“Melibatkan Ketua RT menjadi cara kami menjawab keraguan publik, karena RT berada di garis terdepan dan paling memahami kondisi ekonomi warganya. Subsidi Rp5 juta per semester jelas meringankan beban orang tua mahasiswa, namun penting agar masyarakat betul-betul memahami cara memanfaatkan Gratis Pol secara tepat. Lewat jalur rekomendasi RT, warga kurang mampu dapat menempuh kuliah tanpa terbebani uang gedung, sehingga manfaat program ini benar-benar maksimal sebagai Gratis Pol Plus.”Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H. (Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga)

Dr. Agung Sakti Pribadi menyampaikan sambutan pada kegiatan sosialisasi Beasiswa Gratis Pol di Ball Room Cheng Hoo, Universitas Mulia.

Humas Universitas Mulia, 15 Juli 2025— Program Beasiswa Gratis Pol dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur membawa manfaat nyata bagi warga yang ingin kuliah, terutama keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H., saat menjelaskan alasan strategis di balik keterlibatan Universitas Mulia dalam sosialisasi program tersebut ke seluruh Ketua RT se-Kota Balikpapan.

Menurutnya, subsidi biaya kuliah sebesar Rp5 juta per semester selama delapan semester untuk jenjang sarjana sangat meringankan beban orang tua mahasiswa baru. Namun, di masyarakat masih muncul anggapan keliru bahwa program Gratis Pol bersifat politis atau seluruh biaya kuliah ditanggung penuh tanpa syarat. Karena itu, Universitas Mulia bersama Yayasan Airlangga memutuskan menjembatani informasi secara langsung melalui Ketua RT.

Suasana peserta sosialisasi yang dihadiri Ketua RT dari seluruh kecamatan se-Kota Balikpapan.

“Dengan mengundang Ketua RT, kami ingin menepis keraguan di masyarakat. RT adalah ujung tombak di lingkungan, mereka paling memahami kondisi ekonomi warganya,” kata Dr. Agung.

Yayasan Airlangga juga memperkenalkan skema Rekomendasi RT. Warga yang ingin kuliah melalui jalur ini bisa mendapatkan keringanan biaya seperti penghapusan uang gedung. “RT diberikan kewenangan merekomendasikan warganya agar tepat sasaran,” tambahnya.

Para narasumber berdiskusi dalam sesi talkshow di Ballroom Cheng Ho0 Universitas Mulia.

Ia menjelaskan, tantangan di lapangan masih seputar pemahaman istilah “Gratis Pol”. Tidak sedikit yang mengira semua biaya akan digratiskan. Padahal, subsidi hanya untuk UKT atau SPP. Jika ada selisih dari total biaya, mahasiswa tetap menanggung kekurangannya. Misalnya, UKT Program Studi Manajemen Universitas Mulia sebesar Rp7 juta, maka subsidi Rp5 juta akan mengurangi beban, sisanya dibayar mahasiswa.

Dr. Agung Sakti Pribadi memaparkan teknis Program Gratis Pol Plus di hadapan para Ketua RT.

Untuk jalur Rekomendasi RT, Yayasan Airlangga menyediakan kuota seratus mahasiswa. Kuota ini diprioritaskan bagi keluarga kurang mampu dengan surat rekomendasi RT setempat. Menurut Dr. Agung, melalui pertemuan tatap muka di tingkat RT, Universitas Mulia membangun sinergi dengan Pemerintah Provinsi Kaltim sekaligus Pemkot Balikpapan agar program ini dipahami dengan benar.

Sosialisasi juga dilakukan melalui sekolah-sekolah dengan menjalin komunikasi bersama guru Bimbingan Konseling dan kepala sekolah. Namun, Ketua RT tetap menjadi jalur yang dinilai paling efektif untuk menjangkau warga yang membutuhkan.

Sejak awal, Universitas Mulia menjadi salah satu perguruan tinggi pertama yang aktif menginformasikan Gratis Pol ke publik, termasuk memasang spanduk dan banner di beberapa titik kota. Dr. Agung menyebut, informasi yang benar sangat penting agar warga memanfaatkan bantuan ini sesuai peruntukannya.

Para narasumber berdiskusi dalam sesi talkshow di Ballroom Cheng Ho Universitas Mulia.

Dari sisi kesiapan, Dr. Agung memastikan Universitas Mulia memiliki sumber daya dan fasilitas memadai. Kampus menyediakan dua belas program studi, di antaranya Program Studi Komputer di Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) yang sejak dulu menjadi daya tarik utama. Lulusan FIKOM Universitas Mulia telah bekerja di berbagai daerah, tidak hanya di Kalimantan, tetapi juga di Pulau Jawa. Beberapa program studi seperti Farmasi juga dilengkapi laboratorium khusus.

Agar mahasiswa penerima subsidi bisa menyelesaikan studi sesuai waktu, kurikulum Universitas Mulia dirancang mendukung penyelesaian empat tahun. Jika terdapat mata kuliah yang belum tuntas, mahasiswa dapat mengikuti semester pendek tanpa mengganggu durasi studi.

Dr. Agung juga mencatat, sambutan para Ketua RT di Balikpapan di luar perkiraan. Antusiasme mereka tinggi karena Universitas Mulia memberikan skema jalur rekomendasi yang memperluas manfaat Gratis Pol.

“Ketua RT sangat antusias karena kampus UM memberikan berbagai kemudahan dan keringanan biaya. Dengan jalur Rekomendasi RT, program Gratis Pol bisa menjadi Gratis Pol Plus,” tegasnya.

Humas UM (YMN)

Afriza Maulana dan kawan-kawannya pada Prodi S1 Informatika menciptakan Sistem Aquaponik Pintar, Kontrol Pakan Lele dan Kualitas Air Lewat Ponsel. Foto: Istimewa

Berfungsi untuk Kontrol Pakan Lele dan Kualitas Air Lewat Ponsel

UM – Sekelompok mahasiswa Prodi S1 Informatika Universitas Mulia berhasil mengembangkan sebuah inovasi berbasis Internet of Things (IoT) untuk sistem budidaya ikan lele secara aquaponik.

Alat yang dirancang sebagai proyek mata kuliah ini, memungkinkan pengguna untuk memberi pakan ikan dan mengontrol filter air secara otomatis. Cukup lewat aplikasi di ponsel pintar.

Proyek bertajuk “Implementasi Pemberi Pakan Ikan dan Kontrol Air Filter Otomatis Aquaponik” ini mendapatkan apresiasi dari dosen pengampu mata kuliah, Muhammad Safi’i, S.Kom., M.Kom., Selasa (15/7/2025).

Menurut Safi’i, alat ini tidak hanya menjadi bukti pemahaman teori, tetapi juga memberikan solusi praktis bagi masyarakat.

“Alat ini dipasang di salah satu pengurus Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna) Kaltim yang juga menjabat sebagai ketua RT. 31 Klandasan Ilir, Kecamatan Balikpapan Kota,” ujar Safi’i.

Dalam video paparan proyek, Afriza Maulana Sari selaku perwakilan kelompok menjelaskan secara rinci mekanisme kerja sistem tersebut.

Aquaponik Pintar, Kontrol Pakan Lele dan Kualitas Air Lewat Ponsel karya tugas akhir mahasiswa S1 Informatika Semester 4. Foto: Istimewa

Aquaponik Pintar, Kontrol Pakan Lele dan Kualitas Air Lewat Ponsel karya tugas akhir mahasiswa S1 Informatika Semester 4. Foto: Istimewa

Alat ini terdiri dari empat galon untuk budidaya lele, satu galon penampungan, serta sistem aquaponik dua tingkat untuk menanam sayuran.

Jantung dari sistem otomasi ini adalah sebuah control box yang berisi mikrokontroler ESP32, relay, dan komponen elektronik lainnya. Pengguna dapat mengontrol dua fungsi utama melalui aplikasi RemoteXY di ponsel.

Pertama, fungsi pemberian pakan yang digerakkan oleh empat motor servo. “Ketika slider pada aplikasi kita naikkan, maka servo akan bekerja dan mengeluarkan makanan menuju ke galon lele,” jelas Afriza dalam paparannya.

Kedua, fungsi penyaringan dan sirkulasi air. Dengan menekan tombol switch pada aplikasi, pompa air akan aktif.

Pompa ini bertugas menyedot air kotor dari kolam lele, menyaringnya, lalu mengalirkannya ke media tanam aquaponik. Air yang sudah lebih bersih dan kaya nutrisi dari tanaman kemudian kembali ke kolam lele.

Meskipun alat ini masih dalam bentuk proyek tugas akhir mata kuliah, Safi’i optimistis bahwa mahasiswanya berhasil dalam meraih Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) yang ditargetkan.

“Keberhasilan proyek ini menunjukkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu IoT untuk memecahkan masalah nyata di lingkungan sekitar,” tutupnya.

(SA/Kontributor)

Rektor Prof. Dr. Muhammad Ahsin Rifa'i secara resmi meluncurkan penerbit Mulia Press, Jumat (18/10). Foto: Media Kreatif

UM – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Ditjen Diktisaintek) secara resmi mengumumkan daftar 40 perguruan tinggi penerima Program Bantuan Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Wajib pada Kurikulum Pendidikan Tinggi (MKWK) Berbasis Proyek untuk tahun 2025.

Pengumuman ini tertuang dalam surat edaran bernomor 2172/B2/DT.00.00/2025 yang ditandatangani oleh Plt. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Berry Juliandi, pada tanggal 10 Juli 2025.

Program hibah ini dirancang untuk mendorong inovasi dalam pembelajaran MKWK melalui pendekatan berbasis proyek. Berdasarkan evaluasi dan penilaian proposal yang ketat, Ditjen Diktisaintek menetapkan puluhan perguruan tinggi dari seluruh Indonesia yang dinilai layak untuk menerima pendanaan.

Secara terpisah, Rektor Universitas Mulia (UM), Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyampaikan ucapan selamat kepada tim akademiknya atas keberhasilan meraih hibah bergengsi ini.

“Selamat kepada Tim Akademik Universitas Mulia yang telah berhasil mendapatkan hibah Program Bantuan Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Wajib pada Kurikulum Pendidikan Tinggi (MKWK) Berbasis Proyek tahun 2025,” ujar Prof. Ahsin dalam keterangannya.

Ia menambahkan, capaian ini patut disyukuri mengingat tingkat persaingan program yang sangat tinggi. “Kita patut bersyukur mendapatkan hibah yang memiliki keketatan cukup tinggi. Semoga dapat menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk Universitas Mulia tercinta,” lanjutnya.

Dalam surat pengumuman resmi, pihak kementerian mengucapkan selamat kepada perguruan tinggi yang terpilih dan berharap program dapat berjalan dengan baik serta bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran MKWK di masing-masing institusi.

“Perwakilan tim pengusul dari perguruan tinggi yang didanai akan diundang untuk mengikuti bimbingan teknis (bimtek),” tulis Berry Juliandi dalam surat tersebut. Jadwal pelaksanaan bimtek akan diinformasikan lebih lanjut.

Adapun daftar 40 perguruan tinggi penerima hibah yang terlampir dalam surat pengumuman tersebut, hanya Universitas Mulia yang mewakili Provinsi Kalimantan Timur untuk tahun ini.

Selamat! Semoga sukses selalu.

(SA/Kontributor)

Humas Universitas Mulia, 15 Juli 2025 — Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Universitas Mulia, Gray Hansen Limantoro, menyerahkan karya ilmiahnya berjudul The Existence of Time ke Perpustakaan Universitas Mulia. Penyerahan ini menjadi salah satu bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam pengembangan literasi akademik di lingkungan kampus.

Gray menjelaskan, tema The Existence of Time lahir dari pertanyaan mendasar: “Apa itu waktu?” Menurutnya, satu perubahan peristiwa kecil dapat menghasilkan perubahan besar dan jangka panjang. “Setiap peristiwa saling berkaitan satu dengan lainnya, baik masa lalu, masa kini, maupun masa depan,” jelasnya melalui analogi sederhana tentang perubahan aktivitas kerja ketika kondisi cuaca tiba-tiba berubah.

Gray menilai kajian tentang waktu penting dibawa ke ranah Sistem Informasi karena teknologi masa kini telah memasuki era di mana prediksi masa depan berbasis data menjadi keniscayaan.

“Sistem informasi memiliki tools untuk memprediksi masa depan, misalnya data mining yang digunakan untuk memproyeksikan penjualan satu tahun ke depan. Ini membuktikan bahwa masa depan dapat diprediksi jika peristiwa acak tidak mengubah alur kejadian secara drastis,” ungkapnya.

Ia menekankan bahwa konsep The Existence of Time juga mengangkat gagasan hukum kausalitas waktu yang ia rumuskan selama proses penelitiannya.

“Hukum ini menyatakan bahwa setiap masa pada waktu saling terhubung: masa depan adalah hasil konsekuensi oleh masa lalu dan masa kini,” jelas Gray.

Proses penulisan karya tersebut memakan waktu satu tahun lima bulan. Gray bercerita bahwa penelitian ini dilakukan di sela kesibukan skripsi dan aktivitas organisasi. “Saya tidak lagi menghitung waktu penelitian dalam bentuk hari, tetapi jam-menit-detik,” ujarnya. Tantangan terbesarnya adalah membongkar berbagai teori yang kontradiktif. “Semakin dalam saya menggali, semakin terasa bahwa waktu terlalu susah dipahami,” katanya.

Selama penelitian, ia memanfaatkan fasilitas kampus. “Universitas Mulia sangat mendukung, seperti lab multimedia yang saya gunakan untuk mengembangkan teori dan mengkaji literatur. Dosen-dosen juga ramah dan mau berbagi pandangan,” tambah Gray.

Penyerahan karya ilmiah ke perpustakaan dilakukan sebagai bentuk apresiasi Gray kepada kampus. “Saya berharap Universitas Mulia ke depan mampu terus menerima ide sekecil apa pun, karena segala sesuatu yang besar dimulai dari satu langkah kecil, seperti pertanyaan: apa itu waktu?” ungkapnya. Ia juga menargetkan publikasi lanjutan melalui jurnal ilmiah yang lebih luas.

Ke depan, Gray tengah fokus pada skripsinya yang mengangkat tema penggunaan metode GDLC tools dalam pengembangan media arsitektural sebagai arena permainan yang dilengkapi dengan tipografi Jepang sebagai media edukasi. Ia berpesan kepada mahasiswa lain agar tidak ragu menulis dan meneliti. “Pertanyaan kecil Anda bisa menjadi ide luar biasa yang dapat melengkapi dunia akademis. Bertanya, mencari, dan menulis adalah budaya dasar untuk melatih kemampuan berpikir kritis,” pesannya.

Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni, Riski Zulkarnain, mengapresiasi capaian Gray. Menurutnya, Gray menunjukkan kualitas berpikir kritis mendalam yang membedakan dirinya dengan mahasiswa pada umumnya. “Gray ini adalah mahasiswa pekerja keras dan pemikir ulung. Sebagai mantan Ketua HIMA SI, ia berhasil menjembatani gap antara teori akademis dan aplikasi praktis,” ujarnya.

Lebih lanjut, Riski menjelaskan bahwa kampus berkomitmen agar karya ilmiah mahasiswa tidak berhenti hanya di rak perpustakaan. “Kampus mengambil langkah progresif untuk memastikan karya mahasiswa menjadi kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat,” tegasnya.

Ia juga memaparkan rencana penguatan gerakan literasi melalui pembentukan komunitas literasi di setiap fakultas. “Dapat dibentuk UKM seperti LKIM Pena, yang berfungsi sebagai wadah pengembangan literasi, penelitian, dan publikasi. Didukung dengan kompetisi rutin serta sistem mentorship untuk menciptakan tradisi akademik yang kuat,” jelas Riski.

Gray sendiri berharap pengembangan koleksi literasi Universitas Mulia semakin variatif. “Saya berharap tidak hanya menampilkan koleksi dari prodi di Universitas Mulia, tetapi juga variasi buku ilmiah dari luar rumpun keilmuwan agar mahasiswa bisa berkreasi lebih luas,” pungkasnya.

Humas UM (YMN)

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom bersama pimpinan prodi dan staf, bagian akademik, dan laboratorium di Kedai Akbar, Jumat (11/7/2025). Foto: Istimewa

UM – Usai pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) Genap Tahun Akademik 2024/2025, Dekan Fakultas Ilmu Komputer, Djumhadi, S.T., M.Kom, mengundang seluruh jajaran Program Studi, BAAK, dan Laboratorium untuk berkumpul dalam suasana hangat dan santai guna merayakan berakhirnya pelaksanaan UAS.

Acara bertajuk Silaturahmi Membangun Sense of Belonging ini digelar secara sederhana, bertempat di Rumah Makan Kedai Akbar, pada Jumat (11/7/2025). Kehadiran pimpinan fakultas dan prodi, tenaga kependidikan, dan staf laboratorium menciptakan suasana akrab dan cair, jauh dari ketegangan rutinitas kerja akademik yang padat.

Dekan Djumhadi mengatakan, kegiatan ini bukan hanya bentuk apresiasi atas kerja keras seluruh elemen fakultas selama satu semester, tetapi juga sebagai upaya nyata untuk membangun dan memperkuat “sense of belonging” di lingkungan kerja.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom bersama pimpinan prodi dan staf, bagian akademik, dan laboratorium di Kedai Akbar, Jumat (11/7/2025). Foto: Istimewa

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Djumhadi, S.T., M.Kom bersama pimpinan prodi dan staf, bagian akademik, dan laboratorium di Kedai Akbar, Jumat (11/7/2025). Foto: Istimewa

Sense of Belonging atau rasa memiliki, adalah perasaan bahwa seseorang diterima, dihargai, dan menjadi bagian dari suatu kelompok atau organisasi. Dalam konteks ini, keluarga besar Fakultas Ilmu Komputer,” jelas Djumhadi.

Ia menekankan bahwa di akhir semester, para pimpinan prodi maupun staf akademik telah berperan besar dalam menjaga kelancaran aktivitas akademik kampus. Mereka bukan hanya pelaksana teknis, tetapi mitra strategis dalam mendukung tujuan pendidikan tinggi.

Djumhadi menambahkan, kegiatan silaturahmi ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa keterikatan dan kebersamaan di antara seluruh civitas akademika, dan menyegarkan semangat kerja lewat pendekatan nonformal dan kebersamaan.

Selain itu, juga bertujuan untuk meningkatkan komunikasi agar lebih terbuka, santai, dan produktif serta memberi penghargaan non materi atas kerja keras yang telah dilakukan.

“Ketika seseorang merasa menjadi bagian dari institusi tempat ia bekerja, ia akan lebih bersemangat, lebih bertanggung jawab, dan lebih produktif. Inilah pentingnya sense of belonging,” ungkap Djumhadi.

Sementara itu, Kaprodi Informatika, Isa Rosita, S.Kom., M.Cs, menambahkan bahwa momen ini juga digunakan untuk menggunakan dana hadiah lomba halal bihalal yang lalu, yang sempat tertunda penggunaannya.

“Waktu itu kita dapat juara dan menerima hadiah,” ungkapnya sambil tersenyum.

Kegiatan sederhana seperti ini diharapkan dapat rutin diadakan, sebagai salah satu cara memperkuat relasi antar bagian di lingkungan Fakultas Ilmu Komputer. Rasa saling memiliki dan saling menghargai diyakini akan memperkuat kolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan institusi di masa depan.

“Kami percaya bahwa membangun rasa memiliki tidak bisa sekali jadi. Harus dirawat melalui kebersamaan dan komunikasi yang hangat, seperti yang kita rasakan hari ini,” pungkas Djumhadi.

(SA/Kontributor)

Humas Universitas Mulia, 10 Juli 2025— Universitas Mulia melalui Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) mendorong perluasan akses dan pemerataan teknologi kecerdasan buatan (AI) di wilayah Indonesia Timur, khususnya Kalimantan. Langkah ini terwujud melalui kolaborasi strategis dengan NVIDIA Indonesia, pemain global teknologi AI, serta Bitracom Informatika sebagai mitra lokal.

Dekan FIKOM, Bapak Djumadi, S.Kom., M.Kom., memaknai kemitraan tersebut sebagai strategi berani untuk menjembatani kesenjangan digital antara pusat dan daerah. Menurutnya, kehadiran NVIDIA dan Bitracom menjadi pintu masuk penting agar teknologi AI tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, tetapi juga menjangkau institusi pendidikan yang memiliki semangat untuk maju bersama.

Urgensi kolaborasi ini lahir dari kesadaran bahwa transformasi digital, khususnya AI, tidak dapat lagi ditunda. Bagi FIKOM UM, menggandeng mitra sekelas NVIDIA bukan sekadar kebanggaan, melainkan kebutuhan agar universitas dapat berperan sebagai pusat distribusi kompetensi digital yang kredibel di tingkat global.

“Kami ingin mahasiswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga kontributor di dalamnya,” jelasnya.

Dalam kegiatan sosialisasi teknologi AI yang telah dilaksanakan, Djumadi menekankan pentingnya perubahan paradigma di kalangan sivitas akademika. Menurutnya, AI bukan hanya alat bantu, tetapi juga sistem kecerdasan yang menuntut pola pikir adaptif dan keberanian untuk bereksperimen. Hal ini sejalan dengan dorongan agar dosen dan mahasiswa tidak berhenti pada literasi teknologi semata, melainkan juga mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Optimisme juga terlihat pada kesiapan mahasiswa dan dosen Universitas Mulia dalam mengadopsi teknologi AI. Djumadi menilai antusiasme mahasiswa FIKOM terhadap teknologi baru cukup tinggi. Sementara itu, para dosen terus meningkatkan kapasitas melalui pelatihan, sertifikasi, dan riset kolaboratif. Dukungan ekosistem dan infrastruktur menjadi hal yang akan terus diperkuat melalui kolaborasi ini.

Ke depan, berbagai rencana tindak lanjut telah disiapkan. FIKOM UM akan menginisiasi seminar AI, membangun AI Sandbox Lab berbasis proyek di website fakultas, serta menjajaki program magang virtual bersama NVIDIA. Selain itu, akses ke sumber daya GPU dan peluang inkubasi startup berbasis AI untuk menjawab persoalan lokal seperti pertanian, perikanan, dan kebencanaan juga tengah dipersiapkan.

Meskipun demikian, Djumadi mengakui masih ada tantangan yang dihadapi perguruan tinggi daerah, mulai dari keterbatasan akses teknologi mutakhir, literasi digital yang belum merata, hingga kebutuhan kemitraan strategis yang berkelanjutan. Ia menilai sinergi dengan industri global seperti NVIDIA adalah salah satu cara efektif untuk melompati hambatan tersebut.

Untuk memastikan manfaat kolaborasi dapat dirasakan lintas program studi, FIKOM UM berkomitmen mengintegrasikan materi AI ke dalam kurikulum di berbagai prodi, mulai dari Informatika, Sistem Informasi, Teknologi Informasi, hingga Desain Komunikasi Visual. Model pembelajaran berbasis proyek lintas disiplin akan dioptimalkan agar mahasiswa memiliki pengalaman nyata dalam memanfaatkan AI untuk memecahkan masalah riil.

Di akhir pernyataannya, Djumadi berpesan kepada generasi muda untuk tidak ragu terjun ke dunia AI. Menurutnya, AI bukan ranah eksklusif, melainkan ruang terbuka bagi siapa saja yang memiliki rasa ingin tahu dan keberanian bereksperimen.

“Keberanian bereksperimen dan kecepatan belajar jauh lebih penting daripada sekadar nilai akademik,” ujarnya.

Saat ini Universitas Mulia juga tengah menjajaki peluang kerja sama lebih luas, termasuk pengembangan laboratorium berbasis GPU, integrasi sertifikasi industri AI, serta dukungan komputasi awan bagi riset mahasiswa. Djumadi berharap Universitas Mulia dapat berperan sebagai sentra pertumbuhan talenta AI di Indonesia Timur, sekaligus penggerak inovasi digital yang inklusif dan aplikatif.

Humas UM (YMN)

 

Humas Universitas Mulia, 7 Juli 2025 — Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur resmi menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan perguruan tinggi swasta se-Kalimantan Timur untuk mendukung pelaksanaan Program Gratis Pol, yaitu program biaya pendidikan yang benar-benar gratis 100% bagi seluruh anak-anak Kalimantan Timur.

Dalam pidatonya, Gubernur Kalimantan Timur menegaskan bahwa program Gratis Pol akan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2025—2026 dengan sasaran utama mahasiswa baru, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Semua biaya pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru ditanggung penuh oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

“Untuk mahasiswa semester dua sampai delapan, insyaallah kalau tidak ada halangan, di APBD Murni 2026 nanti semuanya akan kita tanggung biaya UKT-nya,” ujar Gubernur.

Ia juga meminta agar program ini segera disosialisasikan kepada para intelektual muda di Kalimantan Timur agar berjalan lancar, terbuka, dan inklusif tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, agama, ras, bahasa, maupun budaya.

Kuota Berdasarkan Tahun Lalu

Dalam pidato tersebut, Gubernur menjelaskan bahwa basis data penerima Gratis Pol diambil berdasarkan jumlah mahasiswa baru pada tahun ajaran sebelumnya, dengan penambahan kuota maksimal 10 persen dari angka tersebut. Misalnya, jika penerimaan mahasiswa baru pada tahun lalu berjumlah 1.000 orang, maka tahun ini maksimal menjadi 1.100 orang.

Bantuan UKT untuk Semua Prodi

Untuk pembiayaan UKT, pemerintah menetapkan bahwa semua program studi akan diberikan bantuan minimum Rp5 juta per mahasiswa. Sementara khusus untuk mahasiswa kedokteran, pemerintah menetapkan batas bantuan maksimal Rp15 juta per mahasiswa, sesuai dengan program studi yang diambil. Kekurangan biaya di atas batas tersebut menjadi tanggung jawab mahasiswa baru.

Sinergi Pendidikan

Gubernur menegaskan bahwa program Gratis Pol merupakan bukti komitmen nyata pemerintah, bukan sekadar wacana atau janji politik. Pemprov bersama perguruan tinggi dan masyarakat berupaya membangun sumber daya manusia Kalimantan Timur agar mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Selain menjalin kerja sama dengan universitas nasional, pemerintah juga merencanakan pembukaan kerja sama dengan perguruan tinggi internasional. Ke depan, sistem pengajaran akan diarahkan dengan mendatangkan tenaga pengajar dari kampus-kampus unggulan ke Kalimantan Timur, sehingga mahasiswa tidak perlu lagi belajar ke luar daerah atau ke luar negeri.

“Kami percaya ini bukan sekadar biaya, tetapi investasi terbesar. Kalau ingin hasil cepat, cukup di pertanian. Tapi kalau ingin hasil 100 hingga 1.000 tahun, investasilah di pendidikan,” kata Gubernur.

Di akhir pidato, Gubernur menegaskan bahwa Kalimantan Timur harus segera bertransformasi dari mengandalkan sumber daya alam menjadi kekuatan sumber daya manusia. Ia optimistis lima hingga sepuluh tahun mendatang, Kalimantan Timur dapat menjadi salah satu daerah terdepan dalam pengembangan SDM di Indonesia.

Humas UM (YMN)

Panel diskusi yang dimoderatori oleh Talitha Aufa, Putri Indonesia Intelegensia Kaltim 2023 dan Aris (BEM Universitas Mulia) ini menjadi puncak pencerahan bagi para mahasiswa. Ketiga narasumber, yaitu Tama, Kevin Laoh, dan Wirangga Foto: Media Kreatif

UM – Ada banyak wawasan yang diperoleh mahasiswa dalam acara Digital Youth Summit 2025, Senin (19/5) yang lalu. Salah satunya adalah takut gagal ketika memulai usaha di era digital saat ini. Menjawab keresahan ini, tiga orang profesional di bidang yang berbeda membagikan resep jitu bagi mahasiswa yang ingin “Berani Muda, Berani Mendunia”.

Panel diskusi yang dimoderatori oleh Talitha Aufa, Putri Indonesia Intelegensia Kaltim 2023 dan Aris (BEM Universitas Mulia) ini menjadi puncak pencerahan bagi para mahasiswa.

Ketiga narasumber, yaitu Rifandi Tama (profesional Public Speaking), Kevin Laoh (Content Creator), dan Wirangga (profesional Digital Marketing), secara sinergis membedah cara mengubah ide menjadi aksi nyata.

“Habiskan Kuota Gagalmu!”

Hambatan terbesar seringkali bukan datang dari luar, melainkan dari dalam diri. Tama membuka mata para mahasiswa dengan sebuah konsep radikal: anggap kegagalan sebagai kuota yang harus dihabiskan.

“Kebanyakan dari kita sudah kalah sebelum bertanding karena takut salah, takut di-judge, takut diketawain,” tegas Tama saat menjawab pertanyaan dari Vanessa, seorang mahasiswi yang mengaku introvert.

“Jangan pernah takut melakukan kesalahan. Bagaimana kita tahu kalau itu salah, jika kita tidak pernah mencoba?” ujar Tama.

Tama mengajak mahasiswa untuk mengubah cara pandang terhadap kegagalan, bukan sebagai akhir, melainkan sebagai data dan proses belajar yang tak ternilai. Dengan “menghabiskan kuota gagal”, yang tersisa hanyalah keberhasilan.

Kuasai Diri, Jemput Peluang

Setelah pola pikir dibenahi, langkah selanjutnya adalah membangun kepercayaan diri. Tama menekankan pentingnya self-talk positif dan afirmasi. Namun, kuncinya tidak berhenti di situ.

“Bagaimana caranya agar percaya diri bisa tumbuh? Tentu harus latihan, menguasai materi, dan memperbanyak jam terbang,” ujarnya.

Pesan ini memberdayakan mahasiswa untuk mengambil kendali. Kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang ditunggu, melainkan sesuatu yang dibangun secara aktif melalui persiapan dan praktik.

“Jangan tunggu bolanya datang, sometimes kita harus jemput bolanya,” tambah Tama, menginspirasi mahasiswa untuk proaktif mencari kesempatan, bukan pasif menunggu.

Personal Branding Bukan Cuma Buat Selebgram

“Di era digital, identitas online adalah CV baru Anda,” kata Kevin Laoh, seorang content creator sukses, meluruskan miskonsepsi bahwa personal branding hanya untuk influencer.

“Gimana kamu mau dapat kerja kalau di sosmed kamu aja mati?” tantang Kevin.

“Membangun personal branding itu penting buat semua orang untuk menambah networking. Agar orang tahu siapa kalian dan apa yang kalian kerjakan.”

Mahasiswa dididik tentang pentingnya membangun citra diri yang profesional dan otentik di media sosial. Ini bukan tentang pamer, melainkan tentang menunjukkan kompetensi, minat, dan potensi yang bisa menjadi daya tarik bagi calon perusahaan atau kolaborator.

Kevin juga memberikan tips praktis: manfaatkan fitur iklan berbiaya rendah (mulai dari Rp15.000) untuk menjangkau audiens yang lebih luas, sebuah strategi yang bisa diterapkan bahkan oleh mahasiswa dengan budget terbatas.

Dari Hobi Jadi Cuan, Asal Punya Peta

Banyak mahasiswa, seperti Mutia yang bertanya di sesi Q&A, memiliki hobi yang berpotensi menjadi bisnis, seperti memasak atau membuat hantaran. Namun, bagaimana mengubahnya menjadi sumber penghasilan yang konsisten?

Wirangga, profesional digital marketing, memberikan kerangka strategis yang memperkaya wawasan bisnis mahasiswa. “Mulai aja dulu, tapi jangan gegabah,” pesannya.

Wirangga memperkenalkan konsep marketing funnel – sebuah peta jalan yang membantu mengarahkan calon pelanggan dari tahap “kenal” (awareness) hingga akhirnya membeli produk.

Mahasiswa diperkaya dengan pengetahuan bahwa promosi bukan sekadar “sebar info”, melainkan sebuah proses strategis untuk membangun kesadaran, ketertarikan, dan kepercayaan.

Inspirasi untuk Bertindak: Segera Ambil Langkah Pertamamu!

Sinergi dari ketiga narasumber mengerucut pada satu kesimpulan kuat, bahwa sukses di era digital adalah kombinasi dari keberanian mental, identitas digital yang kuat, dan strategi yang cerdas.

Para mahasiswa diharapkan tidak hanya pulang dengan membawa catatan saja, tetapi juga dengan api semangat yang baru. Mereka terinspirasi untuk segera bertindak:

  1. Mulai Sekarang: Jangan tunda lagi. Lakukan riset, buat akun media sosial untuk idemu, dan ambil langkah pertama, sekecil apapun itu.
  2. Bangun Personal Brand-mu: Tunjukkan siapa dirimu dan apa keahlianmu secara online. Jadikan media sosial sebagai portofolio hidupmu.
  3. Gagal Itu Belajar: Ubah rasa takut menjadi rasa penasaran. Setiap kesalahan adalah pelajaran berharga dalam perjalananmu.
  4. Jemput Peluang: Jangan menunggu kesempatan datang. Aktiflah dalam organisasi, ikuti kompetisi, dan bangun jaringanmu.

Digital Youth Summit telah membuktikan bahwa untuk “Berani Mendunia”, seorang mahasiswa hanya perlu satu hal: keberanian untuk memulai langkah pertama, hari ini.

(SA/Kontributor)

Kevin Laoh, pemenang Mr. Teen Kalimantan Timur 2022 ini menekankan bahwa menjadi kreator profesional di zaman sekarang membutuhkan lebih dari sekadar estetika, melainkan strategi yang matang. Foto: Media Kreatif

UM – Di era digital di mana semua orang bisa menjadi bintang di layarnya sendiri, impian menjadi content creator sukses bukan lagi sekadar angan-angan. Namun, di tengah lautan konten, bagaimana cara agar tidak hanya viral sesaat lalu tenggelam?

Kevin Laoh, seorang content creator dan pengusaha muda asal Balikpapan, membagikan resep jitunya di hadapan para mahasiswa dalam acara Digital Youth Summit 2025, 19 Mei 2025 yang lalu.

Dalam sesi akhir yang penuh energi itu, Kevin mengubah pola pikir mahasiswa dari sekadar “bikin konten” biasa menjadi “membangun pengaruh”.

Kevin, yang juga merupakan pemenang Mr. Teen Kalimantan Timur 2022, menekankan bahwa menjadi kreator profesional di zaman sekarang membutuhkan lebih dari sekadar estetika, melainkan strategi yang matang.

Stop Bikin Konten “Hi, Guys!”, Mulai dengan Strategi

Banyak kreator pemula terjebak dalam formula lama. “Dulu mungkin cukup dengan, ‘Hi, guys, aku suka banget makanannya, seayam itu!’,” ujar Kevin, menirukan gaya review yang kini dianggap usang.

Menurutnya, audiens sekarang jauh lebih cerdas dan mendambakan konten yang memiliki nilai.

“Sekarang itu lebih kompleks. Konten bukan cuma sekadar estetika, tapi strategi,” tegasnya.

Ini adalah pencerahan pertama bagi para mahasiswa: profesi kreator konten adalah sebuah pekerjaan serius yang membutuhkan riset, konsep, dan pemahaman mendalam tentang audiens.

Kevin mengatakan, ini bukan lagi soal narsis di depan kamera, tetapi tentang memberikan solusi dan cerita yang relevan.

Kenali Audiens dan Kuasai Kekuatan 3 Detik Pertama

Langkah paling fundamental, menurut Kevin, adalah mengenali “medan perang” atau audiens. Platform seperti Instagram dan TikTok menyediakan data demografis yang kaya: siapa penonton, berapa usianya, dan apa minat mereka.

“Kalau kalian buat konten, tapi enggak kenal sama market kalian, jatuhnya nanti viewers-nya enggak banyak,” jelasnya.

Setelah mengenali audiens, kuncinya terletak pada 3 detik pertama video. Lupakan pembukaan yang bertele-tele. Kevin menyarankan penggunaan hook atau pancingan yang kuat dan membuat penasaran.

“Gunakan kalimat seperti, ‘Yakin kamu belum tahu ini?’ atau ‘Ini dia enam rekomendasi yang bisa buat kamu jadi lebih pintar’,” contohnya.

Pancingan ini memaksa audiens untuk berhenti scrolling dan menyimak lebih lanjut, yang kemudian harus didukung dengan storytelling yang kuat dan mampu menyentuh emosi penonton.

Kegagalan Bukan Akhir, tapi Data untuk Berkembang

Salah satu momen paling memberdayakan dalam sesi tersebut adalah ketika seorang mahasiswa bernama Zaki mengaku pernah membuat video podcast di YouTube, namun hanya ditonton 60 orang dan memiliki satu subscriber. Alih-alih meremehkan, Kevin justru menjadikannya contoh pembelajaran.

“Menurut kamu kenapa video kamu enggak rame?” tanya Kevin. Zaki pun menjawab, “Mungkin dari cara pengeditan dan pembawaannya, Kak.”

Interaksi ini menggarisbawahi sebuah pesan penting: setiap konten yang “gagal” adalah data berharga.

“Perhatikan terus-menerus cara editannya, konsepnya. Dirubah terus mengikuti zaman,” pesan Kevin.

Kegagalan bukanlah vonis, melainkan umpan balik gratis untuk menjadi lebih baik di konten berikutnya. Ini adalah suntikan semangat bagi siapa pun yang takut untuk memulai karena khawatir tidak sempurna.

Dari Hobi Menjadi Profesi yang Menjanjikan

Pada akhirnya, apa buah dari semua kerja keras ini? Kevin tidak ragu untuk membagikan “harta karun” di ujung perjalanan seorang kreator yang konsisten: karier yang berkelanjutan dan penghasilan yang fantastis.

“Kalian liburan ke luar negeri terus dibayar, mau enggak? Kalian makan, dibayar, mau enggak?” tanyanya retoris, yang disambut antusias oleh para hadirin.

“Pernah mikir enggak sih sehari dapat 55 juta atau 100 juta? Itu mungkin!”

Pernyataan ini bukan sekadar bualan, melainkan pengayaan wawasan bagi mahasiswa bahwa hobi yang mereka tekuni dengan serius memiliki potensi ekonomi yang luar biasa.

Dari sponsorship, produk gratis, hingga menjadi brand ambassador, pintu peluang terbuka lebar bagi mereka yang mampu membangun pengaruh.

Kevin Laoh menutup sesinya dengan sebuah ajakan kuat untuk bertindak. “Kita tidak hanya membuat konten, kita membangun pengaruh (We don’t just create content, we build influence),” pungkasnya.

Bagi para mahasiswa, ini adalah panggilan untuk berhenti menjadi penonton dan mulai menjadi kreator cerita mereka sendiri, yakni dengan strategi, ketekunan, dan keberanian untuk memulai dari sekarang.

(SA/Kontributor)

Wirangga Luvianca. selaku Supervisor Regional SME Telkomsel Kalimantan, membuka wawasan mahasiswa dengan menekankan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk bertahan dan bertumbuh. Foto: Media Kreatif

UM – Di tengah era disrupsi digital yang semakin pesat, kemampuan memasarkan produk secara efektif menjadi kunci keberhasilan bagi wirausaha muda. Menjawab tantangan ini, Wirangga Luvianca membagikan strategi fundamental dalam sesi inspiratif di acara Digital Youth Summit 2025, Senin (19/5).

Wirangga, selaku Supervisor Regional SME Telkomsel Kalimantan, membuka wawasan audiens dengan menekankan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk bertahan dan bertumbuh.

“Di era modern ini, bisnis yang tidak beradaptasi dengan digitalisasi berisiko tertinggal,” ujarnya, memberikan pencerahan mengenai urgensi transformasi digital bagi para calon pemimpin masa depan.

Membedah Marketing Funnel: Peta Jalan Menuju Loyalitas Pelanggan

Dalam sesi ini, Wirangga membedah konsep Marketing Funnel, sebuah kerangka kerja strategis yang memetakan perjalanan konsumen dari awal mengenal produk hingga menjadi pelanggan setia.

Dengan penjelasan yang lugas, Wirangga mengurai lima tahapan krusial yang memperkaya pengetahuan para mahasiswa, yakni:

Awareness (Kesadaran): Tahap terluas di mana tujuannya adalah membuat produk atau merek dikenal oleh sebanyak mungkin orang. “Yang penting dikenal dulu, tanpa harus memikirkan apakah akan langsung terjual,” jelas Wirangga.

Consideration (Pertimbangan): “Setelah audiens sadar akan produk Anda, langkah selanjutnya adalah mendorong mereka untuk mempertimbangkan pembelian, misalnya dengan menyediakan link menuju platform penjualan seperti e-commerce atau WhatsApp Bisnis,” katanya.

Conversion (Konversi): Di tahap ini, fokus beralih untuk mengubah calon pembeli menjadi pembeli sungguhan dengan mempermudah proses transaksi. “Jangan diperibet. Proses yang mudah akan meningkatkan konversi,” tegasnya.

Loyalty (Loyalitas): Penjualan bukanlah akhir dari perjalanan. Wirangga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan pelanggan untuk menciptakan pembelian berulang dan membangun basis konsumen yang kuat.

Advocacy (Advokasi): “Puncak dari marketing funnel, di mana pelanggan yang sangat puas secara sukarela menjadi “promotor gratis” bagi produk Anda. Ini adalah hasil dari loyalitas yang dibangun dengan baik,” ujarnya.

Penjelasan terstruktur ini memberikan edukasi yang praktis bagi para mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa diharapkan mampu mengubah konsep pemasaran yang abstrak menjadi langkah-langkah konkret yang dapat diterapkan.

Pemberdayaan Melalui Alat Digital

Sesi ini menjadi lebih berkesan karena tidak hanya berhenti di teori. Wirangga secara langsung memberdayakan para mahasiswa dengan memperkenalkan alat-alat praktis dari ekosistem digital yang dapat langsung digunakan.

Salah satu yang utama adalah sebuah platform yang memungkinkan wirausaha melakukan promosi berbasis lokasi (Location Based Advertising).

“Anda pernah lewat BSB atau Pentacity lalu dapat SMS promo dari Dunkin’ Donuts? Itulah salah satu penerapan MyAds,” ungkapnya.

Alat ini memungkinkan wirausaha, bahkan yang baru merintis, untuk menargetkan audiens di lokasi spesifik, secara langsung menghubungkan teori Awareness dan Consideration dengan eksekusi nyata.

Lebih jauh, Wirangga juga memperkenalkan program Digital Creative Entrepreneur (DCE), sebuah inisiatif CSR yang menawarkan pelatihan, mentoring, hingga potensi pendanaan bagi wirausaha muda.

Ditambah dengan platform pembelajaran Kuncie, yang menunjukkan komitmennya untuk tidak hanya menjadi penyedia layanan, tetapi juga mitra pertumbuhan bagi generasi muda.

Melalui paparannya, Wirangga tampak berhasil menyalakan api semangat di kalangan mahasiswa.

Sesi ini menjadi sebuah inspirasi yang menunjukkan, kesuksesan di dunia wirausaha digital dapat diraih melalui pemahaman strategi yang tepat, pemanfaatan alat yang tersedia, dan kemauan untuk terus belajar.

Para mahasiswa diharapkan tidak hanya pulang dengan catatan penuh teori, tetapi juga dengan rasa percaya diri dan bekal untuk memulai atau mengembangkan usahanya.

Paparan ini mengungkap bagaimana sebuah industri telekomunikasi dapat berperan aktif dalam mencerdaskan, mencerahkan, dan memberdayakan generasi penerus bangsa.

(SA/Kontributor)