Balikpapan 4 November 2025 – Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Dr. Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., bersama mahasiswa Fakultas Hukum melakukan kunjungan kerja ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan. Kegiatan ini menjadi bagian dari pembelajaran lapangan untuk memperdalam pemahaman mahasiswa terhadap sistem pemerintahan dan hukum di tingkat daerah.

Menurut Dr. Budiarsih, kunjungan ke DPRD memiliki tujuan pendidikan yang strategis, yakni memperkaya pengetahuan mahasiswa tentang struktur, peran, dan fungsi lembaga legislatif daerah sebagai pengembangan dari materi perkuliahan di kampus. “Mahasiswa dapat memahami secara langsung bagaimana rancangan peraturan daerah (Raperda) disusun, dibahas, dan disahkan, termasuk mekanisme uji publik serta penyerapan aspirasi masyarakat,” ujarnya.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Dr. Budiarsih, S.H., M.H., Ph.D., membuka pertemuan dengan menyampaikan maksud kunjungan rombongan mahasiswa Fakultas Hukum.

Selain itu, kegiatan ini menjadi wadah audiensi dan diskusi publik antara mahasiswa dan anggota DPRD Balikpapan. Melalui dialog tersebut, mahasiswa memperoleh kesempatan untuk menyampaikan pandangan serta menggali informasi aktual mengenai kebijakan dan isu hukum di daerah.

Dr. Budiarsih menjelaskan, kegiatan ini sejalan dengan konsep Kampus Merdeka Berdampak, yang menekankan integrasi antara teori dan praktik. “Kunjungan ke DPRD menjembatani kesenjangan antara pengetahuan di kelas dan realitas di lapangan, membentuk karakter mahasiswa yang kompeten serta sadar hukum,” terangnya.

Dalam konteks pembentukan peraturan daerah, mahasiswa juga diajak memahami proses legislasi yang bersifat bottom-up, yaitu dari bawah ke atas. Pendekatan ini mengedepankan aspirasi dan partisipasi masyarakat sebagai upaya membangun regulasi yang inklusif, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan riil di daerah.

Wakil Ketua DPRD Kota Balikpapan, Budiono dan Yono Suherman, bersama Anggota Komisi I DPRD yang juga Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda), Andi Arif Agung, menerima rombongan Fakultas Hukum Universitas Mulia.

“Pendekatan ini menjamin bahwa Perda yang dibuat tidak hanya menjadi representasi kemauan politik pemerintah daerah atau DPRD semata, tetapi juga mencerminkan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat. Oleh sebab itu, partisipasi publik menjadi faktor penentu terbentuknya Perda yang aspiratif dan menjawab kebutuhan masyarakat,” jelasnya.

Dr. Budiarsih juga menyoroti pentingnya kajian antara teori perundang-undangan dan praktik politik hukum di lapangan. Dalam pandangannya, terdapat kesenjangan antara idealisme normatif dan realitas sosial-politik, di mana konsep harmonisasi dalam sosiologi hukum berperan sebagai alat analisis kritis. “Melalui pengembangan mata kuliah Sosiologi Hukum, kita dapat mengidentifikasi tantangan dalam mewujudkan peraturan daerah yang tidak hanya sah secara formal, tetapi juga responsif terhadap dinamika masyarakat dan efektif dalam pelaksanaannya,” ungkapnya.

Suasana saat anggota DPRD Kota Balikpapan memaparkan proses penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah kepada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia.

Kunjungan ini juga menjadi langkah awal inisiasi kerja sama antara Universitas Mulia dan DPRD Balikpapan. Menurut Dr. Budiarsih, kerja sama tersebut kemungkinan besar merupakan bagian dari kolaborasi yang lebih luas antara Universitas Mulia dan Pemerintah Kota Balikpapan yang telah terjalin sebelumnya.

Kerja sama tersebut mencakup bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di lingkungan pemerintah daerah. “Ke depan akan disusun draf dalam bentuk Memorandum of Agreement (MoA) yang memuat berbagai item Tri Dharma dan beberapa aspek teknis,” ujarnya.

Perwakilan mahasiswa Fakultas Hukum mengajukan pertanyaan kepada anggota dewan dalam sesi dialog terbuka.

Ia menambahkan, Fakultas Hukum Universitas Mulia berpotensi memberikan masukan akademik (academic drafting) dalam penyusunan rancangan peraturan daerah. “Fakultas Hukum seringkali digandeng oleh DPRD untuk memberikan saran, kritik, atau bantuan akademis dalam penyusunan Raperda yang berkualitas. Kunjungan ini menjadi sarana koordinasi dan konsultasi untuk memperkuat sinergi tersebut,” tutur Dr. Budiarsih.

Sebagai penutup, ia menyampaikan pesan moral bagi dua pihak, DPRD dan Fakultas Hukum, yang sama-sama memegang peran penting dalam pembangunan hukum dan karakter bangsa.

Salah seorang mahasiswa berdialog dengan anggota DPRD Kota Balikpapan dalam sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif dan terbuka.

“Untuk DPR, jadikan proses legislasi sebagai bentuk pengabdian sejati kepada masyarakat. Hindari pembuatan Perda yang terburu-buru atau tidak aplikatif. Prioritaskan kualitas hukum yang memberi manfaat nyata bagi warga Balikpapan, bukan sekadar menghasilkan produk gagal,” tegasnya.

“Untuk Fakultas Hukum, tanamkan integritas dan etika yang kuat pada mahasiswa. Cetak generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki nurani dan keberanian untuk menegakkan keadilan,” pungkasnya.

Wakil Ketua DPRD Kota Balikpapan, Budiono, menyerahkan cinderamata kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Dr. Budiarsih, S.H., M.H., Ph.D., disaksikan para mahasiswa dan Anggota Komisi I DPRD usai sesi pertemuan.

Dr. Budiarsih menutup pernyataannya dengan keyakinan bahwa kesuksesan pembangunan dan kemajuan Balikpapan berada di tangan hukum yang baik dan generasi penerus yang berintegritas. (YMN)

Balikpapan, 31 Oktober 2025 — Universitas Mulia melaksanakan program pendampingan bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kelurahan Gunung Sari Ulu sebagai bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Program ini berfokus pada penguatan literasi digital dan strategi pemasaran berbasis teknologi untuk memperluas jangkauan usaha lokal.

Kegiatan bertema “Kreatif, Kolaboratif, dan Kompetitif: Kunci UMKM Naik Kelas” ini dirancang untuk membantu pelaku usaha memahami cara memanfaatkan media digital dalam memperkenalkan produk dan memperluas pasar. Tim dosen yang terlibat terdiri dari Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., Wury Damayantie, S.Farm., M.Farm., dan Muhammad Safi’i, S.Kom., M.Kom. Mereka bekerja bersama mahasiswa dalam proses pendampingan, sehingga kegiatan ini juga menjadi ruang penerapan pembelajaran berbasis proyek di luar kelas.

Para narasumber, Lurah Gunung Sari Ulu, Babinkamtibmas, Babinsa, dan perangkat kelurahan berpose bersama peserta pelatihan dengan gaya simbol “UM, Mulia, dan Jaya” sebagai penanda semangat kolaborasi.

Dalam sesi pelatihan, Dr. Linda menjelaskan bahwa sebagian besar usaha kecil gagal bertahan melewati lima tahun pertama bukan karena kurang modal, melainkan karena pelaku usaha belum memahami arah pasar dan perubahan perilaku konsumen. Ia mengajak peserta untuk memulai strategi dari fondasi yang sederhana namun penting: mengenali produk, memahami konsumen, dan menyesuaikan cara komunikasi melalui media digital.

Peserta berlatih membuat video promosi, mengelola akun media sosial, serta menata etalase daring di marketplace dengan pendekatan visual yang lebih terarah. Metode praktik ini memungkinkan pelaku usaha mengamati langsung hasil dari strategi yang diterapkan dan menyesuaikannya dengan karakter produk masing-masing.

Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., mengambil swafoto di tengah suasana praktik peserta, saat sesi pembuatan konten promosi digital berlangsung.

Dosen dari bidang farmasi dan informatika turut memberikan materi pendukung berupa digitalisasi pencatatan keuangan dan sistem pembayaran daring. Langkah ini dimaksudkan agar pelaku usaha memiliki catatan transaksi yang rapi dan siap digunakan sebagai dasar perencanaan atau pengajuan modal usaha.

Melalui kegiatan ini, Universitas Mulia menautkan hasil pembelajaran dan penelitian kampus dengan kebutuhan riil masyarakat. Pendekatan lintas bidang yang diterapkan memungkinkan proses akademik berjalan berdampingan dengan pemberdayaan sosial. Model seperti ini digunakan Universitas Mulia untuk menguji efektivitas pembelajaran berbasis praktik sekaligus menilai dampaknya terhadap masyarakat.

Mahasiswa yang terlibat berperan mendampingi peserta dalam tahap-tahap penerapan teknologi digital, seperti pengaturan konten promosi, analisis unggahan, dan evaluasi jangkauan media. Dengan cara ini, proses belajar mahasiswa menjadi relevan dengan kondisi nyata di lapangan, sementara pelaku UMKM memperoleh dukungan teknis yang sesuai dengan kebutuhan usaha mereka.

Dalam penyampaian materinya, Dr. Linda menyisipkan refleksi singkat yang memantik semangat peserta untuk terus bergerak maju.

“Bukan di mana kita berdiri, tapi ke arah mana kita menuju,” ujarnya.

Dr. Linda, yang merupakan peraih sejumlah beasiswa unggulan nasional — termasuk BUDI-DN LPDP dan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) — menutup sesinya dengan pesan reflektif:

“Bisnis akan selalu mengajarimu dua hal: kegagalannya memberi pelajaran hidup, keberhasilannya memberi kebahagiaan hidup.”

Lurah Gunung Sari Ulu menyampaikan sambutan pada pembukaan pelatihan pendampingan digital bagi pelaku UMKM, menekankan pentingnya adaptasi teknologi dalam pengembangan usaha lokal.

Ia juga menegaskan makna berproses dalam berwirausaha:

“Bisnis tidak hanya tentang laba, tetapi juga tentang kemampuan untuk belajar dan beradaptasi.”

Kegiatan ini memperlihatkan bagaimana Universitas Mulia menempatkan kerja akademik sebagai sarana penguatan kapasitas masyarakat. Melalui pendampingan yang berbasis pengetahuan dan praktik lapangan, kampus ini terus membangun hubungan yang produktif antara ilmu pengetahuan dan kebutuhan sosial di wilayahnya. (YMN)

Balikpapan, 29 Oktober 2025 – Mahasiswa Program Studi Hukum Universitas Mulia melaksanakan kuliah lapangan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Balikpapan, dalam rangka pembelajaran mata kuliah Sosiologi Hukum yang diampu oleh Shafyra Amalia Fitriany, S.Sosio., M.HP. Kegiatan ini dirancang untuk membawa mahasiswa melihat secara langsung bagaimana sistem hukum dijalankan dalam praktik sosial, serta menghubungkan teori sosiologi hukum dengan kenyataan yang terjadi di lembaga pemasyarakatan.

Tim Fakultas Hukum Universitas Mulia berfoto bersama jajaran Lapas Kelas IIA Balikpapan — (dari kiri) Dedy Saad (Kasubsi Bimkemaswat, Lapas Kelas IIA Balikpapan), Shafyra Amalia Fitriany, S.Sosio., M.HP., Nur Arfiani, S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., serta petugas Lapas lainnya usai seremoni penyambutan kegiatan kuliah lapangan.

Shafyra menjelaskan bahwa pembelajaran di lapangan diperlukan agar mahasiswa tidak memahami hukum hanya sebagai kumpulan norma tertulis, melainkan sebagai fenomena sosial yang hidup dan terus berubah.

“Lapas adalah tempat di mana mahasiswa dapat mengamati bagaimana hukum benar-benar bekerja, bagaimana relasi kuasa terbentuk, dan bagaimana jarak antara law in the books dan law in action itu nyata,” ujar Shafyra.

Ia menambahkan, Lapas menjadi ruang yang memungkinkan mahasiswa meninjau teori kontrol sosial, pelabelan (labeling), hingga fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diajak memahami dinamika kehidupan setelah putusan pengadilan dijatuhkan dan bagaimana proses pemasyarakatan memengaruhi individu serta masyarakat.

Secara akademik, kegiatan tersebut diintegrasikan langsung dengan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) Sosiologi Hukum, yang menuntut mahasiswa mampu menganalisis efektivitas hukum secara empiris, mengevaluasi hubungan antara hukum dan masyarakat, serta menyusun gagasan solutif terhadap persoalan sosial-hukum. Kegiatan lapangan ini juga mendukung Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Program Studi Hukum, khususnya dalam aspek kemampuan penelitian empiris dan penerapan pemikiran kritis terhadap praktik hukum di lapangan.

Shafyra Amalia Fitriany, S.Sosio., M.HP., Nur Arfiani, S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., bersama Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia mengikuti upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Lapas Kelas IIA Balikpapan bersama pimpinan Lapas dan warga binaan pemasyarakatan.

Selama kegiatan berlangsung, mahasiswa melakukan observasi dan wawancara singkat dengan pendampingan petugas Lapas. Salah satu momen yang paling disorot adalah ketika petugas menjelaskan perbedaan pendekatan terhadap kasus narkotika. Menurut mereka, narapidana kasus narkoba semestinya lebih tepat diarahkan pada rehabilitasi daripada pemidanaan biasa. Dari diskusi tersebut, mahasiswa memahami bahwa sistem pemidanaan yang efektif tidak selalu berarti penghukuman, tetapi juga pemulihan.

“Mahasiswa melihat bahwa penjara bukan satu-satunya solusi. Ada kebutuhan akan mekanisme rehabilitasi yang lebih manusiawi dan berorientasi pada pemulihan sosial. Pandangan seperti ini hanya bisa muncul ketika mereka berhadapan langsung dengan realitas di lapangan,” jelas Shafyra.

Dari sisi pembelajaran, kegiatan ini menggunakan pendekatan experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman. Shafyra menekankan bahwa mahasiswa perlu menjadi pengamat aktif, bukan sekadar penerima informasi di ruang kuliah. Interaksi langsung dengan petugas dan lingkungan pemasyarakatan mendorong mahasiswa menafsirkan kembali konsep keadilan dalam kerangka yang lebih manusiawi.

“Di balik tembok tinggi itu, ada manusia yang tetap memiliki hak dan martabat. Mahasiswa perlu melihat bahwa keadilan tidak berhenti pada vonis, melainkan berlanjut pada upaya memulihkan kehidupan seseorang agar kembali ke masyarakat,” tambahnya.

Bagi mahasiswa, pengalaman di Lapas memberikan pemahaman baru mengenai kompleksitas kehidupan warga binaan. Mereka menemukan bahwa di balik sistem pengawasan, terdapat upaya pembinaan seperti berkebun, membuat batako, dan kerajinan tangan. Dari situ, muncul refleksi bahwa hukum bekerja tidak hanya melalui aturan, tetapi juga melalui ruang sosial yang memberi kesempatan untuk berubah.

“Sebagian mahasiswa cukup terkejut melihat aktivitas produktif warga binaan. Namun yang lebih penting, mereka mulai memahami bahwa hukum bukan instrumen yang kaku. Hukum adalah proses sosial yang bergerak dan berinteraksi dengan kehidupan manusia,” kata Shafyra.

Fakultas Hukum Universitas Mulia merencanakan tindak lanjut kegiatan ini melalui kerja sama formal dengan Lapas Balikpapan. Proses penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (MoA) sedang dipersiapkan untuk memperluas bentuk kolaborasi, mencakup penelitian empiris, penyuluhan hukum bagi warga binaan dan keluarga, serta kegiatan pembinaan berbasis pengabdian masyarakat.

Shafyra menutup wawancara dengan refleksi tentang makna keadilan.

“Keadilan tidak bisa dipahami sebagai produk akhir berupa vonis. Ia harus dipandang sebagai proses yang manusiawi dan berkelanjutan. Mahasiswa hukum perlu memahami bahwa keadilan yang sejati bertujuan memulihkan harmoni sosial, bukan sekadar menghukum.”

Sejumlah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulia melakukan pengamatan langsung di lingkungan Lapas Kelas IIA Balikpapan sebagai bagian dari kegiatan kuliah lapangan untuk memahami praktik penerapan hukum dalam kehidupan sosial nyata.

Melalui pendekatan akademik seperti ini, Universitas Mulia menegaskan peran institusionalnya dalam membentuk pendidikan hukum yang berorientasi pada penelitian empiris, berpihak pada nilai kemanusiaan, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Kegiatan lapangan di Lapas Balikpapan menjadi contoh konkret bagaimana perguruan tinggi dapat menghubungkan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian dalam satu ruang yang sama — ruang di mana hukum, manusia, dan masyarakat bertemu secara nyata. (YMN)

Balikpapan, 22 Oktober 2025 – Fakultas Hukum Universitas Mulia dan Kantor Wilayah Kementerian HAM Kalimantan Timur menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) sebagai bentuk komitmen memperkuat pelaksanaan kebijakan, perlindungan, dan penegakan hukum berbasis Hak Asasi Manusia (HAM). Kolaborasi ini dirancang tidak sekadar sebagai seremoni kelembagaan, tetapi sebagai kerja strategis yang menyentuh jantung Tridarma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., menyampaikan sambutan pada seremonial pembukaan seminar Penguatan Hak Asasi Manusia bagi Mahasiswa dengan penuh semangat dan refleksi akademik.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., menyebut kerja sama tersebut sebagai “langkah simultan” untuk menanamkan nilai-nilai HAM ke dalam seluruh aspek kehidupan akademik mahasiswa hukum.

“Kami tidak ingin mahasiswa sekadar tahu pasal dan teori. Mereka harus hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi dasar hukum itu sendiri,” ujarnya.

Menurutnya, integrasi nilai HAM di Fakultas Hukum akan dilakukan secara menyeluruh dan terstruktur. Kurikulum akan direvisi agar lebih eksplisit menempatkan HAM sebagai fondasi berpikir hukum di berbagai cabang studi. Dalam Hukum Pidana, misalnya, mahasiswa akan diajak memahami hak-hak tersangka dan korban secara seimbang; dalam Hukum Tata Negara, ditekankan konstitusionalisme dan perlindungan warga negara; sedangkan dalam Hukum Perdata, ditekankan pada pemajuan hak-hak perempuan, anak, dan kelompok rentan.

Pendekatan pembelajaran juga akan dibuat kontekstual melalui studi kasus pelanggaran HAM di Indonesia dan dunia. Fakultas bahkan berencana bekerja sama dengan Komnas HAM dalam penyusunan modul dan bahan ajar yang lebih aktual, berbasis jurnal ilmiah, putusan pengadilan, dan laporan lembaga HAM internasional.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Mulia, Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., menerima cendera mata dari Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Kalimantan Timur, Dr. Umi Laili, S.H., M.H., sebagai simbol kolaborasi dalam penguatan nilai-nilai hukum dan HAM di lingkungan kampus.

Tidak berhenti di kelas, Budiarsih menjelaskan bahwa fakultas akan membangun pusat kajian dan pusat bantuan hukum yang fokus menangani kasus-kasus HAM. Pusat tersebut nantinya menjadi laboratorium bagi mahasiswa untuk berlatih advokasi dan penelitian sosial hukum yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.

“Mahasiswa harus merasakan sendiri realitas hukum yang berhadapan dengan persoalan kemanusiaan. Di situ karakter mereka terbentuk,” katanya.

Kegiatan akademik berbasis riset dan publikasi juga menjadi perhatian utama. Fakultas Hukum mendorong dosen dan mahasiswa menulis serta memublikasikan hasil penelitian tentang isu-isu HAM dalam jurnal ilmiah dan forum konferensi nasional maupun internasional. Tak hanya itu, universitas juga tengah menyiapkan jurnal mahasiswa hukum yang dikhususkan untuk memuat kajian dan refleksi kritis mahasiswa terhadap isu-isu kemanusiaan kontemporer.

Namun, di balik semangat itu, Budiarsih mengakui bahwa menumbuhkan kesadaran HAM di tengah arus informasi digital bukan perkara mudah. Tantangan terbesar, katanya, justru datang dari disinformasi dan intoleransi yang menyebar cepat di ruang digital.

Pimpinan Universitas Mulia bersama jajaran Kantor Wilayah Kemenkumham Kalimantan Timur berfoto bersama usai seremonial pembukaan, menandai komitmen bersama untuk memperkuat pendidikan dan advokasi HAM di Kalimantan Timur.

“Kesulitan terbesar mahasiswa sekarang adalah membedakan fakta dengan informasi yang menyesatkan. Kecepatan media sosial sering mengalahkan kedalaman berpikir,” ujarnya dengan nada reflektif.

Karena itu, kegiatan Penguatan HAM hari ini juga diarahkan untuk membangun literasi kritis digital mahasiswa hukum — kemampuan untuk membaca peristiwa hukum secara jernih, bukan emosional.

Selain magang, riset bersama, dan pengabdian masyarakat, Fakultas Hukum bersama Kanwil Kemenham juga tengah menyiapkan beberapa inisiatif baru, di antaranya penyuluhan hukum bersama di masyarakat. Mahasiswa akan berperan sebagai paralegal muda untuk mendampingi kelompok rentan dalam memahami hak-hak dasar mereka.

Program ini akan dijalankan melalui desa tematik terdampak pelanggaran HAM, sekaligus membuka ruang bagi dosen dan mahasiswa Fakultas Hukum untuk memberikan pelatihan bagi staf Kemenham terkait isu-isu hukum terbaru. Sebaliknya, para praktisi Kemenham akan diundang menjadi pengajar tamu di kampus.

“Kolaborasi dua arah ini penting agar mahasiswa belajar langsung dari praktik, sementara birokrasi hukum juga mendapat perspektif akademik yang segar,” ungkapnya.

 

Ratusan mahasiswa tampak antusias menyimak paparan narasumber dalam seminar Penguatan HAM bagi Mahasiswa, yang menghadirkan suasana akademik penuh semangat dan rasa ingin tahu.

Di luar kerja sama formal, Budiarsih menekankan bahwa Fakultas Hukum Universitas Mulia telah lama memainkan peran penting dalam advokasi dan pendidikan hukum masyarakat di Balikpapan dan Kalimantan Timur. Salah satunya melalui kegiatan sosialisasi anti-perundungan di sekolah-sekolah dan pelatihan hukum bagi ketua RT se-Kota Balikpapan melalui program Kelas Eksekutif Hukum.

“Kami berangkat dari gagasan sederhana: hukum bukan hanya urusan pengadilan, tapi urusan manusia dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Budiarsih.

Menutup wawancara, ia menegaskan bahwa mahasiswa hukum harus tampil sebagai agen perubahan yang menyuarakan nilai kemanusiaan di tengah masyarakat. Melalui pemahaman HAM, mahasiswa diharapkan tumbuh menjadi calon penegak hukum yang berintegritas dan humanis.

“Mahasiswa hukum harus mampu memahami hak dasar manusia, menghormati perbedaan, dan menjunjung martabat setiap individu. Itulah makna sejati menjadi sarjana hukum,” pungkasnya. (YMN)

Balikpapan, 22 Oktober 2025 – Fakultas Hukum Universitas Mulia resmi menandatangani nota kesepahaman (MoA) dengan Kantor Wilayah Kementerian HAM Kalimantan Timur dalam kegiatan bertajuk Penguatan Hak Asasi Manusia bagi Mahasiswa, yang digelar di Ballroom Cheng Hoo, Rabu (22/10).

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenham Kaltim, Dr. Umi Laili, S.H., M.H., beserta jajaran, serta civitas akademika Universitas Mulia. Tujuan kegiatan ini tidak hanya memperluas kerja sama kelembagaan, tetapi juga memperkuat kesadaran mahasiswa terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.

Dalam sambutannya, Dr. Umi Laili menekankan bahwa penegakan HAM tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab negara, tetapi juga tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, termasuk mahasiswa.

Kepala Kantor Wilayah Kemenham Kalimantan Timur, Dr. Umi Laili, S.H., M.H., saat memberikan sambutan penuh semangat pada kegiatan Penguatan HAM bagi Mahasiswa di Ballroom Cheng Hoo, Rabu (22/10).

“Mahasiswa hukum harus menjadi agen yang menegakkan nilai kemanusiaan di lingkungannya. Pemahaman terhadap HAM harus hidup dalam perilaku, bukan sekadar dalam teori,” ujarnya.

Beliau menambahkan, kerja sama antara Kemenham dan Universitas Mulia akan menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar langsung mengenai praktik penegakan hukum dan HAM, baik melalui program magang, penelitian, maupun advokasi sosial.

“Kami ingin mahasiswa hukum menjadi bagian dari solusi, bukan hanya pengamat. Karena masa depan keadilan ada di tangan generasi muda,” tegasnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., dalam sambutannya menegaskan bahwa kekuatan moral bangsa sesungguhnya terletak pada mahasiswa. Ia menekankan bahwa sejarah panjang perjalanan bangsa menunjukkan bahwa perubahan besar selalu dimotori oleh kaum muda yang berpikir kritis dan berjiwa idealis.

“Kekuatan moral itu sebenarnya ada di mahasiswa. Kalau kita melihat sejarah pergerakan bangsa, setiap perubahan besar di Indonesia selalu dimotori oleh mahasiswa,” ujar Prof. Ahsin.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyampaikan sambutan inspiratif tentang peran mahasiswa sebagai motor perubahan dalam sejarah bangsa.

Ia kemudian menelusuri jejak sejarah perjuangan mahasiswa sejak Boedi Oetomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), Gerakan 1966, hingga Reformasi 1998. Semua momentum itu, katanya, menjadi bukti bahwa mahasiswa adalah lokomotif perubahan yang lahir dari idealisme dan kesadaran kebangsaan yang tinggi.

“Gerakan mahasiswa ini penuh dengan idealisme yang tidak tercemar oleh kepentingan politik pragmatis. Karena itu, mahasiswa harus terus menjadi agent of change,” tegasnya.

Prof. Ahsin juga mengaitkan penguatan nilai HAM dengan pentingnya menumbuhkan kepekaan terhadap pelanggaran kemanusiaan di berbagai bentuknya — baik fisik maupun psikis.

“HAM itu bukan sekadar kekerasan fisik. Kekerasan psikis juga pelanggaran HAM. Bahkan di lingkungan kampus pun potensi pelanggaran bisa terjadi,” ujarnya.

Rektor menegaskan bahwa perguruan tinggi memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi ruang aman bagi semua sivitas akademika. Ia menyebut tiga dosa besar kampus — bullying, kekerasan seksual, dan intoleransi — sebagai bentuk nyata pelanggaran HAM di dunia pendidikan.

Suasana hangat seminar Penguatan Hak Asasi Manusia bagi Mahasiswa yang diikuti antusias oleh civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Mulia.

Sebagai langkah preventif, Universitas Mulia telah membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) guna memastikan lingkungan akademik yang aman, sehat, dan berkeadaban.

Selain itu, Prof. Ahsin juga menyoroti semangat demokrasi mahasiswa dalam kegiatan pemilihan Presiden BEM yang berlangsung jujur dan terbuka.

“Saya senang melihat mahasiswa beradu argumentasi dan memaparkan programnya secara terbuka. Itulah laboratorium demokrasi yang sesungguhnya — tanpa intervensi politik, murni karena idealisme,” ungkapnya.

Momen penandatanganan naskah Memorandum of Agreement (MoA) antara Fakultas Hukum Universitas Mulia yang diwakili Dekan Budiarsih, S.H., M.Hum., Ph.D., dengan Kantor Wilayah Kemenkumham Kalimantan Timur yang diwakili Dr. Umi Laili, S.H., M.H.

Menutup sambutannya, Rektor berpesan agar mahasiswa hukum tidak hanya menjadi penegak hukum yang cakap secara akademik, tetapi juga penjaga nurani bangsa yang menegakkan nilai kemanusiaan di atas segala kepentingan.

“Kalian bukan hanya calon penegak hukum, tapi juga calon pelopor kemanusiaan. Tugas kalian bukan sekadar memahami hukum, tetapi menegakkan nilai-nilai kemanusiaan di tengah masyarakat,” pungkasnya. (YMN)

Mahasiswa PG-PAUD UM Ciptakan Dongeng Digital: Gerakan Literasi dari Layar ke Hati

Balikpapan, 20 Oktober 2025 – Di tengah derasnya gelombang digitalisasi pendidikan, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Universitas Mulia memilih jalannya sendiri: melestarikan budaya bercerita melalui teknologi. Melalui kegiatan Workshop Pembuatan Buku Dongeng Digital, mereka menghidupkan kembali tradisi lisan dalam bentuk karya interaktif yang bisa diakses dari layar mana pun.

Ketua Himpunan Mahasiswa (HIMA) PG-PAUD, Nur Wahida, menjelaskan bahwa gagasan kegiatan ini lahir bukan sekadar untuk memenuhi program kerja organisasi, tetapi sebagai respon terhadap perubahan besar dalam dunia pendidikan anak.

“Awalnya kegiatan ini merupakan program kerja HIMA periode 2024–2025, namun kami melihat tren pendidikan yang kini semakin kuat dengan konten digital. Dari situ muncul ide untuk mengembangkan dongeng tradisional agar masuk dalam dunia digitalisasi,” ujarnya.

Tema “Membangun Kreativitas Guru AUD melalui Karya Buku Dongeng Digital yang Interaktif dan Edukatif” dipilih bukan tanpa alasan. Bagi HIMA PG-PAUD, kreativitas guru bukan hanya kemampuan mencipta cerita, tetapi kemampuan menjembatani nilai-nilai budaya dengan teknologi yang akrab di tangan anak-anak.

Foto bersama usai workshop pembuatan buku dongeng digital di ruang eksekutif White Campus Universitas Mulia, Sabtu (19/10/2025).

“Tema ini menjadi bentuk harapan agar guru PAUD mampu menciptakan karya yang bisa digunakan dalam pembelajaran, yang tetap interaktif dan edukatif,” jelasnya.

Respons peserta pun melampaui ekspektasi. Mahasiswa mengaku antusias karena untuk pertama kalinya mereka menghasilkan karya digital yang bisa dibaca dan dibagikan secara luas.

“Workshop ini jadi pengalaman pertama bagi banyak mahasiswa. Mereka membuat karya asli, mempublikasikannya secara online, dan menyadari bahwa hasil kreativitas mereka bisa diakses oleh banyak orang,” katanya.

 Suasana workshop di Laboratorium A White Campus saat peserta antusias membuat buku dongeng digital interaktif sebagai hasil praktik pembelajaran.

Ketertarikan juga datang dari kalangan pendidik PAUD di luar kampus. Beberapa kepala sekolah dan Bunda PAUD Balikpapan Selatan turut hadir meninjau jalannya workshop.

“Dari kunjungan itu, beberapa kepala sekolah bahkan tertarik memasukkan karya mahasiswa ke galeri pustaka digital Bunda PAUD Balikpapan Selatan,” ungkapnya.

Dalam kegiatan yang berlangsung selama dua hari itu, setiap peserta wajib menulis dan merancang satu buku dongeng digital secara mandiri. Setiap naskah dibuat dari ide orisinal peserta dan dipublikasikan melalui platform FlipHTML5, agar bisa dibaca publik secara daring.

“Kami ingin setiap peserta benar-benar menulis cerita mereka sendiri, bukan menyalin. Semua karya dipublikasikan agar bisa menjadi bagian dari literasi digital anak,” jelasnya.

HIMA PG-PAUD juga berkolaborasi dengan narasumber profesional di bidang mendongeng dan pembuatan konten digital agar peserta dapat belajar langsung dari praktisi.

Ketua HIMA PGPAUD Universitas Mulia, Nur Wahida, menyerahkan sertifikat penghargaan kepada narasumber pertama, Kak Eri, pendongeng Balikpapan yang inspiratif.

“Kami menyiapkan pemateri yang kompeten di setiap sesi agar peserta tidak hanya paham teori, tapi juga mampu menerapkannya dalam karya,” katanya.

Bagi pengurus HIMA, kegiatan ini menjadi laboratorium organisasi yang nyata — tempat belajar manajemen acara, kolaborasi eksternal, hingga kepemimpinan dalam dunia akademik.

“Pelajaran paling berharga bagi kami adalah bagaimana menyelenggarakan kegiatan secara sistematis dan bekerja sama dengan berbagai pihak. Itu pengalaman penting,” ujarnya.

Tak berhenti di situ, seluruh karya mahasiswa yang terkumpul akan dikurasi untuk diterbitkan dalam Galeri Pustaka Digital PG-PAUD Universitas Mulia, dan ke depan direncanakan memperoleh sertifikat HAKI sebagai bentuk penghargaan terhadap kreativitas mahasiswa.

“Kami berharap karya-karya ini bisa diseleksi dan mendapat HAKI, bahkan dicetak menjadi satu buku kumpulan dongeng. Itu bentuk nyata bahwa mahasiswa bisa menghasilkan karya yang bermakna,” pungkasnya.

Kak Eri menampilkan praktik mendongeng yang memukau dan interaktif di hadapan peserta workshop, memancing tawa dan imajinasi mahasiswa PGPAUD.

 

Melalui langkah sederhana namun visioner ini, mahasiswa PG-PAUD Universitas Mulia telah menegaskan satu hal: bahwa teknologi bukan lawan dari tradisi, melainkan ruang baru untuk membuat nilai-nilai budaya tetap hidup dan dapat disentuh oleh generasi yang tumbuh di depan layar. (YMN)

 

Balikpapan, 20 Oktober 2025– Di tengah derasnya arus digitalisasi yang mengubah cara anak belajar dan berinteraksi dengan dunia, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Universitas Mulia mengambil langkah berani: menyiapkan calon guru yang tidak hanya piawai bercerita, tetapi juga mampu menghadirkan dongeng dalam bentuk digital yang interaktif dan bernilai lokal.

Kegiatan Workshop Pembuatan Buku Dongeng Digital yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa (HIMA) PG-PAUD pada 18–19 Oktober 2025 di ruang Eksekutif dan Laboratorium A White Campus Universitas Mulia menjadi ruang eksplorasi bagi mahasiswa calon guru untuk berkreasi sekaligus meneguhkan peran baru mereka di tengah transformasi teknologi pendidikan.

Dari kiri: Wakil Dekan FHK Sri Purwanti, S.Pd., M.Pd.; Kaprodi PG-PAUD Bety Vitriana, S.Pd., M.Pd.; Dekan FHK Dr. Mada Aditia Wardhana, S.Sos., M.M.; dan Erikariyani, S.E., M.M., pendongeng asal Balikpapan yang dikenal luas dengan nama Kak Eri, saat menghadiri pembukaan Workshop Pembuatan Buku Dongeng Digital di White Campus Universitas Mulia, Sabtu (18/10).

Kaprodi PG-PAUD, Bety Vitriana, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa HIMA PG-PAUD hadir bukan sekadar menyelenggarakan pelatihan teknis, melainkan mengusung misi kebudayaan dan literasi digital yang lebih luas.

“Kami ingin mengajak mahasiswa sekaligus calon guru PAUD menjadi guru yang mampu melestarikan budaya Indonesia dan menciptakan konten lokal dalam format digital yang interaktif. Tanpa langkah ini, kita akan kehilangan generasi pembaca karena guru tidak mampu menawarkan cerita di ‘layar’—tempat anak-anak kini bernaung,” ujarnya.

Mahasiswa PG-PAUD tampak antusias mengikuti sesi praktik pembuatan buku dongeng digital di ruang Laboratorium A White Campus Universitas Mulia.

Menurut Bety, guru PAUD masa kini tidak lagi cukup hanya menjadi pencerita yang menuturkan kisah di depan kelas. Mereka harus naik peran menjadi kurator konten dan pendongeng digital (digital storyteller) yang mampu memadukan nilai-nilai budaya dengan medium teknologi yang akrab dengan dunia anak-anak.

“Guru bukan sekadar pencerita, tapi content curator dan digital storyteller. Ia harus mampu memilah aplikasi, meramu dongeng lisan nenek moyang menjadi file digital yang bisa diklik, dan tetap menjadi filter agar anak tidak hanya jadi konsumen pasif,” jelasnya.

Pendongeng Balikpapan Kak Eri berbagi pengalaman dan teknik mendongeng interaktif di era digital kepada peserta workshop.

Bety menekankan bahwa di tengah derasnya arus konten digital global, guru memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan anak-anak tetap tumbuh dengan akar budaya sendiri. Buku dongeng digital yang diciptakan mahasiswa diharapkan menjadi jembatan antara nilai-nilai lokal dan dunia digital tempat anak belajar.

“Guru tetap menjadi jantung, hanya saja kini berdetak dalam ritme digital untuk menyesuaikan kebutuhan zaman. Melalui karya buku dongeng digital, guru dapat menghadirkan tontonan yang mendidik dan bermuatan pesan moral bagi generasi emas,” tambahnya.

Ketua HIMA PG-PAUD menyerahkan sertifikat penghargaan kepada Kak Eri sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam kegiatan Workshop Pembuatan Buku Dongeng Digital.

Melalui kegiatan ini, Prodi PG-PAUD Universitas Mulia berupaya membangun ekosistem belajar yang menumbuhkan kreativitas digital berbasis budaya. Setiap karya yang lahir diharapkan bukan hanya menjadi produk akademik, tetapi juga kontribusi nyata untuk literasi anak usia dini Indonesia di era layar. (YMN)

Balikpapan, 20 Oktober 2025—Sebagai perwujudan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulia Balikpapan melaksanakan kegiatan penanaman 100 bibit mangrove di kawasan Direktorat Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda Kalimantan Timur, pada Sabtu (18/10).

Kegiatan yang mengusung tema “Manajemen Peduli Lingkungan” ini merupakan hasil kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dan aparat penegak hukum dalam mendukung upaya konservasi ekosistem laut dan pesisir. Kolaborasi tersebut mencerminkan sinergi strategis antara dunia akademik dan praktisi lapangan dalam mewujudkan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kaprodi Manajemen Universitas Mulia, Dr. Pudjiati, S.E., M.M., memimpin langsung mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam kegiatan penanaman 100 bibit mangrove di kawasan Direktorat Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda Kalimantan Timur, Sabtu (18/10).

Ketua Program Studi Manajemen, Dr. Pudjiati, S.E., M.M., dalam keterangannya menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai media pembelajaran karakter sekaligus implementasi nilai-nilai keberlanjutan bagi mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa perlu memiliki kesadaran ekologis dan rasa tanggung jawab sosial yang tinggi sebagai calon pemimpin masa depan.

“Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memahami bahwa ilmu manajemen tidak semata-mata berkaitan dengan aspek bisnis dan profitabilitas, tetapi juga dengan pengelolaan sumber daya alam dan sosial secara berkelanjutan. Penanaman mangrove ini memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga keseimbangan ekosistem,” ujar Dr. Pudjiati.

Foto bersama civitas akademika Universitas Mulia dan jajaran Polairud Polda Kalimantan Timur di gerbang utama kawasan Polairud, Sabtu (18/10), sesaat sebelum kegiatan penanaman bibit mangrove dimulai.

Dari pihak Polairud Polda Kalimantan Timur, Wendy Eka Saputra, S.H., selaku PS. Kanit 2 Si Binmas Air Dit Polairud, memberikan apresiasi atas keterlibatan mahasiswa Universitas Mulia dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Ia menilai kolaborasi lintas lembaga seperti ini penting dalam membangun kesadaran publik terhadap pentingnya menjaga ekosistem laut dan wilayah pesisir.

Momen kebersamaan civitas akademika Universitas Mulia dan aparat Polairud Polda Kaltim di kawasan pesisir Polairud, Sabtu (18/10), diambil sesaat sebelum dimulainya kegiatan penanaman bibit mangrove.

“Kami sangat mengapresiasi inisiatif yang dilakukan mahasiswa Universitas Mulia. Sinergi antara akademisi dan aparat kepolisian merupakan langkah positif untuk menumbuhkan budaya peduli lingkungan di kalangan generasi muda,” ungkapnya.

Penanaman dilakukan di wilayah pesisir yang tergolong rawan abrasi. Selain melakukan kegiatan tanam, para peserta juga memperoleh materi edukatif mengenai fungsi ekologis mangrove, termasuk peranannya dalam menahan abrasi pantai, menjaga habitat biota laut, serta mendukung penyerapan karbon yang berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim.

Lebih lanjut, Dr. Pudjiati menegaskan bahwa kegiatan ini juga menjadi bagian dari upaya Universitas Mulia dalam mengimplementasikan visi “Green and Sustainable Campus.” Ia berharap kegiatan serupa dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan hijau (green leadership) dan memperkuat kesadaran mahasiswa akan pentingnya prinsip People, Planet, and Profit dalam praktik manajemen modern.

“Keberhasilan seorang manajer di masa depan tidak hanya diukur dari kemampuannya mengelola sumber daya ekonomi, tetapi juga dari sejauh mana ia mampu menjaga keseimbangan antara keuntungan, kemanusiaan, dan kelestarian lingkungan,” tutupnya.

Foto bersama di atas jembatan kawasan Direktorat Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda Kalimantan Timur, Sabtu (18/10), menjadi penutup kegiatan penanaman mangrove sebagai simbol komitmen bersama dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir.

 

Melalui kegiatan ini, Universitas Mulia menunjukkan komitmen akademiknya dalam mengintegrasikan pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dengan nilai-nilai keberlanjutan lingkungan, sekaligus memperkuat peran mahasiswa sebagai agen perubahan dalam mewujudkan masyarakat yang peduli terhadap kelestarian alam. (YMN)

 

Balikpapan, 16 Oktober 2025 – Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 yang digelar di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia, Kamis (16/10), menjadi ajang bertemunya akademisi, peneliti, dan praktisi farmasi dari berbagai perguruan tinggi Indonesia. Tahun ini, SAFANA mengangkat tema “Eksplorasi Bahan Alam dengan Nanoteknologi: Menjawab Tantangan Kesehatan Masa Depan.”

Ketua Panitia, Sapri, M.Farm., dalam sambutannya menekankan bahwa pemanfaatan teknologi nano merupakan langkah strategis untuk memperkuat riset bahan alam di Indonesia. Menurutnya, tumbuhan dan mikroba memiliki potensi bioaktif yang dapat dimaksimalkan melalui pendekatan nanoteknologi, sehingga mampu meningkatkan efektivitas terapi sekaligus meminimalkan efek samping.

Apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc., Ketua Program Studi Farmasi Universitas Mulia, memberikan sambutan pada pembukaan Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 di Ballroom Cheng Hoo, Kamis (16/10).

“Rekayasa skala nano memberi peluang baru dalam pengembangan produk farmasi yang lebih presisi. Pendekatan ini penting untuk menghadapi berbagai tantangan kesehatan, mulai dari resistensi antimikroba, penyakit degeneratif, hingga ancaman pandemi global,” ujar Sapri di hadapan peserta seminar.

Ia juga menggarisbawahi bahwa arah kebijakan nasional telah menempatkan nanoteknologi sebagai bagian penting dari masa depan industri farmasi Indonesia. “Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2022 mendorong integrasi teknologi nano dalam pengembangan obat berbasis bahan alam. Ini menunjukkan bahwa riset farmasi tidak bisa lagi berdiri sendiri, melainkan harus bergerak dalam kolaborasi lintas disiplin,” tambahnya.

Lebih jauh, Sapri mengaitkan tema SAFANA dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, khususnya pada aspek kesehatan yang berkelanjutan. Ia menyebut bahwa perubahan iklim, polusi, dan munculnya penyakit baru menuntut model riset yang tidak hanya fokus pada inovasi ilmiah, tetapi juga keberlanjutan ekosistem kesehatan secara global.

Melalui SAFANA 2025, panitia menegaskan tiga tujuan utama: memfasilitasi pertukaran pengetahuan tentang inovasi bahan alam berskala nano; memperkuat jejaring antara akademisi, praktisi, dan industri; serta meningkatkan kesadaran publik akan peran teknologi nano dalam sistem kesehatan nasional.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, Prof. apt. Muchtaridi, Ph.D. dan Prof. Dr. apt. Yandi Syukri, S.Si., M.Si., serta diikuti peserta dari berbagai perguruan tinggi, baik secara luring maupun daring. Sebanyak 25 makalah dipresentasikan — terdiri atas 11 pemakalah luring, 12 pemakalah daring, dan 2 poster ilmiah.

Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., menyampaikan sambutan mewakili Rektor yang berhalangan hadir pada acara pembukaan SAFANA 2025 di Kampus Cheng Hoo, Balikpapan.

Institusi yang berpartisipasi antara lain Politeknik Nusantara Balikpapan, Institut Teknologi Sumatra, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Universitas Islam Indonesia, Universitas Hang Tuah, Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Indraprasta PGRI.

Penyelenggaraan SAFANA tahun ini merupakan hasil kolaborasi Universitas Mulia, Politeknik Nusantara Balikpapan, dan Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Kalimantan Timur. Dukungan sponsor juga datang dari sejumlah lembaga dan perusahaan, di antaranya Yayasan Airlangga Balikpapan, PT Ganda Alam Makmur, PT Promed Nusantara Jaya, Apotek Arka Medika, PT Ubylab Medika Pratama, Pertamina Hulu Mahakam, SKK Migas, Squadesh, Entrasol, Klinik Laboratorium Cito, Natasha, dan PT Eralika Mitra Buana.

uasana Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia, diikuti oleh peserta dari berbagai perguruan tinggi secara luring dan daring.

Di akhir sambutannya, Sapri menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam penyelenggaraan seminar. “Terima kasih kepada panitia, sponsor, dan seluruh peserta yang telah hadir. Semoga diskusi ilmiah hari ini menghasilkan gagasan yang dapat memperkuat riset farmasi Indonesia dan membawa manfaat bagi masyarakat luas,” tuturnya.

SAFANA 2025 menjadi ruang ilmiah yang menegaskan posisi Universitas Mulia sebagai institusi yang aktif mendorong riset terapan dan kolaborasi multidisiplin di bidang kesehatan. Melalui pendekatan bahan alam dan teknologi nano, seminar ini membuka arah baru bagi pengembangan farmasi Indonesia yang berorientasi pada keberlanjutan dan daya saing global. (YMN)

 

BALIKPAPAN, 15 Oktober 2025 — Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Mulia, Sumardi, S.Kom., M.Kom., menegaskan pentingnya peran mahasiswa dalam menjaga marwah demokrasi, dimulai dari ruang-ruang akademik di kampus hingga kehidupan sosial di masyarakat. Hal itu disampaikan dalam sambutannya pada kegiatan Penguatan Demokrasi melalui Sosialisasi Pendidikan Politik yang digelar di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia, Rabu (15/10).

Dalam sambutannya, beliau menggambarkan kampus sebagai miniatur negara—sebuah ruang di mana gagasan, perbedaan pandangan, dan semangat kritis seharusnya tumbuh dengan sehat. Kampus, katanya, bukan hanya tempat mencetak sarjana, tetapi juga melahirkan warga negara yang bertanggung jawab dan sadar akan peran sosial-politiknya.

“Mahasiswa adalah Agent of Change, sebuah gelar yang tidak lahir dari klaim, tetapi dari tanggung jawab moral. Menjadi agen perubahan berarti menjaga integritas berpikir dan keberanian untuk menyuarakan kebenaran,” ujarnya.

Beliau menekankan bahwa demokrasi tidak boleh dipahami semata sebagai rutinitas pemilu atau kontestasi lima tahunan. Demokrasi, menurutnya, adalah kualitas dalam mengambil keputusan, keadilan dalam kebijakan, dan transparansi dalam kepemimpinan. Karena itu, penguatan nilai-nilai demokrasi harus dimulai dari kampus sebagai benteng intelektual bangsa.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Sumardi, S. Kom., M.Kom., saat ditemui usai seremonial pembukaan kegiatan untuk sesi wawancara bersama tim Humas Universitas Mulia.

Ia mengurai tiga dimensi penting dalam mengawal demokrasi di lingkungan akademik:
pertama, menghidupkan nalar kritis untuk melawan hoaks dan budaya pasif berpikir;
kedua, menjaga kebebasan akademik agar setiap suara dapat dihargai; dan
ketiga, mempraktikkan demokrasi melalui organisasi kemahasiswaan sebagai laboratorium awal bagi kepemimpinan dan tanggung jawab sosial.

“Kampus harus menjadi ruang bernapas bagi kejujuran intelektual. Jika nalar kritis mati, maka demokrasi pun kehilangan nadinya,” tegasnya.

Lebih jauh, Wakil Rektor menyoroti pentingnya keberlanjutan peran mahasiswa setelah lulus dari perguruan tinggi. Menurutnya, mahasiswa tidak boleh berhenti pada tataran wacana, tetapi perlu hadir di tengah masyarakat sebagai pendidik politik, pengawas kebijakan, dan motor inovasi sosial.

Ia mencontohkan, mahasiswa dapat mengedukasi masyarakat tentang hak-hak politiknya, mengawal kebijakan publik dengan pendekatan akademik, serta berperan aktif dalam menciptakan solusi terhadap persoalan sosial dan lingkungan.

“Kritik yang cerdas harus diiringi dengan solusi yang nyata. Di situlah nilai seorang intelektual sejati,” ujarnya menegaskan.

Mengakhiri sambutannya, ia menyerukan agar mahasiswa tidak menjadikan ijazah semata sebagai tiket karier, tetapi sebagai mandat moral untuk mengabdi kepada bangsa dan negara.
Ia menegaskan, demokrasi yang sehat bukanlah warisan yang datang dengan sendirinya, melainkan hasil dari konsistensi dan keberanian generasi muda dalam menjaga idealisme.

“Demokrasi yang sehat adalah warisan terbaik yang dapat kita berikan kepada generasi mendatang. Dan sebagai Agent of Change, mahasiswa adalah garda terdepannya,” pungkasnya.

Acara yang digelar melalui kolaborasi Universitas Mulia dan Badan Kesbangpol Kota Balikpapan ini dihadiri oleh pejabat Kesbangpol, dosen, dan ratusan mahasiswa dari berbagai program studi. Kegiatan ini menjadi ruang reflektif bagi mahasiswa untuk memahami kembali makna politik sebagai sarana memperjuangkan nilai, bukan sekadar perebutan kekuasaan. (YMN)