Balikpapan, 11 Agustus 2026 – Program Studi Teknologi Informasi Universitas Mulia memperoleh dukungan fasilitas Digital Sandbox Lab melalui hibah PP-PTS 2025. Fasilitas ini diharapkan mampu memperkuat ekosistem pembelajaran dan riset di bidang teknologi informasi, khususnya dalam simulasi kasus nyata seperti keamanan siber dan cloud computing.

Kaprodi Teknologi Informasi, Agus Wijayanto, S.Kom., M.Kom., menyampaikan bahwa Digital Sandbox Lab memberikan ruang isolasi yang memungkinkan mahasiswa melakukan simulasi dan eksperimen berbasis kasus nyata tanpa mengganggu sistem lain. “Ekosistem atau lingkungan Digital Sandbox Lab ini bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran seperti pada kasus simulasi keamanan siber atau cloud computing yang memerlukan ruang isolasi,” jelasnya.

Menurut Agus Wijayanto, fokus riset yang harus dicapai Prodi Teknologi Informasi mengacu pada profil lulusan, yaitu pada bidang network and cloud architecture serta cybersecurity. Sandbox Lab memberikan fleksibilitas bagi mahasiswa untuk melakukan eksperimen, seperti penetration testing, incident response, maupun digital forensics. Fasilitas ini mempermudah mahasiswa melakukan berbagai inovasi tanpa khawatir akan kerusakan sistem lain.

“Kami berharap, dengan adanya fasilitas ini mahasiswa dapat terdorong untuk membangun startup. Sandbox Lab dapat digunakan untuk proof of concept dan prototyping produk, mulai dari aplikasi berbasis cloud hingga solusi keamanan jaringan yang siap pakai,” tambahnya.

Lebih lanjut, Agus Wijayanto menekankan bahwa fokus saat ini adalah menyiapkan mahasiswa menghadapi revolusi industri dengan peningkatan kemampuan teknis, khususnya dalam cybersecurity serta network and cloud architecture, sekaligus meningkatkan kemampuan inovasi.

Selain itu, hibah ini membuka peluang kolaborasi lintas program studi di Fakultas Ilmu Komputer. Contohnya, mahasiswa dari program studi Informatika dengan fokus pada artificial intelligence (AI) atau data science dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk mengelola dataset besar, melatih model machine learning, dan menguji deployment aplikasi AI di lingkungan cloud.

“Pada dasarnya kami berharap fasilitas hibah ini dapat dimanfaatkan untuk kebaikan mahasiswa Universitas Mulia,” tutup Agus Wijayanto. (YMN)

 

Permasalahan utama bukan semata pada perolehan sarana, melainkan pada bagaimana sarana tersebut dapat diintegrasikan secara menyeluruh ke dalam struktur kurikulum sehingga secara efektif memperkuat pencapaian kompetensi lulusan.”
— Wisnu Hera Pamungkas, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi Universitas Mulia

Balikpapan, 11 Agustus 2025 – Program Penguatan Perguruan Tinggi Swasta (PP-PTS) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi salah satu instrumen utama untuk memperkuat kapasitas akademik dan sarana prasarana perguruan tinggi swasta di Indonesia. Tahun ini, Universitas Mulia (UM) memperoleh hibah hampir setengah miliar rupiah untuk mendukung dua program studi kunci: Farmasi dan Teknologi Informasi.

Namun, seperti ditegaskan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi UM, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., keberhasilan pemanfaatan hibah ini lebih dari sekadar angka dana dan peralatan canggih. “Tantangan terbesar bukan hanya mendapatkan peralatan, tetapi bagaimana kita bisa mengintegrasikannya secara penuh ke dalam kurikulum dan memastikan fasilitas ini memperkuat capaian pembelajaran lulusan secara nyata,” ujarnya tegas.

Menerjemahkan Hibah ke Dalam Capaian Pembelajaran

Wisnu menjelaskan, Program Studi Farmasi menerima perangkat laboratorium senilai lebih dari Rp300 juta, termasuk furnace dan hematology analyzer. “Kami harus memastikan bahwa perangkat ini tidak hanya jadi pajangan di laboratorium, melainkan menjadi bagian integral dari RPS dan modul praktikum yang berbasis Outcome Based Education (OBE). Ini juga berarti kami memasukkan prinsip Green Pharmacy dan pharmapreneurship—agar mahasiswa tidak hanya paham teknis, tapi juga sadar akan aspek keberlanjutan dan inovasi kewirausahaan farmasi,” jelasnya.

Di sisi lain, pada Program Studi Teknologi Informasi, pergeseran paradigma praktikum menjadi fokus utama. “Sebelumnya, praktikum lebih banyak bersifat simulasi. Sekarang, dengan keberadaan sandbox lab, mahasiswa bisa langsung berpraktik melakukan simulasi serangan siber, konfigurasi jaringan, hingga deployment cloud nyata. Ini menuntut dosen menyiapkan skenario pembelajaran berbasis proyek yang kompleks dan relevan dengan kebutuhan industri,” tambah Wisnu.

Hibah Sebagai Pemantik Reformasi Kurikulum dan Metode

Hibah PP-PTS bukan sekadar sarana pengadaan peralatan, melainkan pemicu pembaruan kurikulum dan metode pembelajaran. “Di Farmasi, kami akan melakukan revisi RPS dan menambah modul praktikum yang sejalan dengan standar industri farmasi yang terus berkembang,” katanya. “Sedangkan di Teknologi Informasi, perangkat sandbox lab memungkinkan mahasiswa mengakses teknologi terkini dan belajar melalui project-based learning yang menekankan keterampilan aplikatif.”

Dengan pendekatan ini, Universitas Mulia mencoba menjawab kebutuhan zaman yang menuntut lulusan tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu mengimplementasikan dalam konteks nyata.

Pengawasan Mutu dari Log Book Hingga Evaluasi Capaian Kompetensi

Memastikan fasilitas hibah tidak menjadi simbol semata, UM menerapkan mekanisme monitoring dan evaluasi (monev) yang berlapis. “Kami mulai dari pencatatan penggunaan alat oleh dosen dan laboran lewat log book, survei kepuasan dosen dan mahasiswa, hingga evaluasi capaian kompetensi mata kuliah. Indikator keberhasilan seperti jumlah revisi RPS dan persentase capaian CPL sudah kami tetapkan sejak proposal hibah,” terang Wisnu.

Hal ini menunjukkan komitmen UM untuk menjadikan hibah sebagai investasi nyata dalam kualitas pembelajaran, bukan sekadar pemenuhan administratif.

Meningkatkan Kompetensi Dosen sebagai Kunci Keberhasilan

Dosen dan laboran mendapat perhatian khusus dalam peningkatan kompetensi teknis. “Pelatihan teknis sudah kami rancang agar mereka bukan hanya operator alat, tetapi mampu mengintegrasikan teknologi ini dalam pembelajaran berbasis kasus dan proyek,” kata Wisnu. Di Farmasi, pelatihan fokus pada pengoperasian furnace dan mikroskop trinokuler dengan kamera, serta menggabungkannya dalam modul Problem-Based Learning. Di TI, pelatihan meliputi pengoperasian perangkat keras jaringan, server, dan sandbox lab dengan pengembangan skenario pengajaran berbasis kasus nyata.

Menurut Wisnu, “Keberhasilan fasilitas hibah sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang mengelolanya dan mengoptimalkannya dalam proses belajar mengajar.”

Fasilitas sebagai ‘Living Laboratory’

UM mengambil langkah inovatif menjadikan fasilitas hibah sebagai living laboratory yang melibatkan mahasiswa secara aktif. “Mahasiswa Farmasi akan dilibatkan dalam proyek inovasi produk berbasis bahan alam dari tahap standarisasi hingga uji keamanan,” jelas Wisnu. “Sementara mahasiswa TI akan mengerjakan proyek keamanan siber, konfigurasi jaringan, dan eksperimen cloud computing dalam skenario nyata.”

Melalui berbagai mekanisme seperti tugas proyek, capstone project, dan kompetisi, fasilitas ini diharapkan menjadi ruang eksplorasi dan inovasi mahasiswa, bukan hanya alat bantu pengajaran.

(YMN)

“Ini kondisi istimewa karena para Kaprodi akan memimpin prodi baru yang harus dibangun dari awal. Sebagai dosen dengan jabatan struktural, mereka memikul tanggung jawab ganda untuk memimpin prodi sekaligus menjalankan tridarma. Dalam hal ini, Kaprodi saya anggap sebagai product manager: mengawal keilmuan tetap relevan, pembelajaran bermutu, dan prodi diminati masyarakat.”
Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I. Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya Universitas Mulia

Para Kaprodi baru Universitas Mulia berdiri menyanyikan lagu kebangsaan pada seremonial pembukaan pembekalan perdana.

Humas Universitas Mulia, 18 Juli 2025 — Universitas Mulia resmi menyambut kehadiran empat Ketua Program Studi (Kaprodi) baru untuk program studi Teknik Sipil, Teknik Industri, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP), serta Desain Komunikasi Visual (DKV). Kehadiran Kaprodi baru ini menjadi fase penting bagi Universitas Mulia yang tengah memperluas portofolio keilmuan di bidang teknik dan kreatif.

“Selamat datang untuk para Ketua Program Studi Baru di Universitas Mulia: KaProdi Teknik Sipil, Teknik Industri, TPHP, dan DKV. Ini adalah sebuah kondisi yang istimewa. Karena para KaProdi akan memimpin sebuah program studi yang baru berdiri,” ujar Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I.

Wibisono menekankan, tanggung jawab memimpin prodi baru memiliki tantangan tersendiri. Tidak sekadar melanjutkan program kerja yang sudah mapan, tetapi memulai berbagai strategi dasar dari titik awal. Namun demikian, sejumlah praktik baik dari prodi lain di Universitas Mulia tetap dapat dijadikan acuan penyesuaian.

Suasana pembukaan pembekalan empat Kaprodi baru Universitas Mulia bersama jajaran pimpinan universitas dan Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga.

“Tentu ada banyak tantangan yang harus dihadapi, sebab ini tidak sekedar melanjutkan strategi atau program kerja yang sudah ada, tetapi harus memulai dari awal. Namun tentu saja beberapa hal dapat dilihat atau disesuaikan dari program studi lain yang ada di Universitas Mulia,” jelasnya.

Dalam struktur organisasi akademik, seorang Kaprodi tidak hanya bertanggung jawab secara administratif, tetapi juga tetap memegang peran sebagai dosen dengan kewajiban menjalankan tridarma perguruan tinggi.

“Menjadi dosen yang memegang jabatan struktural berarti akan mengemban dua tanggung jawab. Pertama, tanggung jawab sebagai pimpinan program studi. Kedua sebagai dosen, juga terikat tanggung jawab untuk melaksanakan tridarma yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” tegas Wibisono.

Keselarasan antara dua peran ini menjadi fokus. Kaprodi diharapkan mampu menjaga keseimbangan fungsi kepemimpinan dengan kewajiban akademik, sekaligus mendorong seluruh dosen di prodi masing-masing menjalankan tridarma dengan kualitas optimal. “Tantangan utama adalah bagaimana bisa menyelaraskan dua hal tersebut agar dapat berjalan secara selaras. Sebagai Kaprodi juga harus mendorong agar semua dosen di prodi tersebut dapat melaksanakan tanggung tridarma dengan baik,” ujarnya.

Wibisono memandang Kaprodi layaknya seorang product manager. Produk yang dikelola adalah program studi itu sendiri. Dalam posisi ini, Kaprodi memikul tiga tanggung jawab utama. Pertama, memastikan keilmuan yang dikembangkan melalui kurikulum selalu mengikuti perkembangan metodologi dan teknologi terkini, khususnya karena keempat prodi baru berkarakter teknik yang dinamis.

“Memastikan bahwa keilmuan yang dikembangkan di Prodi, yang dituangkan ke dalam kurikulum, selalu up to date dengan perkembangan metodologi dan teknologi di Prodi tersebut. Aspek metodologi dan teknologi ini penting, mengingat 4 prodi baru ini adalah prodi yang berbasis teknik yang erat kaitannya dengan perkembangan metodologi dan teknologi,” papar Wibisono.

Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H. menyerahkan Surat Keputusan Kaprodi Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian.

Tanggung jawab kedua terletak pada mutu pelaksanaan pembelajaran, yang harus selaras dengan kebutuhan industri agar lulusan benar-benar relevan dengan medan kerja. Ketiga, prodi harus diterima dan diminati masyarakat. Popularitas dan minat pendaftar mencerminkan bagaimana prodi bersaing dengan program serupa di perguruan tinggi lain. “Memastikan bahwa Prodi tersebut diterima dan disukai oleh masyarakat. Ini tentu tercermin dari antusias mahasiswa yang mendaftar. Ketika Prodi tersebut juga ada di perguruan tinggi lain, maka sebagai wujud tanggung jawab product manager, harus mampu membuatnya lebih menarik dibanding prodi sejenis di tempat lain,” pungkasnya.

Dengan penekanan pada fungsi Kaprodi sebagai product manager, Universitas Mulia menegaskan tanggung jawab kepemimpinan prodi baru tidak berhenti pada urusan administrasi. Tugas Kaprodi terletak pada bagaimana program studi dikelola secara relevan, adaptif, dan memiliki daya tarik tersendiri di mata publik.

Humas UM (YMN)

“Pembekalan ini bukan hanya soal administrasi. Para Kaprodi harus memahami peran strategis mereka sebagai penggerak peningkatan mutu tridarma secara berkelanjutan. Karena itu, kami menyiapkan strategi pendampingan empat pilar: adaptasi budaya akademik, literasi regulasi, manajemen mutu, dan koordinasi lintas unit serta mitra industri.”
Wisnu Hera Pamungkas, Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Mulia

 

Humas Universitas Mulia, 18 Juli 2025 — Universitas Mulia menggelar pembekalan bagi para Ketua Program Studi (Kaprodi) baru dari empat prodi yang resmi dibuka tahun ini, yaitu Teknik Sipil, Teknik Industri, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP), serta Desain Komunikasi Visual (DKV). Agenda ini diarahkan untuk mempersiapkan para Kaprodi memahami peran strategis mereka dalam menggerakkan tridarma perguruan tinggi sejak masa perintisan.

Wakil Rektor I Bidang Akademik, Wisnu Hera Pamungkas, , S.T.P., M.Eng. menyerahkan Surat Keputusan (SK) Kaprodi Desain Komunikasi Visual sebagai simbol dimulainya tanggung jawab akademik prodi baru.

“Pembekalan hari ini difokuskan untuk membekali para Kaprodi baru dengan pemahaman menyeluruh terkait peran strategis mereka sebagai pemimpin program studi, khususnya dalam konteks pelaksanaan tridarma perguruan tinggi,” jelas Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng.

Materi disusun secara berlapis, meliputi aspek akademik, tata kelola kelembagaan, kemahasiswaan, hingga penguasaan sistem informasi yang mendukung manajemen prodi dan aktivitas pengajaran dosen. Wisnu menekankan, peran Kaprodi tidak berhenti pada tugas administratif. “Harapannya, para Kaprodi tidak hanya memahami tugas administratif, tetapi juga mampu menjadi penggerak utama dalam meningkatkan kualitas tridarma secara berkelanjutan,” ujarnya.

Empat Kaprodi baru Universitas Mulia menyimak materi pembekalan yang difokuskan pada penguatan peran strategis dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi.

Untuk mendampingi para Kaprodi baru dalam merancang kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE) maupun Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), bidang akademik merumuskan strategi empat pilar. Pilar pertama adalah pembiasaan pada budaya akademik kampus agar visi prodi selaras dengan arah universitas. Pilar kedua mencakup penguatan literasi kebijakan akademik pada level nasional dan internal. Pilar ketiga menekankan pembekalan manajemen administrasi dan penjaminan mutu. Sementara pilar keempat mendorong koordinasi lintas unit, termasuk dengan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), hingga mitra industri.

“Kami telah menyiapkan strategi pendampingan berbasis empat pilar utama,” terang Wisnu. “Pertama, penanaman pemahaman dan adaptasi terhadap budaya akademik kampus, agar kaprodi dapat menyelaraskan visi prodi dengan arah institusi. Kedua, penguatan literasi terhadap kebijakan dan regulasi akademik, baik yang bersifat nasional maupun internal kampus. Ketiga, pembekalan manajemen administrasi dan penjaminan mutu akademik sebagai fondasi utama tata kelola. Dan keempat, fasilitasi koordinasi dengan para pemangku kepentingan seperti LPM, BAAK, hingga mitra industri, guna memastikan kurikulum OBE dan MBKM dapat diimplementasikan dengan efektif dan kontekstual sesuai kebutuhan zaman.”

Dari sisi akreditasi, Wisnu menjelaskan penjaminan mutu dilakukan sejak tahap awal. Saat ini, dua prodi baru — Teknik Sipil dan Teknik Industri — telah mengantongi akreditasi dari LAM Teknik, sedangkan TPHP dan DKV masih dalam tahap pengajuan ke BAN-PT. “Penjaminan mutu sejak awal menjadi prioritas penting, karena berkaitan langsung dengan arah capaian akreditasi,” ungkapnya. Ia menambahkan, dokumen akademik dan pelaksanaan tridarma pada tiap prodi disusun menyesuaikan standar akreditasi sejak pendirian.

Indikator keberhasilan prodi baru, menurut Wisnu, terletak pada seberapa jauh kepercayaan publik berhasil dibangun di tiga tahun pertama. “Indikator utama keberhasilan program studi baru dalam jangka pendek adalah sejauh mana prodi mampu membangun kepercayaan publik,” tegasnya. Ia menyadari keterbatasan rekam jejak kerap memengaruhi jumlah mahasiswa pada tahun pertama. Namun demikian, eksistensi prodi harus diupayakan melalui forum-forum eksternal, lomba, seminar, maupun kemitraan.

Dari ruang monitoring, pola evaluasi tidak hanya bergantung pada mekanisme formal audit mutu. “Secara umum, monitoring dan evaluasi dilaksanakan melalui Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pendidikan (LPMPP), dengan instrumen utama berupa Audit Mutu Internal (AMI) setiap semester dan penelaahan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) program kerja tahunan,” terang Wisnu. Untuk keempat prodi baru ini, pola monev dibuat lebih intensif. Diskusi rutin, koordinasi informal, dan pendampingan teknis menjadi saluran untuk membaca hambatan sejak dini, terutama pada aspek inovasi pembelajaran dan adaptasi teknologi digital.

Di tengah dinamika ini, para Kaprodi baru dituntut tidak hanya membaca dokumen rencana, tetapi aktif memastikan bahwa tridarma, penjaminan mutu, kurikulum OBE-MBKM, serta pembaruan digital berjalan pada jalur yang kontekstual dengan kebutuhan pendidikan tinggi hari ini.

Humas UM (YMN)

“Menghadapi disrupsi teknologi dan percepatan digitalisasi, Universitas Mulia menyiapkan prodi-prodi barunya agar tampil kompetitif di tingkat nasional melalui technopreneurship, kurikulum OBE-KKNI yang adaptif, serta literasi digital yang terintegrasi di setiap mata kuliah. Kami ingin lulusan tidak hanya menguasai aspek teknis, tetapi juga terlatih berinovasi, berwirausaha digital, dan berkolaborasi lintas sektor. Karena itu, jejaring dengan industri 4.0, inkubator bisnis, dan komunitas kreatif harus terus diperluas, membuka ruang magang, proyek nyata, hingga peluang startup mahasiswa. Ekosistem kampus digital, dosen yang melek teknologi, dan penguatan nilai lokal berbasis digital akan memastikan prodi-prodi baru Universitas Mulia relevan dan unggul di masa depan.”Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si. (Rektor Universitas Mulia)

 

Humas Universitas Mulia, 17 Juli 2025 — Tahun akademik ini, Universitas Mulia menapaki fase baru dengan membuka empat program studi yang langsung diarahkan menanamkan fondasi mutu dan visi technopreneur. Teknik Sipil, Teknik Industri, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP), serta Desain Komunikasi Visual (DKV) resmi dibuka sebagai jawaban kebutuhan kompetensi kontemporer.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyebut pembukaan prodi baru ini bukan sekadar perluasan administratif, melainkan langkah terukur yang menempatkan kualitas akademik sebagai pijakan utama.

“Strategi Universitas Mulia untuk menjaga kualitas akademik pada masa awal pembukaan program studi baru yang belum memiliki jejak alumni adalah memastikan rekrutmen dosen yang kompeten, menyusun kurikulum berbasis KKNI dan OBE yang relevan dengan kebutuhan industri, serta menerapkan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) secara konsisten,” ujarnya, Kamis (17/7).

Di lantai kerja akademik kampus, pembekalan bagi para Kaprodi baru mulai dirancang sebagai ruang pembinaan yang terhubung langsung dengan kebutuhan industri. Sementara, diskusi tentang kurikulum dilakukan lintas unit agar tidak hanya berhenti pada tataran formal, tetapi menyentuh aspek implementasi pembelajaran.

“Selain itu, kerja sama dengan mitra eksternal seperti industri dan perguruan tinggi lain dapat memperkuat pelaksanaan Tridharma,” jelasnya.

Menurutnya, jejaring eksternal menjadi bagian penting untuk mengimbangi fase awal prodi yang belum memiliki lulusan sebagai indikator kualitas.

Pada tahap awal, penyiapan dosen, materi ajar, sarana pembelajaran, serta promosi penerimaan mahasiswa menjadi fokus praktis. Namun universitas tidak berhenti di tataran target jangka pendek.

“Target jangka panjang mencakup pencapaian akreditasi Baik Sekali atau Unggul, pelacakan jejak lulusan yang terserap di dunia kerja, penguatan riset dan inovasi berbasis technopreneur, serta perluasan kerja sama dengan industri dan institusi internasional untuk meningkatkan rekognisi dan daya saing prodi,” terang Ahsin Rifai.

Dinamika kurikulum juga menuntut para Kaprodi baru agar tidak hanya memegang mandat administratif, tetapi terlibat aktif merumuskan strategi belajar yang adaptif. “UM perlu melakukan pembinaan terpadu melalui pelatihan intensif tentang kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE), Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan integrasi Kampus Berdampak,” katanya.

Pendekatan praktis berupa benchmarking ke perguruan tinggi mapan, forum asosiasi prodi, hingga diskusi bersama pengguna lulusan akan dilakukan agar pembaruan kurikulum tidak berhenti pada dokumen cetak.

Dalam lanskap disrupsi teknologi, Universitas Mulia mendorong setiap prodi baru berdiri dengan ekosistem technopreneur. “Universitas Mulia dapat memposisikan program studi barunya secara kompetitif di tingkat nasional dengan mengedepankan pendekatan technopreneurship, kurikulum adaptif berbasis OBE dan KKNI, serta integrasi literasi digital pada seluruh mata kuliah,” paparnya.

Kolaborasi lintas prodi juga menjadi salah satu instrumen yang diharapkan bisa mengokohkan ekosistem belajar. Rektor mencontohkan potensi integrasi di level pembelajaran praktis. “Peran sivitas akademika lintas prodi di Universitas Mulia sangat penting dalam membangun sinergi multidisipliner antara prodi baru dan prodi lama,” tegasnya.

Di ruang diskusi kampus, integrasi pengetahuan bukan lagi slogan. Dosen DKV dapat terlibat mendukung visualisasi rancangan proyek Teknik Sipil. Pengembangan efisiensi sistem produksi pada TPHP dapat dikonsolidasikan bersama Teknik Industri.

Melalui pembukaan empat prodi baru ini, Universitas Mulia merumuskan ulang strategi Tridharma Perguruan Tinggi agar lebih responsif, adaptif, dan kontekstual di tengah akselerasi teknologi. Di balik setiap lembar kurikulum, universitas menanamkan satu pondasi: technopreneur bukan hanya muatan materi, tetapi etos kerja dan pola pikir generasi yang disiapkan untuk menjemput peluang masa depan.

Humas UM (YMN)

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom bersama pimpinan prodi dan staf, bagian akademik, dan laboratorium di Kedai Akbar, Jumat (11/7/2025). Foto: Istimewa

UM – Usai pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) Genap Tahun Akademik 2024/2025, Dekan Fakultas Ilmu Komputer, Djumhadi, S.T., M.Kom, mengundang seluruh jajaran Program Studi, BAAK, dan Laboratorium untuk berkumpul dalam suasana hangat dan santai guna merayakan berakhirnya pelaksanaan UAS.

Acara bertajuk Silaturahmi Membangun Sense of Belonging ini digelar secara sederhana, bertempat di Rumah Makan Kedai Akbar, pada Jumat (11/7/2025). Kehadiran pimpinan fakultas dan prodi, tenaga kependidikan, dan staf laboratorium menciptakan suasana akrab dan cair, jauh dari ketegangan rutinitas kerja akademik yang padat.

Dekan Djumhadi mengatakan, kegiatan ini bukan hanya bentuk apresiasi atas kerja keras seluruh elemen fakultas selama satu semester, tetapi juga sebagai upaya nyata untuk membangun dan memperkuat “sense of belonging” di lingkungan kerja.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom bersama pimpinan prodi dan staf, bagian akademik, dan laboratorium di Kedai Akbar, Jumat (11/7/2025). Foto: Istimewa

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom bersama pimpinan prodi dan staf, bagian akademik, dan laboratorium di Kedai Akbar, Jumat (11/7/2025). Foto: Istimewa

Sense of Belonging atau rasa memiliki, adalah perasaan bahwa seseorang diterima, dihargai, dan menjadi bagian dari suatu kelompok atau organisasi. Dalam konteks ini, keluarga besar Fakultas Ilmu Komputer,” jelas Djumhadi.

Ia menekankan bahwa di akhir semester, para pimpinan prodi maupun staf akademik telah berperan besar dalam menjaga kelancaran aktivitas akademik kampus. Mereka bukan hanya pelaksana teknis, tetapi mitra strategis dalam mendukung tujuan pendidikan tinggi.

Djumhadi menambahkan, kegiatan silaturahmi ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa keterikatan dan kebersamaan di antara seluruh civitas akademika, dan menyegarkan semangat kerja lewat pendekatan nonformal dan kebersamaan.

Selain itu, juga bertujuan untuk meningkatkan komunikasi agar lebih terbuka, santai, dan produktif serta memberi penghargaan non materi atas kerja keras yang telah dilakukan.

“Ketika seseorang merasa menjadi bagian dari institusi tempat ia bekerja, ia akan lebih bersemangat, lebih bertanggung jawab, dan lebih produktif. Inilah pentingnya sense of belonging,” ungkap Djumhadi.

Sementara itu, Kaprodi Informatika, Isa Rosita, S.Kom., M.Cs, menambahkan bahwa momen ini juga digunakan untuk menggunakan dana hadiah lomba halal bihalal yang lalu, yang sempat tertunda penggunaannya.

“Waktu itu kita dapat juara dan menerima hadiah,” ungkapnya sambil tersenyum.

Kegiatan sederhana seperti ini diharapkan dapat rutin diadakan, sebagai salah satu cara memperkuat relasi antar bagian di lingkungan Fakultas Ilmu Komputer. Rasa saling memiliki dan saling menghargai diyakini akan memperkuat kolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan institusi di masa depan.

“Kami percaya bahwa membangun rasa memiliki tidak bisa sekali jadi. Harus dirawat melalui kebersamaan dan komunikasi yang hangat, seperti yang kita rasakan hari ini,” pungkas Djumhadi.

(SA/Kontributor)

Humas Universitas Mulia, 10 Juli 2025— Universitas Mulia melalui Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) mendorong perluasan akses dan pemerataan teknologi kecerdasan buatan (AI) di wilayah Indonesia Timur, khususnya Kalimantan. Langkah ini terwujud melalui kolaborasi strategis dengan NVIDIA Indonesia, pemain global teknologi AI, serta Bitracom Informatika sebagai mitra lokal.

Dekan FIKOM, Bapak Djumadi, S.Kom., M.Kom., memaknai kemitraan tersebut sebagai strategi berani untuk menjembatani kesenjangan digital antara pusat dan daerah. Menurutnya, kehadiran NVIDIA dan Bitracom menjadi pintu masuk penting agar teknologi AI tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, tetapi juga menjangkau institusi pendidikan yang memiliki semangat untuk maju bersama.

Urgensi kolaborasi ini lahir dari kesadaran bahwa transformasi digital, khususnya AI, tidak dapat lagi ditunda. Bagi FIKOM UM, menggandeng mitra sekelas NVIDIA bukan sekadar kebanggaan, melainkan kebutuhan agar universitas dapat berperan sebagai pusat distribusi kompetensi digital yang kredibel di tingkat global.

“Kami ingin mahasiswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga kontributor di dalamnya,” jelasnya.

Dalam kegiatan sosialisasi teknologi AI yang telah dilaksanakan, Djumadi menekankan pentingnya perubahan paradigma di kalangan sivitas akademika. Menurutnya, AI bukan hanya alat bantu, tetapi juga sistem kecerdasan yang menuntut pola pikir adaptif dan keberanian untuk bereksperimen. Hal ini sejalan dengan dorongan agar dosen dan mahasiswa tidak berhenti pada literasi teknologi semata, melainkan juga mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Optimisme juga terlihat pada kesiapan mahasiswa dan dosen Universitas Mulia dalam mengadopsi teknologi AI. Djumadi menilai antusiasme mahasiswa FIKOM terhadap teknologi baru cukup tinggi. Sementara itu, para dosen terus meningkatkan kapasitas melalui pelatihan, sertifikasi, dan riset kolaboratif. Dukungan ekosistem dan infrastruktur menjadi hal yang akan terus diperkuat melalui kolaborasi ini.

Ke depan, berbagai rencana tindak lanjut telah disiapkan. FIKOM UM akan menginisiasi seminar AI, membangun AI Sandbox Lab berbasis proyek di website fakultas, serta menjajaki program magang virtual bersama NVIDIA. Selain itu, akses ke sumber daya GPU dan peluang inkubasi startup berbasis AI untuk menjawab persoalan lokal seperti pertanian, perikanan, dan kebencanaan juga tengah dipersiapkan.

Meskipun demikian, Djumadi mengakui masih ada tantangan yang dihadapi perguruan tinggi daerah, mulai dari keterbatasan akses teknologi mutakhir, literasi digital yang belum merata, hingga kebutuhan kemitraan strategis yang berkelanjutan. Ia menilai sinergi dengan industri global seperti NVIDIA adalah salah satu cara efektif untuk melompati hambatan tersebut.

Untuk memastikan manfaat kolaborasi dapat dirasakan lintas program studi, FIKOM UM berkomitmen mengintegrasikan materi AI ke dalam kurikulum di berbagai prodi, mulai dari Informatika, Sistem Informasi, Teknologi Informasi, hingga Desain Komunikasi Visual. Model pembelajaran berbasis proyek lintas disiplin akan dioptimalkan agar mahasiswa memiliki pengalaman nyata dalam memanfaatkan AI untuk memecahkan masalah riil.

Di akhir pernyataannya, Djumadi berpesan kepada generasi muda untuk tidak ragu terjun ke dunia AI. Menurutnya, AI bukan ranah eksklusif, melainkan ruang terbuka bagi siapa saja yang memiliki rasa ingin tahu dan keberanian bereksperimen.

“Keberanian bereksperimen dan kecepatan belajar jauh lebih penting daripada sekadar nilai akademik,” ujarnya.

Saat ini Universitas Mulia juga tengah menjajaki peluang kerja sama lebih luas, termasuk pengembangan laboratorium berbasis GPU, integrasi sertifikasi industri AI, serta dukungan komputasi awan bagi riset mahasiswa. Djumadi berharap Universitas Mulia dapat berperan sebagai sentra pertumbuhan talenta AI di Indonesia Timur, sekaligus penggerak inovasi digital yang inklusif dan aplikatif.

Humas UM (YMN)

 

Dosen S1 Informatika M. Safi'i saat memberikan materi tentang Robotika. FOto: Ilyas/Tim Lab Fikom

UM – Antusiasme tinggi mewarnai perhelatan ROBOFUN Universitas Mulia 2025 yang diselenggarakan di Lab Robotika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Mulia, Selasa (3/6/2025). Acara yang berfokus pada pengenalan dan praktik langsung teknologi robotika ini berhasil menarik minat besar siswa-siswi SMA/SMK Balikpapan.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom mengatakan, RoboFun 2025 ini terselenggara atas inisiatif Himpunan Mahasiswa Informatika (Himatika) di bawah bimbingan Kaprodi Isa Rosita S.Kom., M.Cs.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa SMA/SMK untuk berkreasi dan berinovasi dengan belajar robotika dasar, sekaligus mengenalkan Prodi S1 Informatika,” ujar Djumhadi.

Dosen Informatika Muhammad Safi’i S.Kom., M.Kom ditugaskan sebagai instruktur. “Beliau diharapkan dapat memberikan wawasan kepada para peserta, karena sering membawa mahasiswa untuk mengikuti lomba TTG, Krenova, atau yang sejenis dengan berbagai prestasi,” tutur Dekan.

Berdasarkan kuesioner yang dibagikan panitia, sebanyak 85% peserta menyatakan sangat puas dan puas terhadap keseluruhan kegiatan. Keberhasilan ini sekaligus menunjukkan komitmen Universitas Mulia dalam menyediakan platform pembelajaran teknologi terkini yang mudah diakses dan bahkan gratis bagi para mahasiswanya.

Tampak para siswa mengikuti ROBOFUN 2025 bersama para mahasiswa panitia HIMATIKA. Foto: Ilyas/Tim Lab Fikom

Tampak para siswa mengikuti ROBOFUN 2025 bersama para mahasiswa panitia HIMATIKA. Foto: Ilyas/Tim Lab Fikom

Para peserta ROBOFUN 2025 mendapatkan pengalaman langsung yang berharga, mulai dari pembelajaran coding dasar hingga mengontrol robot secara nyata. Sesi praktik seperti membuat program simulasi lampu lalu lintas dan mengendalikan robot menggunakan aplikasi remote XY menjadi favorit dan paling banyak disukai.

“Bagian bisa kontrol robot itu seru banget!” ujar salah satu peserta dengan antusias. Pengalaman pembelajaran code dan coding robotic juga disebut sebagai hal yang paling berkesan.

Meskipun terdapat beberapa catatan terkait durasi dan pendampingan yang menjadi masukan berharga bagi panitia, mayoritas peserta (90%) merasa acara ini sangat bermanfaat.

Lebih lanjut, 80% peserta menyatakan akan merekomendasikan acara serupa kepada orang lain, dan 75% menyatakan kesediaan untuk ikut kembali jika acara serupa diadakan.

“Acara ini sangat bermanfaat bagi saya, menambah wawasan baru tentang Arduino dan fungsi-fungsi dasar robotika,” ungkap seorang peserta. “Saya jadi lebih tertarik untuk belajar lebih dalam lagi.”

Menariknya, usulan tema untuk acara berikutnya didominasi oleh topik-topik yang sedang hangat di dunia industri teknologi, seperti Kecerdasan Artifisial (AI) dan Internet of Things (IoT).

Hal ini menunjukkan tingginya keingintahuan dan minat peserta yang didominasi siswa SMA/SMK untuk mendalami teknologi masa depan yang relevan dengan kebutuhan industri.

Universitas Mulia secara konsisten menunjukkan komitmennya untuk menyediakan pendidikan berkualitas yang tidak hanya teoritis namun juga kaya akan praktik langsung.

ROBOFUN menjadi salah satu cara bagaimana Universitas Mulia memfasilitasi mahasiswanya untuk belajar teknologi canggih dengan cara yang menyenangkan dan seringkali tanpa membebani biaya, alias gratis melalui berbagai kegiatan kemahasiswaan dan workshop.

Bagi calon mahasiswa baru yang memiliki passion di bidang teknologi, khususnya robotika, AI, dan IoT, Universitas Mulia menawarkan lingkungan belajar yang suportif, fasilitas memadai, dan kesempatan untuk terlibat langsung dalam proyek-proyek inovatif.

Keberhasilan ROBOFUN 2025 menjadi sinyal kuat bahwa Universitas Mulia adalah pilihan tepat untuk mereka yang ingin belajar lebih dalam, mendapatkan pengalaman praktis, dan mempersiapkan diri menjadi talenta digital unggul di masa depan, dengan biaya yang terjangkau, bahkan peluang belajar gratis dengan Gratispol, program pendidikan gratis dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

(SA/Kontributor)

Dekan FIKOM, “Siapkan Lulusan Siap Kerja dan Berdaya Saing Global!”

Humas Universitas Mulia, 2 Juni 2025 Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Universitas Mulia secara aktif menyusun dan merancang kurikulum terbaru berbasis Outcome-Based Education (OBE) yang terintegrasi dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Langkah strategis ini dilakukan dalam rangka menjawab tantangan dunia kerja digital yang terus berkembang pesat, sekaligus memperkuat posisi lulusan FIKOM sebagai talenta yang adaptif dan kompeten secara profesional.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, memberikan arahan sekaligus membuka kegiatan penyusunan kurikulum berbasis OBE, KKNI, dan SKKNI di lingkungan Universitas Mulia.

Dekan FIKOM, Bapak Djumhadi, S.T., M.Kom., dalam wawancaranya menjelaskan bahwa pendekatan kurikulum terbaru ini memiliki perbedaan yang sangat mendasar dibandingkan kurikulum sebelumnya.

“Kurikulum yang lama lebih fokus pada apa yang diajarkan oleh dosen. Selama dosen sudah menyampaikan materi dan mahasiswa mengikuti ujian, itu dianggap cukup. Namun, tidak selalu apa yang diajarkan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,” tuturnya.

Sebaliknya, pendekatan OBE menitikberatkan pada hasil akhir pembelajaran, yaitu kompetensi nyata yang harus dimiliki mahasiswa setelah lulus.

“Bukan sekadar paham teori pemrograman, tetapi juga mampu mengembangkan aplikasi, bekerja dalam tim, melakukan presentasi, dan beradaptasi dengan teknologi baru. Semua proses pembelajaran didesain untuk mendukung pencapaian tersebut,” ujarnya.

Integrasi SKKNI dalam kurikulum juga menjadi pijakan penting dalam menjamin relevansi lulusan terhadap kebutuhan industri nasional. SKKNI, sebagai panduan resmi dari pemerintah mengenai kompetensi kerja di setiap sektor, digunakan sebagai acuan dalam merancang capaian pembelajaran.

Para Dekan dan Ketua Program Studi Universitas Mulia dengan khidmat menyimak pemaparan dari narasumber dalam sesi materi penyusunan kurikulum terpadu.

“Kami merujuk pada SKKNI untuk menentukan kemampuan-kemampuan apa saja yang wajib dimiliki lulusan. Misalnya, jika disebut bahwa seorang programmer harus mampu mengembangkan aplikasi web, maka kami pastikan mahasiswa benar-benar belajar dan praktik membangun aplikasi web secara nyata,” jelas Djumhadi.

Dampak dari pergeseran paradigma kurikulum ini diproyeksikan akan memberikan keuntungan signifikan bagi mahasiswa FIKOM. Mereka tidak hanya memperoleh pemahaman teoritis, tetapi juga pengalaman praktis dan portofolio karya digital seperti aplikasi, video, desain, hingga konten kreatif lainnya. Lebih jauh lagi, kurikulum ini membuka peluang integrasi dengan sertifikasi profesi nasional maupun internasional, seperti Microsoft, Cisco, atau Adobe, sebagai bukti pengakuan atas keahlian mahasiswa.

Ketua Program Studi Farmasi, Ibu Apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc., menyampaikan pendapat dan pertanyaan kritis dalam sesi diskusi penyusunan kurikulum berbasis capaian pembelajaran.

“Dengan kurikulum baru ini, mahasiswa FIKOM tidak hanya lulus dengan ijazah, tetapi juga dengan karya, pengalaman kerja tim, kemampuan komunikasi, dan pemikiran kritis yang sangat dibutuhkan di dunia kerja saat ini,” tambahnya.

Transformasi kurikulum ini merupakan bagian dari upaya besar Universitas Mulia dalam menyelaraskan pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri digital, memperkuat kualitas lulusan, serta mendukung agenda nasional dalam penguatan sumber daya manusia unggul dan berdaya saing global.

Humas UM (YMN)

Mahasiswa mengerjakan ujian tulis tanpa gadget atau Close Internet/Close Book. Foto: SA/Kontributor

UM – Pekan ini sesuai Kalender Akademik berlangsung Ujian Tengah Semester (UTS). Beberapa kelas tampak berlangsung ujian, baik ujian praktek di laboratorium maupun ujian teori di kelas, seperti tampak di White Campus, Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM), Senin (28/4) pagi.

Tampak mahasiswa datang lebih pagi dengan mengenakan atribut jas almamater merah marun, duduk di kursi sedang mengerjakan soal ujian. Mahasiswa serius mengerjakan secara manual, menulis jawaban di lembar kertas yang diberikan.

Beberapa kelas terlihat mahasiswa yang hanya menggunakan alat tulis saja untuk menulis jawaban, tanpa perangkat teknologi apapun, termasuk laptop maupun telepon seluler. Mereka harus menyimpan telepon seluler di dalam tas yang diletakkan di depan kelas.

Tetapi juga ada yang dibebaskan menggunakan telepon seluler yang terhubung jaringan Internet. Mereka boleh menggunakan perangkat teknologi untuk menjawab soal.

“Ya, betul. Untuk ujian yang mencegah penggunaan teknologi seperti laptop maupun telepon seluler, biasanya bentuknya rekognisi atau hafalan. Tapi sebenarnya bukan hafalan, lebih ke penguasaan konsep,” tutur seorang dosen.

Dengan menguasai konsep, lanjutnya, maka mahasiswa akan mampu menceritakan atau menarasikan dalam menjawab soal.

“Jawaban konsep biasanya lebih deskriptif, lebih jelas menggunakan gaya bahasa sendiri, tidak selalu tekstual persis seperti teks yang ada di buku,” tuturnya.

Menurutnya, hal ini sesuai dengan kaidah assessment dalam teori pendidikan, terutama untuk menilai penguasaan konsep dasar dan kemampuan menguraikan ide dengan bahasa sendiri.

Berdasarkan Taksonomi Bloom, dalam pengajaran ada ranah remembering, understanding, dan applying. Ujian manual ini fokus ke understanding, yakni mahasiswa menarasikan konsep, bukan sekadar menghafal teks.

Sedangkan ujian yang menggunakan perangkat teknologi Internet dan boleh buka buku, biasanya dalam bentuk analisis.

“Jawaban yang butuh analisis dan perancangan itu biasanya tidak bisa hanya sekadar hafalan, atau menulis berdasarkan contekan. Dipastikan setiap mahasiswa akan memiliki pemikiran yang berbeda,” ujarnya.

Berdasarkan teori konstruktivisme, pembelajaran dan evaluasi sebaiknya berbasis pada kemampuan mahasiswa membangun pengetahuan baru, bukan sekadar mengulang informasi.

Oleh karena itu, ujian berbasis analisis memerlukan higher-order thinking skills (HOTS), dan penggunaan sumber daya teknologi bukan cheat, jika soal menguji analisis, sintesis, dan evaluasi.

Meski menggunakan AI, mahasiswa harus memahami panduan etis, misalnya, menyebutkan sumber AI, memahami isi yang diberikan, dan tetap mengolah dengan pikirannya sendiri.

“Kalau mahasiswa sudah belajar sebelumnya, atau minimal mengerjakan materi sebelumnya, dia akan cepat menyelesaikan soal dengan cepat. Jadi, bisa dilihat nanti jawabannya seperti apa,” tambah dosen ini.

Usai ujian, dosen langsung melihat ragam jawaban UTS mahasiswa. “Sekilas, ada yang detail, ada yang simple sekali, tidak detail. Nah, yang ini jelas kurang,” jelasnya.

Mahasiswa mengerjakan ujian tulis dibantu dengan gadget masing-masing atau Open Internet/Book. Foto: Sa/Kontributor

Mahasiswa mengerjakan ujian tulis dibantu dengan gadget masing-masing atau Open Internet/Book. Foto: Sa/Kontributor

Laboratorium Komputer FIKOM siap digunakan untuk ujian maupun pelatihan. Foto: Tim Labkomp.

Laboratorium Komputer FIKOM siap digunakan untuk ujian maupun pelatihan. Foto: Tim Labkomp.

Pelaksanaan Ujian di Laboratorium Komputer

Sementara itu, di Laboratorium Komputer FIKOM juga berlangsung UTS berbasis komputer. Tampak dosen duduk di mejanya mengawasi ujian, sedangkan mahasiswa mengerjakan ujian.

Pekan sebelumnya, laboratorium komputer dipersiapkan oleh tim laboratorium FIKOM. Hal ini lantaran akan digunakan untuk pelaksanaan UTS Prodi S1 Farmasi, maupun pelatihan MS Office dan Google Drive siswa-siswi SMK Airlangga Balikpapan.

Dekan FIKOM Djumhadi, S.T., M.Kom mengatakan, pihaknya siap mendukung seluruh kegiatan dosen atau tenaga pendidik yang ingin menggunakan laboratorium komputer.

“Silakan mengajukan permohonan penggunaan laboratorium komputer, baik prodi yang ada di lingkungan FIKOM sendiri, maupun lintas prodi dan fakultas, bahkan antar perguruan tinggi atau komunitas IT Kota Balikpapan,” ujarnya.

Menurutnya, FIKOM terbuka untuk kegiatan akademik maupun non-akademik, selama dimanfaatkan dengan baik, tidak merusak, dan prosedural.

“Insya Allah, Tim Lab FIKOM siap menyukseskan kegiatan belajar mengajar di lingkungan Fakultas Ilmu Komputer dengan baik,” pungkas Subur Anugerah, Kepala Lab. Komputer FIKOM.

(SA/Kontributor)