Balikpapan, 27 November 2025 — Universitas Mulia meraih predikat Baik pada hasil verifikasi dan penilaian Sistem Informasi Kinerja dan Tata Kelola Kemahasiswaan (SIMKATMAWA) 2025 yang dirilis Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti. Hasil ini menunjukkan bahwa tata kelola dan pelaporan kinerja kemahasiswaan UM telah berada pada jalur yang sesuai dengan standar evaluasi nasional yang ditetapkan Ditjen Dikti.

SIMKATMAWA merupakan instrumen pemeringkatan Ditjen Dikti yang menilai kinerja kelembagaan kemahasiswaan, kegiatan mandiri mahasiswa, serta partisipasi perguruan tinggi dalam program Direktorat Belmawa. Penilaian SIMKATMAWA 2025 menggunakan data kegiatan dan prestasi mahasiswa sepanjang tahun 2024.

Pada pemeringkatan tahun ini, perguruan tinggi dibagi dalam dua klaster berdasarkan jumlah mahasiswa aktif. Universitas Mulia masuk dalam kategori Perguruan Tinggi Akademik dan mengikuti proses verifikasi yang mencakup kelembagaan organisasi mahasiswa, pencatatan prestasi, partisipasi kompetisi, serta tata kelola program yang dibina unit kemahasiswaan.

Peningkatan Mutu dan Tantangan Regional–Nasional

Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Mulia, Riski Zulkarnain, S.Pd., M. Pd, menjelaskan bahwa capaian tersebut merupakan indikator bahwa sistem tata kelola kemahasiswaan di UM berjalan sesuai standar yang ditetapkan Ditjen Dikti. Namun demikian, peningkatan kualitas harus terus dilakukan agar UM dapat bersaing pada level nasional.

Pada tingkat regional Kalimantan Timur, predikat Sangat Baik dalam SIMKATMAWA 2025 hanya diraih oleh Universitas Mulawarman dan Institut Teknologi Kalimantan. Pencapaian kedua institusi tersebut menjadi rujukan regional yang relevan bagi Universitas Mulia dalam memetakan area penguatan, terutama dalam pengembangan rekam jejak prestasi mahasiswa.

Salah satu aspek yang dinilai strategis adalah peningkatan partisipasi mahasiswa pada kompetisi berskala nasional, termasuk Liga Nasional Belmawa. Upaya ini memerlukan dukungan kelembagaan yang terarah—mulai dari kebijakan internal, mekanisme pendampingan yang berkelanjutan, hingga penyediaan anggaran berbasis kebutuhan pembinaan prestasi.

Kontribusi mahasiswa pada berbagai kompetisi, baik akademik maupun non-akademik, menjadi unsur evaluasi penting dalam SIMKATMAWA. Untuk memperkuat komponen tersebut, UM menilai perlu adanya perluasan pembinaan melalui pola kerja yang lebih terstruktur serta kolaborasi yang lebih intensif antara program studi, organisasi kemahasiswaan, dan unit pembinaan mahasiswa.

Komitmen Penguatan Kelembagaan Kemahasiswaan

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Sumardi, S.Kom., M.Kom., menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa, organisasi kemahasiswaan, serta seluruh unit kerja yang berkontribusi dalam proses pelaporan SIMKATMAWA. Ia menekankan bahwa hasil tersebut menjadi dasar untuk memperkuat strategi peningkatan kinerja kelembagaan secara lebih sistematis.

“Kami akan meningkatkan kualitas kegiatan kemahasiswaan, memperluas peluang mahasiswa untuk berkompetisi pada level nasional, serta menata ulang sistem kelembagaan agar lebih responsif terhadap kebutuhan pembinaan prestasi. Universitas memberikan dukungan melalui kebijakan, pendampingan, dan alokasi anggaran agar pada periode berikutnya UM dapat berkompetisi menuju predikat Sangat Baik,” ujarnya.

Dorongan bagi Peran Aktif Mahasiswa

Melalui capaian ini, Universitas Mulia mendorong semakin banyak mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan diri, kompetisi, dan program nasional yang relevan dengan bidang keilmuan masing-masing. Partisipasi aktif mahasiswa menjadi pondasi penting dalam peningkatan mutu layanan kemahasiswaan sekaligus kontribusi UM terhadap penguatan sumber daya manusia di Kalimantan Timur. (YMN)

Balikpapan, 26 November 2025 – Dalam rangkaian kegiatan Mulia Accounting Event (MAE) Volume 2, Dothy Amelia Saragih, S.E., M.M., dosen Universitas Mulia sekaligus praktisi di bidang akuntansi dan keuangan, membedah perubahan signifikan profesi akuntan di era digital dan implikasinya bagi kompetensi mahasiswa.

Dothy menjelaskan, digitalisasi telah menggeser banyak fungsi entry level akuntansi. “Proses pencatatan dan data entry yang dulunya membutuhkan tenaga manusia kini banyak digantikan oleh sistem dan AI. Akibatnya, kebutuhan perusahaan terhadap akuntan di level dasar menurun, sementara kemampuan yang paling mendesak dikuasai mahasiswa adalah data analyst dan kemampuan berpikir kritis,” ujarnya.

Pemateri kedua, Dothy Amelia Saragih, S.E., M.M., menyampaikan materi “Peran Akuntansi di Era Digital dan Dunia Kerja” dalam rangkaian MAE Vol. 2 FEB Universitas Mulia.

Meski AI dan digitalisasi mengubah lanskap profesi, Dothy menegaskan bahwa peran akuntan tradisional tidak akan hilang sepenuhnya. Peran yang berkembang adalah sebagai business partner, di mana akuntan menjadi penasihat strategis bagi pemangku kepentingan agar operasional perusahaan tetap berjalan optimal. “Akuntan modern bukan lagi sekadar pencatat transaksi; mereka memberikan insight finansial yang menentukan keputusan bisnis,” jelasnya.

Ia memberi contoh konkret: akuntan dapat menilai kemampuan finansial perusahaan dalam proses perekrutan karyawan, pengambilan keputusan ekspansi bisnis, atau pembelian aset. Dengan perspektif ini, akuntansi menjadi fungsi strategis yang memengaruhi arah bisnis secara nyata, tidak terbatas pada siklus pencatatan semata.

Salah seorang siswi peserta undangan mengajukan pertanyaan pada sesi tanya jawab, menunjukkan antusiasme pelajar dalam memahami praktik akuntansi digital dan pasar modal.

Dari pengalamannya di dunia kerja dan akademik, Dothy menyoroti kesalahan umum mahasiswa dan lulusan baru. “Masalah terbesar biasanya terkait attitude dan komunikasi. Banyak fresh graduate enggan bertanya atau mengambil inisiatif saat menghadapi tugas baru. Selain itu, kemampuan menyampaikan pendapat dan menangani konflik dengan rekan kerja juga sering menjadi kendala,” paparnya.

Mengenai kesiapan perguruan tinggi, Dothy menilai adopsi teknologi digital di kurikulum masih perlu ditingkatkan. “Beberapa universitas, termasuk UM, sedang bergerak ke arah itu. Misalnya, mata kuliah komputer akuntansi yang saya ampu semester lalu mulai memanfaatkan software terbaru, meski masih ada ruang untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.”

Dalam mendesain kompetensi wajib bagi calon akuntan masa depan, Dothy menekankan tiga keterampilan utama: pemahaman mendalam atas ilmu akuntansi, literasi digital, serta critical thinking dan kemampuan analisis. “Ketiga hal ini menjadi fondasi agar mahasiswa mampu bersaing di dunia profesional yang terus berubah,” tambahnya.

Kaprodi Akuntansi, Eko Edy Susanto, S.E., M.AK., menyerahkan sertifikat penghargaan kepada pemateri perwakilan BEI sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dalam MAE Vol. 2.

Sebagai pesan penutup bagi mahasiswa, Dothy menekankan mindset karier yang proaktif: tetap ingin tahu, berani bertanya, tidak takut mencoba hal baru, dan senantiasa rendah hati. Dengan sikap tersebut, mahasiswa tidak hanya mempersiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus, tetapi menjadi individu yang benar-benar dibutuhkan oleh industri.

MAE Volume 2 FEB Universitas Mulia, melalui materi Dothy Amelia, menegaskan bahwa akuntansi modern menuntut kemampuan berpikir strategis, adaptasi teknologi, dan keberanian untuk berinovasi—kompetensi yang membedakan lulusan unggul dari sekadar pencatat transaksi. (YMN)

Balikpapan, 25 November 2025 – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mulia kembali menyelenggarakan Mulia Accounting Event (MAE) Volume 2 sebagai upaya memperkuat kesiapan mahasiswa dalam menghadapi transformasi profesi akuntansi dan keuangan di era digital. Kegiatan yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo, Selasa (25/11), menghadirkan kolaborasi bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) serta pemateri dari kalangan akademisi berpengalaman industri.

MAE Volume 2 mengangkat dua tema utama yang dikemas dalam Accounting Insight. Materi pertama, “Investasi Saham untuk Pemula: Edukasi Pasar Modal untuk Generasi Z”, disampaikan oleh Aldila Bandaro, Deputi Wilayah BEI Kalimantan Utara. Melalui pemaparan ini, mahasiswa diajak memahami instrumen pasar modal, mekanisme transaksi, serta prinsip pengambilan keputusan investasi berbasis data. Penjelasan dilengkapi contoh kasus dan simulasi yang memungkinkan peserta melihat langsung bagaimana keputusan finansial terbentuk pada lingkungan pasar nyata.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dr. Ivan Armawan, S.E., M.M., membuka secara resmi Mulia Accounting Event (MAE) Vol. 2 di Ballroom Cheng Hoo, Selasa (25/11/2025).

Materi kedua, “Peran Akuntansi di Era Digital dan Dunia Kerja”, disampaikan oleh Dothy Amelia Saragih, S.E., M.M., dosen Universitas Mulia dengan pengalaman profesional di sektor keuangan. Paparan ini menyoroti pergeseran peran akuntan dari sekadar pencatat transaksi menjadi analis informasi keuangan berbasis teknologi. Mahasiswa diperkenalkan pada penggunaan sistem ERP, analitik data, financial reporting digital, dan standar kompetensi yang kini menjadi kebutuhan industri.

Dekan FEB, Dr. Ivan Armawan, S.E., M.M., menyampaikan bahwa MAE bukan sekadar agenda tahunan, tetapi bagian dari desain akademik FEB untuk membangun kesiapan mahasiswa menghadapi lanskap industri keuangan yang semakin terdigitalisasi. Ia menekankan bahwa penguasaan teori akuntansi hanyalah fondasi awal, sementara dunia kerja menuntut kemampuan lain yang lebih kompleks—mulai dari interpretasi data berbasis teknologi hingga ketepatan pengambilan keputusan dalam konteks pasar yang bergerak cepat.

Ia menambahkan, pendekatan experiential learning menjadi kunci agar mahasiswa—khususnya generasi Z—memperoleh pengalaman yang relevan dengan dunia kerja. Simulasi investasi, diskusi berbasis studi kasus, dan interaksi dengan praktisi diharapkan dapat menumbuhkan keterampilan analitis, komunikasi, dan kolaborasi.

Para guru dan siswa dari berbagai SMA dan SMK di Balikpapan menghadiri MAE Vol. 2, mengikuti sesi edukasi pasar modal dan akuntansi digital untuk generasi muda.

Seiring meningkatnya otomatisasi dan penggunaan kecerdasan buatan di sektor keuangan, FEB terus memutakhirkan kurikulum melalui mata kuliah sistem informasi akuntansi, literasi fintech, serta audit berbantuan teknologi. MAE berfungsi sebagai penguatan karena menghadirkan wawasan terbaru terkait tren pasar modal dan inovasi investasi digital.

FEB juga menyoroti pentingnya menutup jarak antara kemampuan akademik dan tuntutan profesional. Melalui keterlibatan dosen yang memiliki pengalaman industri, mahasiswa diperkenalkan pada praktik pelaporan keuangan terkini, standar audit modern, serta penggunaan perangkat digital yang menjadi standar dunia kerja. Program magang, pelatihan sertifikasi, dan pemanfaatan software akuntansi menjadi bagian dari strategi integratif tersebut.

Untuk MAE Volume 2, FEB telah menetapkan indikator keberhasilan yang terukur seperti peningkatan literasi pasar modal berdasarkan evaluasi pre–post, kemampuan simulasi transaksi berbasis data, hingga partisipasi mahasiswa dalam kegiatan dan komunitas pasar modal kampus. Indikator ini menjadi dasar evaluasi agar kegiatan tidak berhenti sebagai agenda seremonial, tetapi menghasilkan capaian nyata bagi pengembangan kompetensi mahasiswa.

Ke depan, FEB menargetkan kerja sama yang lebih luas dengan BEI maupun lembaga jasa keuangan melalui pendirian galeri investasi kampus, guest lecture berkelanjutan, pelatihan sertifikasi, hingga kompetisi analisis saham. Kolaborasi ini, menurut Dr. Ivan, akan membuka akses mahasiswa pada peluang karier dan jaringan profesional yang lebih luas.

Salah seorang mahasiswa aktif mengajukan pertanyaan saat sesi tanya jawab, menunjukkan antusiasme peserta dalam memahami investasi saham dan peran akuntansi di era digital.

Dengan konsistensi program yang selaras dengan perkembangan industri, FEB Universitas Mulia menegaskan posisinya sebagai fakultas yang menempatkan literasi digital, teknologi keuangan, dan pembelajaran akuntansi modern sebagai identitas akademik. “Kami ingin mahasiswa FEB tidak hanya siap bekerja, tetapi menjadi individu yang memahami arah perubahan industri keuangan dan mengambil peran di dalamnya,” tutupnya. (YMN)

Balikpapan, 25 November 2025 — Peringatan Hari Guru Nasional di Universitas Mulia menjadi momentum refleksi terhadap makna profesi pendidik di era digital. Bagi Dr. Linda Fauziyah Ariyani, M.Pd., peran guru, dosen, maupun pembina kewirausahaan tidak hanya berada pada ranah transfer ilmu, tetapi menyentuh dimensi kemanusiaan dan pengembangan potensi mahasiswa.

Sebagai Dosen Manajemen sekaligus Kepala Inkubator Bisnis UM, Dr. Linda menilai bahwa teknologi memang telah memperluas akses belajar, namun masih ada satu hal yang tidak dapat digantikan—sentuhan hati seorang pendidik.

“Pendidik adalah lentera dalam kegelapan. Teknologi banyak mengubah pembelajaran, namun hanya guru yang mampu menyentuh hingga ke hati siswa,” tegasnya.

Dalam membimbing mahasiswa di kelas maupun di lingkungan inkubator bisnis, ia melihat bahwa setiap mahasiswa membawa bakat masing-masing sejak lahir. Tantangannya bukan sekadar menciptakan mahasiswa yang unggul secara akademik, namun menemukan keunikan potensi mereka dan mengarahkannya pada titik optimal.

“Tugas guru adalah menemukan bakat siswa dan mengoptimalkannya dengan baik. Jika ada siswa yang belum tampak kelebihannya, artinya guru belum berhasil menemukan bakatnya,” ujarnya.

Untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna bagi mahasiswa, Dr. Linda menerapkan pendekatan LINDA METHODS. Pendekatan ini tidak hanya menata pola mengajar, tetapi menghadirkan ruang yang mendorong motivasi intrinsik mahasiswa.

Ia menjelaskan bahwa LINDA METHODS terdiri atas:

  • Lead with energy, mengajar dengan energi dan semangat;
  • Involve through structure, mendesain suasana kelas melalui pengaturan ruang dan aktivitas;
  • Narrative learning, menghadirkan kisah inspiratif dalam pembelajaran;
  • Dialogue reflective, melibatkan dialog aktif alih-alih monolog;
  • Active synthesis, mahasiswa menyusun kesimpulan pembelajaran, bukan guru.

Menurutnya, integrasi elemen-elemen tersebut menjadikan kelas lebih hidup dan meninggalkan kesan yang kuat bagi mahasiswa, sekaligus menumbuhkan keberanian untuk bermimpi besar, memulai langkah kewirausahaan, dan tetap disiplin dalam jalur akademik.

Menutup wawancara, Dr. Linda menyampaikan pesan bahwa pendidikan harus terus menjadi bagian dari setiap aspek kehidupan manusia. Ia mengingatkan bahwa orientasi pendidikan tidak sekadar keuntungan material, namun peningkatan kualitas hidup.

“Pendidikan memang tidak pernah menjamin seseorang menjadi kaya, tapi pendidikan akan selalu menjadikan kualitas kehidupan manusia lebih baik,” ungkapnya.

Pernyataan tersebut menjadi refleksi kuat di Hari Guru Nasional: kualitas pendidikan ditentukan oleh kemauan pendidik untuk terus hadir, membimbing, serta menemukan bakat terbaik yang dimiliki setiap mahasiswa. (YMN)

 

Balikpapan, 25 November 2025 Peringatan Hari Guru di Program Studi PGPAUD Universitas Mulia menjadi momentum refleksi mendalam tentang makna pendidik sebagai pembentuk fondasi peradaban sejak usia dini. Hari besar ini tidak sekadar menjadi penanda tanggal, tetapi menjadi pengingat peran guru PAUD sebagai agen perubahan di mana masa depan anak — dan masa depan bangsa — sedang dirancang.

Kaprodi PGPAUD, Bety Vitraya, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa Hari Guru merupakan pengingat tentang hakikat pendidik sebagai agen perubahan. “Kami mendidik manusia sebelum ia tahu bahwa ia adalah agen perubahan. Kami tidak hanya mengajarkan huruf atau angka, tetapi menanamkan empati, kepercayaan diri, dan imajinasi pada anak yang bahkan belum bisa mengungkapkan perasaan dan pikirannya,” ujarnya. Ia menegaskan, Hari Guru menjadi momen untuk tidak tenggelam dalam rutinitas hingga kehilangan makna dari profesi itu sendiri.

Guru PAUD: Dari Arsitek Peradaban Menjadi ‘Tukang Cat’

Bety menyebut realitas di lapangan masih jauh dari apresiasi ideal. Label “arsitek peradaban” berbanding terbalik dengan perlakuan yang diterima. “Di lapangan, arsitek ini sering dipakai sebagai tukang cat. Disuruh jagain anak saja, padahal kami sedang merancang jaringan syaraf kebaikan,” ujar­nya. Ia menyinggung masih adanya guru PAUD dengan gaji Rp400 ribu per bulan, serta sekolah yang menuntut inovasi tanpa fasilitas dasar. Namun, dalam tekanan tersebut para pendidik justru menunjukkan jati diri terbaik mereka. “Arsitek sejati tidak mengeluh saat tanahnya berbatu. Ia merancang fondasi dari batu itu—memberdayakan apa pun yang ada agar anak pulang dari sekolah membawa pengalaman baru.”

PGPAUD Universitas Mulia: Tidak Sekadar ‘Siap Kerja’, tetapi ‘Siap Hidup’

Berbicara tentang proses pendidikan calon guru PAUD, PGPAUD UM tidak menyiapkan mahasiswa sekadar untuk mendapatkan pekerjaan. Prodi mengarahkan mahasiswa untuk siap menghadapi dinamika nyata di dunia pendidikan anak usia dini. Kurikulum PGPAUD berdiri di atas tiga pilar: kompetensi, kreativitas, dan karakter, dengan 60% praktik lapangan. Mahasiswa didorong untuk menganalisis kasus nyata di sekolah PAUD dan mengubahnya menjadi pengalaman pembelajaran.
“Mereka harus paham dunia anak itu bukan teori. Mereka harus bisa membaca situasi, merasakan emosi, dan merespons dengan ilmu dan ketulusan.”

 Tiga Luka Besar: Gaji Rendah, Minim Pelatihan, dan Stigma Sosial

Saat ditanya tentang tantangan terbesar guru PAUD, Bety menyebut tiga persoalan yang masih akut:

  1. Gaji tidak layak – status dan tunjangan guru PAUD perlu regulasi yang jelas dan adil.
  2. Minim pelatihan – guru PAUD bukan sekadar pendidik, tetapi pembimbing anak dengan keunikan karakter; pelatihan berkelanjutan adalah kebutuhan strategis.
  3. Stigma “cuma babysitter” – masyarakat perlu menyadari kompleksitas tugas guru PAUD, termasuk mengasuh, menyuapi, mendampingi toilet training, hingga menenangkan anak dengan kebutuhan khusus.

“Ucapan terima kasih sederhana saat menjemput anak penting untuk mengikis stigma. Ada profesi suci di balik pekerjaan yang tampak sederhana.”

Guru PAUD Ideal: Bukan Superhero, Melainkan Manusia Super

Dalam pandangan Bety, guru PAUD profesional bukanlah tokoh fiksi serba bisa, melainkan manusia sungguhan dengan indra yang bekerja melampaui kemampuan biasa:

  • Mata: melihat potensi, bukan keterbatasan.
  • Telinga: mendengar keheningan anak dengan kebutuhan khusus.
  • Tangan: kanan menulis, kiri memegang hati anak.
  • Kaki: berpijak pada realitas, melangkah ke masa depan.
  • Hati: penuh cinta, namun terjaga oleh disiplin.

Pesan untuk Guru PAUD: “Dunia Mungkin Tidak Tahu Namamu, tapi Sejarah Anak Mengabadikanmu”

Ungkapan paling emosional muncul saat Bety menyampaikan pesan Hari Guru untuk para pendidik PAUD di seluruh Indonesia.

“Untuk guru PAUD yang makan siangnya nasi dan telur digoreng dua kali agar anak-anak tetap bisa makan buah: kamu tidak sedang mengajar—kamu sedang menyelamatkan dunia dari kehilangan kebaikan.” Ia melanjutkan, “Ketika kamu berlutut menemani anak menangis karena puzzle tidak pas, itu adalah foto paling dekat dengan surga. Dunia mungkin tidak tahu namamu, tapi kenangan seorang anak menyebutmu pahlawannya, panutannya, malaikat kecilnya.”

Harapan untuk Mahasiswa PGPAUD

Penutup wawancara menyentuh kebanggaan profesi. “Saya tidak ingin mereka bangga karena gaji, tetapi karena jasa,” tegasnya. Ia meminta mahasiswa melihat kemuliaan profesi saat berhasil menutup kekosongan hati anak karena orang tuanya sibuk bekerja, atau saat mendampingi mereka membaca buku pertama. “Pada momen itu, Tuhan sedang menatapmu melalui mata manusia kecil. Populer atau tidak, engkau sedang memperkaya amal jariyah dan menyelamatkan masa depan dunia.” (YMN)

Balikpapan, 25 November 2025— Materi kedua penyuluhan hukum pada Senin, 24 November 2025 menghadirkan perspektif tegas dari Jaksa Kejaksaan Negeri Balikpapan, Yogo Nurcahyo, SH, mengenai “Kejahatan Terhadap Anak di Bawah Umur”. Sejak awal pemaparan, Yogo langsung menyorot persoalan mendasar: semakin kompleksnya pola kriminalitas terhadap anak dan urgensi penanganan hukum yang tidak bisa diselesaikan secara kompromistis. Penyampaian materi berlangsung dinamis, dengan audiens aktif mengajukan pertanyaan mengenai tantangan penegakan hukum di lapangan.

Di awal pemaparan, Yogo menjelaskan dasar hukum perlindungan anak yang menjadi rujukan penegakan, mulai dari UU Nomor 23 Tahun 2002, UU Nomor 35 sebagai perubahan atas UU Perlindungan Anak, hingga Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Ia mengajak peserta memahami urgensi struktur perundang-undangan agar masyarakat sadar posisi dan kekuatan hukum dalam melindungi anak.

Dekan Fakultas Hukum, Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., menyerahkan cinderamata kepada perwakilan Bapas Kelas I Balikpapan, Imam, sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dalam kegiatan penyuluhan hukum pada seminar Crimes Against Minors

“Tata urutan perundang-undangan harus dipahami sejak dini karena dialah yang mengatur kehidupan bernegara. Kalau masyarakat tidak tahu hukumnya, bagaimana bisa menuntut perlindungan?” tegasnya.

49 Kasus Anak, 29 Sudah Dieksekusi

Yogo memaparkan data penanganan perkara selama 2025 di Kejaksaan Negeri Balikpapan: 49 kasus dengan status penuntutan, dan 29 di antaranya telah dieksekusi. Menurutnya, percepatan penanganan perkara anak menjadi keharusan karena durasi penahanan yang sangat dibatasi oleh undang-undang.

“Penanganan kasus anak harus cepat, tepat, dan senyap. Terlambat sedikit, anak bisa stres dan sekolah terganggu,” jelasnya.

Restorative Justice Tidak Untuk Semua Kasus

Salah satu poin penting yang mendapat perhatian peserta adalah penerapan diversi dan restorative justice. Meskipun undang-undang mendorong pendekatan keadilan restoratif, Yogo menegaskan bahwa tidak semua jenis kejahatan dapat dimaafkan melalui diversi.

“Saya pribadi tidak pernah melakukan diversi untuk kasus kejahatan seksual. Itu kejahatan luar biasa. Pelaku harus dihukum setinggi-tingginya karena harga diri dan masa depan korban dipertaruhkan,” tegasnya disambut anggukan peserta.

Jaksa Kejaksaan Negeri Balikpapan, Yogo Nurcahyo, SH, memaparkan materi kedua dengan fokus pada urgensi penegakan hukum terhadap kejahatan pada anak di bawah umur.

Kolaborasi Antarinstansi adalah Kunci

Dalam pemeriksaan perkara anak, terdapat sejumlah instansi yang harus bekerja secara terpadu — mulai dari BAPAS, Dinas Sosial, UPTD PPA, hingga psikiater. Setiap anak, baik pelaku maupun korban, akan menjalani asesmen psikologis hingga penentuan tempat pembinaan seperti Balai Latihan Kerja, LPKS, atau Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) di Tenggarong.

Namun, Yogo juga menyoroti lemahnya infrastruktur daerah.

“LPKA hanya satu untuk seluruh Kalimantan Timur. Perjalanan jauh menyulitkan aparat dan berdampak psikologis bagi anak. Idealnya tiap wilayah minimal memiliki satu unit pembinaan.”

Para siswa peserta seminar terlihat menyimak penyampaian materi dengan antusias, mencerminkan kepedulian generasi muda terhadap isu perlindungan anak.

Peradilan Anak Bersifat Khusus

Berbeda dari perkara pidana umum, peradilan anak bersifat tertutup dan seluruh prosesnya mengutamakan pemulihan — termasuk larangan memakai atribut toga bagi hakim dan jaksa demi menciptakan suasana yang tidak mengintimidasi anak.

Yogo menutup sesi dengan pesan reflektif:

“Hukum memang melindungi dari pelanggaran. Tapi pencegahan sejatinya bermula dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Anak rusak bukan karena hukum lemah, tapi karena orang dewasa lalai.”

Iqbal, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia selaku moderator, mendampingi para pemateri selama jalannya sesi diskusi.

Dengan antusiasme peserta yang tinggi dan diskusi yang hidup, penyuluhan ini diharapkan meningkatkan kesadaran publik untuk bersama-sama melindungi anak, baik sebagai generasi penerus maupun aset masa depan bangsa. (YMN)

 

Balikpapan, 25 November 2025— Pada sesi materi pertama Seminar “Crimes Against Minors” Fakultas Hukum Universitas Mulia, Brikpol Sefti Untari dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Balikpapan memaparkan secara rinci bentuk, landasan hukum, penanganan, serta upaya pencegahan tindak pidana terhadap anak di bawah umur. Hadir mendampingi beliau, Bripka Suarsono, S.H., yang turut serta dalam sesi tanya jawab.

Mengawali pemaparan, Brikpol Untari menegaskan bahwa crimes against minors adalah segala bentuk kejahatan yang menargetkan individu berusia di bawah 18 tahun, yang menurut hukum memiliki tingkat kerentanan lebih tinggi sehingga dikenakan sanksi lebih berat. Ia menyoroti sejumlah instrumen hukum yang menjadi dasar penanganan kejahatan terhadap anak, di antaranya UU RI No. 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak, UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, serta UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Moderator Iqbal, mahasiswa Prodi Hukum Universitas Mulia tingkat 1, memandu jalannya seminar; Bripka Suarsono, S.H., dan Brikpol Sefti Untari dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Balikpapan menjawab pertanyaan peserta pada sesi pertama.

Lebih lanjut ia menjelaskan tiga kategori utama anak dalam proses hukum:

  1. Anak pelaku atau anak yang berkonflik dengan hukum,
  2. Anak korban tindak pidana, dan
  3. Anak saksi tindak pidana.

Seluruh kategori tersebut berada di bawah payung UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) yang menekankan prinsip kepentingan terbaik bagi anak dan mengutamakan penyelesaian diversi sebagai upaya utama sebelum pidana penjara.

Pada bagian materi mengenai bentuk kekerasan, narasumber menjelaskan bahwa tindak pidana terhadap anak mencakup:

  • kekerasan seksual dan pelecehan,
  • persetubuhan dan pencabulan,
  • eksploitasi seksual dan perdagangan orang (TPPO),
  • kekerasan fisik termasuk KDRT,
  • kekerasan emosional seperti hinaan, intimidasi, dan perundungan/bullying.

Brikpol Untari menegaskan bahwa pelaku kekerasan terhadap anak dapat berasal dari lingkungan terdekat, termasuk orang tua, anggota keluarga, maupun pihak sekolah. Karenanya, kewaspadaan sosial dan literasi hukum menjadi faktor penting untuk mencegah eskalasi kasus.

Peserta dari SMP, SMA dan SMK se-Kota Balikpapan tampak antusias menyimak pemaparan narasumber dalam Seminar “Crimes Against Minors”.

Dalam pemaparan yang juga membahas penegakan hukum, ia menjelaskan prosedur penanganan ketika laporan masuk ke UPPA: mulai dari layanan pelaporan di SPKT, konseling awal, penyelidikan dan penyidikan, pengamanan barang bukti, hingga penetapan tersangka dan pelimpahan ke kejaksaan. Kasus yang melibatkan anak sebagai pelaku wajib menempuh diversi, sementara kasus kekerasan seksual menjadi pengecualian karena tetap harus diproses pidana.

Suasana seminar semakin interaktif ketika sesi tanya jawab dibuka. Salah satu peserta dari SMA Negeri 7 Balikpapan menanyakan langkah pertama ketika masyarakat menemukan indikasi kekerasan pada anak di lingkungan sekitar, apalagi jika pelakunya adalah keluarga. Menanggapi itu, Brikpol Untari menekankan pentingnya menjaga ketenangan, mencari dukungan orang terdekat, dan segera melapor agar alat bukti—termasuk rekaman CCTV—tidak hilang.

Peserta dari tingkat SMP serta siswa SMA dan SMK bersama menyanyikan lagu kebangsaan pada sesi seremonial pembukaan Seminar “Crimes Against Minors”.

Pertanyaan lain datang dari siswa SMA Negeri 6 Balikpapan mengenai trauma dan ancaman pelaku yang membuat korban takut membuka kasus. Narasumber menyampaikan bahwa korban tidak boleh diam karena ancaman cenderung mendorong pelaku mengulangi tindakan, dan setelah proses hukum dimulai, korban akan mendapatkan pendampingan psikolog maupun psikiater di bawah layanan UPTD.

Menutup pemaparan, Brikpol Untari menegaskan bahwa pencegahan kejahatan terhadap anak harus dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Keluarga, guru, dosen, dan masyarakat luas memiliki peran strategis untuk menciptakan lingkungan yang aman, komunikatif, dan suportif bagi anak dan remaja. (YMN)

Balikpapan, 25 November 2025— Fakultas Hukum Universitas Mulia menyelenggarakan seminar bertajuk “Crimes Against Minors” pada Hari Senin, 24 November 2025 yang dirangkaikan dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MOA) bersama Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Balikpapan. Kegiatan yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo ini menghadirkan narasumber dari Polresta Balikpapan, Kejaksaan Negeri Balikpapan, serta Bapas Balikpapan. Seminar diikuti oleh ratusan siswa SMP, SMA dan SMK sebagai bentuk perluasan edukasi hukum sejak dini.

Kaprodi Hukum Universitas Mulia, M. Asyharuddin, S.H., M.H., menyampaikan sambutan pembuka sekaligus menegaskan urgensi edukasi dan kewaspadaan hukum bagi generasi muda pada Seminar “Crimes Against Minors” di Ballroom Cheng Hoo.

Ketua Program Studi Hukum Universitas Mulia, M. Asyharuddin, S.H., M.H., dalam sambutannya menyampaikan bahwa tema seminar berangkat dari kepekaan mahasiswa terhadap fenomena kejahatan terhadap anak yang kian mengemuka. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi ruang pertukaran pengetahuan antara peserta dan narasumber dari lembaga penegak hukum. Asyharuddin turut mengapresiasi kinerja panitia mahasiswa yang mempersiapkan kegiatan selama satu bulan dan berhasil menggandeng berbagai instansi strategis.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Budiarsi, S.H., M.Hum., Ph.D., memberikan sambutan yang menekankan komitmen fakultas dalam memperkuat kolaborasi bersama lembaga penegak hukum untuk penguatan perlindungan anak di era digital.

Dekannya, Budiarsi, S.H., M.Hum., Ph.D., memberikan perspektif yang lebih luas mengenai posisi kegiatan ini dalam konteks pengabdian institusi. Ia menegaskan bahwa Fakultas Hukum menaruh perhatian serius untuk memastikan kegiatan akademik memiliki dampak nyata di masyarakat, terutama generasi muda. Menurutnya, seminar ini menjadi bentuk komitmen kampus dalam memperkenalkan nilai-nilai kesadaran hukum secara sistematis kepada pelajar, sekaligus memperkuat jejaring kerja sama dengan lembaga hukum negara. Ia juga menyoroti keterlibatan mahasiswa semester awal sebagai panitia inti sebagai representasi kesiapan akademik dan profesional di Fakultas Hukum.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Sumardi, S.Kom., M.Kom., mewakili Rektor Universitas Mulia dalam sambutan yang mengapresiasi sinergi akademisi dan aparat penegak hukum sebagai upaya meningkatkan literasi hukum pelajar.

Sementara itu, sambutan Rektor Universitas Mulia yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Sumardi, S.Kom., M.Kom., menekankan relevansi akademisi sebagai mediator penyebaran informasi dan edukasi hukum yang konstruktif di masyarakat. Mengangkat contoh kasus penculikan anak yang sempat menjadi sorotan nasional, ia mengajak peserta seminar untuk memahami urgensi penegakan hukum dan kehati-hatian terhadap kejahatan terhadap anak di era digital. Sumardi juga menegaskan kesiapan Universitas Mulia sebagai ruang kolaborasi bagi aparat penegak hukum dalam menyampaikan literasi hukum kepada publik.

Penandatanganan MOA sebagai Wujud Komitmen Bersama

Momentum akademik ini dilanjutkan dengan penandatanganan MOA antara Fakultas Hukum Universitas Mulia dan Bapas Kelas I Balikpapan. Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Budiarsi, S.H., M.Hum., Ph.D., dan Kepala Bapas Kelas I Balikpapan, Imam Siswoyo. MOA ditujukan untuk memperkuat sinergi dalam pengembangan pendidikan hukum, riset, dan program pengabdian kepada masyarakat, khususnya yang berfokus pada perlindungan anak dan pembinaan remaja.

Melalui kerja sama ini, Fakultas Hukum Universitas Mulia berkomitmen memperluas integrasi antara teori dan praktik hukum di lingkungan akademik, sekaligus memberikan ruang bagi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan edukasi, penyuluhan, dan penelitian terkait perlindungan anak dengan melibatkan lembaga penegak hukum.

Penandatanganan Memorandum of Agreement (MOA) antara Fakultas Hukum Universitas Mulia dan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Balikpapan, dilakukan oleh Dekan Fakultas Hukum, Budiarsi, dan Kepala Bapas Kelas I Balikpapan, Imam Siswoyo, sebagai langkah strategis memperkuat kerja sama edukasi dan layanan hukum.

Penegasan Peran Kampus sebagai Agen Edukasi Hukum

Seminar “Crimes Against Minors” dipandang sebagai langkah strategis dalam memperkuat kesadaran hukum masyarakat, terutama generasi muda yang rentan bersinggungan dengan isu kriminalitas digital dan sosial. Kolaborasi akademik dan aparat penegak hukum ini diharapkan mampu melahirkan pola edukasi berkelanjutan demi memperkuat perlindungan terhadap anak sekaligus menanamkan kepribadian hukum yang berkarakter bagi pelajar sebagai calon penerus bangsa. (YMN)

Balikpapan, 23 November 2025— Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir UM menjalankan serangkaian pembaruan akademik yang dirancang untuk selaras dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi. Pembaruan tersebut mencakup reviu kurikulum secara berkala di seluruh program studi dengan mengacu pada standar nasional, OBE, KKNI, SKKNI, serta tren industri mutakhir, khususnya pada technopreneurship, teknologi informasi, dan bidang keilmuan terkait. Muatan praktis diperkuat melalui studi kasus riil, project-based learning, literasi digital, dan kewirausahaan, sehingga mahasiswa tidak hanya memahami konsep teoretis, tetapi terbiasa menyelesaikan persoalan nyata di lapangan. Kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri, asosiasi profesi, dan lembaga pemerintah dilibatkan dalam penyusunan kurikulum, penyelenggaraan kuliah tamu, hingga pembimbingan magang.

Para dekan dan kaprodi Universitas Mulia berdiri menyanyikan Mars UM pada pembukaan Asesmen Lapangan BAN-PT, Jumat 21 November 2025, bertempat di Ballroom Cheng Hoo.

Untuk memastikan pembelajaran tetap relevan dengan kebutuhan kompetensi masa kini, UM mengembangkan ekosistem pembelajaran yang memadukan perkuliahan tatap muka, pembelajaran daring melalui Learning Management System, dan platform kolaborasi digital. Dosen didorong untuk memperbarui materi ajar secara berkelanjutan dan memanfaatkan perangkat digital dalam perkuliahan. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara rutin melalui tracer study, umpan balik mahasiswa, rapat akademik, dan mekanisme penjaminan mutu internal agar penyesuaian pembelajaran dapat segera dilakukan saat terdapat perubahan kebutuhan industri.

Bidang penelitian juga dipaparkan sebagai bagian dari penguatan akademik di Universitas Mulia. Penelitian dosen dan mahasiswa diarahkan untuk berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus pemecahan masalah masyarakat. Tema riset banyak berkaitan dengan transformasi digital, technopreneurship, kesehatan, lingkungan, dan penguatan kapasitas masyarakat. Hasil penelitian didorong untuk tidak berhenti pada publikasi ilmiah, tetapi juga dihilirisasi menjadi produk, prototipe, model pelayanan, atau rekomendasi kebijakan. Mahasiswa dilibatkan melalui tugas akhir berbasis riset, program kreativitas, dan kegiatan pengabdian, sehingga budaya ilmiah tumbuh sejak awal masa studi.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyerahkan dokumen kepada tim asesor BAN-PT: Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti, M.T. (Universitas Hasanuddin), Prof. Dr. Pupung Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA. (Universitas Islam Bandung), dan Dr. Aan Listiana, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia). Prosesi berlangsung dengan didampingi Wakil Rektor Bidang Akademik Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng.; Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I.; dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Sumardi, S.Kom., M.Kom.

Menurut Wisnu, capaian akademik Universitas Mulia dalam lima tahun terakhir menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Struktur kurikulum berbasis learning outcome berjalan semakin sistematis, penggunaan platform digital dalam proses akademik semakin mapan, dan sistem penjaminan mutu semakin terbangun. Produktivitas publikasi ilmiah dosen meningkat, kegiatan pengabdian masyarakat berbasis keilmuan bertambah, dan prestasi mahasiswa di berbagai bidang turut memperkuat citra akademik Universitas Mulia.

Dalam penjelasannya kepada asesor akreditasi institusi, atmosfer akademik UM digambarkan sebagai ekosistem yang kolaboratif, inklusif, dan berorientasi mutu. Proses pembelajaran berlangsung melalui dialog akademik antara dosen dan mahasiswa, kelas dirancang interaktif melalui diskusi, presentasi, dan proyek kelompok, serta didukung oleh infrastruktur pembelajaran yang memadai. Kegiatan ilmiah seperti seminar, kuliah tamu, workshop, dan komunitas belajar mahasiswa turut berperan dalam membentuk dinamika akademik tersebut. Keseluruhan proses diperkuat oleh tata kelola yang transparan dan budaya peningkatan mutu yang berkelanjutan.

Pasca asesmen akreditasi institusi, Wisnu menegaskan rencana penguatan akademik Universitas Mulia pada bidang technopreneurship, pembelajaran, dan riset terapan. Fokus pengembangan diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas publikasi bereputasi, pendaftaran kekayaan intelektual, serta perluasan jejaring kolaborasi nasional dan internasional. Di sisi pembelajaran, pengayaan model project-based learning, kolaborasi industri, serta peningkatan kapasitas dosen dalam pedagogi digital menjadi prioritas. Melalui langkah tersebut, reputasi akademik dan riset Universitas Mulia ditargetkan semakin kuat dan diakui secara luas oleh masyarakat serta para pemangku kepentingan. (YMN)

 

Balikpapan, 23 November 2025 — Pelaksanaan asesmen lapangan Akreditasi Institusi Universitas Mulia selama 20–22 November 2025 menghadirkan tiga asesor BAN-PT: Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti, M.T. (Universitas Hasanuddin), Prof. Dr. Pupung Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA. (Universitas Islam Bandung), dan Dr. Aan Listiana, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia). Kehadiran para pakar nasional tersebut menempatkan proses visitasi bukan hanya sebagai penilaian formal, tetapi sebagai ruang evaluasi strategis arah pengembangan Universitas Mulia dalam beberapa tahun ke depan.

Tampak dari sebelah kiri: Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga, Dr. Agung sakti Pribadi, S.H., M.H.; Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si.; serta para asesor BAN-PT — Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti, M.T. (Universitas Hasanuddin), Prof. Dr. Pupung Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA. (Universitas Islam Bandung), dan Dr. Aan Listiana, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia) — berdiri tegap menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia pada pembukaan asesmen lapangan Akreditasi Institusi Universitas Mulia.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyampaikan bahwa akreditasi institusi menjadi milestone penting dalam perjalanan transformasi perguruan tinggi. Ia menegaskan bahwa akreditasi bukan semata penilaian dokumen, melainkan cermin objektif yang memperlihatkan konsistensi penyelenggaraan perguruan tinggi berbasis technopreneurship dan pelaksanaan fase Teaching University yang kini sedang dijalankan. Melalui proses ini, kata Rektor, seluruh unsur kampus dapat melihat secara jernih apa yang telah berjalan baik dan apa yang perlu disempurnakan sebagai agenda perbaikan berikutnya.

Dalam paparannya kepada asesor, Rektor menekankan identitas Universitas Mulia sebagai kampus technopreneurship yang tumbuh di tengah ekosistem industri dan Ibu Kota Negara baru. Menurutnya, kedekatan kampus dengan dunia usaha dan dunia kerja bukan slogan, melainkan prinsip yang diwujudkan dalam kurikulum, proyek mahasiswa, dan pelaksanaan Tridharma. Ia menegaskan bahwa lulusan UM dipersiapkan tidak hanya untuk mencari pekerjaan, tetapi juga mampu menciptakan peluang melalui penguasaan teknologi dan jiwa kewirausahaan.

Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga, Dr. Agung sakti Pribadi, S.H., M.H. dan Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si. tampak memanjatkan doa dengan khusyuk sebelum dimulainya asesmen lapangan Akreditasi Institusi sebagai wujud harapan akan kelancaran dan kemudahan seluruh rangkaian kegiatan.

Terkait capaian lima tahun terakhir, Rektor menjelaskan bahwa penguatan tata kelola dan sistem penjaminan mutu berbasis data dan digital menjadi langkah paling signifikan. Universitas Mulia membangun dan menyempurnakan SPMI, AMI, dan kebijakan akademik yang mengikuti regulasi nasional, bersamaan dengan transformasi digital melalui penguatan sistem informasi dan layanan administrasi terpadu. Langkah tersebut berjalan paralel dengan peningkatan kapasitas SDM melalui studi lanjut, sertifikasi, pelatihan pedagogik, serta pembentukan budaya penelitian dan publikasi ilmiah di kalangan dosen.

Komitmen pengembangan institusi, menurutnya, tercermin dalam empat bentuk nyata:

  1. keberadaan roadmap pengembangan jangka panjang hingga 2045 dengan tahapan terukur,
  2. investasi berkelanjutan pada peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi profesional dosen serta tenaga kependidikan,
  3. kurikulum adaptif berbasis OBE yang memberi ruang pembelajaran kolaboratif, proyek nyata, dan penguatan karakter, serta
  4. perluasan jejaring kemitraan dengan industri, pemerintah, dan lembaga pendidikan nasional maupun internasional untuk memperkuat daya saing global.

Rektor menilai bahwa akreditasi institusi berperan sebagai bentuk pengakuan eksternal bahwa proses dan hasil penyelenggaraan pendidikan di Universitas Mulia telah melewati standar mutu tertentu. Bagi publik dan dunia industri, status akreditasi yang baik menjadi sinyal kredibilitas sistem pendidikan, sehingga memperkuat peluang kerja sama, magang, penelitian terapan, rekrutmen lulusan, dan kolaborasi strategis lainnya.

Rektor Universitas Mulia berdialog akademik dengan tim asesor BAN-PT, membahas implementasi technopreneurship, tata kelola mutu, dan arah pengembangan institusi dalam sesi asesmen lapangan.

Pada bagian akhir wawancara, Rektor menyampaikan harapan agar seluruh sivitas akademika semakin memiliki kesadaran bahwa mutu bukan tugas satu unit, melainkan tanggung jawab bersama. Ia menekankan pentingnya budaya kerja kolaboratif, disiplin, terbuka terhadap evaluasi, serta berbasis data. Dalam pembelajaran, Rektor berharap dosen semakin kreatif dan adaptif terhadap teknologi dengan tetap menempatkan mahasiswa sebagai pusat proses belajar. Untuk layanan mahasiswa, ia menginginkan layanan yang cepat, ramah, transparan, dan solutif sehingga kampus benar-benar dirasakan sebagai ruang belajar yang nyaman.

Menutup penjelasannya, Rektor menegaskan bahwa keberlanjutan mutu akan terus dijaga melalui siklus SPMI yang berjalan sistematis: menetapkan standar, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti. Peran unit penjaminan mutu di semua level terus diperkuat, indikator kinerja diintegrasikan ke dalam perencanaan dan evaluasi tahunan, serta capaian mutu dipantau melalui sistem informasi. Ia juga menekankan pentingnya budaya refleksi melalui rapat kinerja, forum akademik, dan pemberian penghargaan bagi unit maupun individu yang menunjukkan komitmen mutu, sehingga akreditasi bukan menjadi proyek lima tahunan, tetapi menjadi cara kerja dan cara berpikir seluruh keluarga besar Universitas Mulia. (YMN)