Balikpapan, 25 November 2025 Peringatan Hari Guru di Program Studi PGPAUD Universitas Mulia menjadi momentum refleksi mendalam tentang makna pendidik sebagai pembentuk fondasi peradaban sejak usia dini. Hari besar ini tidak sekadar menjadi penanda tanggal, tetapi menjadi pengingat peran guru PAUD sebagai agen perubahan di mana masa depan anak — dan masa depan bangsa — sedang dirancang.

Kaprodi PGPAUD, Bety Vitraya, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa Hari Guru merupakan pengingat tentang hakikat pendidik sebagai agen perubahan. “Kami mendidik manusia sebelum ia tahu bahwa ia adalah agen perubahan. Kami tidak hanya mengajarkan huruf atau angka, tetapi menanamkan empati, kepercayaan diri, dan imajinasi pada anak yang bahkan belum bisa mengungkapkan perasaan dan pikirannya,” ujarnya. Ia menegaskan, Hari Guru menjadi momen untuk tidak tenggelam dalam rutinitas hingga kehilangan makna dari profesi itu sendiri.

Guru PAUD: Dari Arsitek Peradaban Menjadi ‘Tukang Cat’

Bety menyebut realitas di lapangan masih jauh dari apresiasi ideal. Label “arsitek peradaban” berbanding terbalik dengan perlakuan yang diterima. “Di lapangan, arsitek ini sering dipakai sebagai tukang cat. Disuruh jagain anak saja, padahal kami sedang merancang jaringan syaraf kebaikan,” ujar­nya. Ia menyinggung masih adanya guru PAUD dengan gaji Rp400 ribu per bulan, serta sekolah yang menuntut inovasi tanpa fasilitas dasar. Namun, dalam tekanan tersebut para pendidik justru menunjukkan jati diri terbaik mereka. “Arsitek sejati tidak mengeluh saat tanahnya berbatu. Ia merancang fondasi dari batu itu—memberdayakan apa pun yang ada agar anak pulang dari sekolah membawa pengalaman baru.”

PGPAUD Universitas Mulia: Tidak Sekadar ‘Siap Kerja’, tetapi ‘Siap Hidup’

Berbicara tentang proses pendidikan calon guru PAUD, PGPAUD UM tidak menyiapkan mahasiswa sekadar untuk mendapatkan pekerjaan. Prodi mengarahkan mahasiswa untuk siap menghadapi dinamika nyata di dunia pendidikan anak usia dini. Kurikulum PGPAUD berdiri di atas tiga pilar: kompetensi, kreativitas, dan karakter, dengan 60% praktik lapangan. Mahasiswa didorong untuk menganalisis kasus nyata di sekolah PAUD dan mengubahnya menjadi pengalaman pembelajaran.
“Mereka harus paham dunia anak itu bukan teori. Mereka harus bisa membaca situasi, merasakan emosi, dan merespons dengan ilmu dan ketulusan.”

 Tiga Luka Besar: Gaji Rendah, Minim Pelatihan, dan Stigma Sosial

Saat ditanya tentang tantangan terbesar guru PAUD, Bety menyebut tiga persoalan yang masih akut:

  1. Gaji tidak layak – status dan tunjangan guru PAUD perlu regulasi yang jelas dan adil.
  2. Minim pelatihan – guru PAUD bukan sekadar pendidik, tetapi pembimbing anak dengan keunikan karakter; pelatihan berkelanjutan adalah kebutuhan strategis.
  3. Stigma “cuma babysitter” – masyarakat perlu menyadari kompleksitas tugas guru PAUD, termasuk mengasuh, menyuapi, mendampingi toilet training, hingga menenangkan anak dengan kebutuhan khusus.

“Ucapan terima kasih sederhana saat menjemput anak penting untuk mengikis stigma. Ada profesi suci di balik pekerjaan yang tampak sederhana.”

Guru PAUD Ideal: Bukan Superhero, Melainkan Manusia Super

Dalam pandangan Bety, guru PAUD profesional bukanlah tokoh fiksi serba bisa, melainkan manusia sungguhan dengan indra yang bekerja melampaui kemampuan biasa:

  • Mata: melihat potensi, bukan keterbatasan.
  • Telinga: mendengar keheningan anak dengan kebutuhan khusus.
  • Tangan: kanan menulis, kiri memegang hati anak.
  • Kaki: berpijak pada realitas, melangkah ke masa depan.
  • Hati: penuh cinta, namun terjaga oleh disiplin.

Pesan untuk Guru PAUD: “Dunia Mungkin Tidak Tahu Namamu, tapi Sejarah Anak Mengabadikanmu”

Ungkapan paling emosional muncul saat Bety menyampaikan pesan Hari Guru untuk para pendidik PAUD di seluruh Indonesia.

“Untuk guru PAUD yang makan siangnya nasi dan telur digoreng dua kali agar anak-anak tetap bisa makan buah: kamu tidak sedang mengajar—kamu sedang menyelamatkan dunia dari kehilangan kebaikan.” Ia melanjutkan, “Ketika kamu berlutut menemani anak menangis karena puzzle tidak pas, itu adalah foto paling dekat dengan surga. Dunia mungkin tidak tahu namamu, tapi kenangan seorang anak menyebutmu pahlawannya, panutannya, malaikat kecilnya.”

Harapan untuk Mahasiswa PGPAUD

Penutup wawancara menyentuh kebanggaan profesi. “Saya tidak ingin mereka bangga karena gaji, tetapi karena jasa,” tegasnya. Ia meminta mahasiswa melihat kemuliaan profesi saat berhasil menutup kekosongan hati anak karena orang tuanya sibuk bekerja, atau saat mendampingi mereka membaca buku pertama. “Pada momen itu, Tuhan sedang menatapmu melalui mata manusia kecil. Populer atau tidak, engkau sedang memperkaya amal jariyah dan menyelamatkan masa depan dunia.” (YMN)

Balikpapan, 25 November 2025— Materi kedua penyuluhan hukum pada Senin, 24 November 2025 menghadirkan perspektif tegas dari Jaksa Kejaksaan Negeri Balikpapan, Yogo Nurcahyo, SH, mengenai “Kejahatan Terhadap Anak di Bawah Umur”. Sejak awal pemaparan, Yogo langsung menyorot persoalan mendasar: semakin kompleksnya pola kriminalitas terhadap anak dan urgensi penanganan hukum yang tidak bisa diselesaikan secara kompromistis. Penyampaian materi berlangsung dinamis, dengan audiens aktif mengajukan pertanyaan mengenai tantangan penegakan hukum di lapangan.

Di awal pemaparan, Yogo menjelaskan dasar hukum perlindungan anak yang menjadi rujukan penegakan, mulai dari UU Nomor 23 Tahun 2002, UU Nomor 35 sebagai perubahan atas UU Perlindungan Anak, hingga Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu). Ia mengajak peserta memahami urgensi struktur perundang-undangan agar masyarakat sadar posisi dan kekuatan hukum dalam melindungi anak.

Dekan Fakultas Hukum, Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., menyerahkan cinderamata kepada perwakilan Bapas Kelas I Balikpapan, Imam, sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dalam kegiatan penyuluhan hukum pada seminar Crimes Against Minors

“Tata urutan perundang-undangan harus dipahami sejak dini karena dialah yang mengatur kehidupan bernegara. Kalau masyarakat tidak tahu hukumnya, bagaimana bisa menuntut perlindungan?” tegasnya.

49 Kasus Anak, 29 Sudah Dieksekusi

Yogo memaparkan data penanganan perkara selama 2025 di Kejaksaan Negeri Balikpapan: 49 kasus dengan status penuntutan, dan 29 di antaranya telah dieksekusi. Menurutnya, percepatan penanganan perkara anak menjadi keharusan karena durasi penahanan yang sangat dibatasi oleh undang-undang.

“Penanganan kasus anak harus cepat, tepat, dan senyap. Terlambat sedikit, anak bisa stres dan sekolah terganggu,” jelasnya.

Restorative Justice Tidak Untuk Semua Kasus

Salah satu poin penting yang mendapat perhatian peserta adalah penerapan diversi dan restorative justice. Meskipun undang-undang mendorong pendekatan keadilan restoratif, Yogo menegaskan bahwa tidak semua jenis kejahatan dapat dimaafkan melalui diversi.

“Saya pribadi tidak pernah melakukan diversi untuk kasus kejahatan seksual. Itu kejahatan luar biasa. Pelaku harus dihukum setinggi-tingginya karena harga diri dan masa depan korban dipertaruhkan,” tegasnya disambut anggukan peserta.

Jaksa Kejaksaan Negeri Balikpapan, Yogo Nurcahyo, SH, memaparkan materi kedua dengan fokus pada urgensi penegakan hukum terhadap kejahatan pada anak di bawah umur.

Kolaborasi Antarinstansi adalah Kunci

Dalam pemeriksaan perkara anak, terdapat sejumlah instansi yang harus bekerja secara terpadu — mulai dari BAPAS, Dinas Sosial, UPTD PPA, hingga psikiater. Setiap anak, baik pelaku maupun korban, akan menjalani asesmen psikologis hingga penentuan tempat pembinaan seperti Balai Latihan Kerja, LPKS, atau Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) di Tenggarong.

Namun, Yogo juga menyoroti lemahnya infrastruktur daerah.

“LPKA hanya satu untuk seluruh Kalimantan Timur. Perjalanan jauh menyulitkan aparat dan berdampak psikologis bagi anak. Idealnya tiap wilayah minimal memiliki satu unit pembinaan.”

Para siswa peserta seminar terlihat menyimak penyampaian materi dengan antusias, mencerminkan kepedulian generasi muda terhadap isu perlindungan anak.

Peradilan Anak Bersifat Khusus

Berbeda dari perkara pidana umum, peradilan anak bersifat tertutup dan seluruh prosesnya mengutamakan pemulihan — termasuk larangan memakai atribut toga bagi hakim dan jaksa demi menciptakan suasana yang tidak mengintimidasi anak.

Yogo menutup sesi dengan pesan reflektif:

“Hukum memang melindungi dari pelanggaran. Tapi pencegahan sejatinya bermula dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Anak rusak bukan karena hukum lemah, tapi karena orang dewasa lalai.”

Iqbal, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia selaku moderator, mendampingi para pemateri selama jalannya sesi diskusi.

Dengan antusiasme peserta yang tinggi dan diskusi yang hidup, penyuluhan ini diharapkan meningkatkan kesadaran publik untuk bersama-sama melindungi anak, baik sebagai generasi penerus maupun aset masa depan bangsa. (YMN)

 

Balikpapan, 25 November 2025— Pada sesi materi pertama Seminar “Crimes Against Minors” Fakultas Hukum Universitas Mulia, Brikpol Sefti Untari dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Balikpapan memaparkan secara rinci bentuk, landasan hukum, penanganan, serta upaya pencegahan tindak pidana terhadap anak di bawah umur. Hadir mendampingi beliau, Bripka Suarsono, S.H., yang turut serta dalam sesi tanya jawab.

Mengawali pemaparan, Brikpol Untari menegaskan bahwa crimes against minors adalah segala bentuk kejahatan yang menargetkan individu berusia di bawah 18 tahun, yang menurut hukum memiliki tingkat kerentanan lebih tinggi sehingga dikenakan sanksi lebih berat. Ia menyoroti sejumlah instrumen hukum yang menjadi dasar penanganan kejahatan terhadap anak, di antaranya UU RI No. 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak, UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual, serta UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Moderator Iqbal, mahasiswa Prodi Hukum Universitas Mulia tingkat 1, memandu jalannya seminar; Bripka Suarsono, S.H., dan Brikpol Sefti Untari dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Balikpapan menjawab pertanyaan peserta pada sesi pertama.

Lebih lanjut ia menjelaskan tiga kategori utama anak dalam proses hukum:

  1. Anak pelaku atau anak yang berkonflik dengan hukum,
  2. Anak korban tindak pidana, dan
  3. Anak saksi tindak pidana.

Seluruh kategori tersebut berada di bawah payung UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) yang menekankan prinsip kepentingan terbaik bagi anak dan mengutamakan penyelesaian diversi sebagai upaya utama sebelum pidana penjara.

Pada bagian materi mengenai bentuk kekerasan, narasumber menjelaskan bahwa tindak pidana terhadap anak mencakup:

  • kekerasan seksual dan pelecehan,
  • persetubuhan dan pencabulan,
  • eksploitasi seksual dan perdagangan orang (TPPO),
  • kekerasan fisik termasuk KDRT,
  • kekerasan emosional seperti hinaan, intimidasi, dan perundungan/bullying.

Brikpol Untari menegaskan bahwa pelaku kekerasan terhadap anak dapat berasal dari lingkungan terdekat, termasuk orang tua, anggota keluarga, maupun pihak sekolah. Karenanya, kewaspadaan sosial dan literasi hukum menjadi faktor penting untuk mencegah eskalasi kasus.

Peserta dari SMP, SMA dan SMK se-Kota Balikpapan tampak antusias menyimak pemaparan narasumber dalam Seminar “Crimes Against Minors”.

Dalam pemaparan yang juga membahas penegakan hukum, ia menjelaskan prosedur penanganan ketika laporan masuk ke UPPA: mulai dari layanan pelaporan di SPKT, konseling awal, penyelidikan dan penyidikan, pengamanan barang bukti, hingga penetapan tersangka dan pelimpahan ke kejaksaan. Kasus yang melibatkan anak sebagai pelaku wajib menempuh diversi, sementara kasus kekerasan seksual menjadi pengecualian karena tetap harus diproses pidana.

Suasana seminar semakin interaktif ketika sesi tanya jawab dibuka. Salah satu peserta dari SMA Negeri 7 Balikpapan menanyakan langkah pertama ketika masyarakat menemukan indikasi kekerasan pada anak di lingkungan sekitar, apalagi jika pelakunya adalah keluarga. Menanggapi itu, Brikpol Untari menekankan pentingnya menjaga ketenangan, mencari dukungan orang terdekat, dan segera melapor agar alat bukti—termasuk rekaman CCTV—tidak hilang.

Peserta dari tingkat SMP serta siswa SMA dan SMK bersama menyanyikan lagu kebangsaan pada sesi seremonial pembukaan Seminar “Crimes Against Minors”.

Pertanyaan lain datang dari siswa SMA Negeri 6 Balikpapan mengenai trauma dan ancaman pelaku yang membuat korban takut membuka kasus. Narasumber menyampaikan bahwa korban tidak boleh diam karena ancaman cenderung mendorong pelaku mengulangi tindakan, dan setelah proses hukum dimulai, korban akan mendapatkan pendampingan psikolog maupun psikiater di bawah layanan UPTD.

Menutup pemaparan, Brikpol Untari menegaskan bahwa pencegahan kejahatan terhadap anak harus dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Keluarga, guru, dosen, dan masyarakat luas memiliki peran strategis untuk menciptakan lingkungan yang aman, komunikatif, dan suportif bagi anak dan remaja. (YMN)

Balikpapan, 25 November 2025— Fakultas Hukum Universitas Mulia menyelenggarakan seminar bertajuk “Crimes Against Minors” pada Hari Senin, 24 November 2025 yang dirangkaikan dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MOA) bersama Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Balikpapan. Kegiatan yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo ini menghadirkan narasumber dari Polresta Balikpapan, Kejaksaan Negeri Balikpapan, serta Bapas Balikpapan. Seminar diikuti oleh ratusan siswa SMP, SMA dan SMK sebagai bentuk perluasan edukasi hukum sejak dini.

Kaprodi Hukum Universitas Mulia, M. Asyharuddin, S.H., M.H., menyampaikan sambutan pembuka sekaligus menegaskan urgensi edukasi dan kewaspadaan hukum bagi generasi muda pada Seminar “Crimes Against Minors” di Ballroom Cheng Hoo.

Ketua Program Studi Hukum Universitas Mulia, M. Asyharuddin, S.H., M.H., dalam sambutannya menyampaikan bahwa tema seminar berangkat dari kepekaan mahasiswa terhadap fenomena kejahatan terhadap anak yang kian mengemuka. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi ruang pertukaran pengetahuan antara peserta dan narasumber dari lembaga penegak hukum. Asyharuddin turut mengapresiasi kinerja panitia mahasiswa yang mempersiapkan kegiatan selama satu bulan dan berhasil menggandeng berbagai instansi strategis.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Budiarsi, S.H., M.Hum., Ph.D., memberikan sambutan yang menekankan komitmen fakultas dalam memperkuat kolaborasi bersama lembaga penegak hukum untuk penguatan perlindungan anak di era digital.

Dekannya, Budiarsi, S.H., M.Hum., Ph.D., memberikan perspektif yang lebih luas mengenai posisi kegiatan ini dalam konteks pengabdian institusi. Ia menegaskan bahwa Fakultas Hukum menaruh perhatian serius untuk memastikan kegiatan akademik memiliki dampak nyata di masyarakat, terutama generasi muda. Menurutnya, seminar ini menjadi bentuk komitmen kampus dalam memperkenalkan nilai-nilai kesadaran hukum secara sistematis kepada pelajar, sekaligus memperkuat jejaring kerja sama dengan lembaga hukum negara. Ia juga menyoroti keterlibatan mahasiswa semester awal sebagai panitia inti sebagai representasi kesiapan akademik dan profesional di Fakultas Hukum.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Sumardi, S.Kom., M.Kom., mewakili Rektor Universitas Mulia dalam sambutan yang mengapresiasi sinergi akademisi dan aparat penegak hukum sebagai upaya meningkatkan literasi hukum pelajar.

Sementara itu, sambutan Rektor Universitas Mulia yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Sumardi, S.Kom., M.Kom., menekankan relevansi akademisi sebagai mediator penyebaran informasi dan edukasi hukum yang konstruktif di masyarakat. Mengangkat contoh kasus penculikan anak yang sempat menjadi sorotan nasional, ia mengajak peserta seminar untuk memahami urgensi penegakan hukum dan kehati-hatian terhadap kejahatan terhadap anak di era digital. Sumardi juga menegaskan kesiapan Universitas Mulia sebagai ruang kolaborasi bagi aparat penegak hukum dalam menyampaikan literasi hukum kepada publik.

Penandatanganan MOA sebagai Wujud Komitmen Bersama

Momentum akademik ini dilanjutkan dengan penandatanganan MOA antara Fakultas Hukum Universitas Mulia dan Bapas Kelas I Balikpapan. Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Budiarsi, S.H., M.Hum., Ph.D., dan Kepala Bapas Kelas I Balikpapan, Imam Siswoyo. MOA ditujukan untuk memperkuat sinergi dalam pengembangan pendidikan hukum, riset, dan program pengabdian kepada masyarakat, khususnya yang berfokus pada perlindungan anak dan pembinaan remaja.

Melalui kerja sama ini, Fakultas Hukum Universitas Mulia berkomitmen memperluas integrasi antara teori dan praktik hukum di lingkungan akademik, sekaligus memberikan ruang bagi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan edukasi, penyuluhan, dan penelitian terkait perlindungan anak dengan melibatkan lembaga penegak hukum.

Penandatanganan Memorandum of Agreement (MOA) antara Fakultas Hukum Universitas Mulia dan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Balikpapan, dilakukan oleh Dekan Fakultas Hukum, Budiarsi, dan Kepala Bapas Kelas I Balikpapan, Imam Siswoyo, sebagai langkah strategis memperkuat kerja sama edukasi dan layanan hukum.

Penegasan Peran Kampus sebagai Agen Edukasi Hukum

Seminar “Crimes Against Minors” dipandang sebagai langkah strategis dalam memperkuat kesadaran hukum masyarakat, terutama generasi muda yang rentan bersinggungan dengan isu kriminalitas digital dan sosial. Kolaborasi akademik dan aparat penegak hukum ini diharapkan mampu melahirkan pola edukasi berkelanjutan demi memperkuat perlindungan terhadap anak sekaligus menanamkan kepribadian hukum yang berkarakter bagi pelajar sebagai calon penerus bangsa. (YMN)

Balikpapan, 23 November 2025— Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir UM menjalankan serangkaian pembaruan akademik yang dirancang untuk selaras dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan teknologi. Pembaruan tersebut mencakup reviu kurikulum secara berkala di seluruh program studi dengan mengacu pada standar nasional, OBE, KKNI, SKKNI, serta tren industri mutakhir, khususnya pada technopreneurship, teknologi informasi, dan bidang keilmuan terkait. Muatan praktis diperkuat melalui studi kasus riil, project-based learning, literasi digital, dan kewirausahaan, sehingga mahasiswa tidak hanya memahami konsep teoretis, tetapi terbiasa menyelesaikan persoalan nyata di lapangan. Kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri, asosiasi profesi, dan lembaga pemerintah dilibatkan dalam penyusunan kurikulum, penyelenggaraan kuliah tamu, hingga pembimbingan magang.

Para dekan dan kaprodi Universitas Mulia berdiri menyanyikan Mars UM pada pembukaan Asesmen Lapangan BAN-PT, Jumat 21 November 2025, bertempat di Ballroom Cheng Hoo.

Untuk memastikan pembelajaran tetap relevan dengan kebutuhan kompetensi masa kini, UM mengembangkan ekosistem pembelajaran yang memadukan perkuliahan tatap muka, pembelajaran daring melalui Learning Management System, dan platform kolaborasi digital. Dosen didorong untuk memperbarui materi ajar secara berkelanjutan dan memanfaatkan perangkat digital dalam perkuliahan. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara rutin melalui tracer study, umpan balik mahasiswa, rapat akademik, dan mekanisme penjaminan mutu internal agar penyesuaian pembelajaran dapat segera dilakukan saat terdapat perubahan kebutuhan industri.

Bidang penelitian juga dipaparkan sebagai bagian dari penguatan akademik di Universitas Mulia. Penelitian dosen dan mahasiswa diarahkan untuk berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus pemecahan masalah masyarakat. Tema riset banyak berkaitan dengan transformasi digital, technopreneurship, kesehatan, lingkungan, dan penguatan kapasitas masyarakat. Hasil penelitian didorong untuk tidak berhenti pada publikasi ilmiah, tetapi juga dihilirisasi menjadi produk, prototipe, model pelayanan, atau rekomendasi kebijakan. Mahasiswa dilibatkan melalui tugas akhir berbasis riset, program kreativitas, dan kegiatan pengabdian, sehingga budaya ilmiah tumbuh sejak awal masa studi.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyerahkan dokumen kepada tim asesor BAN-PT: Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti, M.T. (Universitas Hasanuddin), Prof. Dr. Pupung Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA. (Universitas Islam Bandung), dan Dr. Aan Listiana, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia). Prosesi berlangsung dengan didampingi Wakil Rektor Bidang Akademik Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng.; Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I.; dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Sumardi, S.Kom., M.Kom.

Menurut Wisnu, capaian akademik Universitas Mulia dalam lima tahun terakhir menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Struktur kurikulum berbasis learning outcome berjalan semakin sistematis, penggunaan platform digital dalam proses akademik semakin mapan, dan sistem penjaminan mutu semakin terbangun. Produktivitas publikasi ilmiah dosen meningkat, kegiatan pengabdian masyarakat berbasis keilmuan bertambah, dan prestasi mahasiswa di berbagai bidang turut memperkuat citra akademik Universitas Mulia.

Dalam penjelasannya kepada asesor akreditasi institusi, atmosfer akademik UM digambarkan sebagai ekosistem yang kolaboratif, inklusif, dan berorientasi mutu. Proses pembelajaran berlangsung melalui dialog akademik antara dosen dan mahasiswa, kelas dirancang interaktif melalui diskusi, presentasi, dan proyek kelompok, serta didukung oleh infrastruktur pembelajaran yang memadai. Kegiatan ilmiah seperti seminar, kuliah tamu, workshop, dan komunitas belajar mahasiswa turut berperan dalam membentuk dinamika akademik tersebut. Keseluruhan proses diperkuat oleh tata kelola yang transparan dan budaya peningkatan mutu yang berkelanjutan.

Pasca asesmen akreditasi institusi, Wisnu menegaskan rencana penguatan akademik Universitas Mulia pada bidang technopreneurship, pembelajaran, dan riset terapan. Fokus pengembangan diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas publikasi bereputasi, pendaftaran kekayaan intelektual, serta perluasan jejaring kolaborasi nasional dan internasional. Di sisi pembelajaran, pengayaan model project-based learning, kolaborasi industri, serta peningkatan kapasitas dosen dalam pedagogi digital menjadi prioritas. Melalui langkah tersebut, reputasi akademik dan riset Universitas Mulia ditargetkan semakin kuat dan diakui secara luas oleh masyarakat serta para pemangku kepentingan. (YMN)

 

Balikpapan, 23 November 2025 — Pelaksanaan asesmen lapangan Akreditasi Institusi Universitas Mulia selama 20–22 November 2025 menghadirkan tiga asesor BAN-PT: Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti, M.T. (Universitas Hasanuddin), Prof. Dr. Pupung Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA. (Universitas Islam Bandung), dan Dr. Aan Listiana, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia). Kehadiran para pakar nasional tersebut menempatkan proses visitasi bukan hanya sebagai penilaian formal, tetapi sebagai ruang evaluasi strategis arah pengembangan Universitas Mulia dalam beberapa tahun ke depan.

Tampak dari sebelah kiri: Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga, Dr. Agung sakti Pribadi, S.H., M.H.; Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si.; serta para asesor BAN-PT — Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti, M.T. (Universitas Hasanuddin), Prof. Dr. Pupung Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA. (Universitas Islam Bandung), dan Dr. Aan Listiana, S.Pd., M.Pd. (Universitas Pendidikan Indonesia) — berdiri tegap menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia pada pembukaan asesmen lapangan Akreditasi Institusi Universitas Mulia.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyampaikan bahwa akreditasi institusi menjadi milestone penting dalam perjalanan transformasi perguruan tinggi. Ia menegaskan bahwa akreditasi bukan semata penilaian dokumen, melainkan cermin objektif yang memperlihatkan konsistensi penyelenggaraan perguruan tinggi berbasis technopreneurship dan pelaksanaan fase Teaching University yang kini sedang dijalankan. Melalui proses ini, kata Rektor, seluruh unsur kampus dapat melihat secara jernih apa yang telah berjalan baik dan apa yang perlu disempurnakan sebagai agenda perbaikan berikutnya.

Dalam paparannya kepada asesor, Rektor menekankan identitas Universitas Mulia sebagai kampus technopreneurship yang tumbuh di tengah ekosistem industri dan Ibu Kota Negara baru. Menurutnya, kedekatan kampus dengan dunia usaha dan dunia kerja bukan slogan, melainkan prinsip yang diwujudkan dalam kurikulum, proyek mahasiswa, dan pelaksanaan Tridharma. Ia menegaskan bahwa lulusan UM dipersiapkan tidak hanya untuk mencari pekerjaan, tetapi juga mampu menciptakan peluang melalui penguasaan teknologi dan jiwa kewirausahaan.

Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga, Dr. Agung sakti Pribadi, S.H., M.H. dan Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si. tampak memanjatkan doa dengan khusyuk sebelum dimulainya asesmen lapangan Akreditasi Institusi sebagai wujud harapan akan kelancaran dan kemudahan seluruh rangkaian kegiatan.

Terkait capaian lima tahun terakhir, Rektor menjelaskan bahwa penguatan tata kelola dan sistem penjaminan mutu berbasis data dan digital menjadi langkah paling signifikan. Universitas Mulia membangun dan menyempurnakan SPMI, AMI, dan kebijakan akademik yang mengikuti regulasi nasional, bersamaan dengan transformasi digital melalui penguatan sistem informasi dan layanan administrasi terpadu. Langkah tersebut berjalan paralel dengan peningkatan kapasitas SDM melalui studi lanjut, sertifikasi, pelatihan pedagogik, serta pembentukan budaya penelitian dan publikasi ilmiah di kalangan dosen.

Komitmen pengembangan institusi, menurutnya, tercermin dalam empat bentuk nyata:

  1. keberadaan roadmap pengembangan jangka panjang hingga 2045 dengan tahapan terukur,
  2. investasi berkelanjutan pada peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi profesional dosen serta tenaga kependidikan,
  3. kurikulum adaptif berbasis OBE yang memberi ruang pembelajaran kolaboratif, proyek nyata, dan penguatan karakter, serta
  4. perluasan jejaring kemitraan dengan industri, pemerintah, dan lembaga pendidikan nasional maupun internasional untuk memperkuat daya saing global.

Rektor menilai bahwa akreditasi institusi berperan sebagai bentuk pengakuan eksternal bahwa proses dan hasil penyelenggaraan pendidikan di Universitas Mulia telah melewati standar mutu tertentu. Bagi publik dan dunia industri, status akreditasi yang baik menjadi sinyal kredibilitas sistem pendidikan, sehingga memperkuat peluang kerja sama, magang, penelitian terapan, rekrutmen lulusan, dan kolaborasi strategis lainnya.

Rektor Universitas Mulia berdialog akademik dengan tim asesor BAN-PT, membahas implementasi technopreneurship, tata kelola mutu, dan arah pengembangan institusi dalam sesi asesmen lapangan.

Pada bagian akhir wawancara, Rektor menyampaikan harapan agar seluruh sivitas akademika semakin memiliki kesadaran bahwa mutu bukan tugas satu unit, melainkan tanggung jawab bersama. Ia menekankan pentingnya budaya kerja kolaboratif, disiplin, terbuka terhadap evaluasi, serta berbasis data. Dalam pembelajaran, Rektor berharap dosen semakin kreatif dan adaptif terhadap teknologi dengan tetap menempatkan mahasiswa sebagai pusat proses belajar. Untuk layanan mahasiswa, ia menginginkan layanan yang cepat, ramah, transparan, dan solutif sehingga kampus benar-benar dirasakan sebagai ruang belajar yang nyaman.

Menutup penjelasannya, Rektor menegaskan bahwa keberlanjutan mutu akan terus dijaga melalui siklus SPMI yang berjalan sistematis: menetapkan standar, melaksanakan, mengevaluasi, dan menindaklanjuti. Peran unit penjaminan mutu di semua level terus diperkuat, indikator kinerja diintegrasikan ke dalam perencanaan dan evaluasi tahunan, serta capaian mutu dipantau melalui sistem informasi. Ia juga menekankan pentingnya budaya refleksi melalui rapat kinerja, forum akademik, dan pemberian penghargaan bagi unit maupun individu yang menunjukkan komitmen mutu, sehingga akreditasi bukan menjadi proyek lima tahunan, tetapi menjadi cara kerja dan cara berpikir seluruh keluarga besar Universitas Mulia. (YMN)

Balikpapan, 23 November 2025 Pelaksanaan asesmen lapangan Akreditasi Institusi Universitas Mulia selama tiga hari, 20–22 November 2025, ditutup dengan suasana haru sekaligus optimisme. Visitasi oleh tim asesor BAN-PT menjadi momentum penting bagi UM untuk menegaskan komitmen dan arah transformasi pendidikan tinggi di Kalimantan Timur.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyampaikan bahwa kehadiran asesor adalah momen yang sangat dinantikan setelah satu tahun mengajukan dokumen borang. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa penantian itu bukan sekadar menunggu hasil akreditasi, tetapi menunggu masukan objektif untuk percepatan pengembangan institusi.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyampaikan sambutan pembuka visitasi Akreditasi Institusi BAN-PT.

“Satu tahun ini seperti menunggu seseorang yang dicintai. Kami sangat menunggu visitasi karena kami meyakini penilaian pihak luar jauh lebih objektif dibanding menilai diri sendiri. Dan ketika kami mendapat kabar kedatangan tiga pakar ini, benar-benar seperti pucuk dicinta ulam pun tiba,” ujar Prof. Ahsin.

Kedatangan tiga asesor BAN-PT pada visitasi tahun ini sekaligus menjadi kehormatan tersendiri bagi Universitas Mulia. Para pakar nasional tersebut—Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti, M.T. dari Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Pupung Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA. dari Universitas Islam Bandung, serta Dr. Aan Listiana, S.Pd., M.Pd. dari Universitas Pendidikan Indonesia—memberikan perspektif lintas-disiplin mulai dari tata kelola pendidikan, pengelolaan akademik dan keuangan, hingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Interaksi sepanjang visitasi berlangsung hangat, kritis, dan konstruktif sehingga evaluasi yang diberikan tidak hanya terasa sebagai proses penilaian, tetapi sebagai dorongan strategis untuk mengakselerasi mutu Universitas Mulia dalam waktu yang lebih cepat.

Rektor kemudian menegaskan bahwa selama tujuh tahun perjalanan sebagai universitas, UM telah berupaya menyesuaikan seluruh tata kelola pendidikan dengan peraturan nasional dan standar BAN-PT—mulai dari penataan visi-misi, peningkatan mutu SDM, penjaminan mutu, peningkatan layanan akademik dan keuangan, hingga kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Prof. Ahsin menambahkan bahwa akreditasi bukan garis akhir, melainkan pijakan untuk melangkah lebih maju.

“Kami berharap kritik dan saran asesor menjadi kompas bagi pengembangan UM ke depan. Apa yang belum tepat diperbaiki, apa yang kurang dilengkapi, sehingga mutu UM berkembang secara berkelanjutan,” ujarnya.

Yayasan: Perjalanan Panjang dan Rasa Syukur atas Kemajuan UM

Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga Balikpapan, Dr. Agung Sakti Probadi, M.H., S.H., menggambarkan akreditasi sebagai “ujian terbuka yang membuka seluruh isi tubuh.” Ia memahami dinamika dan ketegangan yang dihadapi pimpinan universitas, namun menegaskan bahwa akreditasi menjadi instrumen penting untuk menguatkan kepercayaan publik.

Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga Balikpapan, Dr. Agung Sakti Probadi, M.H., S.H., memberikan sambutan dan dukungan penuh terhadap penguatan mutu dan pengembangan Universitas Mulia.

 

Dr. Agung kemudian menguraikan perjalanan panjang Yayasan sejak 1993 hingga berkembang menjadi Universitas Mulia pada 2019, beserta ekspansi yang dilakukan hingga hari ini.
“Sejak Prof. Ahsin bersedia memimpin Universitas Mulia, perkembangan sangat terasa. Dalam tahun ketiga kepemimpinan beliau kami sudah bisa mengakuisisi perguruan tinggi di Kolaka, membuka fakultas baru, dan insya Allah enam program studi sedang dalam proses pembukaan,” jelasnya.

Ia menutup sambutan dengan penegasan bahwa kerja keras dalam proses akreditasi bukan untuk dibanggakan, melainkan untuk dituai. Ia berharap Allah membalas seluruh ikhtiar itu dengan kemudahan dan keberkahan bagi pengembangan Universitas Mulia pada fase berikutnya.

Asesor BAN-PT: Kami Datang untuk Membantu, Bukan Menghakimi

Asesor BAN-PT, Prof. Dr. Ansar Suyuti, M.T., menegaskan bahwa kedatangan tim asesor bukan untuk mencari kesalahan, melainkan untuk memotret kondisi objektif dan membuka ruang dialog perbaikan.

“Kami datang sebagai juru potret. Tugas kami bukan memeriksa, tetapi membantu Bapak/Ibu mendapatkan hasil yang optimum. Kalau ada sesuatu yang sudah berubah menjadi lebih baik, itu juga harus diakui,” ucapnya.

Asesor BAN-PT, Prof. Dr. Ansar Suyuti, M.T., memberikan arahan pada sesi pembukaan asesmen lapangan Akreditasi Institusi Universitas Mulia, dengan penekanan pada upaya berkelanjutan peningkatan mutu pendidikan tinggi.

Prof. Ansar juga menyoroti perubahan kebutuhan pendidikan akibat perkembangan teknologi dari era digital menuju era kuantum, serta pentingnya kesiapan perguruan tinggi menghadapi perubahan tersebut.
“Tugas seluruh pimpinan adalah memastikan UM menjadi tempat terbaik bagi masyarakat untuk menuntut ilmu. Tugas itu tidak ringan, tapi sangat mulia,” tegasnya.

Optimisme Pasca Akreditasi

Seluruh rangkaian visitasi ditutup dengan suasana penuh harapan. Bagi Universitas Mulia, akreditasi bukan sekadar evaluasi dokumen, tetapi proses refleksi kolektif mengenai masa depan institusi.

Dengan dukungan penuh Yayasan, pimpinan, sivitas akademika, dan alumni, UM menegaskan arah pengabdian pendidikannya: membangun Balikpapan sebagai fondasi, memperkuat Samarinda sebagai mitra strategis, memperluas Kolaka sebagai kawasan pertumbuhan baru, dan berkontribusi bagi Indonesia sebagai tujuan akhir. (YMN)

Penajam, 14 November 2025 — Upaya memperluas akses pendidikan tinggi bagi warga Kalimantan Timur kembali memperoleh dorongan penting. Tim Marketing, Branding dan Inovasi (MBI) Universitas Mulia melakukan sosialisasi Program Beasiswa Gratispol di Kantor Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kamis (13/11), dengan melibatkan 19 Lurah dan 4 Kepala Desa dari seluruh wilayah Kecamatan Penajam.

Kegiatan ini menghadirkan Drs. Tatang Sertyawan dan Dr. Siti Rahmayuni sebagai pemapar utama. Mereka membahas dua isu sentral: rincian beasiswa Gratispol dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan penjelasan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Gelombang Khusus November–Desember 2025. Dalam paparannya, Tatang menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar penyampaian informasi administratif.

“Program ini bukan sekadar bantuan biaya kuliah, tetapi pintu untuk mengubah arah masa depan SDM di Penajam. Kami ingin perangkat desa mendapatkan pemahaman yang utuh sehingga mereka dapat menyampaikan informasi secara tepat kepada warganya,” ujarnya.

Dalam pertemuan yang dipimpin Sekretaris Camat Penajam, Peri Tangdirerung, S.H., pihak kecamatan menyampaikan apresiasi atas inisiatif Universitas Mulia. Peri menilai sosialisasi Gratispol sangat relevan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan masyarakat Penajam. Ia menekankan agar para-Lurah dan Kepala Desa memanfaatkan sesi tanya jawab untuk memastikan informasi yang disampaikan kepada warganya benar-benar tepat sasaran.

Tim MBI Universitas Mulia berdiskusi bersama perangkat desa dalam sesi dialog sosialisasi Program Gratispol di Kantor Kecamatan Penajam. Forum ini menjadi ruang tanya jawab untuk memastikan informasi beasiswa tersampaikan secara tepat kepada warga.

Peri juga menyoroti bahwa program Gelombang Khusus dari Universitas Mulia menawarkan pembiayaan yang sangat meringankan, hanya sebesar Rp 2,3 juta tanpa uang gedung dan tanpa biaya SKS, sehingga menjadi peluang yang realistis bagi keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Penjelasan rinci di tingkat kelurahan dan desa diharapkan dapat mengurangi keraguan masyarakat terkait proses pendaftaran maupun mekanisme beasiswa.

Di forum tersebut, Tim MBI memaparkan bahwa keterlibatan Universitas Mulia dalam sosialisasi Gratispol tidak berhenti sebagai aktivitas promosi kampus, melainkan bagian dari peran strategis lembaga pendidikan tinggi: mendukung kebijakan publik, memperkuat pemerataan pendidikan, sekaligus mengambil posisi aktif dalam pembangunan SDM Kalimantan Timur.

Pendekatan sosialisasi yang digunakan—termasuk kerja sama dengan Ketua RT dan dialog langsung dengan perangkat kelurahan—dipilih agar informasi beasiswa tidak berhenti pada tataran formal. Strategi ini dirancang untuk memastikan program benar-benar dapat diakses oleh warga yang membutuhkan, terutama mereka yang selama ini menghadapi hambatan informasi atau keraguan terkait mekanisme pendaftaran.

Diskusi yang berlangsung hampir dua jam itu menunjukkan antusiasme tinggi dari para-Lurah dan Kepala Desa. Mereka secara terbuka menyampaikan bahwa kebutuhan peningkatan kualitas SDM di wilayah Penajam semakin mendesak, dan program seperti Gratispol membuka peluang baru bagi lulusan SMA/SMK yang ingin melanjutkan pendidikan.

Selain sesi paparan, Tim MBI juga menyerahkan spanduk informasi Gratispol dan PMB Gelombang Khusus kepada seluruh Lurah dan Kepala Desa untuk dipasang di masing-masing wilayah. Spanduk ini diharapkan menjadi titik awal penyebaran informasi lanjutan hingga tingkat keluarga.

Salah satu peserta dari daerah pesisir menyampaikan bahwa informasi seperti ini sangat dibutuhkan masyarakat. “Selama ini banyak anak muda ingin kuliah, tetapi prosesnya terasa rumit atau mereka tidak tahu harus mulai dari mana. Sosialisasi langsung seperti ini jauh lebih meyakinkan,” ujarnya.

Kegiatan ditutup dengan diskusi kelompok kecil, di mana perangkat desa dan Tim UM duduk satu meja membahas tindak lanjut berupa pendampingan informasi dan pemetaan calon penerima beasiswa di tiap kelurahan dan desa.

Perwakilan Tim MBI Universitas Mulia menyerahkan spanduk informasi Gratispol dan PMB Gelombang Khusus kepada para Lurah dan Kepala Desa se-Kecamatan Penajam sebagai bahan sosialisasi lanjutan di wilayah masing-masing.

Di bagian akhir pertemuan, Ketua Rombongan MBI, Drs. Tatang Setyawan, kembali menegaskan bahwa Program PMB Gelombang Khusus ini hanya berlaku pada periode pendaftaran November hingga Desember 2025, sehingga perangkat desa diharapkan segera melakukan sosialisasi lanjutan agar calon pendaftar tidak melewati batas waktu tersebut.

Universitas Mulia melalui Tim MBI mengambil langkah operasional yang terukur dan berbasis kebutuhan lapangan: masuk langsung ke struktur pemerintahan desa, kelurahan, hingga RT—titik-titik di mana informasi pendidikan kerap terputus. Pendekatan ini memastikan sosialisasi Gratispol tidak berhenti pada level kebijakan, tetapi benar-benar membuka akses kuliah bagi warga Kaltim dari berbagai latar sosial, termasuk mereka yang sebelumnya tidak memiliki keunggulan akses informasi. (YMN)

 

Balikpapan, 14 November 2025 — Universitas Mulia menggelar Seminar Pengembangan Karir dan Pemberdayaan Alumni di Era Digital sebagai rangkaian Pembekalan Lulusan 2025, Kamis (13/11) di Ballroom Cheng Hoo. Kegiatan ini dirancang untuk memberi bekal praktis kepada calon wisudawan sebelum memasuki dunia profesional yang terus bergerak mengikuti arah digitalisasi.

Kepala Bagian Career Development Center UM, Yustian Servanda, S.Kom., M.Kom., menjelaskan bahwa pembekalan ini lahir dari kebutuhan mendesak untuk menyiapkan lulusan menghadapi perubahan besar dalam pola kerja, kompetensi, dan sistem rekrutmen. Menurutnya, industrialisasi digital telah menggeser banyak standar lama dan menuntut lulusan agar memiliki kesiapan yang jauh lebih komprehensif.

“Dunia kerja berubah cepat. Kita tidak ingin lulusan hanya siap secara akademik, tapi juga mampu menavigasi dinamika digital, memahami arah industri, dan membangun jejaring sejak hari pertama mereka meninggalkan kampus,” ungkapnya.

Yustian menyebut adanya kesenjangan antara pemahaman teoretis mahasiswa dengan praktik riil di lapangan. Pembekalan ini menjadi ruang untuk mempertemukan keduanya. Melalui narasumber dari kalangan praktisi industri digital, mahasiswa diperkenalkan pada tren yang sedang bergerak, keterampilan yang paling dicari, serta strategi membangun karir yang relevan dengan kebutuhan industri.

Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa kompetensi penting yang harus dikuasai lulusan saat ini tidak lagi terbatas pada keahlian teknis. Digital literacy, kemampuan beradaptasi, komunikasi efektif, kolaborasi, penyelesaian masalah, hingga kemampuan menjaga citra profesional melalui personal branding dan portofolio digital menjadi elemen yang semakin menentukan posisi seseorang di pasar kerja.

“Lulusan perlu tampil sebagai individu yang bisa memecahkan masalah, bukan sekadar menjalankan instruksi. Dunia digital menuntut kemandirian dan keberanian mengambil inisiatif,” tuturnya.

Suasana Pembekalan Lulusan 2025 Universitas Mulia saat berlangsungnya Seminar Pengembangan Karir dan Pemberdayaan Alumni di Ballroom Cheng Hoo, Kamis (13/11).

Seminar ini juga diarahkan untuk memperkuat pemberdayaan alumni melalui pembentukan jejaring profesional, peluang kolaborasi lintas disiplin, akses mentor dari dunia industri, serta dorongan untuk mencoba jalur entrepreneurship berbasis digital dan gig economy.

Universitas Mulia, lanjut Yustian, menyiapkan berbagai tindak lanjut pasca pembekalan melalui Career Development Center, tracer study, pendampingan kewirausahaan, serta forum alumni sebagai kanal pembelajaran berkelanjutan. Integrasi kampus–industri–alumni juga terus dipertegas lewat kerja sama magang, rekrutmen, kuliah tamu, hingga program inkubasi bisnis.

Tantangan terbesar lulusan saat ini, menurutnya, bukan hanya soal kompetisi, tetapi juga kecepatan perubahan teknologi yang menuntut adaptasi yang konsisten. “Kami ingin kampus menjadi tempat yang tidak hanya meluluskan mahasiswa, tetapi terus mendukung mereka setelah wisuda,” ujarnya.

Ke depan, UM akan memperluas peran alumni sebagai mentor, mitra strategis, dan kolaborator dalam berbagai program inovasi. Kampus juga menyiapkan program lifelong learning, pelatihan digital berkala, dan dukungan inkubasi bisnis sebagai bentuk komitmen jangka panjang terhadap pemberdayaan alumni.

Salah seorang mahasiswa tingkat akhir mengajukan pertanyaan kepada narasumber terkait strategi membangun karir di era digital.

Kepada para calon wisudawan, Yustian memberi pesan agar tidak terjebak pada pola pikir menunggu kesempatan. “Jangan menunggu pintu terbuka. Ciptakan pintu sendiri. Bangun jejaring, terus belajar, dan gunakan teknologi sebagai alat untuk bergerak maju,” katanya.

Dalam pesan penutupnya, ia menegaskan pentingnya keberanian dan konsistensi ketika memasuki dunia baru setelah lulus. “Percayalah, tiap pribadi Anda memiliki potensi yang unik. Gunakan ilmu, pengalaman, dan nilai-nilai yang sudah didapatkan di kampus untuk berani melangkah. Jadilah pribadi yang adaptif, rendah hati, dan pantang menyerah. Dunia digital memberi banyak pintu; tugas kalian adalah memilih satu dan menjalankannya dengan konsisten dan percaya diri.”

Dengan penyelenggaraan pembekalan ini, Universitas Mulia menegaskan komitmennya untuk tidak sekadar melepas lulusan ke dunia kerja, tetapi memastikan mereka memahami ekosistem profesional modern dan memiliki daya gerak yang kuat untuk bertumbuh. (YMN)

Balikpapan, 13 November 2025 — Universitas Mulia mengembangkan pembelajaran berbasis proyek yang menautkan antara pengetahuan akademik, nilai kebangsaan, etika agama, dan tanggung jawab ekologis. Melalui Aksi Hijau Mahasiswa dan Masyarakat di kawasan Margomulyo, mahasiswa menerjemahkan teori Pancasila, Kewarganegaraan, Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Indonesia menjadi tindakan nyata merawat lingkungan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Program Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) 2025, hibah yang diperoleh Universitas Mulia dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Diktisaintek Berdampak). Program ini dirancang untuk menghadirkan pembelajaran yang tidak berhenti di ruang kelas, melainkan tumbuh di tengah masyarakat melalui kolaborasi dan aksi sosial yang berdampak langsung.

Dalam kegiatan yang dimulai sejak pukul 08.00 WITA Kamis pagi ini, mahasiswa bersama warga Kelurahan Margomulyo membersihkan kawasan hutan bakau dan menanam ratusan bibit mangrove. Selain menjadi praktik kepedulian terhadap alam, kegiatan ini juga menjadi media pembelajaran lintas mata kuliah yang menumbuhkan kesadaran ekologis, sosial, dan spiritual secara terpadu.

Lisda Hani Gustina, S.Ag., M.Pd. (berjilbab merah) selaku dosen MKWK Pendidikan Agama Islam, bersama Wahyu Nur Alimyaningtias, S.Kom., M.Kom. (berbatik cokelat) selaku Kabag Kerjasama Universitas Mulia, memimpin mahasiswa membersihkan area hutan mangrove Margomulyo sebelum kegiatan penanaman dimulai.

Menanam Nilai, Bukan Sekadar Bibit

Aksi penghijauan di Margomulyo memiliki makna lebih dari sekadar menanam pohon. Mahasiswa belajar memahami dimensi ekologis dan sosial dari penghijauan—mulai dari mitigasi banjir dan abrasi, peningkatan kualitas udara dan air, hingga keseimbangan ekosistem pesisir. Melalui pembelajaran ini, mereka diajak mengaitkan urgensi lingkungan dengan nilai-nilai Sila Kedua dan Sila Kelima Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila tidak hanya diajarkan sebagai teori normatif, tetapi dihidupkan melalui pengalaman langsung yang membentuk kesadaran kolektif akan tanggung jawab sosial dan keadilan ekologis.

Pesan Moral Menjaga Alam sebagai Amanah

Kegiatan ini juga menanamkan nilai spiritual yang berakar pada Sila Pertama, Kedua, dan Kelima, sekaligus mencerminkan adab dalam ajaran agama. Mahasiswa diajak menafsirkan makna tanggung jawab manusia sebagai khalifah fil ardh — penjaga dan pemelihara bumi. Dari sana tumbuh empati lintas generasi dan semangat keberlanjutan, bahwa setiap tindakan hari ini memiliki dampak bagi kehidupan masa depan.

Nilai religius yang terinternalisasi ini memperkuat moral ekologis mahasiswa: menjaga alam bukan sekadar kewajiban sosial, melainkan bentuk ibadah dan rasa syukur atas ciptaan Tuhan.

Mahasiswa Universitas Mulia menanam bibit mangrove di area berlumpur Margomulyo. Meski becek dan licin, mereka tetap antusias berkontribusi menjaga ekosistem pesisir.

Kolaborasi yang Mempersatukan

Kehadiran warga Margomulyo dalam kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong dan musyawarah masih hidup di masyarakat. Mahasiswa dan warga berkolaborasi dalam perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan, berbagi peran, dan membuat keputusan bersama secara mufakat.

Praktik sosial ini mencerminkan nilai Sila Ketiga dan Sila Keempat, yakni persatuan Indonesia serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Melalui kolaborasi semacam ini, pembelajaran di kampus menemukan bentuk paling nyatanya: membangun jejaring sosial yang memperkuat persatuan dan kepedulian bersama.

Kontribusi Nyata Mahasiswa untuk Lingkungan Lestari

Dari kegiatan Aksi Hijau ini, mahasiswa tidak hanya menanam bibit bakau, tetapi juga merancang tindak lanjut untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Rencana aksi yang dirumuskan mencakup penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), pembuatan kompos dan eco-enzyme, pengelolaan bank sampah, hingga program monitoring pertumbuhan mangrove.

Mahasiswa juga dilatih untuk mengkomunikasikan pesan lingkungan secara persuasif melalui tulisan, poster, dan kampanye digital. Setiap rencana aksi dibuat terukur—mulai dari target pertumbuhan bibit, volume sampah yang dikurangi, hingga keterlibatan masyarakat setempat. Dengan pendekatan ini, mahasiswa belajar bahwa perubahan lingkungan memerlukan strategi, kolaborasi, dan komitmen yang berkelanjutan.

Foto bersama mahasiswa, dosen, dan masyarakat sesaat sebelum penanaman bibit mangrove dimulai. Aksi ini menjadi simbol kolaborasi antara kampus dan warga dalam mewujudkan lingkungan yang hijau dan lestari.

Pendidikan yang Berakar dan Berdampak

Melalui hibah MKWK 2025 ini, Universitas Mulia menegaskan arah pendidikan yang berakar pada nilai, bertumbuh dalam aksi, dan berdampak bagi masyarakat. Pembelajaran tidak berhenti pada pemahaman konsep, tetapi diwujudkan dalam karya yang menghidupkan nilai Pancasila dan etika keagamaan di dunia nyata.

Aksi hijau di Margomulyo menjadi bukti bahwa mahasiswa Universitas Mulia tidak hanya belajar untuk menjadi cerdas, tetapi juga berkarakter dan peduli. Mereka belajar menanam pohon—dan sekaligus menanam nilai-nilai yang akan menumbuhkan kehidupan yang lebih adil, beradab, dan lestari bagi semua. (YMN)