Marak Kesehatan Mental, Farah Luncurkan Buku Aku yang Lebih Kuat dari Kemarin

Farah Via Rahmawati saat berbincang spill bukunya dengan moderator Niya Syams. Foto: Puskomjar

UM – Penulis buku Farah Via Rahmawati meluncurkan buku barunya berjudul Aku yang Lebih Kuat dari Kemarin, bertempat di Ruang Domain Universitas Mulia, Jumat (15/9). Peluncuran ini mendapatkan dukungan dari Anggota DPR RI Dr. Hetifah Syaifudian dan Bunda Literasi Balikpapan Hj. Nurlena Rahmad Mas’ud.

Pada kesempatan ini, hadir Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Elvin Junaidi sekaligus membuka peluncuran yang diikuti sekira 50 orang peserta yang berasal dari mahasiswa dan generasi muda Balikpapan.

“Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penulis ini, Mbak Farah ini bisa nantinya ke depan jadi penulis yang besar yang membanggakan kota Balikpapan. Ini suatu pencapaian yang menurut saya baik sekali,” tutur Elvin mengawali sambutan.

Menurutnya, menjadi seorang penulis itu bukan perkara yang mudah. Ia lalu menceritakan pengalamannya bagaimana menulis sebuah artikel untuk media massa yang membutuhkan pemikiran, waktu, dan usaha yang tidak mudah.

“Waktu itu kelihatannya sangat mudah, tetapi habis memakan waktu, begitu, apalagi menulis sebuah buku,” tuturnya. Untuk itu, tambahnya, dirinya yakin untuk menjadi penulis yang baik adalah juga seorang pembaca yang baik.

Menjadi penulis sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan dunia. “Jika dunia ini tanpa penulis, mungkin kita tidak akan tahu kalau tidak ada yang menuliskan kejadian-kejadian sebelumnya. Kita tidak tahu dunia di masa yang lalu seperti apa,” tuturnya.

Untuk menjadi seorang penulis, dirinya mendorong para remaja untuk suka membaca. Tidak hanya buku pelajaran sekolah, tetapi juga di luar pelajaran sekolah. “Ketika masih SMP, SMA, membaca buku novel itu dimarahi orang tua, dianggap kita tidak belajar. Padahal itu bagus untuk melatih kita berimajinasi,” tuturnya.

Penulis buku Farah Via Rahmawati menyerahkan karyanya Aku yang Lebih Kuat dari Kemarin kepada Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Balikpapan Elvin Junaidi, bertempat di Ruang Domain Universitas Mulia, Jumat (15/9). Foto: Puskomjar

Penulis buku Farah Via Rahmawati menyerahkan karyanya Aku yang Lebih Kuat dari Kemarin kepada Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Balikpapan Elvin Junaidi, bertempat di Ruang Domain Universitas Mulia, Jumat (15/9). Foto: Puskomjar

Farah juga menggelar beberapa pameran terkait cara laut bekerja yang disaksikan Elvin Junaidi. Foto: Puskomjar

Farah juga menggelar beberapa pameran terkait cara laut bekerja yang disaksikan Elvin Junaidi. Foto: Puskomjar

Sementara itu, Farah Via mengatakan bukunya yang ketiga ini bercerita tentang masalah atau isu yang sedang marak akhir-akhir ini terkait kesehatan mental.

“Ya, terus di sini aku paling menekankan bagaimana cara memanusiakan manusia, diri kita sendiri, manusianya, memanusiakan semua emosi yang pernah kita rasakan,” ungkap Farah spill bukunya.

Menurutnya, menjadi manusia bukan menjadi seperti malaikat atau makhluk gaib lainnya. “Kamu yang punya peran di bumi ini seperti apa, kemudian interaksi dengan teman, dengan Tuhan, dengan lingkungan sekitar, dengan diri sendiri itu harusnya seperti apa yang tepat,” tuturnya.

Farah mengungkapkan, dirinya sengaja mengangkat topik terkait laut lantaran ia sendiri mengagumi filosofi laut yang memiliki jati diri.

“Laut itu punya jati diri, punya prinsip, dia datang dari berbagai macam sungai yang rasanya macam-macam, ada yang hambar, ada yang campuran, kemudian ada yang kotor, ada yang bersih, namun ketika kembali ke laut itu kembali menjadi asin laut,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan laut memiliki cara bekerja, yakni bagaimana seluruh kehidupan yang ada di dalam dirinya terus berlangsung sepanjang waktu.

“Laut itu kan punya ikan, punya ubur-ubur dan lain-lain, semua kehidupan banyak ada di laut, gimana caranya kehidupan tetap terjaga,” ujarnya. Padahal, lanjutnya, banyak yang mengetahui terdapat limbah yang kadang masuk ke laut, air kotor maupun air bersih.

“Semuanya masuk ke laut itu, semua tersaring, Dia menjaga bagaimana caranya seluruh kehidupan di laut ini tetap hidup,” tuturnya. Ia kemudian mengutip filosofi Jawa jembar segarane.

Jembar segarane, artinya itu adalah mudah memaafkan. Ketika kita punya hati yang lapang, ada kesalahan dari orang lain yang kita terima, itu racun. Ibaratnya ada sungai yang beracun mengalir ke dalam laut, tapi laut itu terima dengan lapang dada, dia terima dengan cara memaafkan. Seperti itu, supaya ini laut ini kembali memurnikan,” terangnya.

“Jadi, saya coba jelaskan dalam buku ini bahwa satu hal yang paling sulit yang dilakukan oleh manusia adalah memaafkan. Memaafkan orang lain mungkin terlihat mudah, tetapi mencoba memaafkan diri sendiri itu yang sulit,” pungkasnya.

(SA/Puskomjar)