menjamin konsistensi data, serta mempercepat kesiapan menuju akreditasi internasional. Auditor yang tersertifikasi memungkinkan universitas menghasilkan laporan evaluasi diri yang lebih kuat dan budaya mutu yang terukur.

Pasca pelatihan ini, LPMPP telah menyiapkan serangkaian tindak lanjut: monitoring implementasi, workshop, pendampingan program studi, hingga penyusunan roadmap pengembangan auditor dari tingkat pemula hingga asesor universitas. “Target kami bukan hanya sertifikat, tetapi keberlanjutan. Auditor internal harus tumbuh menjadi garda terdepan kampus dalam menjaga standar mutu, termasuk menyiapkan Universitas Mulia menuju akreditasi global,” jelas Jamal.

Indikator keberhasilan kegiatan ini disusun secara berlapis: mulai dari input berupa keterlibatan dosen lintas prodi, proses pelatihan sesuai standar kompetensi auditor, hingga outcome berupa auditor aktif yang terlibat dalam AMI rutin. Pada akhirnya, dampak jangka panjang yang diharapkan adalah peningkatan nyata dalam budaya mutu di setiap unit kerja dan data mutu yang siap mendukung akreditasi nasional maupun internasional.

Tidak hanya dosen, mahasiswa juga ditempatkan sebagai mitra dalam membangun budaya mutu. Mereka dipandang bukan sekadar penerima layanan, tetapi juga evaluator melalui survei, forum diskusi, maupun keterlibatan dalam inovasi pembelajaran. “Mahasiswa bisa menjadi agen perubahan sekaligus duta mutu. Mereka berperan penting menjaga etika akademik, memberi masukan, dan mengawal kualitas layanan kampus,” tambahnya.

Menutup keterangannya, Jamal menyampaikan pesan tegas kepada seluruh civitas akademika: mutu bukanlah dokumen untuk akreditasi semata, melainkan komitmen kolektif untuk menghadirkan pendidikan berkualitas. “Setiap ide, tindakan, dan inovasi di kelas maupun laboratorium adalah investasi masa depan. Universitas Mulia tidak hanya menjaga standar, tetapi menetapkan standar baru untuk melahirkan lulusan unggul dan berdaya saing.” (YMN)

Balikpapan, 12 September 2025 – Pengesahan Kurikulum 2025 Universitas Mulia menjadi momentum penting bagi seluruh program studi, termasuk Program Studi Informatika. Kepala Program Studi Informatika, Isa Rosita, S.Kom., M.Cs., menegaskan bahwa kurikulum baru ini bukan sekadar dokumen administratif, melainkan fondasi arah pembelajaran yang akan dijalankan di prodi.

“Pengesahan kurikulum 2025 yang dilaksanakan Hari Jumat, 12 September 2025 di Ruang Eksekutif, Gedung White Campus Universitas Mulia ini, menjadi tonggak penting bagi prodi Informatika, karena menjadi dasar arah pembelajaran di prodi. Kurikulum ini adalah wujud komitmen kami dalam menyiapkan lulusan yang kompetitif, adaptif, dan memiliki keunggulan sesuai profil lulusan yang sudah dirancang,” ujarnya.

Isa menjelaskan, tindak lanjut dari pengesahan ini akan langsung masuk ke dalam seluruh kegiatan akademik sehari-hari. “Prodi akan memastikan kurikulum baru ini segera diintegrasikan ke dalam seluruh proses pembelajaran, mulai dari perencanaan pembelajaran, evaluasi, hingga kegiatan kemahasiswaan,” terangnya.

Kepala Program Studi Informatika Universitas Mulia, Isa Rosita, S.Kom., M.Cs., di ruang kerjanya saat menyampaikan pandangan mengenai implementasi Kurikulum 2025.

Kesiapan dosen menjadi aspek yang tidak diabaikan. Menurutnya, implementasi Rencana Pembelajaran Semester (RPS) hasil pengesahan membutuhkan kerja sama yang erat. “Kami menyadari implementasi RPS membutuhkan kolaborasi, oleh karena itu prodi siap mendampingi melalui monitoring, evaluasi, serta membantu menyediakan sumber daya yang dibutuhkan, tentu saja dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait,” jelasnya.

Suasana khidmat saat Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., memberikan sambutan pada acara pengesahan Kurikulum 2025 di White Campus, Universitas Mulia

Lebih jauh, Isa menekankan bahwa pengelolaan kurikulum tidak bisa dipandang tunggal dari sisi regulasi. “Kami menempatkan kurikulum nasional sebagai standar utama, kemudian mengadaptasikannya dengan visi universitas, serta menambahkan muatan-muatan keilmuan yang sesuai dengan arah keilmuan informatika dan kebutuhan mahasiswa serta pengguna lulusan. Sebelum kurikulum ini dirumuskan, kami telah melakukan dialog dengan stakeholder dan pengguna lulusan, alumni, dan mahasiswa, dengan harapan kurikulum yang kami bentuk tidak hanya patuh pada regulasi, tetapi juga relevan, aplikatif, dan kontekstual,” paparnya.

Untuk target jangka pendek, Prodi Informatika fokus memastikan implementasi kurikulum berjalan efektif mulai semester ganjil tahun ini. “Target utama kami adalah memastikan kurikulum ini berjalan dengan baik, karena semester ganjil ini sudah mulai diimplementasikan ke mahasiswa baru. Melakukan sosialisasi dan melengkapi perangkat pembelajaran juga menjadi target terdekat kami,” pungkasnya.

Pengesahan Kurikulum 2025 Universitas Mulia sendiri menjadi bagian dari langkah strategis kampus dalam mengintegrasikan Outcome-Based Education (OBE), Project-Based Learning (PBL), dan Design Thinking ke dalam mata kuliah wajib kurikulum (MKWK) dan mata kuliah universitas (MKU), yang ditargetkan mampu memperkuat daya saing lulusan di era kompetitif. (YMN)

Balikpapan, 12 September 2025 – Universitas Mulia menetapkan Kurikulum 2025 sebagai langkah strategis untuk memperkuat transformasi pendidikan tinggi. Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si, menekankan bahwa pengesahan kurikulum ini bukan sebatas pemutakhiran mata kuliah, tetapi pergeseran paradigma pembelajaran.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., memberikan sambutan pada seremonial pembukaan pengesahan Kurikulum 2025 di White Campus Universitas Mulia.

“Pengesahan Kurikulum 2025 Universitas Mulia menjadi tonggak transformasi pendidikan tinggi untuk menegaskan pentingnya penerapan Outcome-Based Education (OBE), Project-Based Learning, dan Design Thinking yang selaras dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Kurikulum ini tidak hanya memutakhirkan mata kuliah, tetapi mengubah paradigma pembelajaran agar dosen berperan sebagai fasilitator dan mahasiswa sebagai pembelajar mandiri, sekaligus menyiapkan lulusan dengan kompetensi technopreneur yang adaptif terhadap kebutuhan industri dan perkembangan teknologi,” tegasnya.

Menurutnya, penerapan kurikulum baru yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan ekonomi digital bukan hanya berorientasi pada pemenuhan standar akreditasi nasional. Lebih jauh, hal ini membuka jalan bagi kolaborasi riset, pertukaran mahasiswa, hingga pengakuan program studi di tingkat internasional. “Ini langkah strategis menuju kampus berkelas dunia,” ungkapnya.

Agar implementasi kurikulum tidak berhenti di atas kertas, Universitas Mulia menyiapkan tahapan terintegrasi. Tahapan tersebut meliputi sosialisasi dan pelatihan dosen mengenai OBE, Project-Based Learning, serta Design Thinking; penyusunan dan validasi RPS berbasis kurikulum baru dengan metode penilaian terukur; integrasi ke sistem akademik dan PDDIKTI sehingga struktur mata kuliah dapat langsung diterapkan pada KRS; serta monitoring dan evaluasi berkelanjutan melalui Audit Mutu Internal, umpan balik mahasiswa, dan mitra industri.

Dekan Fakultas Teknik Universitas Mulia, Dr. Pascarianto Putra Bura, S.T., M.Eng., secara resmi menandatangani dokumen Kurikulum 2025 disaksikan para ketua program studi sebagai wujud komitmen bersama dalam implementasi kurikulum baru.

Seluruh proses, lanjutnya, diperkuat dengan pendampingan bagi program studi dan pelaporan rutin ke Lembaga Penjaminan Mutu. “Dengan begitu, kurikulum ini menjadi praktik pembelajaran nyata yang terus diperbaiki, bukan sekadar dokumen administratif,” jelasnya.

Rektor Universitas Mulia bersama para wakil rektor dan Kepala LPMPP berfoto bersama Dekan Fakultas Teknik serta para ketua program studi usai penyerahan dokumen Kurikulum 2025 sebagai simbol komitmen kolektif dalam pelaksanaan kurikulum baru

Dalam pesannya, Rektor memberikan penekanan pada tanggung jawab seluruh pimpinan fakultas, ketua program studi, dan dosen agar kurikulum benar-benar hadir di ruang kelas dan laboratorium. “Saya menaruh kepercayaan penuh kepada para dekan, ketua program studi, dan seluruh dosen untuk memastikan Kurikulum 2025 tidak berhenti sebagai dokumen, tetapi benar-benar hadir di ruang kelas, laboratorium, dan aktivitas mahasiswa. Saudara-saudara memegang peran penting dalam menerjemahkan visi technopreneurship dan Outcome-Based Education menjadi pengalaman belajar yang kreatif, kolaboratif, dan relevan dengan tuntutan industri serta masyarakat global,” pesannya.

Ia menambahkan bahwa kurikulum ini sekaligus mempertegas identitas Universitas Mulia. “Kurikulum 2025 memberi identitas khas Universitas Mulia dengan menonjolkan kekuatan technopreneurship, memadukan proyek lintas disiplin, magang industri, dan riset terapan yang relevan dengan Kalimantan Timur dan IKN, serta menerapkan standar Outcome-Based Education dan sertifikasi kompetensi internasional. Melalui kemitraan aktif dengan dunia usaha dan publikasi capaian mahasiswa maupun alumni, kurikulum ini menampilkan lulusan yang inovatif, siap kerja, dan mudah dikenali masyarakat serta dunia kerja sebagai ciri unggul Universitas Mulia,” pungkasnya. (YMN)

Balikpapan, 11 September 2025 – Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., menegaskan bahwa menumbuhkan budaya mutu di lingkungan perguruan tinggi bukanlah perkara sederhana. Menurutnya, budaya mutu menuntut keterlibatan seluruh unsur kampus—dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa—untuk terbiasa menjalankan siklus perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan.

“Tantangan sering kali muncul dari kebiasaan lama, seperti rasa enggan terhadap perubahan, keterbatasan waktu di tengah beban tridarma, hingga persepsi bahwa mutu hanya urusan unit penjaminan mutu. Padahal, budaya mutu sejatinya adalah kesadaran kolektif yang perlu hadir dalam setiap kegiatan akademik dan layanan mahasiswa,” ungkap Wisnu.

Peserta Pelatihan Sertifikasi Auditor Mutu Internal di Universitas Mulia terlibat dalam diskusi mendalam untuk memperkuat budaya mutu perguruan tinggi.

Ia menambahkan, kesadaran akan pentingnya mutu semakin menguat karena didukung regulasi nasional yang jelas. Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara tegas mewajibkan adanya sistem penjaminan mutu internal yang terukur dan berkesinambungan. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kepatuhan pada Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 serta kebijakan terbaru Permendiktisaintek Nomor 39 Tahun 2025.

“Dengan memegang teguh regulasi ini, Universitas Mulia tidak hanya memastikan kesesuaian dengan standar nasional, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata untuk menghadirkan pembelajaran dan layanan yang unggul,” jelasnya.

Dalam kerangka itulah, kata Wisnu, pelatihan auditor mutu internal diselenggarakan dengan sasaran utama para dosen, khususnya pimpinan universitas. Strategi tersebut dipilih agar pimpinan yang memahami filosofi sekaligus teknis audit mampu menularkan semangat mutu hingga ke level program studi dan unit kerja.

“Keterlibatan langsung para pemimpin akademik penting, supaya semangat menjaga standar dan melakukan perbaikan tidak berhenti di ruang pelatihan, tetapi mengalir ke setiap prodi dan unit kerja,” terangnya.

Lebih jauh, Wisnu menilai bahwa kemampuan sebagai auditor mutu internal bukan hanya keterampilan teknis, melainkan bagian dari kompetensi strategis sumber daya manusia. Auditor yang terlatih dapat membaca proses akademik secara kritis, mengidentifikasi potensi masalah, dan menawarkan solusi berbasis data.

“Keahlian ini sangat relevan bagi Universitas Mulia yang ingin menempatkan budaya mutu sebagai identitas institusi dan mengedepankan perbaikan berkelanjutan dalam setiap aspek tridarma,” tambahnya.

Suasana pelatihan sertifikasi Auditor Mutu Internal di Universitas Mulia, para peserta aktif bertukar pandangan demi penguatan standar mutu akademik

Menurutnya, jika budaya mutu benar-benar mengakar, dampaknya akan terasa di seluruh lini kegiatan akademik. Pembelajaran akan lebih konsisten, layanan mahasiswa semakin tertata dan responsif, serta program studi siap menghadapi tantangan akreditasi.

“Lebih jauh, mahasiswa akan merasakan pengalaman belajar yang terjamin kualitasnya. Harapan kami, pelatihan ini tidak hanya menghasilkan sertifikat, tetapi memicu gerakan bersama untuk menjadikan mutu sebagai kebiasaan sehari-hari di Universitas Mulia,” pungkas Wisnu. (YMN)

Balikpapan, 11 September 2025 – Dekan Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Universitas Mulia, Djumhadi, S.T., M.Kom., menegaskan bahwa pelatihan sertifikasi Auditor Mutu Internal (AMI) yang tengah berlangsung di kampus merupakan langkah strategis untuk memperkuat sistem penjaminan mutu di seluruh program studi di bawah naungan fakultas.

Menurutnya, sertifikasi AMI bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah investasi jangka panjang. “Dengan asesor yang tersertifikasi, proses audit mutu internal menjadi lebih profesional, sistematis, dan obyektif. Hasil audit bisa memberikan masukan nyata untuk memperbaiki kurikulum, pembelajaran, maupun layanan akademik di setiap prodi. Jadi, sertifikasi ini membantu fakultas menjaga standar mutu yang konsisten,” ujarnya.

Tantangan utama dalam menjaga mutu akademik, lanjut Djumhadi, terletak pada konsistensi penerapan standar mutu. Ia menilai bahwa sering kali standar hanya dipenuhi menjelang akreditasi, padahal semestinya menjadi praktik sehari-hari. “Pelatihan AMI membantu dengan memberi pemahaman metodologi audit yang tepat, sehingga asesor bisa mengidentifikasi celah mutu sejak dini dan memberikan rekomendasi yang realistis,” jelasnya.

Peserta mengikuti pemaparan materi Pelatihan Sertifikasi Auditor Mutu Internal (AMI) di Universitas Mulia dengan penuh perhatian.

Hasil audit mutu internal di tingkat fakultas, kata Djumhadi, ditindaklanjuti melalui rapat evaluasi yang melibatkan dekanat, kaprodi, dan unit terkait. Dari temuan auditor, fakultas menyusun corrective action plan yang kemudian dimonitor pelaksanaannya secara rutin agar tidak berhenti pada dokumen semata.

Lebih lanjut, sertifikasi AMI dipandang mendukung secara langsung pencapaian akreditasi unggul di program studi. “Akreditasi unggul menuntut bukti penerapan sistem penjaminan mutu yang konsisten. Dengan asesor tersertifikasi, audit mutu internal menjadi lebih kredibel dan berkualitas. Hasil audit bisa menjadi data dukung yang kuat saat prodi mengajukan akreditasi, sekaligus menunjukkan bahwa budaya mutu benar-benar berjalan,” tegasnya.

Djumhadi juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan LPMPP Universitas Mulia. Bentuk kerja sama itu meliputi koordinasi jadwal audit, penyusunan instrumen, hingga pendampingan tindak lanjut. Menurutnya, LPMPP berperan dalam supervisi dan fasilitasi, sementara fakultas memastikan implementasi hasil audit di tingkat prodi.

Dari sisi penguatan budaya mutu, pelatihan ini dinilai memberi dampak langsung bagi dosen dan mahasiswa. “Pelatihan ini menumbuhkan kesadaran bahwa mutu bukan hanya tanggung jawab lembaga penjaminan mutu, tetapi juga semua dosen dan mahasiswa. Dosen lebih disiplin menyusun dokumen pembelajaran sesuai standar, dan mahasiswa terbiasa mendapatkan layanan akademik yang terukur. Lama-kelamaan, hal ini membentuk budaya mutu yang melekat dalam keseharian akademik,” ungkapnya.

Lebih jauh, ia memandang auditor mutu internal memiliki kontribusi nyata dengan berfungsi sebagai “cermin” bagi fakultas. “Dengan audit yang jujur dan obyektif, fakultas punya dasar yang jelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, penelitian, dan layanan. Ini lebih dari sekadar administrasi; auditor membantu fakultas tetap berada di jalur menuju visi unggul,” tutur Djumhadi.

Menutup wawancara, ia menyampaikan pesan khusus bagi seluruh civitas akademika FIKOM. “Budaya mutu adalah tanggung jawab bersama. Dosen diharapkan konsisten memberikan pembelajaran terbaik sesuai standar, dan mahasiswa diharapkan disiplin serta aktif berpartisipasi. Dengan semangat bersama menjaga mutu, fakultas kita bisa menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten, tetapi juga siap bersaing secara nasional maupun internasional,” pungkasnya. (YMN)

Balikpapan, 11 September 2025 – Pelatihan Sertifikasi Auditor Mutu Internal (AMI) yang diselenggarakan Universitas Mulia sejak Rabu (10/9) hingga Kamis (11/9/2025) di ruang Executive White Campus, menjadi ruang refleksi penting bagi fakultas-fakultas dalam memperkuat tata kelola akademik. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Dr. Ivan Armawan, S.E., M.M., menekankan bahwa keberadaan auditor bersertifikat merupakan kunci agar hasil audit memiliki legitimasi akademik dan dapat diakui sebagai instrumen penjaminan mutu.

Menurut Dr. Ivan, pelaksanaan AMI berfungsi memastikan standar yang dijalankan oleh program studi benar-benar sesuai dengan sistem penjaminan mutu. Auditor yang tersertifikasi dinilai esensial karena mampu menjamin proses audit tidak sekadar administratif, melainkan selaras dengan standar yang ditetapkan universitas.

Suasana Pelatihan Sertifikasi Auditor Mutu Internal Hari ke-2 di ruang Executive White Campus Universitas Mulia

Tantangan utama yang dihadapi fakultas, lanjutnya, terletak pada ketiadaan standar audit yang jelas di tingkat program studi. Kondisi ini membuat pelaksanaan audit kerap mengalami kesenjangan. Kehadiran pelatihan AMI menjadi solusi strategis, sebab auditor akan membantu menetapkan serta menyosialisasikan instrumen standar kepada prodi. Dengan demikian, prodi dapat menyiapkan dokumen yang relevan dan lebih siap menghadapi proses audit.

Dekan FEB UM, Dr. Ivan Armawan, S.E., M.M., saat memberikan pandangan tentang pentingnya Sertifikasi AMI.

Lebih jauh, Dr. Ivan menjelaskan mekanisme tindak lanjut hasil AMI di fakultas. Setiap temuan akan dikategorikan, misalnya Observation (OB), yaitu kondisi yang sesuai namun belum sepenuhnya terpenuhi, atau Ketidaksesuaian (KTS), yaitu kondisi yang menyimpang dari standar. Untuk setiap KTS, auditor memberikan rekomendasi perbaikan dengan jangka waktu tertentu. Apabila tidak ditindaklanjuti, maka hasil tersebut akan masuk dalam catatan temuan yang dibawa ke forum Rapat Tinjauan Manajemen (RTM).

Dalam konteks akreditasi, Dr. Ivan menegaskan bahwa AMI mendukung capaian akreditasi unggul sepanjang standar mutu universitas telah diturunkan ke fakultas dan dijalankan di prodi. Dengan siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan), ditambah instrumen LAM dan BAN-PT, maka pencapaian akreditasi unggul dalam rentang tiga hingga empat tahun dapat diraih tanpa harus menyusun dokumen tambahan di luar yang ada.

Kolaborasi dengan Lembaga Penjaminan Mutu, Pengembangan, dan Pengawasan (LPMPP) disebut Dr. Ivan sebagai aspek penting dalam memperkuat efektivitas AMI. LPMPP, menurutnya, memiliki peran memantau ketersediaan standar acuan seperti SN Dikti, kebijakan pemerintah, dan standar internal universitas, kemudian menyusunnya menjadi instrumen audit. Proses ini dinilai mempermudah fakultas dan prodi dalam melaksanakan PPEPP secara konsisten.

Dr. Ivan juga menyoroti pentingnya budaya mutu sebagai komitmen bersama. Dengan pendekatan manajerial top-down, standar mutu yang sesuai regulasi dapat diterapkan secara menyeluruh, baik di kalangan dosen maupun mahasiswa. Hal ini tidak hanya mendukung pencapaian kompetensi akademik mahasiswa, tetapi juga meningkatkan kualitas dosen dalam menjalankan pembelajaran.

Ia menegaskan kontribusi terbesar auditor mutu internal adalah mendorong continuous improvement. Melalui rekomendasi yang diberikan, prodi selalu terdorong untuk memenuhi standar yang berlaku berdasarkan bukti nyata, sehingga kualitas akademik terus meningkat.

Menutup wawancara, Dr. Ivan menyampaikan pesannya kepada sivitas akademika FEB. Ia mengingatkan bahwa budaya mutu bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah upaya perbaikan berkelanjutan. “Dengan membangun budaya mutu yang kuat, kualitas lulusan akan semakin baik, dan pada akhirnya meningkatkan daya tarik fakultas bagi calon mahasiswa baru,” pungkasnya. (YMN)