Humas Universitas Mulia, 7 Juli 2025 — Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur resmi menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan perguruan tinggi swasta se-Kalimantan Timur untuk mendukung pelaksanaan Program Gratis Pol, yaitu program biaya pendidikan yang benar-benar gratis 100% bagi seluruh anak-anak Kalimantan Timur.

Dalam pidatonya, Gubernur Kalimantan Timur menegaskan bahwa program Gratis Pol akan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2025—2026 dengan sasaran utama mahasiswa baru, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Semua biaya pendaftaran dan penerimaan mahasiswa baru ditanggung penuh oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

“Untuk mahasiswa semester dua sampai delapan, insyaallah kalau tidak ada halangan, di APBD Murni 2026 nanti semuanya akan kita tanggung biaya UKT-nya,” ujar Gubernur.

Ia juga meminta agar program ini segera disosialisasikan kepada para intelektual muda di Kalimantan Timur agar berjalan lancar, terbuka, dan inklusif tanpa membeda-bedakan latar belakang suku, agama, ras, bahasa, maupun budaya.

Kuota Berdasarkan Tahun Lalu

Dalam pidato tersebut, Gubernur menjelaskan bahwa basis data penerima Gratis Pol diambil berdasarkan jumlah mahasiswa baru pada tahun ajaran sebelumnya, dengan penambahan kuota maksimal 10 persen dari angka tersebut. Misalnya, jika penerimaan mahasiswa baru pada tahun lalu berjumlah 1.000 orang, maka tahun ini maksimal menjadi 1.100 orang.

Bantuan UKT untuk Semua Prodi

Untuk pembiayaan UKT, pemerintah menetapkan bahwa semua program studi akan diberikan bantuan minimum Rp5 juta per mahasiswa. Sementara khusus untuk mahasiswa kedokteran, pemerintah menetapkan batas bantuan maksimal Rp15 juta per mahasiswa, sesuai dengan program studi yang diambil. Kekurangan biaya di atas batas tersebut menjadi tanggung jawab mahasiswa baru.

Sinergi Pendidikan

Gubernur menegaskan bahwa program Gratis Pol merupakan bukti komitmen nyata pemerintah, bukan sekadar wacana atau janji politik. Pemprov bersama perguruan tinggi dan masyarakat berupaya membangun sumber daya manusia Kalimantan Timur agar mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Selain menjalin kerja sama dengan universitas nasional, pemerintah juga merencanakan pembukaan kerja sama dengan perguruan tinggi internasional. Ke depan, sistem pengajaran akan diarahkan dengan mendatangkan tenaga pengajar dari kampus-kampus unggulan ke Kalimantan Timur, sehingga mahasiswa tidak perlu lagi belajar ke luar daerah atau ke luar negeri.

“Kami percaya ini bukan sekadar biaya, tetapi investasi terbesar. Kalau ingin hasil cepat, cukup di pertanian. Tapi kalau ingin hasil 100 hingga 1.000 tahun, investasilah di pendidikan,” kata Gubernur.

Di akhir pidato, Gubernur menegaskan bahwa Kalimantan Timur harus segera bertransformasi dari mengandalkan sumber daya alam menjadi kekuatan sumber daya manusia. Ia optimistis lima hingga sepuluh tahun mendatang, Kalimantan Timur dapat menjadi salah satu daerah terdepan dalam pengembangan SDM di Indonesia.

Humas UM (YMN)

Panel diskusi yang dimoderatori oleh Talitha Aufa, Putri Indonesia Intelegensia Kaltim 2023 dan Aris (BEM Universitas Mulia) ini menjadi puncak pencerahan bagi para mahasiswa. Ketiga narasumber, yaitu Tama, Kevin Laoh, dan Wirangga Foto: Media Kreatif

UM – Ada banyak wawasan yang diperoleh mahasiswa dalam acara Digital Youth Summit 2025, Senin (19/5) yang lalu. Salah satunya adalah takut gagal ketika memulai usaha di era digital saat ini. Menjawab keresahan ini, tiga orang profesional di bidang yang berbeda membagikan resep jitu bagi mahasiswa yang ingin “Berani Muda, Berani Mendunia”.

Panel diskusi yang dimoderatori oleh Talitha Aufa, Putri Indonesia Intelegensia Kaltim 2023 dan Aris (BEM Universitas Mulia) ini menjadi puncak pencerahan bagi para mahasiswa.

Ketiga narasumber, yaitu Rifandi Tama (profesional Public Speaking), Kevin Laoh (Content Creator), dan Wirangga (profesional Digital Marketing), secara sinergis membedah cara mengubah ide menjadi aksi nyata.

“Habiskan Kuota Gagalmu!”

Hambatan terbesar seringkali bukan datang dari luar, melainkan dari dalam diri. Tama membuka mata para mahasiswa dengan sebuah konsep radikal: anggap kegagalan sebagai kuota yang harus dihabiskan.

“Kebanyakan dari kita sudah kalah sebelum bertanding karena takut salah, takut di-judge, takut diketawain,” tegas Tama saat menjawab pertanyaan dari Vanessa, seorang mahasiswi yang mengaku introvert.

“Jangan pernah takut melakukan kesalahan. Bagaimana kita tahu kalau itu salah, jika kita tidak pernah mencoba?” ujar Tama.

Tama mengajak mahasiswa untuk mengubah cara pandang terhadap kegagalan, bukan sebagai akhir, melainkan sebagai data dan proses belajar yang tak ternilai. Dengan “menghabiskan kuota gagal”, yang tersisa hanyalah keberhasilan.

Kuasai Diri, Jemput Peluang

Setelah pola pikir dibenahi, langkah selanjutnya adalah membangun kepercayaan diri. Tama menekankan pentingnya self-talk positif dan afirmasi. Namun, kuncinya tidak berhenti di situ.

“Bagaimana caranya agar percaya diri bisa tumbuh? Tentu harus latihan, menguasai materi, dan memperbanyak jam terbang,” ujarnya.

Pesan ini memberdayakan mahasiswa untuk mengambil kendali. Kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang ditunggu, melainkan sesuatu yang dibangun secara aktif melalui persiapan dan praktik.

“Jangan tunggu bolanya datang, sometimes kita harus jemput bolanya,” tambah Tama, menginspirasi mahasiswa untuk proaktif mencari kesempatan, bukan pasif menunggu.

Personal Branding Bukan Cuma Buat Selebgram

“Di era digital, identitas online adalah CV baru Anda,” kata Kevin Laoh, seorang content creator sukses, meluruskan miskonsepsi bahwa personal branding hanya untuk influencer.

“Gimana kamu mau dapat kerja kalau di sosmed kamu aja mati?” tantang Kevin.

“Membangun personal branding itu penting buat semua orang untuk menambah networking. Agar orang tahu siapa kalian dan apa yang kalian kerjakan.”

Mahasiswa dididik tentang pentingnya membangun citra diri yang profesional dan otentik di media sosial. Ini bukan tentang pamer, melainkan tentang menunjukkan kompetensi, minat, dan potensi yang bisa menjadi daya tarik bagi calon perusahaan atau kolaborator.

Kevin juga memberikan tips praktis: manfaatkan fitur iklan berbiaya rendah (mulai dari Rp15.000) untuk menjangkau audiens yang lebih luas, sebuah strategi yang bisa diterapkan bahkan oleh mahasiswa dengan budget terbatas.

Dari Hobi Jadi Cuan, Asal Punya Peta

Banyak mahasiswa, seperti Mutia yang bertanya di sesi Q&A, memiliki hobi yang berpotensi menjadi bisnis, seperti memasak atau membuat hantaran. Namun, bagaimana mengubahnya menjadi sumber penghasilan yang konsisten?

Wirangga, profesional digital marketing, memberikan kerangka strategis yang memperkaya wawasan bisnis mahasiswa. “Mulai aja dulu, tapi jangan gegabah,” pesannya.

Wirangga memperkenalkan konsep marketing funnel – sebuah peta jalan yang membantu mengarahkan calon pelanggan dari tahap “kenal” (awareness) hingga akhirnya membeli produk.

Mahasiswa diperkaya dengan pengetahuan bahwa promosi bukan sekadar “sebar info”, melainkan sebuah proses strategis untuk membangun kesadaran, ketertarikan, dan kepercayaan.

Inspirasi untuk Bertindak: Segera Ambil Langkah Pertamamu!

Sinergi dari ketiga narasumber mengerucut pada satu kesimpulan kuat, bahwa sukses di era digital adalah kombinasi dari keberanian mental, identitas digital yang kuat, dan strategi yang cerdas.

Para mahasiswa diharapkan tidak hanya pulang dengan membawa catatan saja, tetapi juga dengan api semangat yang baru. Mereka terinspirasi untuk segera bertindak:

  1. Mulai Sekarang: Jangan tunda lagi. Lakukan riset, buat akun media sosial untuk idemu, dan ambil langkah pertama, sekecil apapun itu.
  2. Bangun Personal Brand-mu: Tunjukkan siapa dirimu dan apa keahlianmu secara online. Jadikan media sosial sebagai portofolio hidupmu.
  3. Gagal Itu Belajar: Ubah rasa takut menjadi rasa penasaran. Setiap kesalahan adalah pelajaran berharga dalam perjalananmu.
  4. Jemput Peluang: Jangan menunggu kesempatan datang. Aktiflah dalam organisasi, ikuti kompetisi, dan bangun jaringanmu.

Digital Youth Summit telah membuktikan bahwa untuk “Berani Mendunia”, seorang mahasiswa hanya perlu satu hal: keberanian untuk memulai langkah pertama, hari ini.

(SA/Kontributor)

Kevin Laoh, pemenang Mr. Teen Kalimantan Timur 2022 ini menekankan bahwa menjadi kreator profesional di zaman sekarang membutuhkan lebih dari sekadar estetika, melainkan strategi yang matang. Foto: Media Kreatif

UM – Di era digital di mana semua orang bisa menjadi bintang di layarnya sendiri, impian menjadi content creator sukses bukan lagi sekadar angan-angan. Namun, di tengah lautan konten, bagaimana cara agar tidak hanya viral sesaat lalu tenggelam?

Kevin Laoh, seorang content creator dan pengusaha muda asal Balikpapan, membagikan resep jitunya di hadapan para mahasiswa dalam acara Digital Youth Summit 2025, 19 Mei 2025 yang lalu.

Dalam sesi akhir yang penuh energi itu, Kevin mengubah pola pikir mahasiswa dari sekadar “bikin konten” biasa menjadi “membangun pengaruh”.

Kevin, yang juga merupakan pemenang Mr. Teen Kalimantan Timur 2022, menekankan bahwa menjadi kreator profesional di zaman sekarang membutuhkan lebih dari sekadar estetika, melainkan strategi yang matang.

Stop Bikin Konten “Hi, Guys!”, Mulai dengan Strategi

Banyak kreator pemula terjebak dalam formula lama. “Dulu mungkin cukup dengan, ‘Hi, guys, aku suka banget makanannya, seayam itu!’,” ujar Kevin, menirukan gaya review yang kini dianggap usang.

Menurutnya, audiens sekarang jauh lebih cerdas dan mendambakan konten yang memiliki nilai.

“Sekarang itu lebih kompleks. Konten bukan cuma sekadar estetika, tapi strategi,” tegasnya.

Ini adalah pencerahan pertama bagi para mahasiswa: profesi kreator konten adalah sebuah pekerjaan serius yang membutuhkan riset, konsep, dan pemahaman mendalam tentang audiens.

Kevin mengatakan, ini bukan lagi soal narsis di depan kamera, tetapi tentang memberikan solusi dan cerita yang relevan.

Kenali Audiens dan Kuasai Kekuatan 3 Detik Pertama

Langkah paling fundamental, menurut Kevin, adalah mengenali “medan perang” atau audiens. Platform seperti Instagram dan TikTok menyediakan data demografis yang kaya: siapa penonton, berapa usianya, dan apa minat mereka.

“Kalau kalian buat konten, tapi enggak kenal sama market kalian, jatuhnya nanti viewers-nya enggak banyak,” jelasnya.

Setelah mengenali audiens, kuncinya terletak pada 3 detik pertama video. Lupakan pembukaan yang bertele-tele. Kevin menyarankan penggunaan hook atau pancingan yang kuat dan membuat penasaran.

“Gunakan kalimat seperti, ‘Yakin kamu belum tahu ini?’ atau ‘Ini dia enam rekomendasi yang bisa buat kamu jadi lebih pintar’,” contohnya.

Pancingan ini memaksa audiens untuk berhenti scrolling dan menyimak lebih lanjut, yang kemudian harus didukung dengan storytelling yang kuat dan mampu menyentuh emosi penonton.

Kegagalan Bukan Akhir, tapi Data untuk Berkembang

Salah satu momen paling memberdayakan dalam sesi tersebut adalah ketika seorang mahasiswa bernama Zaki mengaku pernah membuat video podcast di YouTube, namun hanya ditonton 60 orang dan memiliki satu subscriber. Alih-alih meremehkan, Kevin justru menjadikannya contoh pembelajaran.

“Menurut kamu kenapa video kamu enggak rame?” tanya Kevin. Zaki pun menjawab, “Mungkin dari cara pengeditan dan pembawaannya, Kak.”

Interaksi ini menggarisbawahi sebuah pesan penting: setiap konten yang “gagal” adalah data berharga.

“Perhatikan terus-menerus cara editannya, konsepnya. Dirubah terus mengikuti zaman,” pesan Kevin.

Kegagalan bukanlah vonis, melainkan umpan balik gratis untuk menjadi lebih baik di konten berikutnya. Ini adalah suntikan semangat bagi siapa pun yang takut untuk memulai karena khawatir tidak sempurna.

Dari Hobi Menjadi Profesi yang Menjanjikan

Pada akhirnya, apa buah dari semua kerja keras ini? Kevin tidak ragu untuk membagikan “harta karun” di ujung perjalanan seorang kreator yang konsisten: karier yang berkelanjutan dan penghasilan yang fantastis.

“Kalian liburan ke luar negeri terus dibayar, mau enggak? Kalian makan, dibayar, mau enggak?” tanyanya retoris, yang disambut antusias oleh para hadirin.

“Pernah mikir enggak sih sehari dapat 55 juta atau 100 juta? Itu mungkin!”

Pernyataan ini bukan sekadar bualan, melainkan pengayaan wawasan bagi mahasiswa bahwa hobi yang mereka tekuni dengan serius memiliki potensi ekonomi yang luar biasa.

Dari sponsorship, produk gratis, hingga menjadi brand ambassador, pintu peluang terbuka lebar bagi mereka yang mampu membangun pengaruh.

Kevin Laoh menutup sesinya dengan sebuah ajakan kuat untuk bertindak. “Kita tidak hanya membuat konten, kita membangun pengaruh (We don’t just create content, we build influence),” pungkasnya.

Bagi para mahasiswa, ini adalah panggilan untuk berhenti menjadi penonton dan mulai menjadi kreator cerita mereka sendiri, yakni dengan strategi, ketekunan, dan keberanian untuk memulai dari sekarang.

(SA/Kontributor)

Wirangga Luvianca. selaku Supervisor Regional SME Telkomsel Kalimantan, membuka wawasan mahasiswa dengan menekankan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk bertahan dan bertumbuh. Foto: Media Kreatif

UM – Di tengah era disrupsi digital yang semakin pesat, kemampuan memasarkan produk secara efektif menjadi kunci keberhasilan bagi wirausaha muda. Menjawab tantangan ini, Wirangga Luvianca membagikan strategi fundamental dalam sesi inspiratif di acara Digital Youth Summit 2025, Senin (19/5).

Wirangga, selaku Supervisor Regional SME Telkomsel Kalimantan, membuka wawasan audiens dengan menekankan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk bertahan dan bertumbuh.

“Di era modern ini, bisnis yang tidak beradaptasi dengan digitalisasi berisiko tertinggal,” ujarnya, memberikan pencerahan mengenai urgensi transformasi digital bagi para calon pemimpin masa depan.

Membedah Marketing Funnel: Peta Jalan Menuju Loyalitas Pelanggan

Dalam sesi ini, Wirangga membedah konsep Marketing Funnel, sebuah kerangka kerja strategis yang memetakan perjalanan konsumen dari awal mengenal produk hingga menjadi pelanggan setia.

Dengan penjelasan yang lugas, Wirangga mengurai lima tahapan krusial yang memperkaya pengetahuan para mahasiswa, yakni:

Awareness (Kesadaran): Tahap terluas di mana tujuannya adalah membuat produk atau merek dikenal oleh sebanyak mungkin orang. “Yang penting dikenal dulu, tanpa harus memikirkan apakah akan langsung terjual,” jelas Wirangga.

Consideration (Pertimbangan): “Setelah audiens sadar akan produk Anda, langkah selanjutnya adalah mendorong mereka untuk mempertimbangkan pembelian, misalnya dengan menyediakan link menuju platform penjualan seperti e-commerce atau WhatsApp Bisnis,” katanya.

Conversion (Konversi): Di tahap ini, fokus beralih untuk mengubah calon pembeli menjadi pembeli sungguhan dengan mempermudah proses transaksi. “Jangan diperibet. Proses yang mudah akan meningkatkan konversi,” tegasnya.

Loyalty (Loyalitas): Penjualan bukanlah akhir dari perjalanan. Wirangga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan pelanggan untuk menciptakan pembelian berulang dan membangun basis konsumen yang kuat.

Advocacy (Advokasi): “Puncak dari marketing funnel, di mana pelanggan yang sangat puas secara sukarela menjadi “promotor gratis” bagi produk Anda. Ini adalah hasil dari loyalitas yang dibangun dengan baik,” ujarnya.

Penjelasan terstruktur ini memberikan edukasi yang praktis bagi para mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa diharapkan mampu mengubah konsep pemasaran yang abstrak menjadi langkah-langkah konkret yang dapat diterapkan.

Pemberdayaan Melalui Alat Digital

Sesi ini menjadi lebih berkesan karena tidak hanya berhenti di teori. Wirangga secara langsung memberdayakan para mahasiswa dengan memperkenalkan alat-alat praktis dari ekosistem digital yang dapat langsung digunakan.

Salah satu yang utama adalah sebuah platform yang memungkinkan wirausaha melakukan promosi berbasis lokasi (Location Based Advertising).

“Anda pernah lewat BSB atau Pentacity lalu dapat SMS promo dari Dunkin’ Donuts? Itulah salah satu penerapan MyAds,” ungkapnya.

Alat ini memungkinkan wirausaha, bahkan yang baru merintis, untuk menargetkan audiens di lokasi spesifik, secara langsung menghubungkan teori Awareness dan Consideration dengan eksekusi nyata.

Lebih jauh, Wirangga juga memperkenalkan program Digital Creative Entrepreneur (DCE), sebuah inisiatif CSR yang menawarkan pelatihan, mentoring, hingga potensi pendanaan bagi wirausaha muda.

Ditambah dengan platform pembelajaran Kuncie, yang menunjukkan komitmennya untuk tidak hanya menjadi penyedia layanan, tetapi juga mitra pertumbuhan bagi generasi muda.

Melalui paparannya, Wirangga tampak berhasil menyalakan api semangat di kalangan mahasiswa.

Sesi ini menjadi sebuah inspirasi yang menunjukkan, kesuksesan di dunia wirausaha digital dapat diraih melalui pemahaman strategi yang tepat, pemanfaatan alat yang tersedia, dan kemauan untuk terus belajar.

Para mahasiswa diharapkan tidak hanya pulang dengan catatan penuh teori, tetapi juga dengan rasa percaya diri dan bekal untuk memulai atau mengembangkan usahanya.

Paparan ini mengungkap bagaimana sebuah industri telekomunikasi dapat berperan aktif dalam mencerdaskan, mencerahkan, dan memberdayakan generasi penerus bangsa.

(SA/Kontributor)

Rifandi Adi Yudha Tama, seorang praktisi Corporate Communication dari Telkomsel, membagikan ilmunya tentang seni public speaking pada Digital Youth Summit 2025 di Aula Cheng Ho, Senin (19/5/2025). Foto: Media Kreatif

UM – Suasana Aula Cheng Ho Universitas Mulia bergemuruh dengan semangat saat para mahasiswa dalam acara Digital Youth Summit 2025, Senin (19/5) yang lalu. Mahasiswa diajak untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga mempraktikkan langsung tips sukses berbicara di depan umum.

Dalam sebuah sesi yang dinamis dan interaktif, Rifandi Adi Yudha Tama, seorang praktisi Corporate Communication dari Telkomsel, membagikan ilmunya tentang seni public speaking yang ternyata lebih dari sekadar berkata-kata.

Tama tidak hanya menjadi ajang transfer ilmu, tetapi juga membuka wawasan baru, memperkaya kemampuan diri mahasiswa, dan memberikan dorongan kekuatan bagi mahasiswa untuk berani bersuara di depan publik.

Komunikasi Bukan Sekadar Bicara, Tapi Saling Memahami

Tama, yang juga merupakan lulusan London School of Public Relations (LSPR), membuka sesi dengan sebuah pencerahan fundamental.

“Komunikasi bukan hanya interaksi antara pembicara dan pendengar. Komunikasi yang sesungguhnya terjadi ketika ada pemahaman yang sama di antara kedua belah pihak,” katanya.

Ia mengilustrasikan, bahkan ketika dua orang menggunakan bahasa yang berbeda, komunikasi tetap bisa terjadi jika keduanya saling memahami. Kegagalan memahami inilah yang menjadi akar dari banyak masalah.

Sebaliknya, komunikasi yang efektif adalah kunci dari solusi masalah (problem solving). Ini menjadi titik awal yang mengubah cara pandang mahasiswa terhadap esensi komunikasi itu sendiri.

Menguasai Teknik Vokal dan Mental di Atas Panggung

Memasuki inti materi, Tama membekali para peserta dengan serangkaian “senjata” teknis yang wajib dimiliki seorang pembicara. Pengetahuan ini menjadi fondasi edukasi yang praktis dan mudah diterapkan. Beberapa poin utama yang dibedah antara lain:

  1. Volume Suara: Kemampuan mengontrol keras dan pelannya suara agar nyaman didengar dan mampu menjangkau seluruh audiens.
  2. Intonasi: Naik turunnya nada suara yang memberikan energi, emosi, dan keyakinan pada pesan yang disampaikan. “Filmnya bagus banget!” dengan intonasi datar tidak akan meyakinkan audiens.
  3. Tempo: Kecepatan berbicara yang harus disesuaikan dengan audiens. “Untuk audiens anak muda, tempo yang lebih cepat membuat mereka tetap fokus. Namun, pada bagian inti, berikan penekanan dengan tempo yang lebih lambat,” sarannya.
  4. Pernapasan Diafragma: Teknik pernapasan perut yang menjadi kunci untuk tetap tenang, mengatasi gugup, dan menghasilkan suara yang stabil. Para mahasiswa bahkan diajak berdiri untuk mempraktikkan langsung teknik ini.
  5. Artikulasi: Kejelasan pengucapan vokal A, I, U, E, O yang membuat setiap kata dapat diterima dengan baik oleh pendengar.

Menaklukkan ‘Monster’ Demam Panggung

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi banyak orang adalah demam panggung atau stage fright.

Tama secara langsung memberdayakan mahasiswa untuk melawan rasa takut ini. Kuncinya, menurut Tama, terletak pada dua hal: Self-Confidence (Percaya Diri) dan Self-Esteem (Harga Diri).

Self-esteem adalah bagaimana cara kita melihat diri kita sendiri. Untuk bisa percaya diri, kita harus mencintai diri kita terlebih dahulu, love yourself,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa rasa percaya diri dibangun melalui latihan, jam terbang, dan penguasaan materi yang mendalam.

Dengan memiliki fondasi mental yang kuat, demam panggung yang merupakan hal wajar dapat dikelola dan diubah menjadi energi positif. Ini adalah pesan pemberdayaan yang kuat, bahwa setiap mahasiswa memiliki kendali penuh untuk mengatasi ketakutan internal mereka.

Dari Informasi Menjadi Inspirasi yang Mengubah

Di akhir sesi, Tama mengingatkan bahwa tujuan akhir dari public speaking bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga memengaruhi, menghibur, dan mengedukasi.

Ia mengutip sebuah kalimat kuat, “Jika kamu bisa berbicara, kamu bisa memengaruhi. Jika kamu bisa memengaruhi, kamu bisa mengubah kehidupan.”

Para mahasiswa Universitas Mulia tidak hanya pulang membawa catatan dan hadiah, tetapi juga bekal kepercayaan diri dan pemahaman mendalam bahwa suara mereka memiliki kekuatan.

Tampaknya, Tama berhasil memperkaya para peserta dengan keterampilan praktis yang akan sangat berguna di dunia akademik maupun profesional, mengubah mahasiswa dari pendengar pasif menjadi calon-calon pembicara yang siap menginspirasi.

(SA/Kontributor)

Sekretaris LPPM Universitas Mulia, Henny Okta Piyani, S.E., M.Ak. ketika sosialisasi hibah secara daring, Rabu (2/7). Foto: SA/Kontributor

UM – Dalam rangka mengembangkan budaya riset dan pengabdian kepada masyarakat, LPPM menggelar sosialisasi teknis pengajuan proposal hibah DIPA LPPM tahun anggaran 2025.

Acara yang digelar secara daring ini dihadiri oleh jajaran pimpinan fakultas, kepala PSDKU, Kabag Publikasi dan HKI serta dosen dari berbagai fakultas di lingkungan Universitas Mulia, Rabu (2/7).

Sekretaris LPPM Universitas Mulia, Henny Okta Piyani, S.E., M.Ak. mengatakan, program hibah ini merupakan upaya untuk mendorong dan mengembangkan budaya riset yang kuat di kalangan dosen.

“Harapannya dengan adanya program ini, para dosen dapat menghasilkan penelitian dan pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Luaran Publikasi

Tahun ini, hibah internal LPPM Universitas Mulia akan difokuskan pada luaran publikasi, dengan memberikan kesempatan yang sama bagi semua dosen, tanpa memandang jabatan fungsional.

Berikut adalah rincian skema hibah yang ditawarkan:

  1. Hibah Internasional Scopus: Dengan total 10 kuota, hibah ini menawarkan dana penelitian. Luaran wajib dari hibah ini adalah publikasi di jurnal terindeks Scopus serta hak kekayaan intelektual (HKI) dalam bentuk laporan. Skema ini dapat diajukan oleh satu ketua dan dua anggota dosen, dengan melibatkan satu mahasiswa.
  2. Hibah Sinta 3 dan 4: Dengan kuota sebanyak 40 proposal, hibah ini menyediakan dana per proposal. Luaran wajib yang diharapkan adalah publikasi di jurnal Sinta 3 atau 4, serta HKI. Seperti hibah Scopus, hibah ini juga membutuhkan satu ketua dan dua anggota dosen, dengan melibatkan satu mahasiswa.
  3. Hibah Sinta 5 dan 6: Hibah ini menawarkan dana per proposal, dengan total 30 kuota. Luaran wajibnya adalah publikasi di jurnal Sinta 5 atau 6 serta HKI. Syarat pengajuan sama dengan skema lainnya.
  4. Pengabdian Masyarakat: Hibah pengabdian masyarakat menawarkan dana per proposal, dengan 40 kuota yang tersedia. Luaran wajib dari hibah ini adalah publikasi di jurnal Sinta 5 atau 6 serta HKI.

Jadwal dan Proses Pengajuan

Proses pengajuan proposal akan melalui beberapa tahapan, dimulai dari persiapan proposal yang berlangsung dari tanggal 2 hingga 8 Juli 2024. Setelah itu, proposal akan dievaluasi di tingkat prodi dan fakultas, sebelum akhirnya diseleksi oleh LPPM. Pengumuman penerima hibah dijadwalkan pada tanggal 15 Juli 2024.

Henny menekankan, dosen yang memiliki tanggungan penelitian atau pengabdian dari tahun sebelumnya tidak dapat mengajukan proposal pada tahun ini. Hal ini bertujuan untuk memastikan semua dosen memiliki kesempatan yang sama dan fokus dalam menyelesaikan proyek penelitian mereka.

Dengan total 80 kuota untuk penelitian dan 40 kuota untuk pengabdian, program hibah DIPA LPPM 2025 ini menjadi peluang emas bagi para dosen Universitas Mulia untuk mengembangkan karir akademis dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

LPPM Universitas Mulia mengajak seluruh dosen untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya dan mengajukan proposal terbaiknya.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai template proposal dan formulir pengajuan, dosen dapat mengakses tautan yang telah disediakan oleh LPPM.

Harapannya, semua kuota yang tersedia dapat terpenuhi, sehingga budaya riset dan pengabdian di Universitas Mulia dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih luas.

(SA/Kontributor)

Humas Universitas Mulia, 2 Juli 2025— Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mulia menegaskan keseriusannya dalam meningkatkan kualitas dan relevansi hibah penelitian serta pengabdian kepada masyarakat untuk Tahun Anggaran 2025. Komitmen tersebut ditegaskan melalui berbagai langkah strategis yang diungkapkan dalam sosialisasi teknis hibah DIPA LPPM.

Dalam upaya memastikan proposal hibah benar-benar relevan dengan roadmap riset Universitas Mulia, LPPM telah menyiapkan indikator penilaian yang lebih ketat. Proses evaluasi dilakukan melalui mekanisme desk evaluation dan peer review agar setiap proposal tidak sekadar menjadi formalitas, tetapi mampu mendukung arah riset universitas secara strategis.

Selain aspek seleksi, LPPM juga memfokuskan perhatian pada kualitas luaran. Tidak hanya mendorong peningkatan kuantitas proposal, lembaga ini berupaya memastikan setiap penelitian dan pengabdian menghasilkan publikasi bereputasi dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Beberapa langkah konkret yang dijalankan meliputi sosialisasi dan workshop penyusunan proposal bermutu, pendampingan proposal secara intensif, sinkronisasi dengan roadmap riset, skema insentif berbasis luaran, serta monitoring dan evaluasi berkelanjutan.

Untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas, proses seleksi hibah di Universitas Mulia dilaksanakan dengan prosedur tertulis, penilaian terbuka yang terdokumentasi, double peer review, penyimpanan bukti penilaian, rapat pleno penetapan proposal terbaik, hingga pengumuman secara terbuka. Mekanisme ini diharapkan dapat mencegah bias maupun dominasi kelompok tertentu dalam pembagian dana penelitian dan pengabdian.

LPPM juga menaruh perhatian serius pada keberlanjutan dampak pengabdian kepada masyarakat. Proposal disusun berbasis indikator outcome, didukung pendampingan berkelanjutan serta monitoring lapangan, sehingga kegiatan pengabdian tidak berhenti pada laporan administratif, tetapi menghasilkan perubahan sosial yang terukur.

Dalam konteks hilirisasi, LPPM membuka jalur penghubung agar hasil penelitian dapat ditindaklanjuti ke skema hibah eksternal, paten, hingga kemitraan industri. Pendekatan ini dilaksanakan melalui pendampingan proposal eksternal, proses pendaftaran hak paten, perluasan jejaring industri, dan program inkubasi inovasi.

Adapun dari sisi kontribusi terhadap institusi, capaian hibah penelitian dan pengabdian di Universitas Mulia ditargetkan dapat memberikan dampak langsung pada reputasi akademik sekaligus mendongkrak skor akreditasi di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini diwujudkan melalui kontribusi pada indikator publikasi ilmiah, perolehan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), pengabdian masyarakat yang berdampak, keterlibatan mahasiswa, serta penguatan kerja sama eksternal.

Dengan langkah-langkah ini, LPPM Universitas Mulia menegaskan peran sentralnya dalam mengawal kualitas riset dan pengabdian, sekaligus mengoptimalkan dampaknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat.

Humas UM (YMN)

Humas Universitas Mulia, 2 Juli 2025— Sebagai wujud nyata komitmen Universitas Mulia terhadap keberlanjutan ekosistem dan pembangunan usaha yang selaras dengan alam, Inkubator Bisnis UM di bawah kepemimpinan Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd. kembali menghadirkan sebuah agenda penting bertajuk “The Future is Green.” Webinar ini diangkat dari kesadaran mendalam akan semakin mendesaknya kebutuhan penerapan green business di tengah masyarakat dan dunia usaha.

Saat ini, kesadaran publik akan pentingnya hidup selaras dengan alam semakin tumbuh. Produk-produk ramah lingkungan makin diminati, bahkan pasarnya terbuka semakin lebar. Namun di sisi lain, masih banyak pelaku usaha yang belum memahami bagaimana semestinya green business dijalankan dengan benar. Di sinilah letak urgensi webinar ini — menjadi jembatan pengetahuan bagi mahasiswa, dosen, dan pelaku usaha di lingkungan Universitas Mulia untuk memahami prinsip green innovation dan penerapannya pada setiap lini aktivitas ekonomi.

Mengapa Mahasiswa dan Dosen Perlu Hadir?

Mahasiswa dan dosen memiliki peran vital dalam membangun generasi technopreneur masa depan. Adaptasi teknologi dan pengembangan produk ramah lingkungan merupakan kunci menjaga keberlangsungan usaha di masa mendatang. Webinar ini bukan sekadar diskusi konseptual, tetapi forum untuk menggali wawasan dari pakar dan praktisi yang relevan, sekaligus ajang bertukar gagasan tentang bagaimana green business dapat diterapkan dalam berbagai skala usaha.

Dengan menghadiri webinar ini, dosen akan memperoleh perspektif baru yang dapat diintegrasikan ke dalam pengajaran maupun riset di bidang keberlanjutan. Bagi mahasiswa, kesempatan ini menjadi pintu awal membangun ide bisnis inovatif yang tidak hanya mendatangkan profit, tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan.

Narasumber yang Berpengalaman dan Inspiratif

Kehadiran Dr. Ali Azwar sebagai narasumber menjadi nilai tambah yang tidak ternilai. Beliau adalah pakar energi terbarukan dan pelaku green business asal Maladewa dengan pengalaman hampir tiga dekade. Keahlian beliau lahir dari kombinasi antara pendidikan tinggi dan ketekunan membangun karir dari bawah, dengan semangat belajar yang konsisten dan dedikasi di bidang energi terbarukan dan bisnis hijau.

Dalam forum ini, Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Inkubator Bisnis UM akan bertindak sebagai moderator, memfasilitasi diskusi mendalam antara narasumber dan peserta. Kesempatan berinteraksi langsung dengan pakar sekaliber Dr. Ali Azwar di bawah moderasi akademisi yang berpengalaman akan membuka ruang inspirasi yang luas bagi seluruh peserta.

Langkah Awal untuk Inisiatif Hijau yang Berkelanjutan

Webinar “The Future is Green” juga menandai rangkaian inisiatif hijau Inkubator Bisnis UM ke depan. Melalui kegiatan ini, Universitas Mulia berkomitmen untuk turut menerapkan dan mengampanyekan green business sebagai solusi kehidupan berkelanjutan yang lebih baik.

Maka, ajakan ini patut direnungkan bersama. Kesadaran akan pentingnya keberlanjutan harus diikuti langkah nyata. Hadir dalam forum ini berarti menjadi bagian dari perubahan menuju masa depan yang lebih hijau. Mahasiswa, dosen, dan seluruh civitas akademika Universitas Mulia, mari bergabung, belajar, dan bertindak. Karena masa depan adalah hijau — the future is green.

Humas UM (YMN)

Mahasiswa Prodi S1 Teknologi Informasi yang tergabung dalam HIMATI berpose bersama guru dan siswa SMK Pertiwi Balikpapan, Senin (30/6/2025). Foto: Istimewa

UM – Program “Goes to School” yang diinisiasi oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi S1 Teknologi Informasi (HIMATI) bukan sekadar kunjungan pengabdian. Lebih dari itu, kegiatan ini mencerminkan implementasi nyata dari prinsip-prinsip Tridharma Perguruan Tinggi dan arahan transformasi pendidikan.

Kegiatan ini dilaksanakan di SMK Pertiwi Balikpapan, Senin (30/6). Mahasiswa yang tergabung HIMATI terjun langsung membimbing siswa kelas XII jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) dalam pelatihan konfigurasi Mikrotik.

Dengan pendekatan praktik langsung, mahasiswa membantu siswa memahami konsep lanjutan jaringan seperti IP Addressing, Captive Portal, hingga manajemen bandwidth.

Mahasiswa Harus Dilibatkan dan Ilmu Harus Dihilirisasi

Kegiatan ini menunjukkan bagaimana mahasiswa tidak hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga aktor utama dalam transfer pengetahuan ke masyarakat.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Stella Christie, dalam kunjungan kerjanya di Samarinda baru-baru ini. Prof. Stella mengatakan, riset dan keilmuan harus fokus dan kontekstual serta mahasiswa wajib dilibatkan secara aktif dalam proyek-proyek edukatif dan riset terapan.

“Ketika mahasiswa HIMATI turun langsung ke SMK, mereka tidak hanya mengasah kompetensi teknis, tetapi juga membentuk daya pikir kritis, komunikasi, dan problem solving dalam konteks nyata,” ujar Aqilah Aulya Maulidah, Ketua HIMATI Universitas Mulia.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa belajar menyederhanakan materi teknis menjadi modul pembelajaran yang dapat dicerna oleh pelajar SMK. Kemampuan menyampaikan ilmu dengan pendekatan aplikatif inilah yang merupakan bentuk hilirisasi dari pembelajaran yang diterima di kampus.

Mahasiswa Prodi S1 Teknologi Informasi Universitas Mulia saat membimbing para siswa SMK Pertiwi Balikpapan. Foto: Istimewa

Mahasiswa Prodi S1 Teknologi Informasi Universitas Mulia saat membimbing para siswa SMK Pertiwi Balikpapan. Foto: Istimewa

Mahasiswa Prodi S1 Teknologi Informasi Universitas Mulia saat membimbing para siswa SMK Pertiwi Balikpapan. Foto: Istimewa

Mahasiswa Prodi S1 Teknologi Informasi Universitas Mulia saat membimbing para siswa SMK Pertiwi Balikpapan. Foto: Istimewa

Aqilah Aulya Maulidah, Ketua HIMATI Universitas Mulia menerima cenderamata dari salah satu perwakilan siswa. Foto: Istimewa

Aqilah Aulya Maulidah, Ketua HIMATI Universitas Mulia menerima cenderamata dari salah satu perwakilan siswa. Foto: Istimewa

Ketua Program Studi S1 Teknologi Informasi, Agus Wijayanto, S.Kom., M.Kom. menyatakan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam program seperti ini akan menjadi catatan penting dalam capaian kinerja Tridharma dan instrumen akreditasi.

“Program ini menciptakan siklus pembelajaran yang utuh, yaitu kampus menelurkan ilmu, mahasiswa menyampaikan kembali ke sekolah, dan sekolah mendapatkan manfaat praktis. Ini adalah ekosistem pembelajaran kontekstual yang sedang digalakkan pemerintah,” ujar Agus.

Pihak SMK Pertiwi menyambut baik kegiatan ini. Guru pendamping menyatakan bahwa pelatihan dari mahasiswa HIMATI memberikan warna baru dalam proses belajar siswa, terutama dalam memahami teknis konfigurasi jaringan berbasis Mikrotik yang kerap menjadi tantangan dalam praktik kelas.

“Siswa jadi lebih berani bertanya, lebih percaya diri dalam praktik. Bagi kami ini bentuk nyata link and match antara perguruan tinggi dan pendidikan vokasi menengah,” ujarnya.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer, Djumhadi, S.T., M.Kom., menambahkan bahwa kegiatan HIMATI merupakan bagian dari strategi institusi untuk mendorong keunggulan akademik berbasis pengabdian dan hilirisasi ilmu, khususnya untuk mendukung transformasi pendidikan yang dicanangkan pemerintah.

“Kampus tidak boleh hanya mengajar dari podium. Kita harus menurunkan mahasiswa ke lapangan. Ini adalah simulasi awal keterlibatan mahasiswa dalam riset terapan dan penyelesaian masalah nyata,” kata Djumhadi.

Ia menyebut, ke depan himpunan mahasiswa akan dilibatkan dalam proyek-proyek riset mikro berbasis komunitas, seperti digitalisasi UMKM, pelatihan literasi digital untuk desa, dan pemetaan infrastruktur jaringan sekolah berbasis data.

Pemerintah RI, lewat Kemendiktisaintek mendorong keberhasilan riset dan pembelajaran seperti vokasi, terletak pada fokus permasalahan dan kolaborasi strategis. HIMATI lewat program Goes to School, telah menjawab tantangan tersebut.

Tidak hanya membekali siswa, mahasiswa juga membentuk karakter kepemimpinan, serta membuka ruang inovasi dan jejaring antara kampus dan sekolah.

Ke depan, kegiatan ini diharapkan berlanjut menjadi Teaching and Research Collaboration antara universitas dan sekolah mitra sebagai model baru penguatan ekosistem pendidikan berbasis sinergi.

(SA/Kontributor)

Humas Universitas Mulia, 1 Juli 2025 — BEM Universitas Mulia menunjukan komitmennya dalam membangun kontribusi mahasiswa di tingkat nasional dengan keikutsertaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) BEM Seluruh Indonesia (SI) XVIII yang digelar di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ketua BEM Universitas Mulia, Agung, hadir secara langsung mewakili kampus untuk mengambil peran strategis bersama ratusan perwakilan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. MUNAS BEM SI XVIII tahun ini mengusung tema “Menakar Arah, Menguji Janji: Revitalisasi Peran Mahasiswa dalam Menjaga Demokrasi, Keadilan Sosial, dan Pembangunan Kabinet Merah Putih.”

Dalam keterangannya, Agung menjelaskan bahwa forum MUNAS ini menjadi momentum penting untuk memperkuat eksistensi Universitas Mulia pada level nasional. “Dengan keterlibatan aktif kami, Universitas Mulia bukan hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga sebagai bagian dari pengambil keputusan strategis gerakan mahasiswa Indonesia. Ini adalah bentuk positioning bahwa mahasiswa UM siap bersuara, berpikir kritis, dan berjejaring menjawab tantangan bangsa,” jelasnya.

Sejumlah isu krusial diangkat dalam forum tersebut, di antaranya akses pendidikan yang merata, digitalisasi kampus, ketimpangan pembangunan, isu lingkungan — khususnya tambang di Raja Ampat — hingga penguatan peran pemuda dalam demokrasi dan ekonomi berkelanjutan. Menurut Agung, isu-isu tersebut memiliki relevansi langsung dengan kondisi Universitas Mulia, terutama dalam mendukung transformasi digital, inklusi pendidikan, serta kesiapan mahasiswa menghadapi disrupsi teknologi. “Mahasiswa hari ini jangan hanya jadi penonton, tetapi harus aktif mengawal isu-isu strategis tersebut,” tambahnya.

Sebagai perwakilan kampus, Agung membawa tiga rekomendasi utama: pemerataan dukungan teknologi pendidikan di daerah, pentingnya kolaborasi strategis antar-BEM, serta penguatan literasi digital dan kebangsaan. “Balikpapan sebagai kota penyangga IKN harus siap dengan dukungan teknologi pendidikan yang merata. Kolaborasi antar-BEM juga menjadi kunci untuk mengawal isu daerah maupun nasional secara bersama-sama,” ujarnya.

Dalam menjawab dinamika gerakan mahasiswa di era digital, Agung menegaskan bahwa mahasiswa harus mampu bertransformasi menjadi aktor yang adaptif, inovatif, dan tetap kritis. “Gerakan mahasiswa tidak hanya turun ke jalan, tetapi juga harus mampu memengaruhi kebijakan melalui data, narasi, dan kampanye strategis di ruang digital,” tuturnya.

Selain itu, BEM UM juga memanfaatkan MUNAS ini untuk memperluas jejaring. Komunikasi aktif dilakukan dengan BEM dari Aceh, Sumatra, Balinusra, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Beberapa rencana tindak lanjut telah dirancang, di antaranya program pertukaran gagasan, RAKERNAS, kajian strategis antar-BEM, serta proyek kolaboratif advokasi isu lingkungan dan pendidikan di wilayah pinggiran.

Agung memastikan hasil MUNAS ini tidak akan berhenti pada forum seremonial semata. Resolusi nasional akan diintegrasikan ke dalam program kerja BEM UM melalui forum diskusi kebijakan publik, penguatan literasi digital, serta gerakan kampus hijau yang mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.

“Kami juga memastikan aspirasi mahasiswa UM benar-benar terwakili melalui forum dengar pendapat sebelum keberangkatan. Aspirasi mahasiswa kami formulasikan sebagai isu prioritas, dan kami selalu terbuka menerima masukan selama forum berlangsung,” jelas Agung.

Tantangan terbesar yang dihadapi dalam forum nasional ini menurut Agung adalah bagaimana menyatukan keberagaman perspektif antar-BEM dari berbagai wilayah, terutama pada isu sensitif. Namun hal tersebut menjadi ruang pembelajaran dalam membangun konsolidasi gerakan mahasiswa yang solid dan bermakna.

Ia juga menegaskan bahwa BEM idealnya tidak hanya menjadi corong aspirasi internal kampus, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial-politik. “Mahasiswa memiliki keistimewaan untuk berpikir bebas, kritis, dan idealis. BEM harus bisa menjembatani kepentingan mahasiswa dengan realitas kebijakan publik,” ujarnya.

Menutup keterangannya, Agung berpesan kepada mahasiswa Universitas Mulia untuk bangga dan terus mendukung kiprah BEM UM di tingkat nasional. “Partisipasi di MUNAS BEM SI ini adalah langkah awal marwah kampus dan value BEM UM terbranding secara nasional. Walau periode ini adalah periode pertama BEM UM, kami berkomitmen penuh membuka gerbong aliansi BEM dari kota, regional, hingga nasional. Semoga kepengurusan berikutnya dapat melanjutkan dan memperkuat pondasi ini dengan semangat berembuk, beraksi, bermanfaat, dan berdampak bagi mahasiswa serta masyarakat,” pungkasnya.

Musyawarah Nasional BEM SI XVIII merupakan forum musyawarah tertinggi BEM Seluruh Indonesia. Tahun ini, Institut Pertanian Bogor didaulat sebagai tuan rumah dengan menghadirkan sejumlah tokoh nasional di antaranya Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, M.P., Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., Sekjen Kementerian ESDM, Anggota DPR RI Komisi IV Prof. Dr. Ir. H. Rakhmin Dahuri, M.S., Bupati Bogor Rudy Susmanto, S.Si., serta Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si.

Humas UM (YMN)