68 Mahasiswa Anggota Ormawa Dibekali Kunci Kepemimpinan

, ,
Para pemateri LDK berfoto bersama kanan ke kiri, Gunawan, S.T., M.T., Riski Zulkarnain, S.Pd., M.Pd., Yustian Servanda, S.Kom., M.Kom., Kepala LPPM Ir. Richki Hardi, S.T., M.Eng., KaProdi D3 Administrasi Perkantoran Andi Indra Saputra Alamsyah, S.Pd., M.AB., dan KaLab Farmakologi Apt. Murtiyana Sari, M.Clin. Pharm. Foto: Media Kreatif.

Dalam Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) 2024

UM – Organisasi Kemahasiswaan Universitas Mulia menyelenggarakan Latihan Dasar Kepemimpinan 2024 pada Rabu, (7/8). Sebanyak 68 peserta dari Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan, dan Unit Kegiatan Mahasiswa berpartisipasi dalam acara ini.

Kegiatan ini merupakan kesempatan berharga bagi para peserta untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka. Ketua pelaksana, Nabil Nabita, memastikan bahwa setiap elemen acara dirancang untuk memberikan bekal bernilai kepada peserta.

Yustian Servanda, S.Kom., M.Kom sebagai pembicara pertama, memulai dengan topik  kepemimpinan dalam organisasi. Dalam hal ini, Yustian betapa mengerikannya kasus kekerasan seksual di lingkungan BEM. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemimpin untuk mencerminkan visi BEM yang diusung yaitu “Menjadi pemimpin yang unggul, inovatif dan berakhlak mulia.”

Lebih jauh lagi, Yustian percaya pemimpin harus terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan.

Dalam sesi berikutnya, Gunawan, S.T., M.T menyampaikan materi bertajuk organisasi kemahasiswaan sebagai jembatan Menuju Kepemimpinan. “Belajar organisasi tidak perlu takut salah,” pesannya.

Gunawan mendorong mahasiswa untuk menciptakan iklim positif dalam organisasi. Di samping itu, Gunawan turut mengingatkan peserta bahwa tanggung jawab utama mereka tetaplah kuliah. Untuk itu, manajemen waktu adalah kunci.

Sesi pemaparan Rizki Zulkarnain, S.Pd., M.Pd. Foto: Media Kreatif.

Sesi pemaparan Riski Zulkarnain, S.Pd., M.Pd. Foto: Media Kreatif.

Menutup sesi pemaparan, Riski Zulkarnain, S.Pd., M.Pd mengupas peran dan tantangan mahasiswa Gen Z dalam mengisi kemerdekaan.

Menurutnya, kekuatan Gen Z berada pada aktivisme media sosial dan gerakan berbasis isu. Meskipun berbeda generasi dengan peserta, Riski menyatakan peran mahasiswa sebagai agen of change, social control, dan moral force, tidak berubah.

Di penghujung acara, para pemateri membagi peserta ke dalam kelompok-kelompok dan menantang mereka untuk menunjukkan kemampuan berargumentasi terhadap suatu isu kepemimpinan.

Secara keseluruhan, acara ini memberikan wawasan berharga dan mempersiapkan peserta untuk menghadapi berbagai tantangan kepemimpinan di masa depan. Dengan demikian, mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan memahami manajemen diri sendiri, membimbing orang lain, serta manajemen organisasi melalui latihan dasar kepemimpinan ini.

(Shafyra Amalia/Kontributor)