Humas Universitas Mulia, 26 Juni 2025 — Debat calon Presiden Mahasiswa (Presma) yang digelar di Universitas Mulia tidak hanya menjadi ajang tahunan dalam rangkaian Pemilihan Raya (Pemira), tetapi telah menjelma menjadi ruang pembelajaran demokrasi substantif. Hal ini ditegaskan oleh Bapak Riski Zulkarnain, S.Pd., M.Pd., Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni , yang dimintai keterangan dalam rangka penguatan perspektif akademik terhadap kegiatan tersebut.

Suasana khidmat saat berlangsungnya seremonial pembukaan rangkaian kegiatan Pemilihan Raya Presiden Mahasiswa Universitas Mulia.

“Debat calon presiden mahasiswa merupakan laboratorium demokrasi yang sangat berharga di perguruan tinggi. Ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan proses pembelajaran yang mengajarkan kompetisi gagasan, transparansi, dan akuntabilitas publik,” ujarnya.

Menguji Gagasan, Melatih Kepemimpinan Intelektual

Menurut Riski, kualitas debat juga menjadi refleksi langsung dari proses pendidikan yang dijalankan universitas. Saat para kandidat mampu menyampaikan visi yang terstruktur, menawarkan solusi berbasis data, dan merespons pertanyaan dengan kedalaman analisis, saat itulah nalar kritis dan kepemimpinan intelektual mahasiswa benar-benar diuji.

Para mahasiswa menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dengan penuh semangat pada pembukaan resmi debat calon Presiden Mahasiswa.

“Kepemimpinan intelektual tercermin dari kemampuan mengintegrasikan teori dengan praktik serta menghadirkan inovasi yang kontekstual,” imbuhnya.

Nilai-Nilai Demokrasi dan Ukuran Debat Berkualitas

Riski menekankan bahwa Pemira seharusnya menjadi wahana penanaman nilai-nilai utama: integritas, transparansi, inklusivitas, kolaborasi, serta orientasi terhadap kepentingan bersama. Ia juga menambahkan bahwa indikator debat berkualitas tidak hanya ditentukan oleh kemampuan retorika, tetapi lebih pada kedalaman substansi, respons kritis, serta konsistensi antara visi dan program kerja.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terdapat peningkatan dalam hal penguasaan data dan pendekatan berbasis bukti (evidence-based). Meski begitu, peningkatan keberanian dalam mengambil posisi yang benar walau tidak populer tetap menjadi catatan penting.

Lagu Mars Universitas Mulia menggema di ruang acara, dinyanyikan secara serempak sebagai bentuk kebanggaan dan semangat sivitas akademika.

Menata Format, Menembus Isu Nasional

Riski juga mengusulkan penyegaran pada format debat. Selain tanya jawab antar kandidat, penting untuk melibatkan audiens dan menguji kandidat dalam simulasi kasus nyata. Ia juga mendorong agar isu-isu yang diangkat melampaui urusan internal kampus, termasuk keterlibatan BEM dalam isu nasional dan global yang relevan dengan mahasiswa.

Para pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa berpose bersama menjelang pemilihan, siap mengadu gagasan dan visi untuk kepemimpinan mahasiswa.

Presma sebagai Representasi dan Mitra Kritis

Menanggapi posisi strategis Presiden Mahasiswa, ia menyatakan bahwa pemimpin mahasiswa harus mampu memainkan dua peran sekaligus: menjadi representasi mahasiswa dan menjadi mitra kritis institusi.

“Presma adalah tangan kanan untuk kepentingan birokrasi dan tangan kiri untuk kepentingan mahasiswa. Komunikasi terbuka dan berbasis data menjadi kunci sinergi yang sehat,” jelasnya.

Sejumlah mahasiswa berfoto bersama menjelang pelaksanaan Pemira, menandai partisipasi aktif mereka dalam pesta demokrasi kampus.

Menjawab Tantangan Era Digital

Dalam menghadapi tantangan era digital, calon pemimpin mahasiswa dituntut memiliki literasi digital yang tinggi dan kemampuan membangun dialog konstruktif di ruang maya. Debat juga menjadi sarana untuk melatih sensitivitas terhadap isu disinformasi dan polarisasi opini.

BEM sebagai Katalis Akademik dan Sosial

Lebih lanjut, Riski juga menekankan bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) harus menjadi katalis ekosistem akademik yang sehat. Ini mencakup mendorong budaya riset, menjembatani dunia industri, hingga melibatkan mahasiswa dalam kerja sosial yang bermakna.

“Demokrasi kampus jangan berhenti sebagai ritual administratif, tapi menjadi ruang pembelajaran sosial yang mengakar dan membangun,” katanya.

Menuju Pemira yang Substantif dan Rasional

Untuk menjauhkan Pemira dari jebakan politik identitas dan popularitas semu, pihak WR III menyiapkan mekanisme seleksi berbasis visi, rekam jejak akademik, serta kapasitas kepemimpinan nyata. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh melalui pendekatan 360 derajat.

Membentuk Pemimpin Masa Depan

Universitas Mulia tengah mengembangkan Leadership Development Pipeline, mencakup pelatihan, mentoring alumni, hingga pengiriman mahasiswa ke forum kepemimpinan nasional dan internasional. Tujuannya jelas: melahirkan pemimpin yang tidak hanya siap saat Pemira, tapi matang secara berkelanjutan.

Humas UM (YMN)

“Jadilah pelopor, bukan hanya peserta. Mahasiswa angkatan pertama adalah penulis bab pertama dalam sejarah program studi.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., Rektor Universitas Mulia

Humas Universitas Mulia, 26 Juni 2025 – Universitas Mulia kembali mencatatkan tonggak penting dalam pengembangan program akademiknya. Dua program studi baru, yakni S1 Teknik Sipil dan S1 Teknik Industri, resmi memperoleh akreditasi peringkat “Baik” dari Lembaga Akreditasi Mandiri Teknik (LAM Teknik). Keputusan ini menjadi titik awal yang menjanjikan bagi dua prodi yang baru dibuka pada tahun akademik 2024/2025 ini.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyampaikan bahwa capaian ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang menuju mutu unggul.

“Akreditasi sementara ini sebagai titik awal untuk melakukan penguatan berkelanjutan, baik dari sisi kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE), pengembangan laboratorium, maupun peningkatan SDM dan kolaborasi industri,” terang beliau.

Lebih lanjut, Prof. Ahsin menegaskan bahwa akreditasi bukan sekadar formalitas administratif, tetapi bagian dari siklus peningkatan mutu berkelanjutan (Continuous Quality Improvement/CQI), yang akan diarahkan melalui strategi jangka menengah dan panjang sesuai Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Tambahan (IKT) dari Kemendikbudristek.

Akreditasi “Baik”: Legalitas dan Awal Budaya Mutu

Menurut Rektor, akreditasi “Baik” bukan hanya menjadi syarat legal formal untuk menyelenggarakan perkuliahan dan menerbitkan ijazah, tetapi juga menjadi sinyal bahwa pondasi mutu telah ditanamkan secara tepat.

“Meskipun levelnya belum tinggi, capaian ini menjadi indikator bahwa pondasi yang dibangun sudah benar dan dapat dikembangkan lebih lanjut,” ujarnya.

Hal ini penting terutama dalam konteks pembentukan budaya mutu di level program studi, sebuah langkah strategis bagi kampus yang terus berkembang pesat.

Tantangan Prodi Baru: Dari Ketiadaan Lulusan hingga Sarana Teknik

Mendirikan program studi teknik tidak datang tanpa tantangan. Pak Rektor memaparkan dua hambatan besar yang dihadapi dalam proses akreditasi, yakni:

  1. Belum tersedianya data luaran tridharma secara penuh, seperti lulusan, publikasi ilmiah dosen, dan pengabdian masyarakat.

  2. Keterbatasan sarana dan prasarana teknik, seperti laboratorium, bengkel kerja, serta fasilitas uji material.

Namun, UM justru menjadikan keterbatasan ini sebagai ruang inovasi dan pengembangan yang terstruktur.

Rencana Penguatan: Dari Kurikulum hingga Kolaborasi Industri

Pasca-akreditasi, universitas telah menyusun delapan langkah strategis, yakni:

  1. Evaluasi diri pasca-akreditasi

  2. Integrasi dengan sistem penjaminan mutu internal (SPMI)

  3. Penyempurnaan kurikulum OBE

  4. Pengembangan metode pembelajaran berbasis proyek dan laboratorium

  5. Penguatan SDM dosen dan tenaga kependidikan

  6. Pengembangan sarana dan teknologi penunjang

  7. Kemitraan strategis dengan industri dan institusi lain

  8. Persiapan akreditasi lanjutan dengan dokumen LKPS dan LED berbasis data


Harapan untuk Dosen dan Mahasiswa: Menjadi Pelopor di Era Baru

Rektor memberikan pesan khusus kepada dosen dan mahasiswa angkatan pertama. Para dosen diminta membangun suasana belajar yang inspiratif dan relevan dengan perubahan teknologi serta menjunjung tinggi semangat technopreneurship.

“Prodi yang hebat bukan dibangun oleh fasilitas semata, tetapi oleh dosen yang gigih membangun mutu dan semangat belajar.”

Kepada mahasiswa baru, beliau berpesan:

“Jadilah pelopor dan peletak batu pertama dalam sejarah program studi ini. Pelajari ilmu teknik bukan hanya untuk lulus, tetapi untuk membangun masa depan Indonesia yang berkelanjutan, tangguh, dan berdaya saing global.”

Menuju Masa Depan Teknik yang Relevan dan Adaptif

Dengan kombinasi semangat pionir, strategi akademik yang visioner, serta komitmen terhadap mutu, Universitas Mulia menunjukkan bahwa meskipun Prodi Teknik Sipil dan Teknik Industri baru dimulai, keduanya dibangun di atas fondasi yang kuat untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan pembangunan bangsa, terutama di Kalimantan dan Ibu Kota Nusantara.

Humas UM (YMN)


“KKN bukan sekadar tugas kurikulum, tetapi wahana nyata yang mempertemukan mahasiswa dengan kehidupan. Proses ini membentuk kepemimpinan, empati, dan kemanusiaan melalui pembelajaran berbasis pengalaman.”
— Dr. Pudjiati, S.E., M.M., Koordinator KKN UM 2025

Humas Universitas Mulia, 25 Juni 2025— Sebanyak 420 mahasiswa Universitas Mulia (UM) dari berbagai program studi akan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tahun 2025 yang tersebar di 6 kecamatan dan 24 kelurahan di seluruh wilayah Kota Balikpapan. Dalam kegiatan pembekalan yang digelar di Ballroom Cheng Hoo hari ini, Ibu Pudji sebagai koordinator KKN menyampaikan bahwa KKN bukan sekadar kewajiban kurikulum, tetapi merupakan wahana strategis dalam membentuk insan pembelajar yang utuh.

Para Dosen Pembimbing Lapangan bersama peserta KKN Universitas Mulia 2025 menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan penuh semangat dalam seremonial pembukaan pembekalan KKN.

 

Para mahasiswa berasal dari Program Studi Akuntansi, Hukum, Informatika, Manajemen, Sistem Informasi, Teknologi Informasi, dan Farmasi. Mereka akan dibimbing oleh 21 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), yang tidak hanya berperan sebagai pengawas tetapi juga fasilitator refleksi kritis mahasiswa selama proses KKN berlangsung.

Mahasiswa peserta KKN Universitas Mulia 2025 menyanyikan Mars Balikpapan dengan khidmat sebagai bentuk kecintaan terhadap daerah tempat pengabdian.

Pelaksanaan KKN akan dimulai pada 22 Juli hingga 25 Agustus 2025. Mahasiswa akan dilepas secara resmi pada 21 Juli dan langsung diterima oleh masing-masing kelurahan dengan pendampingan dari DPL. Berbeda dari pola konvensional, mayoritas mahasiswa tidak tinggal di lokasi KKN, mengingat sebagian besar dari mereka merupakan pekerja. Kegiatan akan dilakukan saat mereka hadir di lokasi sesuai dengan pembagian tugas dan strategi kelompok.

Sekretaris LPPM Henny Okta Piyani, S.E., M.Ak.; Sekretaris Rektor Suhartati, S.E., M.Kom.; dan Ketua Branding Universitas Mulia, Tatang, turut hadir dalam seremonial pembukaan dan pelepasan KKN 2025.

Setiap kelompok KKN terdiri dari 20 mahasiswa lintas prodi. Tidak ada tema tunggal yang ditetapkan, melainkan diserahkan kepada masing-masing kelompok berdasarkan hasil orientasi dan kebutuhan spesifik di lokasi. Mitra kerja juga akan ditentukan langsung oleh mahasiswa sesuai potensi dan permasalahan di masyarakat.

“Jadilah solusi, bukan beban. Tawarkan program sederhana tapi relevan. Kecil tak mengapa, asal bermanfaat dan bisa dilanjutkan masyarakat.” — Dr. Pudjiati, S.E., M.M.

“Mahasiswa tidak hanya belajar untuk tahu, tapi untuk mampu dan menjadi. Di sinilah KKN menjadi instrumen nyata dalam mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pencapaian CPL (Capaian Pembelajaran Lulusan),” tegas Ibu Pudji.

Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa KKN harus menjadi platform pembelajaran kontekstual berbasis pengalaman.

“Perlu ada perubahan paradigma, dari pengabdian simbolik ke kolaborasi strategis. Dalam semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), KKN harus mempertemukan ilmu, aksi sosial, dan transformasi diri mahasiswa dalam kehidupan nyata masyarakat.”

DPL memiliki peran krusial dalam proses ini. Tidak hanya memantau, tetapi juga membimbing secara mendalam. Pemantauan dilakukan melalui laporan berkala dan grup WhatsApp, sementara evaluasi dilakukan berdasarkan progres kegiatan dan umpan balik dari masyarakat.

Dr. Pudji saat memberikan pembekalan kepada mahasiswa Universitas Mulia peserta KKN 2025 dengan penuh inspirasi dan penekanan nilai-nilai transformatif.

Harapan besar dititipkan kepada para peserta KKN.

“Jadilah solusi, bukan beban. Hadirlah dengan niat tulus untuk membantu. Tawarkan program sederhana tapi relevan. Kecil tidak masalah, asalkan bermanfaat dan bisa dilanjutkan masyarakat setelah kalian pergi,” pesan Ibu Pudji menutup pembekalan.

Dengan semangat menjadi agen perubahan, mahasiswa UM diharapkan mampu membawa perubahan positif, baik bagi masyarakat yang mereka dampingi maupun bagi perkembangan diri mereka sendiri sebagai calon pemimpin masa depan yang berintegritas, berempati, dan solutif.

Humas UM (YMN)

“KKN adalah kristalisasi Tri Dharma—di sanalah pendidikan menemukan konteksnya, penelitian menemukan penerapannya, dan pengabdian menemukan maknanya.”
Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si

Humas Universitas Mulia, 24 Juni 2025 – Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., memberikan pembekalan inspiratif kepada ratusan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan tajuk “Mahasiswa sebagai Agen Perubahan dalam Pemberdayaan Masyarakat”. Dalam orasinya yang bernuansa akademik dan sarat nilai transformatif, Prof. Ahsin menegaskan bahwa KKN bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi merupakan panggilan strategis untuk mengubah realitas sosial masyarakat dari level akar rumput.

“KKN adalah jembatan antara teori dan realitas; antara ruang kuliah dan kehidupan nyata. Di sinilah mahasiswa diuji: bukan hanya pengetahuannya, tetapi keberpihakannya,” ujar beliau.

Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. M. Ahsin Rifa’i, M.Si., bersama jajaran pimpinan dan para peserta KKN berfoto bersama usai acara pembukaan Pembekalan KKN Tahun 2025.

Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. M. Ahsin Rifa’i, M.Si., bersama jajaran pimpinan dan para peserta KKN berfoto bersama usai acara pembukaan Pembekalan KKN Tahun 2025.

Potret Nyata Tantangan Masyarakat

Prof. Ahsin memulai dengan memaparkan berbagai tantangan struktural yang masih membelenggu masyarakat Indonesia: angka kemiskinan yang masih menyentuh 25,9 juta jiwa, prevalensi stunting 21,6% pada balita, hingga ketimpangan infrastruktur pendidikan dan sanitasi dasar.

“Realitas ini harus kita hadapi, bukan hanya dengan rasa iba, tetapi dengan strategi, inovasi, dan keterlibatan langsung,” tegasnya.

Para peserta KKN Universitas Mulia menjalankan program pengabdian di Kelurahan Manggar dengan penuh semangat dan kolaborasi bersama masyarakat setempat.

KKN: Arena Integratif Tri Dharma Perguruan Tinggi

Sejak diperkenalkan pada 1971, KKN telah menjadi bentuk pengabdian wajib bagi mahasiswa Indonesia. Prof. Ahsin menekankan bahwa KKN adalah implementasi konkret dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian.

Mahasiswa bukan sekadar “tamu” di desa, melainkan subjek aktif yang menyatu dan bekerja bersama masyarakat. Mereka dituntut untuk hidup berdampingan, memahami konteks lokal, dan menjadi pemantik perubahan.

Mahasiswa sebagai Katalisator Perubahan Sosial

Dengan lebih dari 7 juta mahasiswa aktif di Indonesia, potensi kolektif mereka dinilai sangat besar untuk mentransformasi desa-desa menjadi pusat inovasi dan pemberdayaan. Mahasiswa, menurut Prof. Ahsin, membawa kekuatan pengetahuan, idealisme, kemampuan adaptif, serta semangat kolaboratif yang menjadi kunci penggerak perubahan.

Ia membagikan studi kasus inspiratif seperti program digitalisasi UMKM di Desa Suka Makmur yang berhasil meningkatkan omzet hingga 25%, dan pembangunan jamban komunal di Sleman yang menurunkan kasus diare balita hingga 40%.

Strategi Optimalisasi KKN: Survei, Sinergi, dan Solusi Nyata

Prof. Ahsin juga memaparkan berbagai strategi untuk meningkatkan efektivitas KKN: survei pra-penempatan, kolaborasi lintas sektor (termasuk LSM dan pemerintah), komunikasi yang membangun kepercayaan masyarakat, serta eksplorasi pendanaan eksternal yang bisa melipatgandakan dampak program.

“Keberhasilan program tidak hanya soal dana, tetapi terutama pada komunikasi dan empati. Mahasiswa harus hadir sebagai pendengar, bukan hanya penyuluh,” ujarnya.

Mengukuhkan Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan

Sebagai penutup, Prof. Ahsin menyerukan tiga seruan aksi:

  1. Bagi mahasiswa, manfaatkan KKN sebagai medan aktualisasi diri dan kontribusi nyata.

  2. Bagi universitas, perkuat peran institusi dalam memfasilitasi KKN sebagai pembelajaran kontekstual.

  3. Bagi pemerintah dan masyarakat, buka ruang kolaborasi dan sinergi yang berkelanjutan.

“KKN adalah investasi sosial jangka panjang. Dari situlah akan lahir pemimpin-pemimpin masa depan yang berempati, solutif, dan visioner,” tutupnya.

Humas UM (YMN)

“KKN bukan hanya tentang menyelesaikan kewajiban akademik, tetapi tentang merajut empati, membangun kolaborasi, dan menciptakan kebermanfaatan nyata bagi masyarakat.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., Rektor Universitas Mulia

Humas Universitas Mulia, 24 Juni 2025 – Sebagai wujud komitmen terhadap implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, Universitas Mulia menyelenggarakan kegiatan Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa Tahun Akademik 2024/2025. Acara yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo ini dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., dengan sambutan penuh makna yang menegaskan urgensi peran mahasiswa sebagai agen pengabdian sosial.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Sumardi, S.Kom., M.Kom., Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, dan Kaprodi Manajemen Dr. Pudjiati, S.E., M.M. berdiri di atas panggung saat menyanyikan Mars Universitas Mulia pada pembukaan kegiatan Pembekalan KKN Tahun Akademik 2024/2025.

Dalam sambutannya, Rektor menegaskan bahwa KKN bukan sekadar tugas akademik atau formalitas kelulusan, melainkan sebuah proses pembelajaran holistik yang mengasah kemampuan adaptasi, kepekaan sosial, dan kepemimpinan mahasiswa di tengah masyarakat.

“Saudara sekalian akan menjadi duta Universitas Mulia—mewakili nilai-nilai intelektual, integritas, dan inovasi yang kita tanamkan bersama selama perkuliahan,” tegas beliau.

Rektor menjabarkan bahwa pembekalan ini merupakan fase strategis untuk memperkuat pemahaman mahasiswa mengenai tugas, peran, etika, dan pendekatan sosial yang relevan. Ia mendorong peserta KKN untuk menyusun program kerja yang tidak hanya kontekstual dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, namun juga memiliki keberlanjutan dampak setelah masa KKN berakhir.

Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si. secara resmi membuka kegiatan Pembekalan KKN melalui pidato akademik yang menekankan pentingnya integritas, kolaborasi, dan kebermanfaatan sosial mahasiswa di masyarakat.

Dalam pidato akademiknya, Rektor menyampaikan tiga poin utama yang harus menjadi prinsip kerja mahasiswa selama menjalankan KKN:

  1. Integritas dan Etika Personal – Mahasiswa diminta menjaga nama baik pribadi, keluarga, dan universitas melalui sikap santun dalam berpakaian, bersikap, dan berinteraksi dengan masyarakat.

  2. Kolaborasi dan Partisipasi Aktif – Mahasiswa harus melibatkan masyarakat secara langsung dalam seluruh proses kegiatan, menjadikan mereka subjek, bukan objek dalam pembangunan sosial.

  3. Kreativitas dan Kebermanfaatan Program – Mahasiswa diimbau untuk merancang program-program inovatif yang meskipun sederhana, mampu memberikan dampak nyata dan berkelanjutan bagi komunitas setempat.

Tak lupa, Rektor juga memberi pesan kepada para Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan tim LPPM untuk aktif memberikan pendampingan dan membuka ruang dialog dua arah yang mendorong terbentuknya inovasi sosial maupun penelitian terapan.

“Jadikan KKN ini bukan hanya sekadar catatan akademik, tetapi pengalaman hidup yang memperkaya perspektif, membentuk karakter, dan memantapkan komitmen Saudara sebagai insan akademik yang berpihak pada masyarakat,” ujar Prof. Ahsin menutup sambutannya.

Acara pembekalan KKN ini turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, Ketua LPPM, para Dosen Pembimbing Lapangan, serta panitia pelaksana dan ratusan mahasiswa dari berbagai program studi yang akan diterjunkan ke sejumlah wilayah mitra.

Suasana kegiatan pembekalan KKN Universitas Mulia. Para peserta terlihat antusias menyimak materi sebagai bekal sebelum diterjunkan ke lokasi pengabdian.

Dengan semangat integritas, kolaborasi, dan inovasi, Universitas Mulia kembali mengukuhkan peran strategisnya dalam mencetak generasi muda yang mampu menjawab tantangan zaman melalui kontribusi nyata di tengah masyarakat.

Humas UM (YMN)

“Inovasi bukan momen jenius yang datang sekali. Ia adalah proses yang konsisten, rendah hati, dan penuh rasa ingin tahu. Kamu tak perlu jadi yang paling pintar—cukup jadi yang paling tangguh dan mudah beradaptasi.”
Sanjith M. Gowda, Manajer R&D

Humas Uni versitas Mulia, 21 Juni 2025 – Dalam lanjutan program Business Coaching yang diinisiasi oleh UPT Inkubator Bisnis Universitas Mulia, hadir narasumber istimewa dari India, Sanjith M. Gowda, seorang R&D Manager dari perusahaan listrik ternama di negaranya. Dalam sesi wawancara eksklusif dengan Tim Humas UM sebelum acara, Sanjith membagikan pandangannya yang tajam dan reflektif mengenai inovasi dan peran pentingnya dalam dunia bisnis masa kini.

Menurutnya, inovasi bukan sekadar menciptakan sesuatu yang baru, tetapi bagaimana ide tersebut mampu menyelesaikan masalah nyata secara praktis dan bisa diterapkan dalam skala luas.

“Young entrepreneurs must shift from ‘cool idea’ thinking to ‘what problem am I truly solving?’” ujarnya, menekankan pentingnya empati dan ketekunan dalam berinovasi.

Saat ditanya tentang tahapan penting dalam mengubah ide menjadi produk siap pasar, ia menyebut lima tahap krusial: validasi masalah, desain konsep, uji prototipe, umpan balik pasar, dan rekayasa skalabilitas. Namun, ia menggarisbawahi satu kesalahan umum:

“Most innovators fail at underestimating iteration—they fall in love with version one and stop listening to the user.”

Berkarier di negara dengan populasi terbesar dan pasar yang sangat kompetitif, Sanjith menilai bahwa inovasi di India adalah soal bertahan hidup.

“Frugal innovation is a necessity, not a choice,” katanya. Dengan keterbatasan sumber daya dan ekspektasi tinggi, solusi yang bertahan adalah yang murah, andal, dan bisa disesuaikan.

Ia juga membagikan titik balik dalam kariernya saat timnya berhasil menghemat waktu dan biaya dengan mendesain ulang arsitektur modular untuk dua jenis kendaraan listrik yang berbeda. “That mindset shift was a game-changer,” ungkapnya.

Lebih jauh, ia mengajak mahasiswa untuk memandang R&D sebagai jantung dari kelangsungan hidup bisnis, bukan sekadar bagian eksperimental. Di negara berkembang seperti Indonesia, inovasi yang berkelanjutan adalah satu-satunya cara untuk tetap relevan.

“R&D isn’t an expense—it’s an investment in survival.”

Berbagai kesalahan umum dalam pengembangan produk juga diungkapnya secara lugas—mulai dari over-engineering, mengabaikan kebutuhan nyata, hingga kurangnya pengujian dan ketidaksiapan produksi massal.

Sanjith juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas bidang dan lintas budaya. “Some of the best solutions emerge when engineers talk to designers, marketers, even users from other countries.” Ia menyarankan mahasiswa untuk mengasah kemampuan mendengar, empati, dan kerja tim lintas latar belakang sejak dini.

Menutup wawancara, Sanjith menyampaikan pesan menyentuh untuk mahasiswa Indonesia:

“Don’t wait to be perfect—start small, fail fast, and listen harder. Innovation isn’t a lone genius moment. It’s a consistent, humble, curious process.”

Webinar ini menjadi panggung inspiratif bagi mahasiswa Universitas Mulia untuk tidak hanya menyerap wawasan global, tapi juga melatih keberanian, rasa ingin tahu, dan kemampuan adaptif—bekal utama dalam menaklukkan dunia inovasi masa depan.

Humas UM (YMN)

 

 

“Jika Indonesia ingin menjadi emas di 2045, maka mahasiswa harus menjadi bara yang menyalakan obor perubahan sejak sekarang.”— Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP

Humas Universitas Mulia, 18 Juni 2025 – Dalam Seminar Nasional yang menjadi bagian dari Kongres BEM Se-Kalimantan XII, Anggota DPR RI Dapil Kalimantan Timur sekaligus Ketua Komisi X, Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP, menyampaikan gagasan strategis tentang pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul sebagai fondasi utama menyongsong Indonesia Emas 2045.

Dalam paparannya yang berjudul “Membangun SDM Unggul Melalui Pendidikan”, Hetifah menekankan bahwa investasi terbaik bagi bangsa adalah membangun manusia yang berkarakter, adaptif, dan kontributif.

“Indonesia tidak akan sampai pada cita-cita Emas 2045 tanpa pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan merata. Mahasiswa hari ini harus menjadi aktor utama dalam transformasi itu,” ujar Hetifah di hadapan ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi se-Kalimantan.

Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP berdialog dengan para peserta Kongres BEM Se-Kalimantan XII di Universitas Mulia. Dalam sesi ini, Hetifah menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan keberanian mahasiswa menjadi katalis perubahan.

Tantangan Nyata Dunia Pendidikan

Hetifah memaparkan sejumlah tantangan besar yang masih membayangi dunia pendidikan di Indonesia, antara lain:

  • Kesenjangan kualitas antara daerah kota dan desa
  • Ketimpangan akses pendidikan
  • Minimnya literasi teknologi dan kepemimpinan partisipatif di kalangan muda

“Disparitas pendidikan ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal kompetensi tenaga pendidik, kurikulum yang belum kontekstual, serta budaya belajar yang belum merata,” tambahnya.

Mahasiswa Harus Jadi Katalis Perubahan

Dalam paparan visionernya, Hetifah mendorong mahasiswa untuk mengembangkan enam kompetensi utama:

  1. Problem solving kontekstual
  2. Kolaborasi lintas sektor
  3. Kewirausahaan sosial
  4. Literasi digital dan teknologi terapan
  5. Komunikasi dan kepemimpinan partisipatoris
  6. Adaptabilitas dan resiliensi sosial

Menurutnya, kompetensi-kompetensi ini bukan hanya penting untuk menghadapi dunia kerja, tapi juga untuk menjawab tantangan sosial di akar rumput.

Dengan penuh semangat, Hetifah menyampaikan materi bertajuk “Membangun SDM Unggul Menuju Indonesia Emas 2045” dalam Seminar Nasional BEM Se-Kalimantan. Ia menyoroti urgensi pendidikan yang inklusif dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Revisi UU Sisdiknas: Jalan Menuju Sistem Pendidikan Masa Depan

Hetifah juga menginformasikan bahwa saat ini Komisi X DPR RI tengah menyusun Revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). RUU ini diharapkan menjadi terobosan legislatif dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil, fleksibel, dan tanggap terhadap kebutuhan zaman.

“RUU Sisdiknas ini bukan sekadar reformasi regulasi, tapi juga bentuk tanggung jawab negara untuk menyiapkan generasi emas yang kompetitif secara global,” ujarnya tegas.

Mahasiswa, DPR, dan Masa Depan Bangsa

Di akhir paparannya, Hetifah mengajak mahasiswa untuk menjalin sinergi strategis dengan para pemangku kebijakan.

“Perubahan tidak datang dari ruang tunggu. Mari bersama-sama, mahasiswa dan legislator, menyusun peta jalan menuju Indonesia yang inklusif, maju, dan berdaya,” tutup Hetifah yang juga aktif sebagai Ketua Umum KPPG dan anggota Majelis Wali Amanat UPI.

Humas UM (YMN)

 

 

“Kesempatan ini sangat langka. Mereka yang sukses adalah yang tak pernah melewatkan kesempatan sekecil apa pun itu yang dapat memberikan manfaat untuk masa depan mereka.”
— Dr. Linda Fauziyah Ariyani, Kepala UPT Inkubator Bisnis UM

Humas Universitas Mulia, 16 Juni 2025 – Universitas Mulia kembai akan menghadirkan program unggulan melalui UPT Inkubator Bisnis, berupa kegiatan business coaching bertaraf internasional. Bertajuk “The Future is Now: Real Stories, Real Innovations, Real Impact”, webinar ini menjadi agenda rutin yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan mahasiswa, khususnya dalam bidang inovasi produk.

Yang membedakan webinar kali ini dengan sesi sebelumnya adalah kehadiran narasumber dari luar negeri untuk pertama kalinya. “Ini pertama kalinya inkubator bisnis menghadirkan pemateri dari luar negeri,” ungkap Dr. Linda Fauziyah Ariyani, moderator sekaligus dosen Universitas Mulia.

Pemateri yang diundang adalah Sanjith M. Gowda, M.Tech, Manager R&D dari salah satu perusahaan listrik terkemuka di India. Dr. Linda mengisahkan awal pertemuan mereka, “Mr. Sanjith ini saya kenal 3 tahun yang lalu saat jadi presenter pemakalah terbaik di ICSINTESA yang diadakan Universitas Mulia. Kami terus menjalin komunikasi. Dalam waktu singkat itu, dia telah berhasil menjadi R&D Manager dan baru saja launching produk baru.” Koneksi profesional yang terjalin melalui pesan singkat kembali mempertemukan mereka dalam semangat berbagi inovasi.

Webinar ini dirancang agar mahasiswa memperoleh pengalaman belajar langsung dari praktisi internasional. “Peserta bisa mendapatkan insight baru dari praktisi di India, negara dengan populasi terbanyak di dunia dan persaingan bisnis yang sangat ketat. Wawasan menjadi lebih luas, tidak terbatas pada lingkungan sekitar saja,” jelas Dr. Linda.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa inovasi sangat penting untuk business sustainability. “Kemampuan berinovasi perlu dilatih sejak dini di dalam kampus,” ujarnya. Tak hanya dalam ranah bisnis, menurutnya inovasi juga penting dalam pengembangan karir pribadi agar mampu menjawab tantangan zaman.

Dr. Linda juga menegaskan bahwa kegiatan ini membuka peluang kolaborasi global. “Peserta bisa interaksi langsung dan terhubung dengan pemateri. Mereka bisa terus berinteraksi lewat sosial media,” katanya.

Tak sekadar menambah wawasan, webinar ini juga diharapkan menjadi latihan kepercayaan diri dan penguasaan bahasa Inggris mahasiswa. “Harapannya, mahasiswa terbiasa untuk terlibat dan tampil percaya diri dalam berbagai event antarnegara,” lanjutnya.

Dalam berbagai perkuliahan, Dr. Linda mengaku selalu menyelipkan kisah-kisah inspiratif, termasuk dari pengusaha sukses Indonesia. Namun kali ini, ia ingin mahasiswa belajar langsung dari tokoh inspiratif luar negeri. “Saya ingin menghadirkan langsung success story dari praktisi luar negeri,” katanya.

Dengan menghadirkan langsung praktisi internasional yang telah berhasil menciptakan inovasi nyata di tengah ketatnya persaingan industri global, webinar ini menjadi momentum yang sayang untuk dilewatkan. Mahasiswa Universitas Mulia tak hanya diajak mendengar cerita sukses, tetapi juga diberi ruang untuk terhubung, bertanya, dan menyerap wawasan baru yang bisa jadi titik awal perjalanan inovasi mereka sendiri. Inilah kesempatan untuk melampaui batas kelas dan memperluas cakrawala, langsung dari tangan pertama yang telah membuktikannya.

Humas UM (YMN)

Dr. Agung Sakti Pribadi (tengah) bersama Syamsidar Sutan Malim Polawan dari UMKT, Dr. rer.nat Jamaluddin, S.Si., M.Eng dari STT Migas, dan Ketua BWF Eko Prasetyo Setiadi. Foto: SA/Kontributor

UM – Krisis air bersih di Balikpapan bukan lagi sekadar persoalan teknis atau lingkungan, melainkan sebuah isu kompleks yang terjerat dalam benang kusut birokrasi, ego sektoral, dan bahkan dugaan praktik “biaya siluman”.

Hal ini terungkap dalam sebuah diskusi mendalam yang menjadi titik awal sebuah inisiatif besar dari Balikpapan Water Forum (BWF), sebuah forum yang beranggotakan para akademisi dan praktisi peduli air, yang berlangsung di Kampus Universitas Mulia, Rabu (11/6).

Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga, yang juga akademisi di bidang hukum di Universitas Mulia ini memimpin jalannya diskusi. Turut hadir Wali Kota Balikpapan dua periode 2011-2021 H. Rizal Effendi beserta para akademisi dari tiga universitas di Kalimantan Timur dan Ketua BWF Eko Prasetyo Setiadi.

Para akademisi antara lain Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I. dari Universitas Mulia, Endy Mukhlis Syuhada dan Syamsidar Sutan Malim Polawan, S.T., M.T. dari Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) serta Ir. Hamriani Ryka, S.T., M.T dan Dr. rer.nat Jamaluddin, S.Si., M.Eng dari STT Migas Balikpapan. Turut hadir Budi Saputro, Tatang Setyawan, dan Zaenal Abidin.

Gerakan intelektual ini tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi telah merumuskan sebuah peta jalan penelitian komprehensif untuk memetakan potensi air tanah Balikpapan.

Tujuannya adalah untuk memberikan solusi berbasis data yang akurat, melampaui kebuntuan yang selama ini menghambat penyelesaian masalah air di kota minyak ini.

H. Rizal Effendi bersama dua peneliti dari UMKT, Endy Mukhlis Syuhada dan Syamsidar Sutan Malim Polawan. Foto: SA/Kontributor

H. Rizal Effendi bersama dua akademisi dan peneliti dari UMKT, Endy Mukhlis Syuhada dan Syamsidar Sutan Malim Polawan. Foto: SA/Kontributor

Ir. Hamriani Ryka, S.T., M.T dari STT Migas (berkerudung) saat berdiskusi. Foto: SA/Kontributor

Ir. Hamriani Ryka, S.T., M.T peneliti dari STT Migas (berkerudung) saat berdiskusi. Foto: SA/Kontributor

Suara Kritis dari Lapangan

Pengalaman pahit di lapangan menjadi bukti nyata adanya hambatan non-teknis yang selama ini melumpuhkan berbagai upaya solusi. Rizal Effendi secara terbuka menyuarakan adanya praktik pungutan liar yang menjadi momok bagi setiap proyek strategis.

“Ini bukan cerita baru. Proyek belum dimulai, tapi sudah ada yang meminta kutipan. Praktik seperti ini menjadi salah satu penghambat utama mengapa solusi-solusi besar tidak pernah berjalan mulus,” tutur Rizal Effendi.

Persoalan semakin pelik ketika para akademisi dihadapkan pada sulitnya mengakses data yang seharusnya menjadi milik publik.

Hamriani, seorang akademisi dengan pengalaman riset air tanah sejak 2013, membeberkan bagaimana data krusial justru “dirahasiakan” oleh instansi-instansi tertentu.

“Data itu ada, Pak. Saya tahu, saya pernah melihatnya secara fisik. Tapi ketika kita sebagai akademisi memintanya untuk penelitian, data itu menjadi rahasia. Ada dugaan kuat ini terkait dengan anggaran di baliknya, sehingga mereka enggan data itu terekspos,” katanya.

Menurutnya, data yang seharusnya bisa menjadi dasar untuk analisis ilmiah dan pengambilan kebijakan yang tepat, justru terperangkap dalam ego sektoral dan ketakutan akan audit.

“Niat kita murni untuk mencari solusi, tapi ada pihak yang melihatnya dari sudut pandang yang berbeda,” tambah Hamriani.

Inisiatif Akademisi Membangun Peta Jalan dari Nol

Menghadapi kebuntuan ini, BWF yang terdiri dari para ahli dari berbagai perguruan tinggi dan disiplin ilmu memutuskan untuk tidak tinggal diam. Mereka menginisiasi sebuah penelitian besar yang akan memetakan potensi air tanah Balikpapan secara komprehensif.

“Kita harus mulai bergerak. Inisiatif kolaboratif dari tiga perguruan tinggi ini diharapkan bisa menghasilkan data yang valid dan menjadi dasar pengambilan kebijakan. Ini bukan hal baru, tapi yang membuat penelitian ini baru adalah pendekatannya yang komprehensif,” tutur Dr. Agung.

Fokus utama penelitian ini adalah melakukan pemetaan air tanah secara detail di wilayah Balikpapan Utara dan Timur, dua area yang masih memiliki potensi pengembangan.

Penelitian ini tidak akan dimulai dari nol, melainkan akan mengintegrasikan data-data sekunder yang sudah ada dengan data primer yang akan diambil langsung di lapangan.

Pendekatan Ilmiah dan Harapan ke Depan

Eko Prasetyo Setiadi mengatakan, secara teknis penelitian menekankan pentingnya pendekatan berbasis data yang akurat. Salah satu tantangan utama adalah perubahan topografi Balikpapan yang sangat cepat akibat pembangunan masif.

“Data topografi yang kita miliki mungkin sudah tidak relevan karena pembangunan yang masif. Oleh karena itu, kita perlu meng-update data ini dengan teknologi modern,” ujar Eko.

Lebih lanjut, Yusuf Wibisono menyoroti pentingnya mendata sumur-sumur warga yang ada sebagai langkah awal yang krusial.

“Sebelum melakukan pengukuran, kita harus punya data dulu, berapa banyak data sumur yang ada. Ini adalah langkah dasar yang tidak bisa dilewatkan,” tuturnya.

Dengan mengkombinasikan berbagai metode, mulai dari pengumpulan data sekunder, pemetaan topografi, analisis geologi, hingga pengukuran geolistrik, tim ini berharap dapat menciptakan peta potensi air tanah yang komprehensif.

Inisiatif dari para akademisi ini bukan hanya sekadar proyek penelitian, tetapi sebuah gerakan moral untuk mengatasi masalah publik yang telah berlarut-larut.

Dengan data yang kuat dan transparan, mereka berharap dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang tidak bisa lagi diabaikan, demi masa depan air yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Balikpapan.

(SA/Kontributor)

Henny Oktapia (paling kiri) dalam peresmian Mulia Press, (18/10/2024). Foto: dok. Media Kreatif

Humas Universitas Mulia, 10 Juni 2025 – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, (LPPM) Universitas Mulia menyelenggarakan Bimbingan Teknis (BIMTEK) Penyusunan Proposal Program Kosabangsa sebagai upaya mendorong keterlibatan aktif dosen dalam pengabdian kepada masyarakat berbasis teknologi dan inovasi.

Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) merupakan program pengabdian nasional dari Ditjen Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditjen Risbang) melalui DPPM. Program ini mengutamakan kolaborasi antarperguruan tinggi untuk menyelesaikan persoalan strategis di masyarakat berbasis inovasi. Tahun ini, pendanaan yang disediakan mencapai Rp300 juta per proposal.

Sekretaris LPPM Universitas Mulia, Henny Okta Piyani, S.E., M.Ak. menjelaskan bahwa keterlibatan kampus dalam Program Kosabangsa merupakan bentuk tanggung jawab moral dan ilmiah sebagai perguruan tinggi berbasis teknologi di Kalimantan Timur. “Keikutsertaan Universitas Mulia menunjukkan komitmen dalam menyelesaikan persoalan riil di masyarakat sekaligus meningkatkan positioning kampus dalam peta pengabdian nasional,” ujarnya.

Lebih lanjut, LPPM memandang Kosabangsa sebagai peluang strategis untuk membuka ruang kolaborasi dosen dengan mitra eksternal, mendorong keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian, serta menghasilkan luaran berupa inovasi sosial maupun teknologi tepat guna.

Pemetaan Potensi Dosen dan Strategi Pendampingan Proposal

Sebagai bentuk fasilitasi internal, LPPM Universitas Mulia menyelenggarakan BIMTEK proposal sebagai forum diskusi dan klinik proposal. “Melalui BIMTEK ini, kami ingin mendorong dosen untuk mengusulkan ide-ide sesuai potensi mitra dan daerah binaan mereka,” jelasnya. Pendekatan ini dinilai penting agar proposal yang disusun lebih terarah dan kompetitif.

Pemetaan dosen dilakukan berdasarkan bidang kepakaran dan relevansi program studi terhadap isu lokal. LPPM juga mengidentifikasi program studi strategis serta menjalin komunikasi aktif dengan perguruan tinggi mitra, baik di lingkungan LLDIKTI maupun nasional, termasuk melalui forum LPPM se-Kalimantan.

Dari sisi pendampingan, LPPM menyiapkan mekanisme berjenjang mulai dari pelatihan teknis hingga menghadirkan narasumber berpengalaman. “Dalam BIMTEK ini, kami hadirkan narasumber yang memahami pedoman terbaru, struktur proposal, serta contoh proposal yang telah lolos, agar dosen mendapatkan gambaran konkret,” ungkapnya.

Penguatan Jejaring Mitra Eksternal

Dukungan terhadap program Kosabangsa juga diperkuat melalui jejaring kemitraan. LPPM bersama seluruh fakultas dan program studi telah membangun kerja sama, baik formal maupun informal, dengan pemerintah daerah, UMKM, startup lokal, sekolah, dan komunitas.

“Kami tidak sekadar menjalin kemitraan simbolis, tetapi sudah menjadikannya bagian dari aktivitas nyata seperti pengabdian, MBKM, dan kini disiapkan untuk mendukung proposal Kosabangsa yang kontekstual dan berdampak,” tegas Sekretaris LPPM.

Tantangan dan Antisipasi di Lapangan

Dalam pelaksanaannya, pengabdian berbasis teknologi diakui tidak lepas dari tantangan. Di antaranya adalah kesenjangan literasi digital mitra, hambatan administratif, lemahnya dokumentasi luaran teknologi, serta kesulitan menjaga keberlanjutan program.

Untuk itu, LPPM menyusun strategi antisipatif, antara lain melalui pendekatan kolaboratif sejak tahap perencanaan, penyusunan proposal yang berbasis kebutuhan riil, serta pendampingan berkelanjutan kepada mitra.

“Program Kosabangsa bukan sekadar pengabdian biasa, tetapi bentuk gotong royong keilmuan dalam menyelesaikan persoalan masyarakat secara sistemik,” tutupnya.

Humas UM (YMN)