“Qurban bukan sekadar ritual, tapi media pendidikan nilai multidimensi yang membentuk insan cerdas secara intelektual, sosial, emosional, dan spiritual.”
— Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.T.
Humas Universitas Mulia, 5 Juni 2025 — Universitas Mulia terus menguatkan komitmennya dalam membentuk karakter religius dan humanis sivitas akademikanya melalui pelaksanaan ibadah qurban di lingkungan kampus. Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, menyampaikan bahwa kegiatan qurban bukan sekadar ritual keagamaan tahunan, tetapi memiliki nilai edukatif yang mendalam serta relevansi strategis dalam pengembangan karakter mahasiswa dan dosen di era pendidikan tinggi berbasis technopreneurship.

“Dengan melibatkan sivitas akademika dalam qurban, kita membangun kampus sebagai pusat pembinaan karakter religius yang sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.” — Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.T.
“Ibadah qurban mengandung nilai pengorbanan, ketulusan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan melibatkan sivitas akademika dalam kegiatan ini, kampus dapat menjadi tempat pembinaan karakter religius yang sejalan dengan pendidikan nilai dan moral dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi,” tutur Prof. Ahsin.
Ia menekankan bahwa nilai-nilai pendidikan yang terinternalisasi dalam kegiatan qurban sangat selaras dengan misi Universitas Mulia. Beberapa nilai yang dapat ditanamkan antara lain ketakwaan, keikhlasan, kepedulian sosial, tanggung jawab, profesionalisme, dan refleksi diri. Menurutnya, qurban adalah media pendidikan multidimensi yang sangat relevan dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional, sosial, dan spiritual.
“Kegiatan ini harus menjadi bagian dari budaya kampus. Nilai-nilai religius, sosial, dan edukatif dari qurban dapat diintegrasikan dengan visi Universitas Mulia sebagai perguruan tinggi yang humanis, technopreneurial, dan berkontribusi pada masyarakat,” lanjutnya.
Rektor juga mencermati bahwa tradisi berqurban telah tumbuh sejak masa STMIK-STIKOM, jauh sebelum merger menjadi Universitas Mulia. Hal ini, menurutnya, merupakan bukti nyata bahwa nilai-nilai ketakwaan telah tertanam dan dijaga secara istiqomah oleh warga kampus selama bertahun-tahun.

“Meskipun kami perguruan tinggi berbasis technopreneurship, nilai kemanusiaan tetap menjadi pijakan. Qurban menanamkan hati nurani dalam ekosistem teknologi.” — Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.T.
Ke depan, Prof. Ahsin berharap agar pelaksanaan qurban melibatkan mahasiswa dan masyarakat secara lebih luas. Pelibatan ini tidak hanya memperluas manfaat sosial kegiatan, tetapi juga memperkuat peran kampus sebagai pusat pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat.
“Meskipun Universitas Mulia berfokus pada technopreneurship dan teknologi, kami tetap mengedepankan pembangunan karakter. Qurban adalah momen penting yang dapat membentuk lulusan yang tidak hanya cakap secara teknologi, tetapi juga memiliki hati nurani dan empati sosial yang kuat,” pungkasnya.
Dengan menjadikan qurban sebagai bagian dari tradisi kampus, Universitas Mulia menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya mencetak insan cerdas secara akademik, tetapi juga mendidik manusia seutuhnya—yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan spiritualitas di tengah kemajuan teknologi.
Humas UM (YMN)

“Pelibatan mahasiswa dan masyarakat dalam qurban memperluas dampak sosial kampus dan memperkuat fungsinya sebagai pusat pembelajaran dan pengabdian.” — Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.T.