Tag Archive for: universitas mulia

Balikpapan, 30 Oktober 2025 – Program Studi Farmasi Universitas Mulia mempertegas perannya sebagai bagian dari institusi yang aktif membangun kesadaran kesehatan masyarakat melalui kegiatan Kuliah Umum Pencegahan Kanker, Rabu (29/10) di Ballroom Cheng Hoo.
Kegiatan ini menjadi hasil kolaborasi antara Universitas Mulia dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Balikpapan serta tiga perguruan tinggi mitra — Universitas Balikpapan, Politeknik Nusantara, dan Politeknik Borneo Medistra — yang diikuti oleh 215 peserta. Melalui forum ini, Universitas Mulia tidak hanya memperkaya wawasan akademik mahasiswa, tetapi juga memperkuat jejaring kolaborasi lintas lembaga dalam bidang kesehatan dan pengabdian kepada masyarakat.

dr. Maurits Marpaung, Sp.P(K) saat memaparkan materi dengan fokus pada aspek pulmonologi serta pengaruh faktor lingkungan terhadap risiko kanker.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Program Studi Farmasi Universitas Mulia, Citta Widya Sari, S.Farm., M.Farm., Apt., menjelaskan bahwa pemilihan topik Pencegahan Kanker memiliki relevansi langsung dengan kurikulum pembelajaran di bidang farmasi, khususnya mata kuliah Farmakoterapi. Ia menuturkan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari dukungan akademik terhadap kampanye edukasi kesehatan yang selama ini dijalankan oleh YKI Cabang Balikpapan.

“Mahasiswa farmasi perlu memahami aspek promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Kuliah umum ini menjadi salah satu sarana pembelajaran yang kontekstual dan aplikatif,” ujarnya.

Lebih lanjut, Citta menekankan bahwa mahasiswa farmasi memiliki posisi strategis sebagai garda terdepan dalam edukasi kesehatan, terutama melalui kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat. Hal tersebut telah terintegrasi dalam mata kuliah Farmasi Kesehatan Masyarakat dan Pharmaceutical Care Internship yang menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa dilatih untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat di tingkat layanan dasar kesehatan serta melakukan sosialisasi terkait pencegahan penyakit. Ia menambahkan, tindak lanjut dari kuliah umum ini akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran semester berikutnya agar pemahaman mahasiswa terhadap pencegahan kanker dapat terus berkembang secara berkelanjutan.

Dosen Program Studi Farmasi Universitas Mulia bersama Kaprodi Apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc., mengajak peserta melakukan sesi ice breaking melalui senam poco-poco di sela kegiatan kuliah umum, menciptakan suasana interaktif dan menyegarkan di tengah kegiatan akademik.

Kegiatan kuliah umum ini sekaligus memperluas ruang interaksi akademik antara Universitas Mulia dan lembaga mitra dalam isu kesehatan masyarakat. Melalui jejaring kolaborasi lintas perguruan tinggi bersama YKI Cabang Balikpapan, universitas berupaya menumbuhkan kesadaran kritis mahasiswa terhadap pentingnya pencegahan penyakit melalui ilmu pengetahuan yang teruji dan pendekatan yang humanis. Inisiatif semacam ini memperlihatkan bagaimana Universitas Mulia memosisikan pendidikan tinggi bukan sekadar proses belajar di ruang kelas, tetapi juga sebagai wahana aktualisasi nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial sivitas akademika. (YMN)

Balikpapan 30 Oktober 2025 – Sebagai bagian dari upaya membangun kesadaran kesehatan masyarakat, Program Studi Farmasi Universitas Mulia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Balikpapan menggelar Kuliah Umum Pencegahan Kanker di Ballroom Cheng Hoo, Rabu (29/10).

Kegiatan ini juga melibatkan tiga perguruan tinggi mitra, yakni Universitas Balikpapan, Politeknik Nusantara, dan Politeknik Borneo Medistra, dengan total peserta mencapai 215 orang. Melalui kegiatan bersama ini, Universitas Mulia menegaskan peran aktifnya dalam memperkuat edukasi publik melalui kegiatan akademik yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Ketua YKI Cabang Balikpapan, drg. Dyah Muryani, MARS, memberikan sambutan pada seremonial pembukaan Kuliah Umum Pencegahan Kanker di Ballroom Cheng Hoo, Rabu (29/10).

Kuliah umum menghadirkan tiga pemateri dengan latar keahlian berbeda, yaitu dr. Daniel Y.P., Sp.OG., MKed.Klin, dr. Martin Ayuningtyas Wulandari, M.Kes., Sp.GK, dan dr. Maurits Marpaung, Sp.P(K). Ketiganya memaparkan berbagai aspek pencegahan kanker, mulai dari pentingnya deteksi dini hingga peran gaya hidup sehat dalam mengurangi risiko penyakit.

Ketua YKI Cabang Balikpapan, drg. Dyah Muryani, MARS, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan perguruan tinggi menjadi strategi penting dalam memperluas jangkauan edukasi pencegahan kanker di kalangan muda.

“YKI Balikpapan ingin mengampanyekan pencegahan kanker secara dini kepada mahasiswa dan civitas akademika, khususnya di lingkungan Prodi Farmasi Universitas Mulia,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat Balikpapan terhadap pentingnya deteksi dini kanker kini semakin meningkat.

“Masyarakat sudah semakin mengerti tentang pentingnya deteksi dini sebagai langkah pencegahan. Setiap tahun kami bekerja sama dengan puskesmas, klinik TNI dan Polri, serta organisasi wanita seperti PKK untuk melakukan pemeriksaan IVA test dan metode SADARI. Rata-rata hampir seribu sasaran kami jangkau setiap tahun,” jelasnya.

Para narasumber, pimpinan perguruan tinggi mitra, panitia, dan peserta berfoto bersama seusai seremonial pembukaan Kuliah Umum Pencegahan Kanker.

Melalui kegiatan bersama perguruan tinggi, YKI berharap pesan tentang pencegahan kanker dapat menjangkau kalangan muda secara lebih luas.

“Kami ingin pesan pencegahan kanker menjangkau generasi muda. Karena itu, kami aktif bekerja sama dengan perguruan tinggi dan kelompok pemuda untuk kegiatan penyuluhan serta deteksi dini menggunakan metode SADARI,” terangnya.

Dyah juga menekankan pentingnya peran mahasiswa dalam menyebarkan semangat hidup sehat kepada lingkungannya.

“Kami berharap mahasiswa yang mengikuti kuliah umum ini bisa menyebarkan kembali pesan pencegahan kanker kepada keluarga, teman, dan masyarakat, termasuk melalui media sosial mereka,” katanya.

Ia menutup dengan pesan reflektif agar generasi muda mampu menjadi teladan dalam menjalankan pola hidup sehat.

“Generasi muda diharapkan disiplin terhadap diri sendiri dan mengajak lingkungannya untuk hidup sehat — mulai dari pola makan, olahraga teratur, tidak merokok, serta aktif melakukan pencegahan kanker sedini mungkin,” pesan Dyah.

Sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Balikpapan tampak antusias mengikuti Kuliah Umum Pencegahan Kanker yang digelar di Ballroom Cheng Hoo.

Kegiatan ini mencerminkan cara Universitas Mulia memaknai peran pendidikan tinggi bukan hanya sebatas ruang kuliah, tetapi juga sebagai sarana membangun kesadaran dan tanggung jawab sosial di kalangan mahasiswa. Bagi Universitas Mulia, kuliah umum ini bukan sekadar agenda akademik, melainkan bagian dari proses pembentukan karakter mahasiswa agar peka terhadap persoalan kesehatan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan YKI Balikpapan, universitas berupaya menanamkan kepedulian ilmiah dan menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di ruang kelas dengan realitas kehidupan, sehingga ilmu yang dipelajari benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat. (YMN)

Balikpapan, 29 Oktober 2025 – Mahasiswa Program Studi Hukum Universitas Mulia melaksanakan kuliah lapangan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Balikpapan, dalam rangka pembelajaran mata kuliah Sosiologi Hukum yang diampu oleh Shafyra Amalia Fitriany, S.Sosio., M.HP. Kegiatan ini dirancang untuk membawa mahasiswa melihat secara langsung bagaimana sistem hukum dijalankan dalam praktik sosial, serta menghubungkan teori sosiologi hukum dengan kenyataan yang terjadi di lembaga pemasyarakatan.

Tim Fakultas Hukum Universitas Mulia berfoto bersama jajaran Lapas Kelas IIA Balikpapan — (dari kiri) Dedy Saad (Kasubsi Bimkemaswat, Lapas Kelas IIA Balikpapan), Shafyra Amalia Fitriany, S.Sosio., M.HP., Nur Arfiani, S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., serta petugas Lapas lainnya usai seremoni penyambutan kegiatan kuliah lapangan.

Shafyra menjelaskan bahwa pembelajaran di lapangan diperlukan agar mahasiswa tidak memahami hukum hanya sebagai kumpulan norma tertulis, melainkan sebagai fenomena sosial yang hidup dan terus berubah.

“Lapas adalah tempat di mana mahasiswa dapat mengamati bagaimana hukum benar-benar bekerja, bagaimana relasi kuasa terbentuk, dan bagaimana jarak antara law in the books dan law in action itu nyata,” ujar Shafyra.

Ia menambahkan, Lapas menjadi ruang yang memungkinkan mahasiswa meninjau teori kontrol sosial, pelabelan (labeling), hingga fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diajak memahami dinamika kehidupan setelah putusan pengadilan dijatuhkan dan bagaimana proses pemasyarakatan memengaruhi individu serta masyarakat.

Secara akademik, kegiatan tersebut diintegrasikan langsung dengan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) Sosiologi Hukum, yang menuntut mahasiswa mampu menganalisis efektivitas hukum secara empiris, mengevaluasi hubungan antara hukum dan masyarakat, serta menyusun gagasan solutif terhadap persoalan sosial-hukum. Kegiatan lapangan ini juga mendukung Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Program Studi Hukum, khususnya dalam aspek kemampuan penelitian empiris dan penerapan pemikiran kritis terhadap praktik hukum di lapangan.

Shafyra Amalia Fitriany, S.Sosio., M.HP., Nur Arfiani, S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., bersama Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia mengikuti upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Lapas Kelas IIA Balikpapan bersama pimpinan Lapas dan warga binaan pemasyarakatan.

Selama kegiatan berlangsung, mahasiswa melakukan observasi dan wawancara singkat dengan pendampingan petugas Lapas. Salah satu momen yang paling disorot adalah ketika petugas menjelaskan perbedaan pendekatan terhadap kasus narkotika. Menurut mereka, narapidana kasus narkoba semestinya lebih tepat diarahkan pada rehabilitasi daripada pemidanaan biasa. Dari diskusi tersebut, mahasiswa memahami bahwa sistem pemidanaan yang efektif tidak selalu berarti penghukuman, tetapi juga pemulihan.

“Mahasiswa melihat bahwa penjara bukan satu-satunya solusi. Ada kebutuhan akan mekanisme rehabilitasi yang lebih manusiawi dan berorientasi pada pemulihan sosial. Pandangan seperti ini hanya bisa muncul ketika mereka berhadapan langsung dengan realitas di lapangan,” jelas Shafyra.

Dari sisi pembelajaran, kegiatan ini menggunakan pendekatan experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman. Shafyra menekankan bahwa mahasiswa perlu menjadi pengamat aktif, bukan sekadar penerima informasi di ruang kuliah. Interaksi langsung dengan petugas dan lingkungan pemasyarakatan mendorong mahasiswa menafsirkan kembali konsep keadilan dalam kerangka yang lebih manusiawi.

“Di balik tembok tinggi itu, ada manusia yang tetap memiliki hak dan martabat. Mahasiswa perlu melihat bahwa keadilan tidak berhenti pada vonis, melainkan berlanjut pada upaya memulihkan kehidupan seseorang agar kembali ke masyarakat,” tambahnya.

Bagi mahasiswa, pengalaman di Lapas memberikan pemahaman baru mengenai kompleksitas kehidupan warga binaan. Mereka menemukan bahwa di balik sistem pengawasan, terdapat upaya pembinaan seperti berkebun, membuat batako, dan kerajinan tangan. Dari situ, muncul refleksi bahwa hukum bekerja tidak hanya melalui aturan, tetapi juga melalui ruang sosial yang memberi kesempatan untuk berubah.

“Sebagian mahasiswa cukup terkejut melihat aktivitas produktif warga binaan. Namun yang lebih penting, mereka mulai memahami bahwa hukum bukan instrumen yang kaku. Hukum adalah proses sosial yang bergerak dan berinteraksi dengan kehidupan manusia,” kata Shafyra.

Fakultas Hukum Universitas Mulia merencanakan tindak lanjut kegiatan ini melalui kerja sama formal dengan Lapas Balikpapan. Proses penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) sedang dipersiapkan untuk memperluas bentuk kolaborasi, mencakup penelitian empiris, penyuluhan hukum bagi warga binaan dan keluarga, serta kegiatan pembinaan berbasis pengabdian masyarakat.

Shafyra menutup wawancara dengan refleksi tentang makna keadilan.

“Keadilan tidak bisa dipahami sebagai produk akhir berupa vonis. Ia harus dipandang sebagai proses yang manusiawi dan berkelanjutan. Mahasiswa hukum perlu memahami bahwa keadilan yang sejati bertujuan memulihkan harmoni sosial, bukan sekadar menghukum.”

Sejumlah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia melakukan pengamatan langsung di lingkungan Lapas Kelas IIA Balikpapan sebagai bagian dari kegiatan kuliah lapangan untuk memahami praktik penerapan hukum dalam kehidupan sosial nyata.

Melalui pendekatan akademik seperti ini, Universitas Mulia menegaskan peran institusionalnya dalam membentuk pendidikan hukum yang berorientasi pada penelitian empiris, berpihak pada nilai kemanusiaan, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Kegiatan lapangan di Lapas Balikpapan menjadi contoh konkret bagaimana perguruan tinggi dapat menghubungkan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian dalam satu ruang yang sama — ruang di mana hukum, manusia, dan masyarakat bertemu secara nyata. (YMN)

Balikpapan, 29 Oktober 2025Balikpapan – Fakultas Hukum Universitas Mulia Balikpapan memperkuat model pembelajaran berbasis pengalaman nyata melalui kegiatan kunjungan akademik ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Balikpapan, Jumat (25/10). Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Sosiologi Hukum yang diikuti oleh 65 mahasiswa, dengan pendampingan langsung dosen pengampu.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Dr. Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai ruang belajar yang menghubungkan teori dengan realitas sosial, agar mahasiswa tidak hanya memahami hukum dari teks, tetapi juga dari praktik yang menyentuh kehidupan manusia.

Kunjungan diawali dengan penjelasan dari pihak Lapas mengenai sistem pemasyarakatan, kebijakan pembinaan, serta inovasi dalam program rehabilitasi warga binaan. Setelah sesi pemaparan, mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok kecil untuk mengikuti focus group discussion langsung bersama warga binaan, membahas pengalaman mereka menjalani masa pidana dan proses persiapan kembali ke masyarakat.

Shafyra Amalia Fitriany, S.Sosio., M.HP. (Dosen Mata Kuliah Sosiologi Hukum UM), Nur Arfiani, S.H., M.Si. (Dosen Prodi Hukum), Dr. Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D. (Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia), Edy Susetyo, A.Md.IP., S.Sos., M.M. (Kalapas Kota Balikpapan), berpose bersama mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia usai pelaksanaan kegiatan pembelajaran lapangan di Lapas Balikpapan.

“Melalui dialog ini, mahasiswa dapat melihat hukum sebagai proses kemanusiaan yang hidup di tengah masyarakat. Mereka belajar memahami dimensi sosial dari keadilan, bukan sekadar norma hukum,” ujar Dr. Budiarsih.

Sementara itu, Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Balikpapan, Edy Susetyo, A.Md.IP., S.Sos., M.M., menyampaikan pentingnya perubahan cara pandang terhadap mantan narapidana.

“Bagaimana mindset kita bisa berubah terhadap eks narapidana, karena di dalam pemasyarakatan mereka dibina, dirawat, dan dibekali keterampilan agar bisa menyatu kembali dengan masyarakat,” ujarnya.

Edy Susetyo juga mengaitkan kegiatan ini dengan momentum peringatan Sumpah Pemuda.

“Bertepatan dengan Sumpah Pemuda, kami berharap mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dapat menerapkan ilmu yang mereka peroleh di ruang kuliah dalam kehidupan nyata. Pesan saya, jauhi dan hindari narkoba. Lembaga Pemasyarakatan bukan tempat yang menyeramkan, tetapi tempat pembinaan bagi mereka yang ingin memperbaiki diri,” pesannya di hadapan mahasiswa.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia mengikuti Upacara Bendera peringatan Hari Sumpah Pemuda bersama warga binaan di Lapas Balikpapan.

Selain berdiskusi, mahasiswa juga mengamati fasilitas dan aktivitas pembinaan di dalam Lapas, seperti pelatihan pembuatan roti “Paris”, area rehat warga binaan, bengkel produksi paving berbahan limbah batubara, serta ruang pelatihan keterampilan kerja. Interaksi langsung ini memberi pengalaman empiris tentang bagaimana sistem pemasyarakatan berupaya mewujudkan reintegrasi sosial yang bermartabat.

Kegiatan tersebut tidak hanya berorientasi akademik, tetapi juga berkelindan dengan nilai-nilai keberlanjutan dan tanggung jawab sosial yang diusung Universitas Mulia. Dalam konteks Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), kegiatan ini berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan, pengurangan ketimpangan sosial, serta penguatan lembaga hukum yang berkeadilan dan tangguh.

Mahasiswa aktif berdialog dan mengajukan pertanyaan kepada petugas Lapas Balikpapan dalam sesi diskusi kelompok terfokus.

Kerja sama antara Fakultas Hukum Universitas Mulia dan Lapas Balikpapan menjadi bagian dari komitmen universitas dalam membangun jejaring kolaboratif antara dunia pendidikan dan lembaga negara. Melalui pendekatan ini, kampus tidak hanya berperan sebagai pusat pengetahuan, tetapi juga mitra strategis dalam penguatan kapasitas sosial dan kelembagaan masyarakat.

Pada akhir kegiatan, mahasiswa juga mengikuti upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda bersama warga binaan, menegaskan nilai solidaritas dan kebersamaan lintas batas sosial.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia diterima secara resmi oleh jajaran petugas Lapas Balikpapan sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran lapangan.

Dr. Budiarsih menambahkan bahwa kerja sama ini akan berlanjut dengan program-program baru pada tahun 2026. “Kami melihat potensi besar untuk melanjutkan kolaborasi dengan Lapas Balikpapan. Ke depan, bentuk kegiatan akan diperluas agar mahasiswa semakin banyak belajar dari praktik hukum yang hidup di masyarakat,” ungkapnya.

Melalui kegiatan ini, Universitas Mulia menegaskan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang aktif, berorientasi mutu, dan konsisten membangun tradisi akademik berbasis empati, riset sosial, serta kolaborasi nyata dengan lembaga publik. (YMN)

Nusantara, 28 Oktober 2025 — Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Mulia, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., berpartisipasi dalam Seminar Nasional Kebahasaan bertema “Mendaulatkan Bahasa, Merajut Bangsa, Menembus Dunia” yang diselenggarakan di Ruang Serbaguna Kemenko 3, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, pada 24–25 Oktober 2025.

Kegiatan ini merupakan inisiatif Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, melalui Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur, dengan dukungan penuh dari Otorita IKN. Sekitar 300 peserta dari berbagai sektor hadir dalam kegiatan tersebut, mencakup unsur pemerintahan pusat dan daerah, kalangan akademik, praktisi kebahasaan dan kesastraan, komunitas literasi, mahasiswa, serta pimpinan Balai Bahasa dan Kantor Bahasa dari seluruh Indonesia.

Bahasa Indonesia dalam Era Kecerdasan Buatan

Dalam refleksinya, Wibisono menilai bahwa seminar ini memiliki relevansi yang kuat dengan dinamika perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI) yang kian memengaruhi cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Ia menekankan perlunya bahasa Indonesia memperkuat posisi dan kedaulatannya di tengah transformasi digital global.

“Bahasa Indonesia tidak semestinya hanya berfungsi sebagai pelengkap, tetapi harus berkembang menjadi bahasa ilmu pengetahuan, bahasa budaya, dan bahasa kemajuan yang sejajar dengan bahasa internasional lain,” ujar Wibisono.

Ia juga menilai bahwa penyelenggaraan seminar di IKN memiliki signifikansi strategis. Sebagai pusat pemerintahan masa depan, IKN diharapkan menjadi ruang simbolik bagi penguatan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa peradaban.

“IKN bukan hanya pusat administrasi pemerintahan, tetapi juga manifestasi dari peradaban Indonesia di masa depan. Karena itu, bahasa Indonesia harus hadir sebagai simbol identitas nasional yang kokoh dan berwibawa,” tambahnya.

Para peserta, pemakalah, dan panitia berfoto bersama usai pelaksanaan Seminar Nasional Kebahasaan di Ruang Serbaguna Kemenko 3, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.

Meluruskan Narasi Keliru tentang IKN

Wibisono menyampaikan apresiasi kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen RI, Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si., atas kebijakan strategisnya yang menghadirkan para Kepala Balai Bahasa dari berbagai provinsi untuk melakukan observasi langsung terhadap progres pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Menurutnya, langkah tersebut memiliki signifikansi penting dalam membangun narasi berbasis data empirik sekaligus menanggulangi diseminasi informasi yang tidak akurat di ruang publik. Ia menyoroti masih maraknya pandangan negatif di ruang publik yang menggambarkan pembangunan IKN terhenti dan kawasan tersebut tidak terurus.

“Fakta di lapangan sangat berbeda. Pembangunan terus berlangsung, dan infrastruktur yang telah rampung dipelihara dengan baik. Seminar nasional yang kami hadiri pun diselenggarakan di gedung yang sangat representatif,” jelasnya.

Wibisono juga menekankan bahwa konsep IKN sebagai kota hijau (green city) secara sengaja menempatkan elemen vegetasi sebagai bagian dari rancangan kota. Penghijauan di sekitar gedung dan jalur pedestrian merupakan implementasi nyata dari prinsip pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

“Pernyataan bahwa IKN terbengkalai dan dipenuhi tanaman liar jelas tidak berdasar. Narasi semacam itu muncul dari pihak yang belum pernah melakukan kunjungan langsung ke lokasi,” tegasnya.

Duta Informasi IKN dari Seluruh Indonesia

Menurut Wibisono, kehadiran para kepala Balai Bahasa dan peserta dari berbagai daerah memiliki dimensi strategis yang melampaui kegiatan seminar. Mereka berpotensi menjadi duta informasi, yang menyampaikan gambaran faktual mengenai kemajuan IKN kepada masyarakat di wilayah masing-masing.

“Kunjungan langsung memberikan pengalaman empiris yang tidak bisa digantikan oleh informasi sekunder. Ini penting agar masyarakat memperoleh persepsi yang objektif tentang pembangunan IKN,” ujarnya.

Penghargaan untuk Peserta Aktif

Sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi dalam diskusi seminar, Wibisono menerima buku Kamus Bahasa Bulungan karya Suindah Sari dkk., terbitan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2024. Buku tersebut diberikan kepada peserta yang menunjukkan partisipasi aktif dalam sesi tanya jawab dan pertukaran gagasan.

Ia menyambut penghargaan tersebut dengan antusias dan menilai bahwa penerbitan kamus bahasa daerah merupakan bagian penting dari upaya pelestarian keragaman linguistik Nusantara.

“Bahasa daerah merupakan identitas kultural bangsa. Menjaganya berarti melestarikan keberagaman yang menjadi fondasi Indonesia,” ungkapnya.

Peran Universitas Mulia dalam Penguatan Bahasa

Dalam kesempatan yang sama, Wibisono menyoroti peran Universitas Mulia dalam mendukung kebijakan nasional di bidang kebahasaan. Meskipun kampus belum memiliki Program Studi Bahasa Indonesia, ia menegaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap harus menjadi standar dalam seluruh aktivitas akademik.

Ia menambahkan bahwa penerapan bahasa Indonesia yang baku dan ilmiah perlu tercermin dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi—pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat—termasuk dalam seluruh bentuk publikasi ilmiah.

“Bahasa Indonesia bukan sekadar sarana komunikasi, tetapi juga penanda identitas akademik sekaligus nasional,” ujarnya.

Bahasa Indonesia sebagai Pilar Peradaban IKN

Seminar Nasional Kebahasaan di IKN menandai momentum penting bagi reafirmasi peran bahasa Indonesia sebagai fondasi peradaban bangsa. Komitmen tersebut diwujudkan melalui penandatanganan Prasasti Trigatra Bangun Bahasa, yang memuat tiga butir prinsip utama:

  1. Utamakan Bahasa Indonesia
  2. Lestarikan Bahasa Daerah
  3. Kuasai Bahasa Asing

Melalui komitmen ini, pembangunan IKN diarahkan tidak semata pada dimensi fisik, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai budaya dan identitas nasional. Bahasa Indonesia berperan sebagai instrumen kohesi sosial yang mempersatukan keragaman dan menegaskan posisi Indonesia di tataran global. (YMN)

 

Laporan berdasarkan tulisan Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I. (Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Mulia). Naskah disusun ulang oleh Yamani (Humas)

Balikpapan, 28 Oktober 2025— Universitas Mulia memperluas peran akademiknya dalam penguatan kapasitas etika dan profesionalisme aparatur kepolisian. Melalui keterlibatan Wakil Rektor Bidang Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., sebagai salah satu narasumber pada Post Assessment Center Polda Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2025, universitas ini berkontribusi dalam memperkuat budaya integritas di lingkungan Biro Sumber Daya Manusia (SDM) Polda Kaltim. Kegiatan berlangsung di Hotel Grand Jatra Balikpapan, Kamis (23/10).

Dalam sesi bertema “Peningkatan Kompetensi Integritas Polri dan Komitmen terhadap Organisasi Polri,” Universitas Mulia menampilkan kekuatan akademik melalui pendekatan konseptual dan etis terhadap pembangunan karakter institusi kepolisian. Yusuf Wibisono menyampaikan bahwa profesionalisme dalam pelayanan publik harus berakar pada kesadaran moral, bukan semata pada kepatuhan administratif.

“Integritas bukan slogan institusi, melainkan napas kepercayaan publik,” ujarnya. Ia menekankan bahwa di era keterbukaan digital, setiap tindakan aparat dapat direkam dan dinilai masyarakat, sehingga penguatan karakter menjadi syarat utama bagi keberlangsungan kepercayaan publik terhadap Polri.

Para narasumber dan peserta Post Assessment Center Polda Kalimantan Timur Tahun Anggaran 2025 berfoto bersama usai sesi pembekalan di Hotel Grand Jatra Balikpapan.

Integritas dan Literasi Digital Sebagai Pilar Reputasi Institusi

Dalam pemaparannya, Wibisono memperkenalkan konsep Emotional Bank Account (EBA), sebuah metafora tentang “tabungan kepercayaan” antara Polri dan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa sikap sopan, pelayanan yang adil, dan empati merupakan setoran positif bagi kepercayaan publik, sedangkan penyalahgunaan wewenang atau perilaku arogan menjadi penarikan besar yang menggerus legitimasi moral institusi.

“Di era digital, kehormatan kita tidak hanya dijaga di kantor, tetapi juga di layar ponsel keluarga,” tegasnya. Ia menilai bahwa edukasi digital bagi keluarga anggota Polri merupakan langkah penting dalam menjaga marwah dan kredibilitas lembaga penegak hukum.

Perspektif tersebut sejalan dengan arah pengembangan Universitas Mulia yang menempatkan literasi digital dan etika komunikasi publik sebagai bagian dari pengabdian intelektual. Melalui riset dan pelatihan yang dirancang berbasis kebutuhan sosial, Universitas Mulia terus membangun jembatan antara pengetahuan akademik dan praktik profesional di lapangan.

Refleksi Moral dan Tanggung Jawab Sosial

Dalam bagian lain, Yusuf Wibisono menyoroti prinsip Begin with the End in Mind dari Stephen R. Covey sebagai kerangka berpikir etis dalam pengambilan keputusan. Ia menjelaskan bahwa setiap tindakan anggota Polri harus diarahkan pada tujuan akhir pengabdian, yaitu menjaga rasa aman masyarakat dan martabat institusi hukum.

Begin with the End in Mind berarti bekerja dengan kesadaran moral yang jelas. Polri yang berintegritas adalah Polri yang tahu mengapa ia berdiri dan untuk siapa ia mengabdi,” tuturnya.

Ia juga menggarisbawahi bahwa rasa aman publik tumbuh bukan karena teknologi pengawasan, melainkan karena kedekatan sosial yang dibangun aparat di tengah masyarakat. “Kadang masyarakat merasa aman bukan karena kamera pengawas, tetapi karena tahu tetangganya seorang anggota polisi yang peduli. Itulah bentuk integritas yang hidup,” ujarnya.

Kolaborasi Akademik dan Penguatan Institusi Negara

Kegiatan ini dibuka oleh Karo SDM Polda Kaltim Kombes Pol Dr. Irvan Prawira Satyaputra, S.I.K., M.Si., dan dihadiri oleh para pejabat di lingkungan Biro SDM. Dalam sambutannya, Kombes Irvan menyampaikan bahwa kegiatan Post Assessment Center menjadi sarana pembinaan dan pengembangan karier agar setiap personel dapat bekerja dengan kompeten, profesional, dan berintegritas.

Para narasumber menerima cendera mata berupa plakat penghargaan dari Biro SDM Polda Kalimantan Timur sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi dalam kegiatan pembekalan integritas dan komitmen organisasi Polri.

Selain Universitas Mulia, kegiatan ini turut menghadirkan narasumber dari PT Pertamina, HIMPSI, dan Bank BRI. Keempat lembaga tersebut memberikan kontribusi lintas bidang untuk memperkuat aspek kepemimpinan, motivasi, dan etika kerja di lingkungan Polri.

Keterlibatan Universitas Mulia dalam forum strategis ini mencerminkan kapasitas perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam penguatan kelembagaan publik. Melalui kolaborasi akademik dan pendekatan berbasis nilai, Universitas Mulia membuktikan bahwa institusi pendidikan tinggi dapat menjadi mitra penting dalam membangun budaya kerja yang berintegritas dan berorientasi pada pelayanan publik.

Integritas Sebagai Keputusan Harian

Menutup sesi pembekalan, Yusuf Wibisono menegaskan bahwa integritas adalah proses yang menuntut konsistensi dan ketulusan. “Integritas adalah keputusan harian, keputusan untuk tetap jujur, tetap melayani, dan tetap peduli, bahkan ketika tidak ada yang melihat,” ungkapnya.

Partisipasi Universitas Mulia dalam kegiatan ini mempertegas posisi kampus sebagai pusat pengembangan intelektual yang berkomitmen pada pendidikan karakter dan penguatan moral publik. Melalui sinergi antara dunia akademik dan lembaga negara, Universitas Mulia terus mengukuhkan diri sebagai kampus yang aktif, inovatif, dan diisi oleh sumber daya manusia berkualitas yang berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. (YMN)

Balikpapan 28 Oktober 2025 — Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si. menghadiri upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 di Balai Kota Balikpapan, Selasa (28/10). Upacara dipimpin langsung oleh Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud dan diikuti oleh berbagai unsur masyarakat, pelajar, aparatur sipil negara, hingga pimpinan perguruan tinggi se-Kota Balikpapan.

Dengan tema nasional “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu,” peringatan tahun ini menegaskan semangat kolaborasi generasi muda dalam membangun negeri di tengah tantangan era digital. Para peserta upacara tampil mengenakan beragam busana adat, seragam sekolah, dan jas almamater yang menggambarkan kebinekaan dalam satu semangat persatuan.

Kiri Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud, Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., dan Agung perwakilan mahasiswa Universitas Mulia berfoto bersama usai upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Balai Kota Balikpapan.

Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud dalam amanatnya mengingatkan bahwa peran pemuda kini tidak lagi diukur dari perjuangan fisik, melainkan dari kemahiran menguasai teknologi. “Siapa yang menguasai teknologi berarti bertransformasi dalam perkembangan zaman,” ujarnya.

Usai upacara, Humas Universitas Mulia berkesempatan mewawancarai Rektor Prof. Ahsin Rifa’i mengenai makna Sumpah Pemuda dan relevansinya dengan dunia pendidikan tinggi.

Menurut Rektor, tema tahun ini menjadi penegasan bahwa kampus bukan sekadar ruang belajar, melainkan ruang produksi nilai dan kolaborasi. “Di Universitas Mulia, bergerak berarti berkolaborasi lintas program studi, mengubah ide menjadi solusi technopreneurship yang inklusif,” ungkapnya. Persatuan, lanjutnya, hadir ketika kerja nyata mampu menembus sekat identitas dan menghadirkan manfaat bagi masyarakat luas.

Rektor menilai, tantangan generasi kampus saat ini bukan pada kurangnya ide, melainkan pada polarisasi dan arus informasi yang menumpulkan empati. Ia menegaskan pentingnya literasi digital, etika berdialog, dan keberanian untuk bekerja lintas kelompok. “Kepemimpinan berintegritas adalah menempatkan kepentingan bangsa di atas pribadi dan kelompok. Persatuan justru memperkaya, bukan memecah,” ujarnya.

Universitas Mulia, kata Prof. Ahsin, telah menanamkan nilai kebangsaan dan kepemimpinan mahasiswa melalui berbagai program berbasis aksi nyata. Mulai dari MKWK berbasis proyek, MBKM, KKN tematik Kaltim–IKN, hingga riset terapan dan desa binaan. “Prinsip kami sederhana: do first, talk later. Mahasiswa bergerak, mengukur dampak, lalu merefleksikan pembelajaran berbasis data dan akhlak,” tuturnya.

Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si. bersama mahasiswa Universitas Mulia berfoto usai upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Balai Kota Balikpapan.

Komitmen tersebut diwujudkan dalam sejumlah program unggulan seperti UM Technopreneurship Sprint, Green & Smart Campus, relawan literasi digital, magang industri MBKM, hingga inkubasi startup mahasiswa. Setiap kegiatan diwajibkan memiliki luaran terukur berupa produk, prototipe, publikasi, atau dampak sosial yang dapat diaudit dan direplikasi.

“Semangat Sumpah Pemuda kami terjemahkan menjadi kinerja yang dapat diverifikasi. Bukan sekadar slogan, tapi kontribusi yang nyata bagi masyarakat,” tegasnya.

Lebih lanjut, Prof. Ahsin menyebut bahwa kekuatan generasi Universitas Mulia terletak pada kemampuan mengubah masalah lokal menjadi inovasi bernilai tambah. “Api perjuangan generasi UM adalah kemampuan menciptakan aplikasi, usaha rintisan, atau gerakan sosial yang berkelanjutan dan berbasis bukti. Ukurannya sederhana: kemanfaatan nyata, bukan sekadar viral,” jelasnya.

Prof. Ahsin dan Mahasiswa Universitas Mulia berfoto di halaman Balai Kota Balikpapan usai mengikuti upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Menutup wawancara, Rektor mengajak seluruh sivitas akademika untuk terus menjaga integritas dan semangat kebersamaan. “Berbeda pandangan itu biasa, tujuan kita sama: Indonesia maju. Jadikan kampus laboratorium solusi bagi Kaltim dan Indonesia 2045. Bergerak bersama, rendah hati dalam proses, tinggi prestasi dalam hasil,” pesannya.

Melalui partisipasi aktif dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda dan implementasi nilai-nilai kebangsaan di lingkungan akademik, Universitas Mulia menegaskan perannya sebagai kampus inovatif yang melahirkan generasi technopreneur berkarakter, berdaya saing, dan berkomitmen bagi kemajuan bangsa. (YMN)

 

Balikpapan, 28 Oktober 2025 – Peringatan Hari Sumpah Pemuda menjadi ajang bagi Universitas Mulia, khususnya Fakultas Hukum, untuk meninjau kembali arah pendidikan hukum yang mereka kembangkan. Fakultas ini menempatkan diri bukan sekadar pengajar teori hukum, tetapi sebagai laboratorium nilai — tempat mahasiswa ditempa menjadi pribadi yang adil, jujur, dan memiliki kesadaran kebangsaan.

Kaprodi Hukum Universitas Mulia, M. Asyharuddin, S.H., M.H., menilai bahwa hukum memiliki posisi strategis dalam menumbuhkan karakter pemuda Indonesia yang menjunjung tinggi nilai moral, kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Menurutnya, semangat Sumpah Pemuda harus dibaca sebagai panggilan untuk membangun kesadaran hukum yang berpihak pada persatuan nasional.

“Hukum tidak berhenti sebagai norma tertulis, tetapi menjadi nilai hidup bersama. Pemuda perlu memaknainya sebagai panduan moral agar tumbuh sebagai agen perubahan yang berintegritas dan menjunjung semangat kebangsaan,” ujar Asyharuddin.

Fakultas Hukum Universitas Mulia memandang bahwa tantangan pembentukan karakter pemuda di era digital kini semakin kompleks. Meleknya generasi muda terhadap hukum di dunia maya, kata Asyharuddin, belum diiringi dengan kedewasaan etika digital.

“Pendidikan hukum perlu beradaptasi. Mahasiswa harus memahami hukum tidak hanya dari sisi aturan, tetapi juga dari kesadaran moral dalam menggunakan kebebasan berekspresi. Literasi hukum harus menyentuh ethos, bukan sekadar logos,” tegasnya.

Komitmen itu diwujudkan Fakultas Hukum Universitas Mulia melalui integrasi nilai kebangsaan dan hukum berkeadilan di seluruh kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Nilai nasionalisme dan etika profesi hukum disisipkan dalam kurikulum, kegiatan kemahasiswaan, riset dosen-mahasiswa, hingga pengabdian masyarakat berbasis nilai Pancasila dan kearifan lokal.

“Melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian yang berakar pada nilai kebangsaan, kami ingin melahirkan lulusan yang cerdas hukum sekaligus berjiwa nasionalis,” jelasnya.

Dalam konteks kehidupan berbangsa yang dinamis, Asyharuddin menekankan bahwa hukum seharusnya berfungsi sebagai alat pemersatu sosial. Prinsip equality before the law, menurutnya, adalah fondasi utama yang harus dijaga untuk membangun kepercayaan publik terhadap institusi hukum.

“Ketika hukum ditegakkan tanpa diskriminasi, rasa memiliki terhadap negara akan tumbuh. Itulah yang memperkuat persatuan,” ungkapnya.

Menilik makna Sumpah Pemuda, ia menilai bahwa nilai kesatuan dan tanggung jawab kolektif yang terkandung di dalamnya relevan untuk membangun legal consciousness atau kesadaran hukum generasi muda. Hukum, katanya, bukan sekadar urusan negara, tetapi juga tanggung jawab moral setiap warga negara dalam menjaga ketertiban dan keadilan.

“Kesadaran hukum tidak boleh lahir karena takut hukuman, tetapi karena cinta terhadap bangsa dan nilai keadilan,” ucapnya menegaskan.

Menutup wawancara, Asyharuddin berpesan agar mahasiswa hukum Universitas Mulia senantiasa menempatkan kemanusiaan sebagai inti dari penegakan hukum.

“Menjadi mahasiswa hukum bukan sekadar menghafal pasal, tapi menumbuhkan empati sosial dan semangat kebangsaan. Hukum tanpa nilai kemanusiaan hanyalah teks kosong. Hukum yang dijalankan dengan hati akan menjadi kekuatan untuk membangun Indonesia yang adil dan bermartabat,” tuturnya.

Melalui refleksi Sumpah Pemuda tahun ini, Fakultas Hukum Universitas Mulia menegaskan komitmennya untuk terus mencetak generasi hukum yang berjiwa persatuan, berintegritas, dan berorientasi pada kemanusiaan. Langkah ini menjadi bagian dari kontribusi nyata Universitas Mulia dalam membangun ekosistem pendidikan hukum yang adaptif, beretika, dan berpijak pada nilai-nilai kebangsaan. (YMN)

Balikpapan, 27 Oktober 2025 – Sebagai wujud komitmen dalam meningkatkan mutu akademik dan mendorong lahirnya karya ilmiah berkualitas, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulia menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Pedoman Skripsi dan Pelatihan Penulisan Tugas Akhir bertema “Menulis Skripsi dengan Efektif, Ilmiah, dan Sesuai Pedoman”, pada Sabtu, 25 Oktober 2025.

Kegiatan ini diikuti oleh 109 mahasiswa Program Studi Manajemen yang akan memasuki tahap penyusunan skripsi pada semester berjalan. Melalui kegiatan ini, program studi berupaya memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap mekanisme dan ketentuan akademik yang berlaku, sekaligus memberikan panduan praktis agar mahasiswa mampu menulis skripsi dengan sistematis, efektif, dan sesuai kaidah ilmiah universitas.

Ketua Program Studi Manajemen, Dr. Pudjiati, S.E., M.M., saat memaparkan materi Sosialisasi Pedoman Skripsi dan Pelatihan Penulisan Tugas Akhir di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulia.

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Program Studi Manajemen, Dr. Pudjiati, S.E., M.M., yang dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam memastikan kesiapan mahasiswa menempuh tahap akhir studi. Ia menekankan, penulisan skripsi bukan semata kewajiban administratif untuk meraih gelar sarjana, melainkan bentuk kontribusi ilmiah mahasiswa dalam memperkaya khasanah pengetahuan di bidang manajemen dan memperkuat reputasi akademik Universitas Mulia.

“Melalui kegiatan ini, kami ingin membangun kesadaran bahwa skripsi adalah bentuk ekspresi ilmiah yang mencerminkan kualitas berpikir dan integritas akademik mahasiswa Universitas Mulia,” ujar Dr. Pudjiati.

Suasana pelatihan, para mahasiswa Program Studi Manajemen dengan antusias menyimak pemaparan narasumber mengenai pedoman penulisan skripsi.

Dalam kegiatan tersebut, narasumber yang merupakan dosen pembimbing senior memaparkan sejumlah materi penting mengenai pedoman terbaru penulisan skripsi, mulai dari struktur karya ilmiah, teknik sitasi, metodologi penelitian, hingga prosedur pengajuan proposal dan pelaksanaan sidang akhir. Selain sosialisasi pedoman, mahasiswa juga mendapatkan pelatihan penulisan tugas akhir, dengan fokus pada penyusunan latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka.

Suasana kegiatan berlangsung interaktif dengan antusiasme tinggi dari peserta. Melalui sesi diskusi dan tanya jawab, mahasiswa memperoleh kesempatan untuk mengonsultasikan berbagai kendala yang dihadapi dalam penyusunan skripsi dan menerima arahan langsung dari para dosen narasumber.

Kegiatan ini mencerminkan kesungguhan Universitas Mulia dalam membangun tradisi akademik yang menumbuhkan ketelitian ilmiah, etos riset, dan tanggung jawab intelektual di kalangan mahasiswa. Melalui berbagai pelatihan dan pendampingan akademik, universitas berupaya menanamkan budaya menulis ilmiah sebagai ciri keunggulan lulusan yang berpikir kritis, metodologis, dan berintegritas.

Foto bersama Ketua Program Studi, dosen, dan peserta usai kegiatan Sosialisasi Pedoman Skripsi dan Pelatihan Penulisan Tugas Akhir di Universitas Mulia.

Diharapkan, mahasiswa Program Studi Manajemen mampu menghasilkan karya ilmiah yang tidak hanya memenuhi standar akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis, tetapi juga memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan masyarakat. (YMN)

Balikpapan, 26 Oktober 2025— Dosen Program Studi S1 Manajemen Universitas Mulia, Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., menjadi narasumber dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Kalimantan Timur pada Rabu, 22 Oktober 2025. Acara yang diikuti sekitar 200 peserta dari unsur guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Kota Balikpapan ini mengangkat tema “Peran Pengajar Anak Usia Dini di Era Digital dalam Membangun Anak Bangsa yang Pancasilais.”

Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., Dosen S1 Manajemen Universitas Mulia, saat menyampaikan materi tentang pembelajaran Pancasila untuk anak usia dini pada kegiatan Bakesbangpol Provinsi Kaltim di Samarinda, Rabu (22/10).

Kehadiran Dr. Linda dalam forum tersebut merupakan bagian dari kontribusi Universitas Mulia terhadap penguatan nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan. Sebagai akademisi sekaligus asesor untuk jenjang PAUD, pendidikan dasar, menengah, dan kesetaraan (paket A, B, dan C) di Provinsi Kalimantan Timur, Dr. Linda berbagi pandangan dan pengalaman praktis tentang bagaimana menghadirkan pembelajaran Pancasila yang relevan di tengah arus digitalisasi.

Menurutnya, pendidikan karakter harus dimulai sejak masa emas pertumbuhan anak. “Urgensi penguatan nilai-nilai Pancasila pada anak usia dini tidak bisa ditunda. Justru pada masa inilah fondasi karakter dibentuk sebelum anak banyak terpengaruh oleh teknologi,” ujarnya.

Dr. Linda juga menyoroti peran guru PAUD sebagai penanam akar bangsa. Ia menjelaskan, “Guru bukan hanya pengajar huruf dan angka, tetapi teladan yang memberikan inspirasi, membentuk sikap, dan menumbuhkan keterampilan terbaik anak melalui proses pendidikan di sekolah.”

Dalam paparannya, Dr. Linda memperkenalkan LINDA Method, sebuah pendekatan pembelajaran yang dikembangkannya untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan berkarakter. Metode ini terdiri atas lima unsur utama: Lead, Involve, Narrative, Dialogic, dan Active. Dari kelima unsur tersebut, menurutnya, Lead with energy merupakan bagian yang paling menantang karena menuntut guru untuk mampu mengelola rasa dan emosi agar dapat memberi stimulus positif kepada anak didik.

Ia juga membagikan pengalaman dari guru-guru PAUD yang telah menerapkan metode ini dan melaporkan peningkatan semangat belajar serta perilaku positif anak di kelas. “Ketika guru memimpin dengan energi positif, anak-anak merespons dengan antusias dan lebih mudah diarahkan untuk berbuat baik,” katanya.

Selain itu, Dr. Linda menekankan pentingnya kolaborasi antara guru dan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila. “Guru dapat melibatkan orang tua melalui aktivitas sederhana di rumah, seperti melatih anak untuk merapikan tempat tidur dan alat makan sendiri. Dari situ nilai tanggung jawab dan kemandirian tumbuh secara alami,” jelasnya.

Kepada para orang tua, ia berpesan agar tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan karakter kepada sekolah. “Pendidikan dengan kasih sayang terbaik ada pada orang tua. Guru hanya memiliki waktu terbatas di sekolah, sementara orang tua membersamai anak setiap hari bahkan hingga mereka dewasa,” ungkapnya.

Salah satu kutipan yang mencuri perhatian peserta adalah pernyataannya: “Anak-anak lahir dengan gadget di tangan, tapi tugas kita menanamkan gotong royong di hati mereka.” Menurut Dr. Linda, kalimat ini menggambarkan bahwa membangun keterampilan bisa dilakukan dengan tangan, tetapi membentuk karakter hanya dapat dilakukan dengan hati.

Suasana sesi diskusi bersama para narasumber dan peserta yang terdiri atas ratusan guru PAUD se-Kota Balikpapan, membahas strategi penguatan karakter Pancasila di era digital.

Dalam wawancara, Dr. Linda juga menuturkan bahwa keyakinannya terhadap pentingnya pendidikan karakter sejak PAUD tumbuh dari pengalamannya melihat anak-anak yang belum banyak terpengaruh dampak negatif teknologi. “Inilah waktu terbaik untuk membekali mereka dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa,” katanya.

Menutup wawancara, Dr. Linda menyampaikan harapannya terhadap generasi masa depan Indonesia. “Saya percaya, anak-anak yang tumbuh dengan pendidikan berbasis Pancasila akan menjadi generasi yang membawa kebermanfaatan bagi bangsa. Mereka akan menerangi kehidupan dengan karya hebat dan menjadi rujukan bagi masyarakat dunia yang adil dan beradab,” tuturnya.

Melalui kiprah para dosennya seperti Dr. Linda Fauziyah Ariyani, Universitas Mulia terus memperkuat reputasi sebagai kampus yang aktif berkontribusi bagi pembangunan pendidikan di Kalimantan Timur. Aktivitas dosen di berbagai forum nasional dan daerah menjadi bagian dari implementasi tridharma perguruan tinggi—khususnya pengabdian masyarakat dan pengembangan keilmuan—yang mempertegas peran Universitas Mulia sebagai pusat inovasi pendidikan yang berkarakter. (YMN)