UM – Pengurus Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Wilayah XI-B Kalimantan Timur Komisariat Selatan periode 2020-2024 resmi di lantik, Sabtu (17/10) malam.

Pelantikan yang dipusatkan di kampus Universitas Mulia Balikpapan itu, dipimpin langsung Ketua Aptisi Wilayah XI-B Kaltim Eddy Soegiarto melalui virtual conference. Digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan dengan jumlah peserta terbatas, acara itu berlangsung sederhana dan hikmat.

Dihadiri unsur Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Aptisi Wilayah XI B Kaltim, unsur Komisariat Selatan, serta para pimpinan perguruan tinggi swasta (PTS).

Ketua Aptisi Wilayah XI-B Kaltim Komisariat Selatan Agung Sakti Pribadi mengatakan, usai pelantikan pengurus, program yang akan dijalankan pertama adalah Rapat Kerja (Raker) di mana agenda ini akan digelar pada awal November mendatang.

“Dalam raker itu kita akan rancang program kerja dalam lima tahun ke depan. Diharapkan dalam lima tahun Aptisi mampu berperan menjadikan PTS di Balikpapan meningkat kualitasnya ditandai dengan Akreditasi Prodi dan Institusi yang Baik Sekali (B) atau Unggul (A),” kata Agung yang juga menjabat sebagai rektor Universitas Mulia.

Agung menjelaskan saat ini terdapat 15 PTS dan 2 PTN di Balikpapan, di mana khusus PTS memiliki wadah untuk melakukan konsolidasi, komunikasi dan kegiatan bersama di dalamnya, yakni Aptisi.

“Melalui Aptisi inilah kita menyatukan seluruh PTS yang ada di Balikpapan maupun di luar Balikpapan untuk tetap bersinergi dengan mengedepankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat,” jelas Agung.

Dalam kepengurusan yang baru ini, kata Agung, peluang-peluang yang hadir di Balikpapan akan dimanfaatkan Aptisi dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan PTS di Kota Minyak. Seperti halnya, Balikpapan sebagai penyangga ibu kota negara (IKN) yang memiliki peluang besar memanfaatkan potensi tersebut.

“Di sini PTS berpeluang besar menyerap mahasiswa baru yang berasal dari pertambahan jumlah penduduk akibat adanya IKN serta tingginya minat masyarakat mengembangkan usaha di IKN dan sekitarnya,” ujar ketua yang baru terpilih pada Juni lalu ini.

Menurutnya, peluang ini harus dimanfaatkan dengan cara meningkatkan kualitas setiap perguruan tinggi, sehingga masyarakat tidak perlu lagi kuliah di Jawa. “Caranya seperti apa, kita tingkatkan akreditasi di masing-masing perguruan tinggi. Kemudian Aptisi Balikpapan, akan menyinergikan seluruh potensi yang dimiliki semua PTS. Intinya kita meningkatkan kualitas PTS melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi agar mampu sejajar dengan perguruan tinggi terbaik di Jawa,” jelasnya.

Selain sinergi antar PTS, lanjutnya, Aptisi juga akan bekerja sama dengan stakeholder atau instansi swasta dan pemerintah daerah untuk join riset dan pengembangan inovasi terhadap produk unggulan yang dihasilkan mahasiswa maupun stakeholder.

“Kita buat agar mahasiswa kita di Balikpapan dapat menghasilkan karya yang juga dapat dimanfaatkan berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah daerah,” sebutnya.

Sementara itu, Eddy Soegiarto yang tidak dapat hadir langsung menyampaikan melalui virtual conference agar kepengurusan Aptisi saat ini semakin giat memajukan dunia pendidikan, khususnya di setiap PTS dengan menghasilkan lulusan terbaik.

“Mari sama-sama meningkatkan kualitas pendidikan mahasiswa. Yakni dengan memberikan pelayanan maksimal agar mampu meluluskan SDM yang bisa membangun Kaltim dengan ilmunya. Selain itu terus kembangkan ilmu yang kita miliki, sesuai bidang dan disiplin ilmu masing-masing agar kualitas PTS kita menjadi semakin meningkat,” pesan Eddy.

Di lain pihak, melalui tayangan video, Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi mengucapkan selamat kepada Ketua dan Pengurus Aptisi Wilayah XI-B Kaltim Komisariat Selatan yang resmi dilantik.

Dirinya yakin kehadiran Aptisi sebagai wadah PTS dapat mampu mengawal perkembangan PTS di Balikpapan untuk menjadi perguruan tinggi yang besar. “Apalagi Balikpapan sebagai penyangga IKN baru, tentu semangat Aptisi sangat diperlukan dan bersinergi dengan pemerintah daerah untuk melahirkan SDM yang berkualitas,” ujarnya. (mra)

Tampak mahasiswa/mahasiswi Universitas Mulia yang merupakan pengemudi Ojek GT, Sabtu (17/10/2020)

Mahasiswi Universitas Mulia perkenalkan Ojek GT kepada masyarakat, Sabtu (17/10/2020)

Transportasi Online Gratis untuk Masyarakat

UM – Inovasi teknologi saat ini terus dikembangan Universitas Mulia (UM) bukan hanya bertujuan untuk dapat dimanfaatkan mahasiswa melainkan juga masyarakat luas.

Terbaru, perguruan tinggi yang berada di bawah Yayasan Airlangga ini melahirkan trobosan di bidang transportasi. Dengan nama Ojek GT, startup ini sudah dapat dimanfaatkan masyarakat secara gratis dan dapat diunduh di Playstore.

Pencetus Ojek GT Riovan Styx Roring menjelaskan, Ojek GT telah didukung oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Selain sebagai bentuk pengabdian masyarakat, kehadiran Ojek GT juga sebagai salah satu skema yang ditawarkan untuk perkembangan teknologi.

“Kita mendorong teknologi society 5.0 dimana masyarakat menggunakan teknologi secara gratis, digunakan untuk semua lapisan masyarakat dan dikembangkan untuk masyarakat itu sendiri,” jelas Riovan yang juga menjabat sebagai Kabag Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Komputer (Fikom) UM.

Selain memiliki arti Ojek Gratis, kata Riovan, kata GT sesungguhnya berasal dari singkatan Global Technopreneur yang merupakan tagline dari Universitas Mulia, dimana GT juga memiliki arti gotong royong untuk membantu masyarakat.

Dia menyebut, walau menghadirkan konsep yang berbeda dari transportasi online lainnya, yakni dengan skema pembayaran gratis untuk masyarakat, namun para mitra driver akan tetap mendapatkan profit yang sesuai dengan peraturan Kementerian Perhubungan. Dimana pendapatan mereka akan diperoleh dari mitra lain atau pihak ke tiga.

“Tetap ada tarif batas bawah, batas atas dan lainnya. Jadi kami menawarkan skema bisnis ini ke instansi pemerintah, perusahaan maupun organisasi untuk menyubsidi tarif tersebut. Bentuknya  bisa promosi usaha atau bisa juga untuk promosi kreatif,” katanya.

Ia menuturkan, persiapan trobosan ini sudah dilakukan sejak tahun 2019. “Sesungguhnya awal tahun ini sudah kita perkenalkan, namun karena adanya pandemi maka tertunda,” tuturnya.

Tampak mahasiswa/mahasiswi Universitas Mulia yang merupakan pengemudi Ojek GT, Sabtu (17/10/2020)

Anak-anak turut menjadi penumpang Ojek GT

Tampak mahasiswa/mahasiswi Universitas Mulia yang merupakan pengemudi Ojek GT, Sabtu (17/10/2020)

Dokumentasi penumpang dan pengendara Ojek GT

Dan sebagai kick off, tambah Riovan, pihaknya saat ini telah menyiapkan 70 armada. Dimana semuanya saat ini masih dijalankan oleh mahasiswa. Dan kedepan tidak menutup kemungkinan akan dibuka untuk masyarakat. “Pertimbangan kita membuka untuk mahasiswa karena modal kita terbatas. Dan seragam kita juga masih menggunakan almamater. Jadi untuk diawal ini kami telah menerima pendanaan dari Kemenristek/BRIN, dan sudah kita siapkan order sekitar 300-500 trip,” ujarnya.

Karena masih dalam tahap perkenalan, lanjut Riovan, maka saat ini aplikasi Ojek GT masih standar yakni baru sebatas ojek motor. “Kedepannya bila sudah berkembang kita segera akan buka untuk pemesanan makanan, barang ataupun roda empat secara gratis. Target kita tahun depan pun bisa go nasional dan bekerjasama dengan universitas yang tersebar di Indonesia,” harapnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Mulia, Agung Sakti Pribadi mengatakan, nantinya setelah melewati proses uji coba di lapangan, akan dilakukan evaluasi kembali sebelum secara resmi di launching ke publik. “Jadi saat ini masih dalam tahap perkenalan, kita targetkan secepatnya akan segera di launching,” kata Agung.

Dirinya mengapresiasi seluruh hasil karya dosen Universitas Mulia. “Kita ingin tunjukkan bahwa dosen kita, orang lokal mampu menciptakan aplikasi sekelas transportasi online yang sudah ada. Ini menunjukan bahwa SDM kami sudah memiliki kemampuan yang lebih,” ujarnya.

Agung menyebut, selain Ojek GT saat ini pihaknya juga sedang mempersiapkan startup lainnya yang ditargetkan akan diluncurkan akhir tahun ini. “Ada tiga yang akan kita targetkan launching akhir tahun ini, mulai dari Hosting Rakyat, Smart RT, dan Coding School,” pungkasnya. (mra)

UM– Sebanyak 285 mahasiswa Universitas Mulia yang telah dinyatakan lulus tahun ini, mulai mengikuti sertifikasi kompetensi yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Universitas Mulia.

Pelaksanaan Assessment LSP Universitas Mulia Sabtu (17/10/2020)

Pelaksanaan Assessment LSP Universitas Mulia Sabtu (17/10/2020)

Ratusan mahasiswa ini sebelumnya telah menerima hibah Program Sertifikasi Kompetensi Kerja (PSKK) Tahun 2020 dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Program hibah tersebut diberikan oleh BNSP dalam bentuk pembiayaan bagi lulusan perguruan tinggi untuk mengikuti Sertifikasi Kompetensi.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Wisnu Hera Pamungkas, S.TP., M.Eng, mengatakan, LSP Universitas Mulia sebelumnya telah mengajukan hibah untuk program sertifikasi kepada BNSP. Dimana pengajuan itu diterima dan seluruh mahasiswa yang lulus tahun ini dapat mengikuti sertifikasi yang dibiayai sepenuhnya oleh BNSP.

“Karena secara rutin BNSP mengeluarkan hibah PSKK untuk perguruan tinggi, maka tahun ini kami coba mengajukannya. Dan ini menjadi dana hibah PSKK pertama yang kami terima. Semoga tahun depan kita juga mendapatkan kembali bantuan ini,” kata Wisnu.

Wisnu mejelaskan, terkait pelaksanaan sertifikasi dilakukan secara bertahap. Dimana tahap pertama telah dimulai pada 10 Oktober 2020 diikuti sekitar 60 mahasiswa, kemudian berlanjut pada 17 Oktober 2020 yang diikuti 20 mahasiswa. “Setiap sesi memang jumlahnya tidak pas, karena kita mengikuti jadwal mahasiswa yang bisa mengikuti sertifikasi. Dan agenda ini akan rutin dilakukan setiap Sabtu, hingga seluruh lulusan dapat ikut sertifikasi,” kata Wisnu.

Wisnu menyebut, pada pelaksanaan assessment LSP UM kali ini, skema sertifikasi yang dibahas adalah Perancangan Basis Data untuk Web. “Dari dua tahapan yang sudah mengikuti sertifikasi, 80 persen dinyatakan kompeten, dan 20 persen sisanya kami berikan rekomendasi untuk perbaikan hasil assessment. Jadi kami berikan satu kali untuk melakukan perbaikan. Bila tetap tidak bisa maka memang mereka dinyatakan belum kompeten, namun kami harapkan semua bisa kompeten 100 persen,” tuturnya.

Dia menuturkan, sebelum dilakukannya assessment, sesungguhnya mahasiswa telah diberikan dua pilihan, yakni mengikuti tahapan training uji kompetensi atau langsung mengikuti assessment. “Jadi bagi mereka yang merasa belum yakin pada kemampuannya atau masih ragu-ragu, maka bisa mengikuti training agar memiliki gambaran terkait materi yang akan di ujikan nantinya,” tutupnya. (mra)

Unjuk rasa damai dan tertib menolak UU Cipta Kerja yang diikuti mahasiswa Unversitas Mulia, Kamis (15/10). Foto: Instagram Walikota Rizal Effendi

UM – Rektor Universitas Mulia Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H. mengapresiasi mahasiswa menggelar unjuk rasa damai menolak UU Cipta Kerja, Kamis (15/10) yang lalu. Pada unjuk rasa tersebut, mahasiswa Universitas Mulia mengenakan atribut almamater dan menjadi perhatian publik di media sosial.

Secara khusus, Rektor mengucapkan terima kasih kepada para pembina di lapangan yang turut serta memantau dan menjaga mahasiswa tertib dan damai menggelar unjuk rasa. “Terima kasih kepada Pak Mundzir Wakil Rektor Kemahasiswaan dan staf yang telah mengawal mahasiswa beraksi dalam unjuk rasa dengan cara santun dan damai,” tutur Pak Agung.

Menurutnya, sebelumnya Rektor telah mendengar laporan terkait rencana mahasiswa melaksanakan unjuk rasa dengan tertib dan damai. Mahasiswa juga memaparkan beberapa masalah yang terjadi ketika unjuk rasa pekan sebelumnya yang menimbulkan kericuhan dan berakibat pagar masjid rusak.

Unjuk rasa damai dan tertib menolak UU Cipta Kerja yang diikuti mahasiswa Unversitas Mulia, Kamis (15/10). Foto: Instagram Walikota Rizal Effendi

Unjuk rasa damai dan tertib menolak UU Cipta Kerja yang diikuti mahasiswa Unversitas Mulia, Kamis (15/10). Foto: Instagram Walikota Rizal Effendi

“Mahasiswa sepakat akan demo secara damai dan mengenakan jas almamater sebagai identitas diri agar tidak mudah disusupi. Mahasiswa akhirnya menepati komitmennya dengan demo secara damai dan tertib,” ungkapnya.

Bahkan, menurutnya, mahasiswa berhasil menghimpun dana untuk mengganti kerugian yang ditimbulkan ketika terjadi unjuk rasa pekan sebelumnya di lokasi kejadian di sekitar masjid, Kamis (8/10) yang lalu.

“Pengurus masjid menyadari bahwa lokasinya berdekatan dengan pusat unjuk rasa, mau tidak mau masjid menjadi pos pengunjuk rasa tanpa bisa ditolak, maka ke depan juga harus dipikir bagaimana aturan di sekitar masjid jika terjadi kejadian seperti itu,” tutur Pak Agung.

Hal ini, lanjutnya, untuk mengantisipasi jika terjadi kerusakan-kerusakan, pengunjuk rasa atau demonstran maupun aparat keamanan diminta harus sama-sama mematuhi area yang harus dijaga.

“Kalau pengunjuk rasa sudah masuk area masjid, mereka diamankan dan tidak boleh keluar sampai kondisi lebih kondusif. Polisi tidak perlu masuk areal masjid, agar tidak menyulut ke yang lain-lain. Gunakan CCTV dan drone untuk menangkap atau mengungkap penyusup,” ungkapnya.

Terkait pihak-pihak yang tidak menginginkan mahasiswa menggelar unjuk rasa, Rektor melihat secara bijaksana bahwa secara institusi dirinya tidak mungkin menolak unjuk rasa.

“Kampus memiliki aturan main terkait demo. Selain itu, demo terjadi akibat anggota dewan dianggap lalai mewakili kepentingan masyarakat,” tuturnya.

Menurutnya, sepanjang unjuk rasa diperbolehkan dan diatur dalam peraturan dan perundang-undangan, maka demonstrasi atau unjuk rasa menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem demokrasi yang kita pilih, asal mengikuti peraturan dan perundang-undangan tersebut.

“Kan peraturannya boleh, bahwa demonstrasi itu boleh, dan demo terjadi dimana-mana. Negara maju mana yang tidak ada demo? Mungkin di Arab Saudi tidak ada demo. Mau seperti itu?” tanyanya balik.

Ia mengatakan, persoalan demonstrasi bukan pada ritual kegiatannya, tetapi esensi apa yang sedang diperjuangkan.

“Jika membahas apakah setuju atau tidak setuju mahasiswa demo, itu tidak relevan. Lebih baik membahas substansinya saja, dan mahasiswa perlu diajak dialog dan diskusi terkait substansinya,” tutupnya. (SA/PSI)

Uji TKK Aspek Keterampilan Penerimaan Bintara Polri TA 2020 Panda Kaltim Bakomsus TI. Foto: Nadya, Biro Media Kreatif

UM – Laboratorium Komputer Universitas Mulia kembali dipercaya untuk digunakan tes lanjutan Kepolisian RI (Polri) melalui Panitia Daerah (Panda) Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Timur. Tes ini merupakan Tes Kompetensi Keahlian (TKK), bagian dari tes penerimaan Calon Siswa (Casis) Bintara Kompetensi Khusus (Bakomsus) untuk aspek keterampilan teknologi informasi, Jumat (16/10).

Tes menggunakan Computer Assisted Test (CAT) Polri yang dilaksanakan di empat laboratorium komputer Universitas Mulia, Jalan Letjen Zaini Azhar Maulani Balikpapan, yakni di Laboratorium B, Lab. C, Lab. Jaringan Komputer, dan Lab. Robotika.

Uji TKK Aspek Keterampilan Penerimaan Bintara Polri TA 2020 Panda Kaltim Bakomsus TI. Foto: Nadya, Biro Media Kreatif

Uji TKK Aspek Keterampilan Penerimaan Bintara Polri TA 2020 Panda Kaltim Bakomsus TI. Foto: Nadya, Biro Media Kreatif

Uji TKK Aspek Keterampilan Penerimaan Bintara Polri TA 2020 Panda Kaltim Bakomsus TI. Foto: Nadya, Biro Media Kreatif

Uji TKK Aspek Keterampilan Penerimaan Bintara Polri TA 2020 Panda Kaltim Bakomsus TI. Foto: Nadya, Biro Media Kreatif

Menurut Dekan Fakultas Ilmu Komputer Wisnu Hera Pamungkas, S.TP., M.Eng. tes dilaksanakan mulai pukul 7.00 wita sampai dengan pukul 16.00 wita.

Wisnu mengimbau kepada seluruh dosen agar pelaksanaan perkuliahan yang menggunakan keempat laboratorium tersebut agar dialihkan sementara menjadi perkuliahan daring atau online.

“Adapun untuk kelas serta laboratorium selain yang di atas dapat dimanfaatkan untuk perkuliahan offline seperti biasa. Kelas malam juga dapat dilaksanakan seperti biasa,” imbau Wisnu. Ia juga berpesan masing-masing Ketua Program Studi menyampaikan informasi terkait kepada dosen masing-masing.

Dari informasi yang dilihat media ini, tes diikuti lebih dari 25 orang peserta. Dalam pelaksanaannya, seluruh peserta dan panitia pengawas diwajibkan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan hand-sanitizer sebagai upaya memenuhi protokol kesehatan mencegah penyebaran Covid-19. (SA/PSI)

UM–  Berbagai terobosan kini sedang dipersiapkan Universitas Mulia (UM) guna melahirkan lulusan yang unggul dan berdaya saing. Melalui RubiX (Ruang Bisnis dan Ekspresi) Universitas Mulia akan menciptakan banyak program guna mendukung mahasiswa agar dapat mengekspresikan ide kreatif dan inovatif yang dimiliki.

Direktur RubiX Irfan Ananda Pratama S.A M.A menuturkan, RubiX hadir sebagai wadah bagi para mahasiswa untuk menuangkan semua ide kreatif yang dimiliki. “Kami akan membantu seluruh mahasiswa yang memiliki ide bisnis apapun. Kami akan berikan mentoring, pelatihan hingga workshop untuk mereka, hingga mereka nanti dapat berkembang dengan sendirinya,” tutur Irfan.

Bahkan melalui RubiX, pihaknya siap mencarikan investor sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa. “Hingga mereka punya mental untuk berkembang dengan timnya sendiri,” ujarnya.

“Ini juga agar para mahasiswa memiliki mental bisnis. Karena kita sebagai teknopreneur kampus, sebagai entrepreneur, bukan waktunya berpikir sebagai karyawan, melainkan memiliki pemikiran untuk berbisnis,” tambahnya.

Dalam RubiX nantinya, kata Irfan, ada lima program yang akan dijalankan. Mulai dari Smart RT yang saat ini sudah dibangun oleh Universitas Mulia, kemudian Airlangga Training Center, lalu ada UM TV, teknopreneur and entrepreneur dan terakhir yakni Coding School.

Untuk yang pertama, Irfan menjelaskan, terkait Smart RT saat ini sudah berjalan, dimana telah memiliki tim khusus dan sudah dalam tahapan lanjut, tinggal mengaplikasikan ke masyarakat. “Dalam waktu dekat, kami harapkan Smart RT ini segera dirilis, dan dapat dialokasikan ke masyarakat,” ujarnya.

Kemudian terkait ATC, kata Irfan, juga sudah memiliki tim sendiri dimana dirinya sebagai pengawas akan membantu terkait pembuatan kurikulumnya. “Di ATC ini, pada tahapan awal ini kami menargetkan dosen-dosen UM serta guru-guru yang ada di Yayasan Airlangga untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris-nya. Jadi bagi yang merasa masih kurang akan kita berikan platihan,” kata Irfan.

Dia menuturkan penting bagi internal Universitas Mulia maupun Yayasan Airlangga untuk memiliki kemampuan bahasa Inggris, ini agar selain mahasiswa serta para pelajar, seluruh yang ada di lingkungan yayasan dapat memiliki kemampuan yang baik dalam berbahasa asing. “Setelah itu baru kita akan menargetkan umum yakni mahasiswa harus bisa berbahasa Inggris. Dan kedepannya target saya, agar mahasiswa UM saat akan lulus harus disertai dengan nilai toefl-nya. Dan itu akan kami yang keluarkan,” terangnya.

Pemaparan RubiX (Ruang Bisnis dan Ekspresi) dihadiri oleh Dosen Universitas Mulia (13/10/20200

Pemaparan RubiX (Ruang Bisnis dan Ekspresi) dihadiri oleh Dosen Universitas Mulia (13/10/2020)

Sementara terkait UM TV, Irfan menyebut program ini memang sudah berjalan dan cukup lama, dimana sudah dilengkapi dengan youtube channel. Namun terkait konten untuk saat ini masih standar, karena baru berfokus pada lingkungan Yayasan Airlangga. Itu sebabnya konten yang dihadirkan lebih berkaitan dengan edukasi. “Untuk itu, kedepan kita akan buat dengan menghadirkan suasana baru yakni menghadirkan entertainment atau hiburannya. Edukasi akan tetap ada namun akan kita balut dengan cara yang lebih menghibur dan kekinian,” bebernya.

“Untuk awal, kita akan mencoba dari mahasiswa, agar mahasiswa dapat ikut tertarik dengan konten yang kita hadirkan. Intinya kita akan mencoba menghadirkan konten yang lebih banyak dan lebih menarik. Mungkin seperti podcast, dimana kita nanti bisa menghadirkan influencer untuk ngobrol santai. Atau untuk edukasi kita undang para ahli atau semacamnya untuk berbagi informasi dibidang tertentu,” sebutnya.

Kemudian berkaitan dengan program Teknopreneur and Entrepreneur, tambah Irfan, ini yang sebenarnya menjadi pusat dari inkubator bisnis. “Disini kedepannya akan kita buatkan program bagi mahasiswa yang memiliki ide-ide startup atau bisnis apapun itu yang bisa membangun kota Balikpapan. Kita akan membantu mahasiswa, mulai dari tahap awal seperti menghadirkan orang-orang berpengalaman untuk membantu mengembangkan bisnis hingga akan kita perkenalkan pula dengan pihak-pihak dari industri yang mereka butuhkan,” jelasnya.

Untuk Teknopreneur and Entrepreneur ini lanjut Irfan, saat ini programnya sedang dalam tahap perancangan. “Kami harapkan mahasiswa nanti akan antusias menyambut ini. Selama tiga bulan awal ini, kami sedang membangun program hingga kurikulumnya,” terang Irfan.

Nantinya bagi mahasiswa yang tertarik bisa bergabung bersama RubiX dan pihaknya juga akan libatkan para dosen. “Disini akan kita lihat seberapa besar kemauan para mahasiswa untuk berbisnis. Dan setelah itu kami akan latih mereka, mentoring mereka, hingga mendatangkan orang-orang berpengalaman untuk bisa mengarahkan mereka ke dunia bisnis,” pungkasnya. (mra)

Tim PSDKU "Sibasah Borneo" Raih Juara Tiga Kompetisi ITK-IBD

UM– Torehan prestasi kembali diukir Mahasiswa PSDKU kampus Samarinda. Kali ini tim dari Prodi S1 Sistem Informasi berhasil meraih juara 3 dalam kompetisi Inovasi Bisnis UMKM Berbasis Digital (IBD) yang digelar Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dalam rangka Dies Natalis ke-6. Hasil kompetisi ini diumumkan pada penutupan rangkaian dies natalis yang dilaksanakan pada 10 Oktober 2020.

Ketua Tim Dody Novandi mengatakan, timnya yang terdiri dari tiga orang, yakni Brigihta Valencia Angela, Tommy Andi Riawan serta dirinya berhasil menjadi juara setelah menciptakan inovasi berupa SIBasah (Sistem Informasi Bank Sampah) Borneo.

“Sesuai dengan tujuannya agar mahasiswa dapat berinovasi menggerakan UMKM di tengah masa pandemi Covid-19, maka kami mencoba untuk mengangkat trobosan melalui bank sampah,” kata Dody.

Dody menjelaskan, diangkatnya konsep bank sampah karena program bank sampah secara nasional sudah ada, dimana selain penanganan terhadap sampah, masyarakat juga mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah yang dikumpulkan.

“Sementara di Samarinda, berdasarkan literasi yang kami baca, juga ada program bank sampah  yang dijalankan masyarakat. Kegiatannya sama seperti bank konvensional biasanya. Ada nasabah, ada teller dan customer. Mereka juga memiliki buku tabungan, namun yang membedakan mereka nabung dari sampah plastik, yang ditimbang kemudian dikonversi menjadi uang dan dicatat dalam buku tabungan,” katanya.

Kemudian berdasarkan hasil wawancaranya bersama pengelola bank sampah tersebut, ternyata kegiatan ekonomi mereka masih konvensional yang artinya pencatatan nasabah masih berbasis microsoft, kemudian mereka memperkenalkan brand-nya masih menggunakan sosial media.

“Karena seperti yang kami baca pula, bahwa mengapa UMKM tidak dapat berkembang, ini dikarena kegiatan ekonomi UMKM rata-rata tidak ditunjang teknologi atau berbasis digital. Dan  karena saat ini sudah memasuki era industri 4.0, maka hampir semua kegiatan memanfaatkan teknologi informasi,” katanya.

Dengan dasar inilah, dirinya bersama timnya hadir memberikan solusi melalui inovasi agar kegiatan ekonomi pada pengelolaan bank sampah sudah dapat berbasis digital. “Sebab kita tahu, dari program bank sampah ini pula sebagai sarana peningkatan ekonomi kreatif melalui pengolahan sampahnya yang bisa menjadi beraneka ragam keterampilan yang bernilai jual,” ujarnya.

Aplikasi berbasis website ini sebut Dody mendukung gerakan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) dengan diadakannya bank sampah serta transaksi keuangan dari hasil kereativitas masyarakat. SIBasah mendukung pelaku UMKM untuk memanfaatkan perjualan produk kerativitas berbasis digital.

“Saat ini memang masih berupa prototype, namun kedepan kami ingin agar inovasi ini akan dirancang menjadi aplikasi. Untuk itu kami berencana akan mengusulkan inovasi ini masuk dalam program tahunan Dikti yakni Program Kreativitas Mahasiswa, bila disetujui program ini bisa mendapatkan pendanaan dan aplikasinya akan kami lanjutkan,” pungkas Dody. (mra)

Unjuk rasa buruh di depan kantor DPRD Kota Balikpapan menolak UU Cipta Kerja, Kamis (8/10). Foto: Istimewa

UM – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dalam rapat paripurna telah mengesahkan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) di Jakarta, Senin (5/10). Pengesahan ini memicu gelombang demonstrasi di berbagai daerah yang terjadi hampir setiap hari dalam satu pekan ini.

Sayangnya, demonstrasi tersebut akhirnya menimbulkan kerusuhan di sejumlah daerah di Indonesia, Kamis  (8/10). Bukan saja di Jakarta, tetapi tercatat juga di Medan, Bandung, Semarang, Purwokerto, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Balikpapan, Kendari, dan beberapa kota lainnya.

Massa bentrok dengan aparat kepolisian hingga berujung perusakan berbagai fasilitas umum, pusat perdagangan, maupun sejumlah korban baik yang berasal dari aparat kepolisian maupun massa yang terdiri dari buruh dan mahasiswa.

Rektor Universitas Mulia Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H. sangat menyayangkan timbulnya kerusuhan tersebut. Terlebih disertai adanya sejumlah korban dan kerugian material yang cukup besar.

Menurutnya, unjuk rasa atau demonstrasi merupakan salah satu cara penyampaian pendapat atau aspirasi di muka umum yang dilindungi oleh undang-undang. Demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum.

Unjuk rasa buruh di depan kantor DPRD Kota Balikpapan menolak UU Cipta Kerja, Kamis (8/10). Foto: Istimewa

Unjuk rasa buruh di depan kantor DPRD Kota Balikpapan menolak UU Cipta Kerja, Kamis (8/10). Foto: Istimewa

Meski unjuk rasa dilindungi undang-undang, Rektor memberikan pesan kepada civitas academica untuk melakukan kajian lebih dulu dan tidak bertindak gegabah dalam menyikapi segala peristiwa, baik yang diungkapkan di media sosial, maupun ikut bergabung bersama massa dalam aksi unjuk rasa.

“Meski sejauh ini belum tampak ada keterlibatan para dosen dalam menyikapi UU Cipta Kerja, saya mengimbau agar dosen melakukan kajian lebih dulu terkait pasal dan ayat yang menjadi polemik, jangan gegabah dan reaktif mengambil sikap,” tuturnya.

Sedangkan untuk mahasiswa, Rektor berharap ada beberapa langkah antisipatif agar unjuk rasa yang diikuti mahasiswa terhindar dari kerusuhan yang cukup besar.

“Ke depan, agar tidak mudah disusupi oleh penghasut, setiap kali demo, kita minta mahasiswa didampingi pembina lapangan dan memakai jas almamater sehingga ada perlindungan dari pihak kepolisian untuk mengamankan unjuk rasa,” tuturnya.

Rektor juga berharap pemanfaatan teknologi pada beberapa area strategis yang menjadi titik kumpul massa agar diterapkan. “Ke depan kita berharap pihak yang berwenang dapat memasang CCTV sehingga kejadian serupa bisa diantisipasi dengan baik,” ungkap Rektor.

“Mahasiswa bisa ikut memantau, misal ikut mengawasi jalannya demonstrasi dengan drone, ini semua upaya agar pesan dalam unjuk rasa dapat tercapai,” terangnya.

Pada dasarnya, Rektor mendukung unjuk rasa yang tidak merusak dan dilakukan dengan cara-cara intelektual. “Harapannya, ketika terjadi demonstrasi, polisi ada dan ikut hadir memantau unjuk rasa, mahasiswa kita menjadi pelopor unjuk rasa damai dan tidak merusak,” tutupnya. (SA/PSI)

UM– Sebanyak 84 mahasiswa dari Program Studi S1 Sistem Informasi dan D3 Manajemen Informatika PSDKU Kampus Samarinda resmi menyandang status wisudawan.

Mereka dinyatakan lulus setelah menjalani yudisium yang digelar selama dua hari pada Jumat (2/10) dan Sabtu (3/10) di kampus Samarinda.

Yudisium PSDKU Samarinda

Yudisium PSDKU Samarinda

Kepala Kantor PSDKU Kampus Samarinda Ir. Riyayatsyah, M.P menjelaskan, walau dalam kondisi pandemi Covid-19, PSDKU Kampus Samarinda tetap menggelar yudisium secara offline atau tatap muka. Hal ini dilakukan agar momentum kelulusan tetap dapat dirasakan langsung seluruh mahasiswa.

“Karena menurut kami kualitas offline itu jauh lebih bermakna untuk event seperti ini. Sebab setelah mengikuti perkuliahan bertahun-tahun momen seperti inilah yang tentu mereka tunggu-tunggu. Yang terpenting kita tetap menerapkan protokol kesehatan,” kata Riyayatsyah.

Dia menyebut, dalam pelaksanaan yudisium protokol kesehatan menjadi tahapan yang paling penting. Untuk itu pihaknya menerapkannya secara ketat. Dimana mahasiswa diwajibkan menggunakan masker medis dan disarankan menggunakan sarung tangan serta face shield.

“Setiap mahasiswa yang memasuki area kampus juga kami lakukan pengukuran suhu, dan kita siapkan empat lokasi untuk melakukan cuci tangan. Kami juga menyediakan hand sanitizer kepada seluruh mahasiswa yang hadir. Sementara proses yudisium juga dilakukan dengan menjaga jarak,” terangnya.

Sementara untuk menghindari terjadinya kerumunan, tambah Riyayatsyah, maka pelaksanaan yudisium dibagi menjadi tiga batch. Dimana batch pertama yang digelar pada hari Jumat diikuti sebanyak 32 mahasiswa Prodi S1 Sistem Informasi. Sementara batch kedua dan ketiga digelar pada hari Sabtu.

“Batch kedua diikuti 33 mahasiswa Prodi S1 Sistem Informasi pada pukul 08.00 Wita, kemudian batch 3 pukul 11.00 Wita diikuti sebanyak 19 mahasiswa D3 Manajemen Informatika,” sebutnya.

Sementara pelaksanaan wisuda akan digelar pada 31 Oktober mendatang bersamaan dengan wisuda kampus utama di Novotel Balikpapan.

Riyayatsyah pun berharap, setelah dinyatakan lulus, para wisudawan dapat melaksanakan atau menerapkan ilmu yang telah mereka dapat di masyarakat dengan baik. “Bagaimana kita berharap mereka dapat menjaga nama almamater, kita tidak ingin nantinya di luar ada informasi bahwa lulusan kampus Samarinda ada yang menggunakan pakaian orange,” ujarnya.

“Karena 50 persen lulusan sudah bekerja, maka saya harapkan juga mereka dapat meningkatkan kualitas kerja, sementara yang belum bekerja semoga dapat bersaing dengan lulusan lainnya,” tambahnya.

Terkait mahasiswa yang belum memiliki pekerjaan, lanjutnya, PSDKU Kampus Samarinda telah memiliki Career Center yang aktif memberikan informasi lowongan pekerjaan. “Jadi komunikasi kami dengan para lulusan tidak akan putus, mereka dapat terus mendapatkan informasi dari sini. Dan beberapa akan kami lakukan bimbingan karir untuk kedepannya seperti apa. Pekerjaan seperti apa yang mereka inginkan akan kita bimbing melalui bimbingan karir ini,” pungkasnya. (mra)

UM– Program Studi S1 Informatika Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) kembali melaksanakan yudisium kepada 71 mahasiswa, Sabtu (3/10) di Kampus Cheng Ho.

Rektor bersama Wakil Rektor, Kaprodi dan Dekan FIKOM Memimpin Yudisium Tahap Kedua

Rektor bersama Wakil Rektor, Kaprodi dan Dekan FIKOM Memimpin Yudisium Tahap Kedua

 

Mahasiswa FIKOM hadiri Yudisium Tahap Kedua

Mahasiswa FIKOM hadiri Yudisium Tahap Kedua

Acara ini menjadi agenda yudisium sesi terakhir yang digelar Universitas Mulia, dimana pelaksanaan wisuda akan digelar pada 31 Oktober mendatang.

Dalam pelaksanaanya, yudisium ini tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Semua peserta yudisium menggunakan masker, dan mencuci tangan sebelum memasuki ruangan. Mereka pun diukur suhu tubuhnya. Serta pengaturan jarak juga dilakukan di dalam ruangan, ini dilakukan guna meminimalisir penyebaran Covid-19.

Acara yang dimulai pukul 08.00 Wita tersebut, dihadiri Rektor Universitas Mulia Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H, Dekan Fikom Wisnu Hera Pamungkas, S.TP., M.Eng, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Mundzir.S.Kom.MT, Kaprodi Informatika Jamal, S.Kom., M.Kom, serta para dosen.

Rektor Universitas Mulia Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H. memberikan sambutannya

Rektor Universitas Mulia Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H. memberikan sambutannya

Dalam sambutannya Rektor Universitas Mulia mengatakan yudisium kali ini memang menjadi moment yang sangat penting dan mengharukan bagi para lulusan. Karena di tengah Pandemi Covid-19 saat ini, semua kegiatan yang dilakukan secara terbatas, namun pihaknya bisa menjalankannya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak agar menghindari resiko penularan.

Dia pun berpesan kepada para lulusan agar dapat terus meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Dirinya berharap bagi mahasiswi yang sudah bekerja dapat semakin meningkatkan kopetensinya dan yang belum bekerja dapat segera memperoleh pekerjaan. “Bagi yang belum teruslah berkomunikasilah kepada kampus, karena semakin sering kalian berkomunikasi semakin besar kalian mendapatkan peluang pekerjaan,” ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan Dekan Fikom. Dirinya berpesan dalam kondisi pandemi saat ini, lulusan harus lebih kreatif untuk menjangkau berbagai celah bisnis atau prospek pekerjaan yang sebelumnya belum terpikirkan untuk dikerjakan. “Bagi mereka yang belum bekerja, akan kami karyakan dengan mengajak bergabung dalam inkubator bisnis UM,” katanya.

Dilain pihak Mahasiswa S1 Informatika Catur Dedy yang mendapatkan kesempatan menyampaikan kesan dan pesannya dihadapan para dosen dan teman-temanya menceritakan awal mula ia mengenal kampus yang dulunya bernama Stikom ini, karena adanya pengenalan kampus ke sekolahnya. Dia menyebut bahwa tim yang saat itu berkunjung telah berhasil meyakinkan dirinya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Mulia Balikpapan.

“Alhamdulillah setelah mendaftar di kampus ini saya sangat semangat dan antusias untuk mengikuti perkuliahan dimana kampus ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan gedung yang besar. Serta dosen-dosen yang yang sangat luar biasa,” ujarnya.

“Alhamdulillah kami bisa berdiri disini dan menyelesaikan kuliah kita berkat bapak ibu dosen yang membimbing kami dari awal hingga akhir. Terima kasih sudah sabar dan ikhlas menghadapi kami dan juga para staff UM yang hebat,” katanya.

Catur pun berharap kedepan kampus ini akan menjadi yang terbesar di Balikpapan maupun di Indonesia. “Untuk seluruh dosen yang ada di kampus ini dengan rendah hati kami meminta maaf apabila selama menjadi mahasiswa/mahasiswi  di kampus ini ada perbuatan atau perkataan yang kurang berkenan dihati. Terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan semoga Allah melindungi kita semua,” harapnya. (mra)