“Sehebat apa pun proposal Kosabangsa disusun, tanpa pendamping yang hadir penuh, program hanya akan berhenti di rencana — bukan di hasil nyata. Pendamping bukan sekadar pengawas, tetapi ruh yang menjaga program tetap hidup di lapangan, menjembatani gagasan dan realitas. Sebab pada akhirnya, kualitas pendampinglah yang menentukan seberapa jauh program memberi dampak; tanpa integritas dan kepedulian, pendamping hanya akan menjadi formalitas yang kehilangan makna.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si.

Humas Universitas Mulia, 30 Juni 2025 — Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menekankan pentingnya peran pendamping dalam mendukung kelancaran pelaksanaan Program Kosabangsa. Hal tersebut disampaikan dalam sesi “Panduan Pendamping Kosabangsa 2025” yang diikuti para dosen dan mitra pendamping di lingkungan Universitas Mulia.

Dalam paparannya, Prof. Ahsin menyoroti bahwa pendamping bukan hanya bertugas mengawasi, tetapi juga berperan sebagai penghubung, fasilitator, sekaligus katalisator agar program Kosabangsa dapat berjalan optimal di lapangan.

Beliau menjelaskan, pendamping harus memahami betul isi proposal, tujuan program, serta dinamika mitra di daerah. Dengan demikian, pendamping dapat membantu memastikan implementasi di lapangan tetap sesuai rencana dan sasaran luaran dapat dicapai.

“Jangan sampai pendamping hanya hadir di atas kertas. Mereka harus hadir mendampingi proses, memecahkan masalah, dan menjadi jembatan komunikasi antara tim pelaksana, mitra, dan pemerintah daerah,” ujar Prof. Ahsin.

Lebih lanjut, beliau juga menekankan pentingnya integritas dan profesionalisme para pendamping. Menurutnya, keberhasilan program Kosabangsa sangat bergantung pada kualitas pendampingan di setiap tahap pelaksanaan.

Beliau mendorong para dosen untuk berperan aktif menjadi pendamping yang responsif, adaptif, dan solutif. Dengan demikian, program yang dijalankan tidak hanya bersifat formalitas, tetapi benar-benar berdampak nyata pada mitra dan masyarakat.

Melalui panduan ini, Prof. Ahsin berharap para pendamping Kosabangsa di Universitas Mulia dapat menjadi motor penggerak keberhasilan program sekaligus agen penguatan sinergi antara kampus, mitra, dan pemerintah daerah.

Humas UM (YMN)

 

“Menulis proposal Kosabangsa bukan sekadar memenuhi administrasi hibah, tapi merancang solusi nyata yang bisa diukur manfaatnya di masyarakat.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si.

 

Humas Universitas Mulia, 30 Juni 2025 — Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menjadi narasumber dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan Proposal Kosabangsa 2025. Dalam materinya, beliau menekankan pentingnya strategi dan kualitas proposal agar program Kosabangsa benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat.

Dalam webinar yang digelar oleh LPPM Universitas Mulia ini pada 11 Juni 2025 yang lalu, Prof. Ahsin menjelaskan secara rinci prinsip, mekanisme, serta strategi praktis dalam penyusunan proposal Kosabangsa. Beliau menyoroti bahwa program Kosabangsa merupakan jembatan kolaborasi antara perguruan tinggi dan mitra di daerah, dengan fokus pada penyelesaian masalah riil melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Proposal harus mampu memetakan masalah secara jelas, menetapkan mitra yang tepat, serta merancang luaran yang terukur. Kualitas proposal sangat menentukan keberhasilan program di lapangan,” tegas Prof. Ahsin.

Selain itu, beliau juga memaparkan beberapa tahapan penting yang wajib diperhatikan oleh para dosen penyusun proposal. Mulai dari identifikasi kebutuhan mitra, penajaman desain program, penyusunan anggaran yang wajar, hingga penyesuaian dengan kebijakan pendanaan dari Kemendikbudristek.

Tidak hanya itu, Rektor UM juga menekankan perlunya komunikasi aktif antara perguruan tinggi, mitra, dan pemerintah daerah agar program yang diusulkan benar-benar sejalan dengan prioritas pembangunan wilayah.

“Intinya, jangan hanya menulis proposal untuk lolos hibah. Tapi tulislah proposal yang membawa dampak nyata,” pungkasnya.

Melalui Bimtek ini, diharapkan dosen-dosen di lingkungan Universitas Mulia semakin siap menghasilkan proposal Kosabangsa yang inovatif, tepat sasaran, dan berkontribusi bagi kemajuan masyarakat.

Humas UM (YMN)

 

“Proposal Kosabangsa harus lahir dari pemahaman mendalam tentang masalah riil, bukan sekadar salinan dari program sebelumnya.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si.

 

Humas Universitas Mulia, 30 Juni 2025 — Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., kembali menegaskan peran strategis perguruan tinggi dalam menjawab tantangan nyata masyarakat melalui Program Kosabangsa. Hal ini disampaikan beliau dalam sesi “Pengantar Proposal Kosabangsa 2025” yang menyoroti urgensi sinergi antara akademisi, mitra, dan pemerintah daerah.

Dalam pemaparannya, Prof. Ahsin menjelaskan bahwa Program Kosabangsa lahir sebagai bentuk pengabdian kampus untuk mengatasi persoalan nyata berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, proposal yang diajukan wajib mengacu pada kebutuhan riil di lapangan dan mendukung prioritas pembangunan di daerah.

Beliau juga menekankan pentingnya memahami arah kebijakan nasional, peta permasalahan lokal, serta potensi mitra yang akan digandeng. Menurutnya, harmonisasi ketiga unsur ini menjadi kunci agar program yang diusulkan benar-benar bermanfaat.

“Jangan membuat proposal yang sekadar copy-paste. Pahami dulu apa masalah utamanya, bagaimana urgensinya, dan solusi apa yang betul-betul feasible,” kata Prof. Ahsin menegaskan.

Selain itu, beliau mengingatkan perlunya inovasi dan keberlanjutan program. Proposal Kosabangsa tidak hanya berhenti pada tahap pelaksanaan, tetapi juga harus memikirkan dampak jangka panjang yang dapat direplikasi di daerah lain.

Dalam materi ini, Rektor UM juga mendorong para dosen untuk terus membangun jejaring, memperluas mitra, serta mengedepankan pendekatan partisipatif. “Dengan begitu, program tidak hanya top-down, tetapi benar-benar lahir dari aspirasi mitra di daerah,” tambahnya.

Melalui sosialisasi ini, Prof. Ahsin berharap seluruh civitas akademika Universitas Mulia semakin peka terhadap persoalan nyata di masyarakat dan mampu menghadirkan solusi inovatif melalui proposal Kosabangsa yang relevan dan berdampak.

Humas UM (YMN)

 

“Hijrah sejati adalah keberanian membongkar kebiasaan lama, membangun pola pikir baru, dan menghidupkan nilai Islam dalam tindakan nyata — inilah yang menjadikan dakwah kampus bukan hanya mimbar ceramah, tetapi medan pembebasan pikiran dan peradaban.”Ustadz Putra Pradipta

Humas Universitas Mulia, 28 Juni 2025 Peringatan 1 Muharram di Universitas Mulia melalui Tabligh Akbar yang diinisiasi LDK Al-Izzah bukan hanya menjadi panggung retorika, tetapi ruang refleksi kritis: sejauh mana makna hijrah benar-benar dihidupkan dalam realitas mahasiswa?

Panitia Tabligh Akbar dari LDK Al-Izzah menyambut para peserta ikhwan di area registrasi. Kegiatan ini terbuka untuk mahasiswa maupun masyarakat sekitar Masjid Nurul Iman.

Dalam tausiyahnya, Ustadz Putra Pradipta menekankan bahwa hijrah bukan sekadar slogan, tetapi perubahan aplikatif yang menuntut kerja nyata.

“Hijrah secara aplikatif berarti mengubah diri dan berkontribusi langsung pada umat melalui perubahan pola pikir yang lebih baik, peningkatan pengetahuan, pengembangan keterampilan, dan karakter positif,” tegasnya.

Hijrah Bukan Teori, Tapi Agenda Nyata

Tantangan hijrah, lanjutnya, tidak pernah ringan. Godaan dunia, tekanan lingkungan negatif, kurangnya pengetahuan Islam, dan kebiasaan buruk yang terus dipantik oleh pergaulan menjadi jebakan nyata.

Kaum bapak, pengurus Masjid Nurul Iman, dan warga sekitar kampus mulai memenuhi ruang utama masjid untuk mendengarkan tausiyah Tabligh Akbar 1 Muharram.

“Tantangan terbesar umat Islam dalam memulai hijrah adalah godaan dunia, tekanan sosial negatif, kurangnya kesadaran dan pengetahuan Islam, serta sulitnya mengubah kebiasaan buruk yang senantiasa ada pemantik di sekitar,” jelasnya.

Dalam konteks mahasiswa, tantangan ini semakin relevan. Di usia produktif dengan distraksi digital, kemudahan akses hiburan instan, dan gaya hidup pragmatis, spirit hijrah seringkali kalah oleh rutinitas. Maka, Ustadz Putra menegaskan bahwa mahasiswa Muslim harus menjaga keseimbangan dunia dan akhirat, mengembangkan keterampilan, meningkatkan kesadaran etis, dan mengelola waktu sebaik mungkin.

Personel LDK Al-Izzah bertugas sebagai MC membuka rangkaian acara Tabligh Akbar dengan khidmat.

“Seorang mahasiswa Muslim perlu menjaga keseimbangan dunia-akhirat, mengembangkan keterampilan, meningkatkan kesadaran etis, mengelola waktu, mencari ilmu bermanfaat, dan berdoa serta berusaha menjadi yang terbaik,” pesannya.

Memperbaiki Niat, Merancang Rencana, Menguatkan Dukungan

Banyak yang semangat di awal hijrah, lalu redup di tengah jalan. Ustadz Putra mengingatkan bahwa kunci keberlanjutan ada pada niat yang tulus dan rencana aksi yang realistis. “Yang perlu diperbaiki adalah niat tulus, tujuan jelas, rencana aksi bertahap, dukungan positif, dan refleksi berkala untuk mempertahankan semangat hijrah,” tegasnya.

Dua mahasiswa LDK Al-Izzah, para ikhwan pejuang dakwah kampus, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan suara merdu dan penuh penghayatan.

Dalam hal ini, spirit hadits ﴿إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ﴾ “Sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya…” (HR. Bukhari Muslim) menjadi prinsip dasar hijrah. Tanpa niat yang jernih, hijrah hanya akan menjadi slogan tanpa makna.

Kepemimpinan Butuh Spirit, Bukan Cuma Ilmu

Ia juga menyoroti bahwa spiritualitas menjadi elemen vital kepemimpinan mahasiswa di masa depan. Pengetahuan, menurutnya, hanyalah satu sisi koin.

“Spiritualitas memainkan peran penting dengan membentuk nilai, etika, dan karakter yang kuat. Pengetahuan saja tidak cukup, karena kepemimpinan yang efektif membutuhkan kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan spiritualitas untuk membangun hubungan positif dan membuat keputusan yang bijak,” ungkapnya.

Dakwah Kampus, Garda Depan Kebangkitan Umat

Di akhir, Ustadz Putra menegaskan bahwa dakwah kampus bukan sekadar ruang ceramah, tetapi benteng pengkaderan umat. Di tangan mahasiswa, dakwah harus berwajah kritis, sadar sosial, membangun jaringan kolaborasi, dan mempersiapkan kader berintegritas.

Perwakilan LAZ Nurul Hayat, mahasiswa, dan jamaah Masjid Nurul Iman tampak berbaur khusyuk menyimak materi kajian.

“Dakwah kampus dapat menjadi garda depan kebangkitan umat melalui pengembangan pemikiran kritis, kesadaran sosial, jaringan kolaborasi, dan kaderisasi berintegritas,” pungkasnya.

Pesan ini selaras dengan firman Allah ﴿وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى﴾ “…dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan…” (QS. Al-Maidah: 2).

Jamaah akhwat juga hadir memenuhi shaf dalam Tabligh Akbar 1 Muharram, menandai inklusivitas dakwah kampus dan masjid.

Tabligh Akbar 1 Muharram di Universitas Mulia bukan hanya peringatan seremonial, tetapi panggilan untuk berpindah: dari apatis ke peduli, dari wacana ke aksi, dari sekadar ‘mahasiswa aktif’ menjadi agen perubahan yang benar-benar hidup di jalur dakwah dan peradaban.

Humas UM (YMN)

 

“Momentum 1 Muharram mengingatkan kita bahwa dakwah bukan sekadar menyampaikan, tetapi menghidupkan nilai Islam dalam sikap sehari-hari—sebuah hijrah dari apatis menjadi peduli, dari konsumtif menjadi produktif, dan dari egois menjadi kontributif.” Isa Rosita, S.Kom., M.Cs.

Humas Universitas Mulia, 28 Juni 2025 — Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Izzah Mahasiswa Universitas Mulia (UM) menggelar Tabligh Akbar bertema “Generasi Berhijrah: Dari Kebiasaan Buruk Menuju Keberkahan Hidup.” Kegiatan ini tak hanya menjadi agenda rutin keagamaan, tetapi juga bagian dari upaya membangun karakter mahasiswa berbasis nilai-nilai Islam.

Para jama’ah perempuan melakukan registrasi peserta Tabligh Akbar, disambut ramah oleh panitia akhwat pejuang dakwah LDK Al-Izzah.

Isa Rosita, S.Kom., M.Cs., selaku Dosen Pembina LDK Al-Izzah, menegaskan bahwa filosofi utama dalam membimbing mahasiswa adalah menempatkan kegiatan keagamaan bukan sekadar ritual, melainkan sarana pembentukan karakter.

Ketua LAZ Nurul Hayat Kota Balikpapan, Kang Adib, memberikan sambutan pada pembukaan Tabligh Akbar. Semoga Nurul Hayat semakin luas menebar manfaat dan terus berkolaborasi di jalan dakwah bersama Al-Izzah UM. Aamiin.

“Saya berusaha mengajak mahasiswa melihat program kerja mereka sebagai media belajar bertanggung jawab, memperkuat akhlak mulia, dan membangun ukhuwah. Dakwah bukan hanya menyampaikan, tetapi juga menghidupkan nilai Islam dalam sikap sehari-hari,” ujar Ibu Isa.

Ia mencontohkan, kolaborasi menjadi kunci dakwah yang berdampak. Tabligh Akbar kali ini turut melibatkan tiga lembaga sekaligus: DKM Masjid Jami’ Nurul Iman, LAZ Nurul Hayat Kota Balikpapan, dan Human Initiative. “Semakin banyak pihak yang diajak berkolaborasi, semakin luas jangkauan dakwahnya. Dakwah itu kerja bersama, amal jama’i,” tambahnya.

Para akhwat pejuang dakwah LDK Al-Izzah berpose bersama sesaat sebelum Tabligh Akbar 1 Muharram dimulai.

1 Muharram: Momentum Hijrah Mahasiswa

Dalam konteks pendidikan tinggi, Isa menekankan bahwa 1 Muharram harus dimaknai lebih dari sekadar penanggalan baru. “1 Muharram adalah simbol hijrah, bukan hanya secara geografis, tetapi juga spiritual dan moral. Di kampus, momentum ini relevan untuk mengajak mahasiswa hijrah dari apatis menjadi peduli, dari konsumtif menjadi produktif, dan dari egois menjadi kontributif,” terangnya.

Ketua LDK Al-Izzah Universitas Mulia menyampaikan sambutan sebagai Ketua Panitia Tabligh Akbar.

Tema yang diangkat, “Generasi Berhijrah,” menurutnya sejalan dengan visi membangun generasi muda kuat karakter dan tangguh secara intelektual.

Tantangan Dakwah di Era Digital

Meskipun demikian, Isa tak menutup mata terhadap tantangan dakwah di era digital yang penuh disrupsi nilai. Menurutnya, tantangan terberat adalah menjaga keseimbangan antara substansi dakwah dan penyajian yang relevan bagi generasi digital.

“Informasi sekarang cepat tapi seringkali dangkal. Kami berusaha agar dakwah tetap mendalam, solutif, tapi juga menarik. Tantangan lain adalah menjaga ukhuwah di tengah kecenderungan individualisme digital dan apatisme mahasiswa,” ungkapnya.

Strategi Agar Dakwah Merangkul Semua

Agar kegiatan spiritual tak hanya diminati oleh mahasiswa yang aktif rohani, strategi inklusif diterapkan melalui tema universal dan pendekatan kreatif. “Kami selalu mengangkat tema yang lintas disiplin atau isu sosial. Kegiatan dakwah juga kami kolaborasikan dengan media digital, sosial media, hingga teknologi interaktif agar lebih merangkul semua mahasiswa,” jelasnya.

Para aktivis dakwah dari Nurul Hayat turut hadir mendukung Tabligh Akbar di Masjid Nurul Iman.

Peran Strategis LDK

Lebih jauh, Ibu Isa melihat LDK berperan strategis dalam mendukung misi UM sebagai institusi pencetak intelektual beretika dan bermoral.

“LDK adalah ruang pembinaan karakter yang mendalam. Mahasiswa belajar kepekaan sosial, integritas, dan tanggung jawab moral. Ini sejalan dengan misi universitas: mencetak intelektual yang kompeten, berjiwa pemimpin, dan berakhlak mulia,” ujarnya.

Sinergi Berkelanjutan

Agar agenda dakwah kampus tak hanya insidental, Ibu Isa menekankan pentingnya sinergi pembina, kampus, dan mahasiswa. “Sinergi ideal terbentuk jika ada komunikasi terbuka dan dukungan struktural dari kampus. Pembina menjadi jembatan antara idealisme mahasiswa dan kebijakan kampus. Ketika visi kita sama, maka keberlanjutan bukan hal yang sulit dicapai,” pungkasnya.

Jamaah ikhwan dari kalangan mahasiswa, pengurus masjid, dan warga sekitar hadir memenuhi shaf Tabligh Akbar.

Kegiatan Tabligh Akbar 1 Muharram ini menjadi bukti nyata komitmen Al-Izzah UM, bersama mitra seperti LAZ Nurul Hayat, untuk menanamkan nilai hijrah dan semangat perubahan di hati generasi muda—bahwa dakwah bukan hanya panggung ceramah, tetapi panggilan hidup untuk berbuat nyata.

Humas UM (YMN)

“Kami ingin mahasiswa belajar tidak hanya dari buku, tapi dari peluh, kegigihan, dan dapur bisnis yang sesungguhnya.”  — Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., Kepala Inkubator Bisnis Universitas Mulia

Humas Universitas Mulia, 27 Juni 2025— Sebagai bagian dari pembelajaran kontekstual dan penguatan ekosistem kewirausahaan kampus, mahasiswa Universitas Mulia melakukan kegiatan Business Visit ke salah satu jaringan kuliner nasional ternama, Waroeng Steak. Kegiatan ini berlangsung dalam suasana interaktif dan inspiratif, mempertemukan mahasiswa dengan dunia usaha secara langsung dan nyata.

Kepala Inkubator Bisnis Universitas Mulia, Dr. Linda Fauziyah Ariyani, M.Pd., menjelaskan bahwa pemilihan Waroeng Steak sebagai destinasi bukan tanpa alasan. “Waroeng Steak adalah UMKM yang mampu bertahan lebih dari dua dekade. Saat ini telah menjadi grup perusahaan yang menaungi beberapa usaha dan memiliki lebih dari 120 cabang di seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Mahasiswa Universitas Mulia saat mengikuti kegiatan Business Visit yang diselenggarakan oleh Inkubator Bisnis UM di Waroeng Steak. Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual untuk mengasah kompetensi kewirausahaan secara langsung di dunia usaha.

Pembelajaran Kontekstual yang Mengasah Mental Wirausaha

Business visit ini merupakan bagian dari pembelajaran mata kuliah Manajemen Koperasi dan UMKM serta Manajemen Inovasi. Menurut Dr. Linda, kunjungan semacam ini menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna karena mahasiswa tidak hanya menerima materi di ruang kelas, tetapi juga bersentuhan langsung dengan realitas industri.

“Ini adalah bentuk experiential learning yang kami dorong. Selain sesi sharing bersama pelaku usaha, mahasiswa juga diajak berkeliling ke dapur produksi dan menjelajahi setiap sudut ruangan operasional di Waroeng Steak,” jelasnya.

Kegiatan ini dirancang untuk menumbuhkan sejumlah kompetensi strategis, antara lain: kemampuan mengelola usaha, menciptakan inovasi, memahami budaya organisasi, serta ketahanan bisnis. Hal ini, menurut Dr. Linda, merupakan inti dari pembangunan karakter entrepreneur sejati.

Usai sesi diskusi serius, para mahasiswa tak melewatkan kesempatan untuk mencicipi steak dan aneka kudapan khas Waroeng Steak. Bukan hanya ilmunya yang diserap, tapi juga rasanya yang ‘diendapkan’. Belajar bisnis sambil kenyang: inilah kurikulum yang disukai semua orang!

Dari Observasi Menuju Aksi dan Inspirasi

Tidak hanya menjadi sarana observasi, business visit ini juga merupakan bagian dari metode penilaian pembelajaran berbasis studi kasus. “Kami menggunakan pendekatan analisis terhadap perusahaan-perusahaan nyata sebagai bagian dari evaluasi akademik. Hal ini memperkuat relevansi kurikulum dengan dunia usaha,” imbuhnya.

Mahasiswa yang mengikuti kunjungan ini menunjukkan antusiasme tinggi. Banyak dari mereka aktif bertanya tentang strategi bisnis, inovasi produk, hingga pengelolaan sumber daya manusia. Bahkan, menurut Dr. Linda, kegiatan ini memberi dorongan nyata bagi mahasiswa yang telah memiliki usaha untuk mengembangkan bisnis mereka lebih jauh.

“Salah satu indikator keberhasilan kegiatan ini adalah munculnya motivasi baru dari mahasiswa untuk memulai atau mengembangkan usaha yang mereka miliki. Ini adalah bentuk learning outcome yang sangat nyata,” ujarnya.

Waroeng Steak sebagai Benchmark Bisnis

Dr. Linda menegaskan bahwa Waroeng Steak merupakan contoh nyata benchmark model bisnis yang relevan untuk startup mahasiswa. Ketangguhan bisnis yang telah bertahan lebih dari 20 tahun, khususnya di sektor kuliner yang sangat kompetitif, menjadi studi kasus yang sangat kaya.

“Tidak banyak UMKM di sektor kuliner yang mampu bertahan sejauh ini. Maka, kami ingin mahasiswa belajar langsung dari pelaku yang telah membuktikan resiliensinya dalam menghadapi tantangan pasar dan dinamika usaha,” katanya.

Foto bersama Manager Waroeng Steak dan Dr. Linda (tengah), Kepala Inkubator Bisnis UM, bersama para mahasiswa peserta business visit. Kolaborasi akademik dan industri yang hangat, inspiratif, dan (tentu saja) penuh cita rasa.

Menuju Kolaborasi Strategis dan Publikasi Akademik

Dalam jangka panjang, Dr. Linda menyebutkan bahwa Universitas Mulia sangat terbuka untuk menjalin kerja sama dengan Waroeng Steak, baik dalam bentuk program magang, mentoring, riset, maupun rekrutmen.

Selain itu, kegiatan seperti ini juga akan didokumentasikan sebagai bagian dari studi kasus lokal yang dapat digunakan dalam materi ajar maupun publikasi kampus. “Dengan publikasi, kita bisa memperkuat brand image Universitas Mulia sebagai kampus yang tidak hanya kuat secara teori, tetapi juga relevan dalam praktik,” pungkasnya.

Pesan untuk Mahasiswa: Mulailah Usahamu, Sekarang!

Di akhir wawancara, Dr. Linda memberikan pesan inspiratif kepada mahasiswa. “Bisnis hari ini sangat terbuka di bidang apapun, apalagi dengan dukungan teknologi.

Siapapun bisa memulai, asal ada kemauan. Saya berharap akan muncul lebih banyak ide usaha kreatif dari mahasiswa Universitas Mulia,” tuturnya.

Ia juga menekankan bahwa pendidikan kewirausahaan bukan hanya soal keterampilan, tetapi juga soal mindset. “Kita ingin membangun mental wirausaha dalam diri mahasiswa. Itu yang akan menjadi bekal jangka panjang,” tutupnya.

Humas UM (YMN)

“Debat ini bukan ajang saling menjatuhkan, tapi ruang membangun gagasan dan menunjukkan integritas. Inilah proses lahirnya pemimpin muda yang siap merangkul, bukan memecah.”
Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., Rektor Universitas Mulia

Humas Universitas Mulia, 26 Juni 2025 – Suasana semangat dan antusiasme mewarnai gelaran debat Calon Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Mulia, sebuah forum yang tidak hanya menjadi bagian dari tahapan Pemira, tetapi juga menjadi cermin hidupnya budaya demokrasi di lingkungan kampus.

Para pimpinan Universitas Mulia, dosen pembina kemahasiswaan, panitia Pemira, para calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa, serta ratusan mahasiswa menyanyikan lagu Indonesia Raya pada seremonial pembukaan debat Presma.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menegaskan bahwa debat ini merupakan ajang strategis dalam membentuk karakter dan kapasitas kepemimpinan mahasiswa.

“Debat ini bukan sekadar formalitas, tetapi perwujudan konkret dari demokrasi kampus—tempat di mana gagasan diuji, visi diuji, dan integritas diperlihatkan,” ujarnya di hadapan para pimpinan universitas, dosen pembina kemahasiswaan, panitia Pemira, para calon presiden dan wakil presiden mahasiswa, serta ratusan mahasiswa yang hadir.

Menurut Rektor, forum debat semacam ini bukan hanya melatih keberanian berbicara, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur pendidikan tinggi seperti kebebasan berpendapat, penghargaan terhadap keberagaman pandangan, dan keberanian menyampaikan kebenaran secara santun. Hal ini sejalan dengan semangat Universitas Mulia yang mengusung technopreneurship dan keunggulan karakter sebagai pilar utama pembelajaran.

Ratusan mahasiswa Universitas Mulia dengan antusias mengikuti jalannya debat calon Presiden Mahasiswa di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia.

Kepada para kandidat, Rektor menyampaikan pesan moral yang kuat agar debat dijadikan ajang membangun gagasan, bukan saling menjatuhkan.

“Gunakan kesempatan ini untuk membangun narasi kebaikan dan kolaborasi. Tunjukkan bahwa Anda siap memimpin dengan gagasan, bukan sekadar jargon,” tegasnya.

Tak kalah penting, Rektor juga mengajak seluruh mahasiswa untuk aktif terlibat dalam proses demokrasi kampus ini. Ia mendorong mahasiswa menjadi pemilih cerdas yang menilai calon berdasarkan visi, integritas, dan kesiapan memimpin. “Sebab kualitas BEM ke depan adalah cerminan dari pilihan kita hari ini,” tandasnya.

Para calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa berpose bersama usai sesi debat, menunjukkan semangat sportivitas dan kolaborasi.

Debat ini menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran kepemimpinan mahasiswa yang kontekstual, membumi, dan relevan dengan tantangan zaman. Bagi Universitas Mulia, setiap forum seperti ini adalah bagian dari ruang tempa—menyiapkan generasi muda yang intelektual, berintegritas, dan siap bersaing di kancah global.

Kegiatan debat ditutup dengan semangat persatuan dan harapan bahwa siapa pun yang terpilih nantinya, akan menjadi pemimpin yang mampu merangkul, membangun, dan memajukan mahasiswa Universitas Mulia secara kolektif.

Humas UM (YMN)

Humas Universitas Mulia, 26 Juni 2025 — Debat calon Presiden Mahasiswa (Presma) yang digelar di Universitas Mulia tidak hanya menjadi ajang tahunan dalam rangkaian Pemilihan Raya (Pemira), tetapi telah menjelma menjadi ruang pembelajaran demokrasi substantif. Hal ini ditegaskan oleh Bapak Riski Zulkarnain, S.Pd., M.Pd., Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Alumni , yang dimintai keterangan dalam rangka penguatan perspektif akademik terhadap kegiatan tersebut.

Suasana khidmat saat berlangsungnya seremonial pembukaan rangkaian kegiatan Pemilihan Raya Presiden Mahasiswa Universitas Mulia.

“Debat calon presiden mahasiswa merupakan laboratorium demokrasi yang sangat berharga di perguruan tinggi. Ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan proses pembelajaran yang mengajarkan kompetisi gagasan, transparansi, dan akuntabilitas publik,” ujarnya.

Menguji Gagasan, Melatih Kepemimpinan Intelektual

Menurut Riski, kualitas debat juga menjadi refleksi langsung dari proses pendidikan yang dijalankan universitas. Saat para kandidat mampu menyampaikan visi yang terstruktur, menawarkan solusi berbasis data, dan merespons pertanyaan dengan kedalaman analisis, saat itulah nalar kritis dan kepemimpinan intelektual mahasiswa benar-benar diuji.

Para mahasiswa menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dengan penuh semangat pada pembukaan resmi debat calon Presiden Mahasiswa.

“Kepemimpinan intelektual tercermin dari kemampuan mengintegrasikan teori dengan praktik serta menghadirkan inovasi yang kontekstual,” imbuhnya.

Nilai-Nilai Demokrasi dan Ukuran Debat Berkualitas

Riski menekankan bahwa Pemira seharusnya menjadi wahana penanaman nilai-nilai utama: integritas, transparansi, inklusivitas, kolaborasi, serta orientasi terhadap kepentingan bersama. Ia juga menambahkan bahwa indikator debat berkualitas tidak hanya ditentukan oleh kemampuan retorika, tetapi lebih pada kedalaman substansi, respons kritis, serta konsistensi antara visi dan program kerja.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terdapat peningkatan dalam hal penguasaan data dan pendekatan berbasis bukti (evidence-based). Meski begitu, peningkatan keberanian dalam mengambil posisi yang benar walau tidak populer tetap menjadi catatan penting.

Lagu Mars Universitas Mulia menggema di ruang acara, dinyanyikan secara serempak sebagai bentuk kebanggaan dan semangat sivitas akademika.

Menata Format, Menembus Isu Nasional

Riski juga mengusulkan penyegaran pada format debat. Selain tanya jawab antar kandidat, penting untuk melibatkan audiens dan menguji kandidat dalam simulasi kasus nyata. Ia juga mendorong agar isu-isu yang diangkat melampaui urusan internal kampus, termasuk keterlibatan BEM dalam isu nasional dan global yang relevan dengan mahasiswa.

Para pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa berpose bersama menjelang pemilihan, siap mengadu gagasan dan visi untuk kepemimpinan mahasiswa.

Presma sebagai Representasi dan Mitra Kritis

Menanggapi posisi strategis Presiden Mahasiswa, ia menyatakan bahwa pemimpin mahasiswa harus mampu memainkan dua peran sekaligus: menjadi representasi mahasiswa dan menjadi mitra kritis institusi.

“Presma adalah tangan kanan untuk kepentingan birokrasi dan tangan kiri untuk kepentingan mahasiswa. Komunikasi terbuka dan berbasis data menjadi kunci sinergi yang sehat,” jelasnya.

Sejumlah mahasiswa berfoto bersama menjelang pelaksanaan Pemira, menandai partisipasi aktif mereka dalam pesta demokrasi kampus.

Menjawab Tantangan Era Digital

Dalam menghadapi tantangan era digital, calon pemimpin mahasiswa dituntut memiliki literasi digital yang tinggi dan kemampuan membangun dialog konstruktif di ruang maya. Debat juga menjadi sarana untuk melatih sensitivitas terhadap isu disinformasi dan polarisasi opini.

BEM sebagai Katalis Akademik dan Sosial

Lebih lanjut, Riski juga menekankan bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) harus menjadi katalis ekosistem akademik yang sehat. Ini mencakup mendorong budaya riset, menjembatani dunia industri, hingga melibatkan mahasiswa dalam kerja sosial yang bermakna.

“Demokrasi kampus jangan berhenti sebagai ritual administratif, tapi menjadi ruang pembelajaran sosial yang mengakar dan membangun,” katanya.

Menuju Pemira yang Substantif dan Rasional

Untuk menjauhkan Pemira dari jebakan politik identitas dan popularitas semu, pihak WR III menyiapkan mekanisme seleksi berbasis visi, rekam jejak akademik, serta kapasitas kepemimpinan nyata. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh melalui pendekatan 360 derajat.

Membentuk Pemimpin Masa Depan

Universitas Mulia tengah mengembangkan Leadership Development Pipeline, mencakup pelatihan, mentoring alumni, hingga pengiriman mahasiswa ke forum kepemimpinan nasional dan internasional. Tujuannya jelas: melahirkan pemimpin yang tidak hanya siap saat Pemira, tapi matang secara berkelanjutan.

Humas UM (YMN)

“Jadilah pelopor, bukan hanya peserta. Mahasiswa angkatan pertama adalah penulis bab pertama dalam sejarah program studi.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., Rektor Universitas Mulia

Humas Universitas Mulia, 26 Juni 2025 – Universitas Mulia kembali mencatatkan tonggak penting dalam pengembangan program akademiknya. Dua program studi baru, yakni S1 Teknik Sipil dan S1 Teknik Industri, resmi memperoleh akreditasi peringkat “Baik” dari Lembaga Akreditasi Mandiri Teknik (LAM Teknik). Keputusan ini menjadi titik awal yang menjanjikan bagi dua prodi yang baru dibuka pada tahun akademik 2024/2025 ini.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyampaikan bahwa capaian ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang menuju mutu unggul.

“Akreditasi sementara ini sebagai titik awal untuk melakukan penguatan berkelanjutan, baik dari sisi kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE), pengembangan laboratorium, maupun peningkatan SDM dan kolaborasi industri,” terang beliau.

Lebih lanjut, Prof. Ahsin menegaskan bahwa akreditasi bukan sekadar formalitas administratif, tetapi bagian dari siklus peningkatan mutu berkelanjutan (Continuous Quality Improvement/CQI), yang akan diarahkan melalui strategi jangka menengah dan panjang sesuai Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Tambahan (IKT) dari Kemendikbudristek.

Akreditasi “Baik”: Legalitas dan Awal Budaya Mutu

Menurut Rektor, akreditasi “Baik” bukan hanya menjadi syarat legal formal untuk menyelenggarakan perkuliahan dan menerbitkan ijazah, tetapi juga menjadi sinyal bahwa pondasi mutu telah ditanamkan secara tepat.

“Meskipun levelnya belum tinggi, capaian ini menjadi indikator bahwa pondasi yang dibangun sudah benar dan dapat dikembangkan lebih lanjut,” ujarnya.

Hal ini penting terutama dalam konteks pembentukan budaya mutu di level program studi, sebuah langkah strategis bagi kampus yang terus berkembang pesat.

Tantangan Prodi Baru: Dari Ketiadaan Lulusan hingga Sarana Teknik

Mendirikan program studi teknik tidak datang tanpa tantangan. Pak Rektor memaparkan dua hambatan besar yang dihadapi dalam proses akreditasi, yakni:

  1. Belum tersedianya data luaran tridharma secara penuh, seperti lulusan, publikasi ilmiah dosen, dan pengabdian masyarakat.

  2. Keterbatasan sarana dan prasarana teknik, seperti laboratorium, bengkel kerja, serta fasilitas uji material.

Namun, UM justru menjadikan keterbatasan ini sebagai ruang inovasi dan pengembangan yang terstruktur.

Rencana Penguatan: Dari Kurikulum hingga Kolaborasi Industri

Pasca-akreditasi, universitas telah menyusun delapan langkah strategis, yakni:

  1. Evaluasi diri pasca-akreditasi

  2. Integrasi dengan sistem penjaminan mutu internal (SPMI)

  3. Penyempurnaan kurikulum OBE

  4. Pengembangan metode pembelajaran berbasis proyek dan laboratorium

  5. Penguatan SDM dosen dan tenaga kependidikan

  6. Pengembangan sarana dan teknologi penunjang

  7. Kemitraan strategis dengan industri dan institusi lain

  8. Persiapan akreditasi lanjutan dengan dokumen LKPS dan LED berbasis data


Harapan untuk Dosen dan Mahasiswa: Menjadi Pelopor di Era Baru

Rektor memberikan pesan khusus kepada dosen dan mahasiswa angkatan pertama. Para dosen diminta membangun suasana belajar yang inspiratif dan relevan dengan perubahan teknologi serta menjunjung tinggi semangat technopreneurship.

“Prodi yang hebat bukan dibangun oleh fasilitas semata, tetapi oleh dosen yang gigih membangun mutu dan semangat belajar.”

Kepada mahasiswa baru, beliau berpesan:

“Jadilah pelopor dan peletak batu pertama dalam sejarah program studi ini. Pelajari ilmu teknik bukan hanya untuk lulus, tetapi untuk membangun masa depan Indonesia yang berkelanjutan, tangguh, dan berdaya saing global.”

Menuju Masa Depan Teknik yang Relevan dan Adaptif

Dengan kombinasi semangat pionir, strategi akademik yang visioner, serta komitmen terhadap mutu, Universitas Mulia menunjukkan bahwa meskipun Prodi Teknik Sipil dan Teknik Industri baru dimulai, keduanya dibangun di atas fondasi yang kuat untuk menjawab tantangan zaman dan kebutuhan pembangunan bangsa, terutama di Kalimantan dan Ibu Kota Nusantara.

Humas UM (YMN)


“KKN bukan sekadar tugas kurikulum, tetapi wahana nyata yang mempertemukan mahasiswa dengan kehidupan. Proses ini membentuk kepemimpinan, empati, dan kemanusiaan melalui pembelajaran berbasis pengalaman.”
— Dr. Pudjiati, S.E., M.M., Koordinator KKN UM 2025

Humas Universitas Mulia, 25 Juni 2025— Sebanyak 420 mahasiswa Universitas Mulia (UM) dari berbagai program studi akan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tahun 2025 yang tersebar di 6 kecamatan dan 24 kelurahan di seluruh wilayah Kota Balikpapan. Dalam kegiatan pembekalan yang digelar di Ballroom Cheng Hoo hari ini, Ibu Pudji sebagai koordinator KKN menyampaikan bahwa KKN bukan sekadar kewajiban kurikulum, tetapi merupakan wahana strategis dalam membentuk insan pembelajar yang utuh.

Para Dosen Pembimbing Lapangan bersama peserta KKN Universitas Mulia 2025 menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan penuh semangat dalam seremonial pembukaan pembekalan KKN.

 

Para mahasiswa berasal dari Program Studi Akuntansi, Hukum, Informatika, Manajemen, Sistem Informasi, Teknologi Informasi, dan Farmasi. Mereka akan dibimbing oleh 21 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), yang tidak hanya berperan sebagai pengawas tetapi juga fasilitator refleksi kritis mahasiswa selama proses KKN berlangsung.

Mahasiswa peserta KKN Universitas Mulia 2025 menyanyikan Mars Balikpapan dengan khidmat sebagai bentuk kecintaan terhadap daerah tempat pengabdian.

Pelaksanaan KKN akan dimulai pada 22 Juli hingga 25 Agustus 2025. Mahasiswa akan dilepas secara resmi pada 21 Juli dan langsung diterima oleh masing-masing kelurahan dengan pendampingan dari DPL. Berbeda dari pola konvensional, mayoritas mahasiswa tidak tinggal di lokasi KKN, mengingat sebagian besar dari mereka merupakan pekerja. Kegiatan akan dilakukan saat mereka hadir di lokasi sesuai dengan pembagian tugas dan strategi kelompok.

Sekretaris LPPM Henny Okta Piyani, S.E., M.Ak.; Sekretaris Rektor Suhartati, S.E., M.Kom.; dan Ketua Branding Universitas Mulia, Tatang, turut hadir dalam seremonial pembukaan dan pelepasan KKN 2025.

Setiap kelompok KKN terdiri dari 20 mahasiswa lintas prodi. Tidak ada tema tunggal yang ditetapkan, melainkan diserahkan kepada masing-masing kelompok berdasarkan hasil orientasi dan kebutuhan spesifik di lokasi. Mitra kerja juga akan ditentukan langsung oleh mahasiswa sesuai potensi dan permasalahan di masyarakat.

“Jadilah solusi, bukan beban. Tawarkan program sederhana tapi relevan. Kecil tak mengapa, asal bermanfaat dan bisa dilanjutkan masyarakat.” — Dr. Pudjiati, S.E., M.M.

“Mahasiswa tidak hanya belajar untuk tahu, tapi untuk mampu dan menjadi. Di sinilah KKN menjadi instrumen nyata dalam mengintegrasikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pencapaian CPL (Capaian Pembelajaran Lulusan),” tegas Ibu Pudji.

Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa KKN harus menjadi platform pembelajaran kontekstual berbasis pengalaman.

“Perlu ada perubahan paradigma, dari pengabdian simbolik ke kolaborasi strategis. Dalam semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), KKN harus mempertemukan ilmu, aksi sosial, dan transformasi diri mahasiswa dalam kehidupan nyata masyarakat.”

DPL memiliki peran krusial dalam proses ini. Tidak hanya memantau, tetapi juga membimbing secara mendalam. Pemantauan dilakukan melalui laporan berkala dan grup WhatsApp, sementara evaluasi dilakukan berdasarkan progres kegiatan dan umpan balik dari masyarakat.

Dr. Pudji saat memberikan pembekalan kepada mahasiswa Universitas Mulia peserta KKN 2025 dengan penuh inspirasi dan penekanan nilai-nilai transformatif.

Harapan besar dititipkan kepada para peserta KKN.

“Jadilah solusi, bukan beban. Hadirlah dengan niat tulus untuk membantu. Tawarkan program sederhana tapi relevan. Kecil tidak masalah, asalkan bermanfaat dan bisa dilanjutkan masyarakat setelah kalian pergi,” pesan Ibu Pudji menutup pembekalan.

Dengan semangat menjadi agen perubahan, mahasiswa UM diharapkan mampu membawa perubahan positif, baik bagi masyarakat yang mereka dampingi maupun bagi perkembangan diri mereka sendiri sebagai calon pemimpin masa depan yang berintegritas, berempati, dan solutif.

Humas UM (YMN)