Rapat Senat Terbuka Wisuda Sarjana dan Diploma III ke-6 Universitas Mulia Tahun 2024
UM – Universitas Mulia menggelar Rapat Senat Terbuka Wisuda Sarjana dan Diploma III ke-6 Tahun 2024, bertempat di Ballroom Hotel Novotel Balikpapan, Senin (18/11). Rektor Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si mengajak para lulusan memandang masa depan dengan optimisme dan realistis.
Dalam kesempatan ini, hadir Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah 11 Kalimantan Dr. Muhammad Akbar, M.Si, perwakilan Wali Kota Balikpapan, Ketua Yayasan Airlangga Hj. Mulia Hayati Deviantie, Pembina Yayasan H. Satria Dharma serta para undangan lainnya.
Hadir pula Deputi Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Drs. Alimuddin, M.Si yang memberikan orasi ilmiah tentang Visi Ibu Kota Nusantara, Kota Dunia untuk Semua.
Rapat Senat Terbuka Wisuda Sarjana dan Diploma III ke-6 Universitas Mulia tahun 2024 dibuka oleh Ketua Senat Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H dengan tiga kali ketukan palu sidang.
Rektor mengawali sambutannya dengan laporan bahwa prosesi wisuda ke-6 tahun 2024 ini diikuti 428 wisudawan. Terdiri atas 353 wisudawan dari program Sarjana dan 75 wisudawan dari program Diploma III.
Wisudawan terbanyak dari Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) sebanyak 244 wisudawan. Disusul Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sebanyak 105 wisudawan. Kemudian dari Universitas Mulia Samarinda sebanyak 44 wisudawan, dan dari Fakultas Humaniora dan Kesehatan (FHK) sebanyak 35 wisudawan.
Dari jumlah tersebut, 47% mahasiswa lulus dengan predikat Cumlaude atau dengan pujian, dan 53% lulus dengan predikat sangat memuaskan. Rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) wisudawan mengalami kenaikan. Jika tahun 2023 rata-ratanya hanya 3,49, tetapi pada tahun ini naik menjadi 3,53.
Lebih lanjut, lama studi dan lulus tepat waktu sebanyak 98% berasal dari program Diploma Tiga dan 52% berasal dari program Sarjana.
“Jadi, jika melihat dari batasan lulus tepat waktu, maka Universitas Mulia sudah memenuhi standar nasional pendidikan tinggi,” ungkap Rektor.
“Ternyata setelah dilakukan tracer study pada tahun TS-1-3 dengan jumlah responden 549, ternyata rata-rata waktu tunggu lulusan untuk mendapat pekerjaan pertama kali di bawah enam bulan mencapai 79,9 persen, yang mendapatkan satu bulan bekerja untuk pertama kali mencapai 47,4 persen,” imbuhnya.
Rektor mengungkap, berdasarkan hasil dari laporan tracer study dengan dengan responden di atas 30% tersebut menunjukkan kesesuaian bidang kerja lulusan sangat erat, erat dan cukup erat mencapai 80,2 persen.
“Jadi, semua alumni Universitas Mulia bekerja sesuai dengan bidangnya, sesuai dengan kompetensinya,” ujarnya.
Wisudawan termuda lulus pada usia 20 tahun 10 bulan, yakni Angel Fransisca Niu dari Program Studi D3 Manajemen Industri FEB. Wisudawan tertua lulus pada usia 47 tahun 9 bulan, yakni Yance Jolanda Madellu dari Prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini FHK.
Kepada para wisudawan, Rektor mengingatkan saat ini berada di tengah arus besar perubahan yang ditandai oleh disrupsi teknologi, yang telah merombak cara berpikir, belajar dan bekerja.
“Teknologi kini bukan lagi sekedar alat pendukung, tetapi telah menjadi inti dari proses pembelajaran,” tutur Rektor.
Dengan kemajuan dalam kecerdasan buatan, data analitik dan konektivitas global, generasi saat ini memiliki kesempatan untuk belajar dengan cara-cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di era yang berubah dengan cepat, ilmu dan keterampilan yang kita miliki hari ini bisa saja usang dalam waktu yang singkat.
“Dunia kini menuntut kita untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, tidak hanya mempelajari hal-hal baru, tetapi juga mampu mengintegrasikan pengetahuan yang terus berkembang ke dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
“Untuk itu, saya mengajak kalian untuk memandang masa depan dengan optimisme dan realistis,” tutur Rektor.
Pendidikan yang sudah diperoleh saat ini bukan hanya tentang ijazah, tetapi tentang kemampuan untuk membaca arah perubahan dan memimpin inovasi dan membawa nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap langkah.
Senada, Ketua Yayasan Hj. Mulia Hayati Deviantie berharap agar para wisudawan memulai dari diri sendiri apabila menginginkan perubahan dunia menjadi lebih baik dari saat ini.
Begitu pula kepada para pendidik dan staf untuk selalu berinovasi dan menjadikan contoh teladan bagi para mahasiswa agar terinspirasi terus belajar dan berkarya.
“Ibu ucapkan selamat kepada para lulusan. Semoga langkah kalian selalu disinari cahaya kesuksesan dan impian kalian akan terwujud satu persatu,” harapnya.
“Ingatlah selalu, meski kalian beranjak pergi, hati kalian tetaplah pulang ke tempat ini, Universitas Mulia, rumah yang akan selalu terbuka buat kalian,” tambah Hj. Mulia, salah seorang pendiri Universitas Mulia.
Sementara itu, Kepala LLDIKTI 11 Dr. Muhammad Akbar mengucapkan terima kasih atas segala jerih payah yang telah dilakukan untuk memenuhi berbagai standar hingga meraih sejumlah prestasi.
“Dari tracer study yang insya Allah ke depan akan meningkat jumlah respondennya, semakin banyak semakin bagus kalau perlu 100% alumni,” ujarnya.
Terhadap masa tunggu untuk bekerja selepas lulus sarjana, Muhammad Akbar turut memberikan apresiasi.
“Ya, lebih 70% dari responden itu menjawab di bawah 6 bulan. Harapan kita semoga alumni hari ini 0 bulan. Semoga. Bahkan ada yang sudah bekerja saat ini. Saya yakin banyak yang sudah bekerja,” ujarnya.
Kepada para wisudawan, Muhammad Akbar memberikan tiga pesan. “Yang pertama adalah masyarakat akan bertanya, Anda belajar ilmu apa? Apa objeknya? Apa kajiannya? Harus dijawab dengan benar,” ujarnya.
Kedua, bagaimana metodologi atau proses mendapatkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh hingga jenjang saat ini. Dan yang ketiga adalah apa manfaat ilmu pengetahuan yang telah didapatkan, baik untuk pribadi, lingkungan, atau kemasalahan umat manusia.
“Karena tiga hal inilah yang menjadi prasyarat utama untuk dikatakan bahwa apa yang di kepala kita bisa disebut sebagai ilmu pengetahuan, atau ke science murni atau scientific. Itu syaratnya,” ujarnya.
“Epistemologi, aksiologi, ontologi. Jangan pernah dilupakan sebagai seorang sarjana.
Anda lupakan itu berbahaya bagi seorang sarjana untuk mengatakan dirinya seorang yang pernah kuliah,” pungkasnya.
(SA/Kontributor)