UM- Usai tahapan seleksi dan pengumuman nama penerima hibah DIPA LP3M periode II tahun 2020 dilakukan, para dosen yang proposalnya dinyatakan lolos, mengikuti Seminar Proposal Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Senin (16/11).
Ada sebanyak 21 orang dosen Universitas Mulia baik dari Kampus Utama di Balikpapan maupun PSDKU Samarinda mengikuti seminar proposal yang dilakukan secara daring tersebut.
Salah satu yang mengikuti seminar tersebut adalah Kepala Kantor PSDKU Kampus Samarinda Ir. Riyayatsyah, M.P. Dengan mengangkat judul penelitian Perspektif Siswa Sekolah Menengah Kejuruan untuk Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi, Riyayatsyah, memfokuskan studi kasus pada siswa di SMK TI Airlangga Samarinda.
Ia menjelaskan, sebagai salah satu dosen yang dituntut untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dirinya pun diwajibkan untuk melakukan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
“Selain saya memiliki jabatan struktural, saya juga menjabat sebagai dosen. Dimana dosen itu harus menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Dan itu terkait juga dengan jabatan fungsional dosen. Jadi setiap dosen yang ingin memiliki jabatan fungsional, misal dari Asisten Ahli kemudian Lektor hingga ke Profesor maka harus menjalankan Tri Dharma sesuai dengan poin yang ditentukan,” jelas Riyayatsyah.
Ia mengatakan, selain untuk pengusulan jabatan fungsional, pada hakikatnya penelitian ini sesungguhnya memiliki misi yang penting yakni agar para dosen mengetahui sejauh apa dan bagaimana kondisi pendidikan saat ini.
Adapun yang melatar belakangi dirinya melakukan penelitian tersebut, katanya, adalah karena ia melihat kini banyak anak SMK yang lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
“Siswa SMK sejak awal di didik untuk langsung berkarya atau bekerja, karena pendidikan yang mereka jalankan adalah pendidikan vokasi. Jadi diharapkan setelah lulus mereka bisa langsung berkarya, bekerja dan berwiraswasta,” katanya.
Namun, katanya, hanya saja yang saya lihat di SMK TI justru terbalik. “Dimana dari tiga tahun terakhir yang saya amati, yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi antara 71- 73 persen. Dan inilah yang harus diperhatikan, apa yang membuat tingginya minat siswa SMK untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara mereka sudah dibekali dengan keterampilan yang dapat menarik perhatian dunia industri,” ujarnya.
“Dan ini yang ingin saya pahami, sejauh apa dan bagaimana ini bisa terjadi. Apa yang menjadi ini terbalik. Didikan pemerintah agar mereka bisa berkarya dan berwiraswasta dan sebagainya, tetapi kenyataannya mereka cenderung lebih memilih lanjut ke perguruan tinggi,” terangnya.
Ia menyebut, seharusnya kalaupun para siswa ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, mengapa tidak sejak awal memilih untuk masuk ke SMA. “Karena disitu lebih luas, mereka bisa memilih kemana fokus yang akan mereka ambil,” sebutnya.
Dirinya menuturkan, saat ini ia sudah menyiapkan kuesioner dan penyebarannya akan dilakukan secara online. “Akhir November ini saya targetnya selesai,” katanya.
Riyayatsyah menambahkan, setelah penelitian ini selesai, ia akan melanjutkan dengan menerbitkan penelitian ini di Jurnal Nasional yang ber-International Standard Serial Number (ISSN).
“Hasil penelitian ini akan saya dapatkan tergantung dari parameter peubah yang saya amati, dimana ada tujuh, yakni potensi diri, motivasi, ekspektasi, peluang, lingkungan sosial, situasi kondisi dan institusional,” tambahnya.
Dan dari parameter peubah, tujuh variabel ini akan saya uji lagi validitasnya. Setelah ditemukan kesimpulannya, ternyata misalnya anak SMK sekarang tidak memahami bahwa SMK itu sudah dididik untuk berkarya, namun mereka memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Berarti pemahaman mereka terkait SMK itu kurang jelas. “Dan bila kurang jelas, maka berarti kita harus menyampaikan sosialisasi yang lebih mendalam lagi, baik kepada siswa dan orang tua. Bahwa harapannya bila untuk SMK itu bukan melanjutkan, tetapi berkarya,” lanjutnya.
“Sementara bila mereka ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, sebaiknya sejak awal atau lulus SMP sudah harus dipikirkan apakah mereka akan melanjutkan ke tingkat SMK atau SMA,” tambahnya.
Jadi ia pun berharap, orang tua sejak awal sudah harus memiliki rencana bersama anaknya, apakah kedepan memiliki target melanjutkan ke perguruan tinggi atau langsung terjun ke dunia industri dan berkarya.
“Kami mengkhawatirkan sebenarnya pengarahan orang tua di rumah ternyata kurang. Karena di rumahlah tempat yang penting. Diharapkan dari penelitian ini, akan timbul kesadaran dan peningkatan pola pikir orang tua dan siswa terkait pendidikan SMA dan SMK. Dan sosialisasi informasi terkait ini sudah harus dilakukan sejak awal di SMP,” pungkasnya. (mra)