Tag Archive for: seminar

Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Wilayah XI-B Kalimantan Timur Komisariat Selatan dan Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kaltim menggelar Debat Kandidat Wakil Rakyat Kalimantan Timur, berlangsung di Universitas Mulia, Jumat (19/1). Foto: SA/Puskomjar

Tema Pilpres 2024 dan Suara Kaltim

UM – Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Wilayah XI-B Kalimantan Timur Komisariat Selatan dan Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kaltim menggelar Debat Kandidat Wakil Rakyat Kalimantan Timur. Debat dengan tema Pilpres 2024 dan Suara Kaltim ini berlangsung di Hall Cheng Ho Universitas Mulia, Jalan Letjen Zaini Azhar Maulani, Jumat (19/1).

Dalam sambutannya, Ketua APTISI XI-B Komisariat Selatan Dr. Agung Sakti Pribadi menerangkan bahwa lingkup kerja Komisariat Selatan meliputi Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Paser atau Tanah Grogot.

“Kami sering mengadakan kegiatan dan hari ini adalah kegiatan yang sesuai dengan tema kita akan mengadakan Pileg (pemilihan anggota legislatif) dan Pilpres (pemilihan presiden),” tutur Dr, Agung.

Menurutnya, kegiatan ini merupakan realisasi dari keinginan pemerintah untuk mensosialisasikan kandidat agar lebih dikenal oleh rakyat. “Akan terbuka bagaimana visi misi beliau, dan Alhamdulillah, hari ini tiga kandidat kita undang itu mewakili, insya Allah, akan menjadi kandidat di DPR RI dan dan DPD RI,” ujarnya.

Tiga kandidat tersebut antara lain Rizal Effendi, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Nasdem daerah pemilihan (dapil) Kaltim, kemudian Hetifah Sjaifudian, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Golkar dapil Kaltim, dan Naspi Arsyad, calon anggota legislatif DPD RI dapil Kaltim.

Sebelumnya, disebutkan bahwa panitia telah mengundang Rendi Ismail caleg DPD RI dapil Kaltim, dan Andhika Hasan caleg DPR RI dari PDI Perjuangan dapil Kaltim. Namun, diperoleh informasi, baik Rendi Ismail maupun Andhika Hasan berhalangan hadir.

Dalam debat ini, tiga orang panelis memberikan pertanyaan kepada masing-masing kandidat, antara lain Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si, Rektor Universitas Mulia yang hadir secara daring sembari menguji sidang doktoral di Universitas Mulawarman Banjarmasin.

Panelis berikutnya Ketua STIE Balikpapan Prof. Dr. Suhartono, S.E., M.M, kemudian Prof. Dr. Muhamad Muhdar, S.H., M.Hum dari Fakultas Hukum Universitas Mulawarman. Panitia juga mengundang sekira 300 peserta perwakilan partai politik kandidat masing-masing, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) perguruan tinggi se-Balikpapan serta dosen dan undangan lainnya.

Tiga kandidat tersebut antara lain Rizal Effendi, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Nasdem daerah pemilihan (dapil) Kaltim, kemudian Hetifah Sjaifudian, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Golkar dapil Kaltim, dan Naspi Arsyad, calon anggota legislatif DPD RI dapil Kaltim. Tampak panelis, Prof. Dr. Suhartono dan Prof. Dr. Muhamad Muhdar serta Dr. Agung Sakti Pribadi. Foto: SA/Puskomjar

Tiga kandidat tersebut antara lain Rizal Effendi, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Nasdem daerah pemilihan (dapil) Kaltim, kemudian Hetifah Sjaifudian, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Golkar dapil Kaltim, dan Naspi Arsyad, calon anggota legislatif DPD RI dapil Kaltim. Tampak panelis, Prof. Dr. Suhartono dan Prof. Dr. Muhamad Muhdar serta Dr. Agung Sakti Pribadi. Foto: SA/Puskomjar

Panelis Rpf. Dr. Suhartono saat diperkenalkan kepada publik sebelum acara dimulai. Foto: SA/Puskomjar

Panelis Prof. Dr. Suhartono saat diperkenalkan kepada publik. Tampak Prof. Dr. Muhamad Muhdar di sebelahnya, sebelum acara dimulai. Foto: SA/Puskomjar

Tanpak Ketua Panitia Dientia Dieniear, S.H.,M.H., M.Med.Kom duduk bersama dosen dan mahasiswa. Foto: SA/Puskomjar

Tampak Ketua Panitia Dientia Dieniear, S.H.,M.H., M.Med.Kom duduk bersama dosen, mahasiswa, dan undangan. Foto: SA/Puskomjar

Sementara itu, Ketua Panitia Dientia Dieniear, S.H.,M.H., M.Med.Kom mengatakan bahwa ia berharap para kandidat tidak saja memperkenalkan visi dan misi saja, tetapi juga memberikan pembelajaran bagi peserta tentang pentingnya mewujudkan Pemilu Damai.

“Terima kasih sudah hadir di sini dalam acara debat, di mana acara debat ini tidak sekadar untuk visi dan misi saja, tapi juga memberikan pelajaran kepada kita bahwasannya Pemilu Damai itu memang nyata adanya, dan bisa kita kontribusikan dan implementasikan dalam hari ini,” kata Dieniear.

Berdasarkan data KPU dan Bappenas, Pemilu 2024 diperkirakan akan diikuti kurang lebih 190,5 juta pemilih. Dari jumlah tersebut, pemilih Gen Z (usia 17-23 tahun) mencapai 15,82 persen, Gen Y (24-39 tahun) 35,59 persen, Gen X (40-55 tahun) 30,10 persen, Baby Boomer (57-74 tahun) 15,91 persen, dan pre-boomer (di atas 75 tahun) 2,57 persen.

Dari data tersebut diperoleh jumlah Gen Y dan dan Gen Z pada Pemilu 2024 sebesar 51,41 persen atau lebih separuh dari total pemilih. Gen Y maupun Gen Z didominasi usia para mahasiswa peserta debat kandidat wakil rakyat saat ini.

Salah seorang anggota Forsiladi, Dr. Sudarmo, ditemui usai acara, mengatakan bahwa debat wakil rakyat ini sangat bagus untuk Transfer Knowledge kaitannya antara praktisi dengan institusi pendidikan tentang partisipasi politik.

“Paling tidak memberikan pencerahan kepada publik, terutama kepada dosen dan mahasiswa supaya berani untuk menyampaikan ide-idenya ke depan,” tutur Dr. Sudarmo.

Menurutnya, hal ini menjadi pendidikan politik kepada mahasiswa dan dosen sehingga mampu ke depan belajar untuk mempersiapkan segala sesuatunya lebih baik.

Ketika ditanya terkait para kandidat yang berbicara, Dr. Sudarmo menilai masing-masing memiliki kekuatan sendiri.

“Sebenarnya tiga-tiganya berpengalaman, cuma yang satu duduk di pemerintahan, yang satu duduk di DPR, yang satu duduk di pendidikan tinggi, sebagai dosen, ya kan dia kepala sekolah tinggi, ilmu tarbiah, kan? Itu kan juga sama saja dengan seperti kita-kita ini juga,” ujarnya.

Dengan demikian, ia berharap mahasiswa maupun dosen dapat mengambil pelajaran tentang pengalaman yang luas dari masing-masing kandidat yang akan mewakili rakyat yang lebih luas dalam menyalurkan aspirasinya.

“Jadi, dia punya experience yang bagus, kan? Bagaimana mengelola orang, bagaimana menyampaikan pendapat orang kepada orang lain, kan? Mudah-mudahan bisa dikembangkan lagi bagaimana mengaplikasikan di masyarakat dan bisa menyerap aspirasi dari masyarakat,” pungkasnya.

(SA/Puskomjar)

Pakar Ilmu Kelautan dan Perikanan Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa'i saat berbicara sebagai narasumber Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 di Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11). Foto Media Kreatif

Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024

UM – Universitas Mulia menggelar Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024, bertempat di Ballroom Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11). Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si, pakar Ilmu Kelautan dan Perikanan mengawali pembahasan tentang ketahanan pangan.

“Mengawali materi ini, saya ingin kita sama-sama menyaksikan atau melihat berita-berita di belahan bumi ini tentang bencana kemanusiaan,” tutur Prof. Ahsin saat membuka materi diskusi.

Prof. Ahsin kemudian menyajikan beberapa data dari World Health Organization (WHO) terkait kelaparan di beberapa negara, terutama di Afrika.

Meski demikian, dirinya mengatakan bukan saja terjadi masalah pangan, tetapi juga masalah kekurangan gizi. Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), jumlah penduduk yang menderita kekurangan gizi tahun 2019 sebesar 650,3 juta orang.

Dari jumlah tersebut, lebih dari 418 juta tinggal di Asia. Dengan rincian berada di Asia Selatan sebanyak 305,7 juta, diikuti Asia Tenggara sebanyak 48,8 juta, Asia Barat 42,3 juta, dan Asia Tengah 2,6 juta jiwa.

“Jadi, ternyata Asia itu adalah negara yang banyak mengalami kekurangan gizi. Dan, ternyata juga kalau kita lihat angka kelaparan di Asia Tenggara itu secara persentase angka penduduk, ya nomor satu itu adalah Timor Leste, nomor dua Indonesia,” ungkap Guru Besar Ilmu Kelautan dan Perikanan ini.

Berdasarkan fakta atau data tersebut, Prof. Ahsin memberikan perhatian bahwa kondisi pangan, ketahanan pangan, keamanan pangan dunia saat ini tidak sedang baik-baik saja.

Moderator H. Rizal Effendi, S.E, Wali Kota Balikpapan dua periode, 2011-2016 dan 2016-2021 bersama para narasumber Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024. Foto: Nadya/Media Kreatif

Moderator H. Rizal Effendi, S.E, Wali Kota Balikpapan dua periode, 2011-2016 dan 2016-2021 bersama para narasumber Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024. Foto: Nadya/Media Kreatif

Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 yang diselenggarakan oleh Universitas Mulia, bertempat di Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11). Foto: Media Kreatif

Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 yang diselenggarakan oleh Universitas Mulia, bertempat di Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11). Foto: Media Kreatif

Ia pun membeberkan beberapa penyebab bencana kemanusiaan di beberapa negara. “Yang pertama adalah karena kekeringan. Kekeringan ini lebih didominasi oleh yang namanya Elnino dan Lanina,” ungkapnya.

“Di Indonesia, akibat Elnino menyebabkan kemarau yang berkepanjangan, bahkan kalau tingkat parah itu hingga mencapai 9 sampai 12 bulan,” tuturnya.

Dampak Elnino lahan pertanian mengalami kekeringan, gagal panen, terjadi wabah penyakit, kebakaran hutan, juga kebutuhan air tidak cukup untuk keperluan masyarakat sehari-hari.

Masalah pangan yang kedua adalah peperangan atau konflik sehingga negara tidak mampu mengamankan kondisi pangan.

“Sebagai contoh, perang Rusia dan Ukraina. Ini contoh yang paling mudah ya, mereka itu adalah negara-negara pemasok agrikultur di dunia saat ini,” tuturnya.

Berdasarkan data yang diperolehnya, kedua negara tersebut memproduksi 29% gandum, 19% jagung, dan 78% minyak bumi.

Masalah pangan yang ketiga, terganggunya stabilitas nasional seperti gejolak politik.

“Oleh sebab itu, seperti pada saat Pilpres, Pilkada, tentu harus kita jaga tetap kondusif agar stabilitas nasional tetap terjamin dan keamanan pangan, tata niaga stok, dan lain sebagainya itu tidak akan terpengaruh, meskipun kondisinya sangat bergejolak,” tuturnya.

Masalah keempat adalah kemiskinan. Kemiskinan menyebabkan keamanan pangan sangat terganggu mengingat banyak masyarakat yang tidak sanggup untuk memenuhi hajat hidupnya.

Menurut data yang diperolehnya, di Indonesia, tingkat kemiskinan mencapai 9,36%.”Jadi, masih ada 25,9 juta penduduk Indonesia itu berada di bawah garis kemiskinan. Nah, ini harus menjadi perhatian kita bersama,” tuturnya.

Masalah kelima adalah adopsi inovasi teknologi. Menurutnya, untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan juga membutuhkan bantuan teknologi.

“Misalkan, kita tidak bisa lagi mengolah tanah dengan hanya mencangkul, menanam dengan menggunakan tangan, tetapi kita harus menggunakan mekanisasi pertanian, kita harus menggunakan IoT ke depannya,” tuturnya.

Oleh sebab itu, ia sependapat dengan kebijakan pemerintah saat ini yang membangun industri pertanian dengan memiliki lahan yang luas. Ia sependapat dengan gagasan Food Estate untuk bisa dilanjutkan.

Masalah keenam adalah program ketahanan pangan nasional. Ia menghendaki adanya ketersediaan akses. Untuk itu, ia mengusulkan harus menyusun sebuah program ketahanan pangan itu yang betul-betul memperhatikan berbagai aspek.

Prof. Ahsin mengingatkan bahwa sektor perikanan, pertanian, perkebunan itu juga bagian yang sangat penting diperhatikan di dalam pengembangan ketahanan pangan.

Terkait dengan produksi pangan di Kalimantan Timur, ia mengatakan data yang digunakan dalam pemaparan berasal dari data dari Biro Statistik Provinsi Kalimantan Timur.

“Jadi, basis saya ini adalah data statistik. Jadi bukan hasil riset,” tuturnya.

Terkait kehadiran IKN, menurutnya, tentu akan membawa dampak terhadap kebutuhan pangan di Kalimantan Timur.

“Saya menyarankan, ke depan agar di sekitar IKN kita akan membangun yang namanya kawasan agropolitan, minapolitan, dan agroindustri,” tuturnya.

Dirinya juga menyarankan pengembangan kawasan pertanian sebaiknya dilakukan di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Paser, dan PPU, Berau, Kutai Timur, dan Samarinda.

“Sekali lagi, saya menyatakan ini hanyalah hasil analisis data sekunder ya, bukan hasil riset melakukan aspek teknis,” tuturnya.

Di akhir pemaparan, Prof. Ahsin memberikan tiga saran kepada pemangku kepentingan untuk menuju ketahanan pangan, terutama di IKN dan Provinsi Kalimantan Timur.

“Pertama. Mari kita menyusun blueprint ketahanan pangan di kawasan penyangga, tentunya kebijakan dan program dengan tetap memperhatikan kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan,” tuturnya.

Kedua, lanjutnya, menetapkan kawasan pertanian, perikanan, dan industri di buffer-zone sesuai dengan potensi daerah terintegrasi dan berkesinambungan.

Ketiga, membangun embung-embung atau waduk untuk mencegah kekeringan irigasi pertanian, perikanan, dan pengendali banjir.

Selain itu, ia juga menyarankan untuk menurunkan angka kemiskinan, menciptakan suasana nyaman dan kondusif, memberdayakan warga lokal sebagai subjek pembangunan, membangun jaringan infrastruktur yang terkoneksi dengan kawasan bisnis untuk UMKM menjadi spin-off industri sehingga menjadi industri yang mandiri.

“Kemudian membangun sistem pertanian berbasis teknologi IoT, dan yang terakhir adalah menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen melalui ketersediaan, keterjangkauan, keamanan, dan kualitas pangan,” pungkasnya.

(SA/Puskomjar)

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A yang dalam hal ini mewakili Kepala OIKN Bambang Susantono. Foto: Nadya/Media Kreatif

Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024

UM – Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A hadir lewat video pada Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 yang digelar Universitas Mulia. Simposium berlangsung hybrid, bertempat di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11).

Myrna dalam pesannya menyampaikan permohonan maaf tidak dapat hadir secara langsung mengingat bersamaan dengan kegiatan lainnya. Dalam kesempatan ini, Myrna Safitri mewakili Kepala Otorita IKN Bambang Susantono.

Dalam sambutannya, Myrna mengatakan bahwa IKN dibangun dengan tujuan untuk menjadikan kota yang selaras dengan alam, tangguh, dan rendah emisi karbon.

“Untuk mencapai tujuan itu, maka salah satunya adalah dengan mengalokasikan minimum 10% dari wilayah IKN untuk menjadi area produksi pangan,” terangnya.

Berbicara tentang pembangunan pertanian dan ketahanan pangan, Myrna mengatakan bahwa hal itu harus dikaitkan dengan tujuan dan prinsip penting pembangunan IKN.

“Prinsip pertama, yaitu bahwa pembangunan IKN harus selaras dengan alam dan tangguh. Kemudian yang kedua bahwa pembangunan IKN itu adalah rendah emisi karbon, dan yang ketiga pembangunan IKN itu sifatnya harus resilien,” tuturnya.

Untuk mewujudkan semua itu, dirinya menerangkan bahwa kebijakan pembangunan pertanian di IKN yang diterapkan adalah pertanian berkelanjutan, pertanian yang cerdas iklim.

“Artinya, pertanian yang mampu melakukan mitigasi terhadap emisi gas rumah kaca dan juga melakukan upaya-upaya adaptif terhadap kondisi iklim yang sedang berubah,” tutur Ketua IKA Universitas Brawijaya Kalimantan Timur ini.

Terhadap sebagian besar areal yang ekosistemnya mengalami kerusakan, maka pembangunan pertanian juga diarahkan kepada pertanian regeneratif.

“Artinya, pembangunan pertanian itu harus mampu untuk juga memulihkan ekosistem lahan yang sudah terlanjur rusak tersebut,” tuturnya.

Dirinya menyadari hal itu bukanlah perkara yang mudah untuk diwujudkan, meski juga tidak mustahil untuk dilakukan sepanjang arah yang sudah ditetapkan dengan jelas.

“Dalam hal ini, Kedeputian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam yang membawahi Direktorat Ketahanan Pangan mempunyai tugas untuk mengawal agar kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan di IKN dapat dilakukan,” terangnya.

Lebih lanjut, pembangunan pertanian berkelanjutan di IKN tidak hanya dilakukan oleh Otorita IKN saja. Menurutnya, perlu ekosistem pertanian berkelanjutan yang kuat dan melibatkan daerah mitra yang ada di sekitar IKN,

Ia menyebut, beberapa daerah mitra yang telah menjadi area lumbung pangan bagi Provinsi Kalimantan Timur, seperti Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Panajam Pasir Utara.

“Kami telah merintis berbagai upaya untuk melakukan koordinasi dan sinergi dengan pemerintah daerah Kalimantan Timur, khususnya pemerintah di dua kabupaten tersebut,” ujar Myrna.

Upaya lain yang dilakukan adalah secara konsisten memastikan input di dalam kegiatan pertanian tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan meminimalkan input yang bersifat kimiawi yang bisa merusak ekosistem.

Kota Cerdas dan Masa Depan Pertanian

Dalam keterangannya, Myrna mengatakan bahwa IKN dibangun sebagai sebuah kota cerdas. Hal ini akan berimbas di dalam kebijakan dan program-program pertanian berkelanjutan.

“Di dunia saat ini, kita sudah melihat bahwa teknologi memainkan peran yang penting untuk memastikan efisiensi di dalam pembangunan pertanian. Karena itu kami sudah mulai merintis agar para petani yang ada di IKN sudah mulai melek teknologi,” terang Myrna.

Berbagai upaya untuk menjadikan pertanian yang efisien, lahan pertanian yang efisien air, monitoring pertanian dilakukan dengan cara yang lebih mudah sudah mulai diperkenalkan. Dari sinilah keberadaan teknologi informasi ini menjadi penting.

Untuk itu, peranan civitas akademika juga menjadi penting dan diperlukan untuk membantu para petani menerapkan teknologi informasi di dalam kegiatan pertanian berkelanjutan.

“Karena itu, kami sangat terbuka dalam berbagai kerjasama dengan para mahasiswa, khususnya mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai ketertarikan untuk mengembangkan teknologi informasi di dunia pertanian yang aplikabel, yang dapat diterapkan dengan mudah bagi para petani,” terang Doktor Ilmu Hukum Universitas Leiden Belanda ini.

Ia menambahkan, kegiatan pertanian ke depan akan menjadi sebuah profesi yang penting yang juga dapat digeluti oleh para mahasiswa ketika lulus dari perguruan tinggi.

“Karena ke depan pertanian tidak akan pernah mati sepanjang ada kehidupan dan ada peradaban di dalam masyarakat kita,” tuturnya.

Oleh karena itu, ia mendorong perguruan tinggi dapat mengembangkan berbagai macam teknologi tepat guna yang bermanfaat bagi petani, teknologi informasi yang mampu untuk menyiarkan informasi yang cepat bagi para petani.

“Teknologi yang berkaitan dengan iklim, yang berkaitan dengan produksi pangan, yang berkaitan dengan monitoring terhadap produksi-produksi pangan, yang berkaitan dengan koneksi antara para petani sebagai produsen dengan para konsumen,” terang Myrna.

“Saya berharap bahwa dunia kampus bisa melihat peluang ini dengan baik sehingga kita bisa bersinergi untuk memperkuat ekosistem pertanian berkelanjutan yang cerdas di IKN dan di Kalimantan Timur,” pungkasnya.

(SA/Puskomjar)

Narasumber Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 bersama para undangan, berlangsung di Hotel Grand Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11/2023). Foto: Nadya/Media Kreatif

UM – Universitas Mulia menggelar Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 bersama dengan narasumber para guru besar dalam rangka menghadapi krisis pangan. Simposium dibuka secara resmi ditandai dengan gong oleh perwakilan Pj. Gubernur Kaltim, Kepala UPTD Tekkom dan Infodik Muhammad Awaludin, bertempat di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11).

Sebagai narasumber, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si selaku pakar Ilmu Kelautan dan Perikanan, Prof. Dr. rer. nat. Achmad Benny Mutiara Q.N, S.Si., S.Kom pakar Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Prof. Dr. Engkos Achmad Kuncoro, M.M pakar Manajemen Strategik, dan Prof. Dr. Deni SB Yuherawan, S.H., M.H pakar Hukum Pidana.

HM Rizal Effendi, S.E, Wali Kota Balikpapan dua periode, yakni periode 2011-2016 dan 2016-2021, tampil sebagai moderator satu. Moderator dua Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H, Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga dan pembawa acara Drs. Suprijadi, M.Pd.

Turut hadir Wakil Ketua DPRD Kaltim Sigit Wibowo, mewakili Rektor Universitas Mulawarman Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. H. Rusdiansyah, M.Si, Ketua STMIK Widya Cipta Dharma H. Tommy Bustomi, S.Kom., M.Kom, perwakilan pemerintah Kota Balikpapan, partai politik, akademisi perguruan tinggi serta undangan lainnya.

Ketua Panitia Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I mengatakan bahwa latar belakang digelarnya simposium adalah salah satu wujud dari peran perguruan tinggi di tengah masyarakat.

“Perguruan tinggi tidak cukup hanya fokus pada kegiatan pembelajaran dan menghasilkan lulusan, tetapi haruslah menjadi tempat tumbuhnya pemikiran-pemikiran kritis terhadap fenomena yang terjadi pada kehidupan,” tutur Yusuf Wibisono.

Dibuka secara resmi ditandai dengan gong oleh perwakilan Pj. Gubernur Kaltim, Kepala UPTD Tekkom dan Infodik Muhammad Awaludin, bertempat di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11). Foto: Nadya/Media Kreatif

Dibuka secara resmi ditandai dengan gong oleh perwakilan Pj. Gubernur Kaltim, Kepala UPTD Tekkom dan Infodik Muhammad Awaludin, bertempat di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11). Foto: Nadya/Media Kreatif

Dari kiri ke kanan Ketua Panitia Yusuf Wibono, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H, Muhammad Awaludin S.E.,M.M, Prof. Dr. Deni SB Yuherawan, S.H., M.H, Prof. Dr. Engkos Achmad Kuncoro, M.M, Prof. Dr. rer. nat. Achmad Benny Mutiara Q.N, S.Si., S.Kom, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si dan HM Rizal Effendi, S.E,. Foto: Nadya/Media Kreatif

Dari kiri ke kanan Ketua Panitia Yusuf Wibono, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H, Muhammad Awaludin S.E.,M.M, Prof. Dr. Deni SB Yuherawan, S.H., M.H, Prof. Dr. Engkos Achmad Kuncoro, M.M, Prof. Dr. rer. nat. Achmad Benny Mutiara Q.N, S.Si., S.Kom, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si dan HM Rizal Effendi, S.E,. Foto: Nadya/Media Kreatif

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A yang dalam hal ini mewakili Kepala OIKN Bambang Susantono. Foto: Nadya/Media Kreatif

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A yang dalam hal ini mewakili Kepala OIKN Bambang Susantono. Foto: Nadya/Media Kreatif

Tentu saja, tambahnya, tidak sekedar pikiran untuk mengkritisi, tetapi juga diharapkan melahirkan gagasan-gagasan solusi yang konstruktif dan rasional.

Menurutnya, dalam dua tahun belakangan dunia dikejutkan dengan perkembangan terkini dari kecerdasan buatan. Di sisi lain, berdasarkan laporan Global Report and Food Crisis 2023, sebanyak 258 juta orang di 58 negara dalam krisis pangan.

“Namun, Bapak Ibu yang kami hormati, di saat kita berada dalam euforia kecerdasan buatan, ternyata bumi Kita tidak sedang baik-baik saja,” ujarnya.

Lebih lanjut, jumlah tersebut meningkat 123 juta dibandingkan pada tahun 2019. Dan pada September 2023 telah ada 22 negara yang telah menghentikan ekspor pangan ke negara lain lantaran pemenuhan kebutuhan dalam negeri mereka sendiri sedang terancam.

“Pertanyaan sederhana yang muncul adalah mampukah kecerdasan buatan menjadi penyelamat dalam mengatasi ancaman bencana krisis pangan ini? Apakah kecerdasan buatan dapat menjadi katalisator solusi atau hanya menjadi saksi bisu dari bencana kelaparan manusia ini?” ujar kandidat Ph.D dari Universitas Malaysia Sarawak ini.

Senada, Rektor Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i mengatakan bahwa mengapa topik ini sangat penting. “Kenapa ini sangat penting, karena saat ini, seperti yang disampaikan oleh ketua panitia bahwa dunia ini tidak baik-baik saja,” tuturnya.

“Saya ingin menyampaikan info terbaru atau pembicaraan yang sangat hangat di tingkat nasional pada saat ini, yaitu tentang perdagangan karbon atau carbon trading,” tutur Prof. Ahsin.

“Ini adalah gas karbon, gas yang tidak ada bendanya, tapi ini diperdagangkan saat ini di tingkat nasional dan global. Mengapa demikian?” tambah Prof. Ahsin.

Menurutnya, hal ini ada kaitannya dengan ketahanan pangan. “Tidak lain akibat dari efek gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sektor-sektor industri, kemudian sektor agroindustri, kemudian yang dihasilkan oleh pengolahan-pengolahan limbah yang menyebabkan emisi gas rumah kaca,” ujarnya.

Pemerintah telah melakukan pembatasan dengan membuat regulasi, tetapi dinilainya kurang berhasil. “Oleh sebab itu, sekarang karbon itu diperdagangkan, carbon trading namanya,” tutur Prof. Ahsin.

Oleh sebab itu, ke depan yang paling penting adalah bagaimana caranya agar emisi gas rumah kaca tersebut diturunkan sehingga memenuhi standar nasional dan internasional. “Kebetulan Indonesia meratifikasi penurunan ini hingga sekian persen,” ujarnya.

“Nah, apakah itu bisa kita lakukan?” tanya Prof. Ahsin.

Sementara itu, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A yang dalam hal ini mewakili Kepala OIKN Bambang Susantono, mengatakan bahwa pembangunan pertanian dan ketahanan pangan di IKN harus dikaitkan dengan tujuan dan prinsip penting pembangunan IKN.

“Prinsip pertama, yaitu bahwa pembangunan IKN harus selaras dengan alam, tangguh, dan rendah emisi karbon. Kemudian yang kedua bahwa pembangunan IKN itu adalah rendah emisi karbon, dan yang ketiga pembangunan IKN itu sifatnya harus resilien,” tuturnya.

Untuk mewujudkan semua itu, terangnya, kebijakan pembangunan pertanian yang akan dilakukan di IKN adalah pertanian berkelanjutan, pertanian yang cerdas iklim.

“Artinya, pertanian yang mampu melakukan mitigasi terhadap emisi gas rumah kaca dan juga melakukan upaya-upaya adaptif terhadap kondisi iklim yang sedang berubah,” tutur Ketua IKA Universitas Brawijaya Kalimantan Timur ini.

Pj. Gubernur Kalimantan Timur, melalui Kepala UPTD Tekkom dan Infodik Muhammad Awaludin mengatakan bahwa pada prinsipnya ketahanan pangan juga menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

“Tentunya bersama dengan DPRD Kaltim, bagaimana membuat ekosistem ketahanan pangan itu bisa berjalan dengan baik di Kalimantan Timur,” tutur Awaludin.

Untuk itu, ia mendorong Kaltim harus memperkuat SDM-nya melalui pembekalan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan. “Karena sekarang semua profesi itu harus dibekali oleh kompetensi-kompetensi,” ujarnya.

Usai sambutan-sambutan, acara kemudian disusul dengan simposium yang diikuti 87 peserta yang hadir di lokasi. Simposium juga disiarkan melalui kanal YouTube Universitas Mulia. Dibuka tepat pukul 8.30 WITA dan berakhir pukul 13.00 WITA.

(SA/Puskomjar)

Diskusi Implementasi Kampus Merdeka & Kegiatan Riset yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daring aplikasi Zoom, Jumat (21/5). Foto: Wisnu

UM – Universitas Mulia yang diwakili Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng. selaku Pjs. Wakil Rektor Bidang Ketenagaan dan Keuangan mengikuti Diskusi Kampus Merdeka dan Kegiatan Riset bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) RI Nadiem Anwar Makarim. Diskusi digelar terbatas melalui aplikasi Zoom dan diikuti Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Wilayah Barat, Jumat (21/5).

Sebagaimana diketahui, Kemendikbudristek telah meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pada tahun 2020 yang lalu dengan salah satu kebijakannya adalah memberikan hak kepada mahasiswa Indonesia untuk berkegiatan pembelajaran di luar kampus selama 2 semester.

Diskusi ini mencakup empat topik utama antara lain terkait tantangan dan hambatan implementasi Kampus Merdeka di lingkungan perguruan tinggi swasta (PTS); Program bantuan implementasi yang dipersiapkan Kemendikbudristek di tahun 2021; Program Kampus Merdeka unggulan yang diselenggarakan terpusat di tahun 2021; Perkembangan pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi dan riset/inovasi unggulan di PTS.

Pada kesempatan ini, Menteri Nadiem mengingatkan ada empat permasalahan utama dalam menjalankan Kampus Merdeka (KM), antara lain menyangkuta desain kurikulum dan mekanisme pemberian SKS, kesediaan dosen pembimbing, ketersediaan program, dan pendanaan program MBKM.

Diskusi Implementasi Kampus Merdeka & Kegiatan Riset yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daring aplikasi Zoom, Jumat (21/5). Foto: Wisnu

Diskusi Implementasi Kampus Merdeka & Kegiatan Riset yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi daring aplikasi Zoom, Jumat (21/5). Foto: Wisnu

Berbagai upaya yang dilakukan Kemendikbudristek antara lain menyiapkan kegiatan di luar kampus, salah satunya adalah Program Unggulan (Flagship) Kampus Merdeka. Kemendikbudristek menyelenggarakan tiga program unggulan secara nasional yang terbuka untuk semua mahasiswa PTN/PTS. Mahasiswa yang berpartisipasi pada program unggulan ini akan mendapat 20 SKS.

Untuk mendorong minat mahasiswa mengikuti program unggulan, pemerintah menyiapkan beasiswa LPDP atau Lembaga Pengelola Dana Pendidikan di bawah Menteri Keuangan. Pemerintah juga menyediakan Dana Kompetisi Kampus Merdeka untuk mendorong diferensiasi misi PT dan Matching Fund untuk mengakselerasi kemitraan PT.

Pembaruan kurikulum diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri sebagai acuan kebijakan pengakuan 20 SKS untuk semua program Kampus Merdeka. Dosen juga diberi kesempatan sebagai konsultan perencanaan kurikulum KM di tingkat prodi.

Bagi dosen pembimbing, kegiatan akademik membimbing mahasiswa selama mengikuti program KM akan mendapat pengakuan Tri Dharma menjadi angka kredit dan kenaikan karier dosen.

Empat Program Unggulan Kampus Merdeka yang mendapat dukungan LPDP di tahun 2021 pada Semester Ganjil yang dimulai bulan Agustus atau September 2021 antara lain Kampus Mengajar, Microcredentials atau Magang dan Studi Independen Bersertifikat, Mobilitas Internasional Mahasiswa, dan Pertukaran Mahasiswa Merdeka.

Semua program Kampus Merdeka dijamin 20 SKS untuk partisipasi selama 1 semester dan 40 SKS untuk pertisipasi selama 2 semester. Ini tertuang dalam Kepmendikbud No. 74/P/2021 tentang Pengakuan Satuan Kredit Semester Pembelajaran Program Kampus Merdeka.

Meski demikian, selain program unggulan tersebut, Wisnu mencatat bahwa Pangkalan Data Pendidikan Tinggi atau PDDIKTI sudah mengakomodir 8 (delapan) kegiatan MBKM. “Program MBKM bukan untuk mencocokkan/dicocokkan dengan prodi, justru untuk membebaskan/memerdekaan mahasiswa dari prodi,” kata Wisnu.

“Tambahan penegasan dari Pak Menteri bahwa kurikulum Prodi cukup 5 semester bagi mahasiswa yang mengambil MBKM. Artinya jika 20 sks di Prodi lain, dan 40 SKS di luar kampus tidak sesuai dengan keilmuan Prodi, itu diperbolehkan,” tambah Wakil Rektor Bidang Akademik Yusuf Wibisono, M.T.I.

Menteri Nadiem berharap setiap perguruan tinggi memfasilitasi pengakuan SKS Kampus Merdeka dengan mengikuti alur yang diberikan oleh Kemendikbudristek.

(SA/PSI)

Dokumentasi.

Flagship Microcredentials Magang Bersertifikat. Foto: Wisnu

Flagship Microcredentials Magang Bersertifikat. Foto: Wisnu

Flagship Microcredetials Studi Independen Bersertifikat. Foto: Wisnu

Flagship Microcredetials Studi Independen Bersertifikat. Foto: Wisnu

Flagship Beasiswa Mobilitas Internasional. Foto: Wisnu

Flagship Beasiswa Mobilitas Internasional. Foto: Wisnu

Flagship Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Foto: Wisnu

Flagship Pertukaran Mahasiswa Merdeka. Foto: Wisnu

Alur pendaftaran program KM di platform MBKM. Foto: Wisnu

Alur pendaftaran program KM di platform MBKM. Foto: Wisnu

Sosialisasi Skripsi dan Penelitian Dosen Program Studi Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mulia, Sabtu (14/11). Foto: Screenshot

UM – Program Studi Informatika (S1) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mulia mensosialisasikan Grand Design SmartRT sebagai arah luaran atau hasil riset, baik penelitian dosen maupun skripsi mahasiswa. Luaran ini mulai diberlakukan Semester Ganjil 2020/2021. Sosialisasi ini disampaikan Wakil Rektor Mundzir, S.Kom., M.T. di kelas daring Zoom, Sabtu (14/11).

“Inisiasi smartRT ini bermula dari gagasan Bapak Rektor tentang bagaimana memanfaatkan peran RT (Rukun Tetangga) pada masa pandemik Covid-19. Harapannya, dengan smartRT ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat maupun pemerintah kota untuk membantu mengelola permasalahan kota, terlebih suasana pandemi,” tutur Mundzir.

Menurutnya, ketua RT adalah sosok pemimpin sekaligus pengendali bagi suksesnya pengelolaan lingkungan sosial demi membantu kesejahteraan dan pelayanan masyarakat di wilayahnya.

“RT juga merupakan jembatan bagi masyarakat dan pemerintah, bahwa RT adalah organ daerah yang paling dekat dengan masyarakat,” terangnya.

Ia menambahkan, ide atau gagasan smartRT lahir sejak tanggal 15 Juni 2020 yang lalu, dan sempat diperkenalkan kepada Wali Kota Balikpapan HM Rizal Effendi dalam sebuah Webinar Peran RT di masa Pandemi Covid-19, 9 Juli 2020 silam.

“Harapannya, dengan smartRT ini kita punya data sendiri dengan cara kita akan mendata langsung kepada masyarakat,” ungkap Mundzir.

Ia mengatakan, smartRT ke depan diharapkan akan berkembang seiring kebutuhan masyarakat. Modul yang tengah dikerjakan saat ini beberapa di antaranya masuk tahap pengkodean hingga pengujian, yakni Profil Penduduk, Prestasi Warga, Prestasi RT, Manula, Putus Sekolah, Gakin, e-Survey, e-Lapor, Kedatangan dan Kepindahan Warga, Kelahiran dan Kematian, Pekuburan atau Pemakaman, UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan serta beberapa bidang lainnya.

Ia berharap, dosen dan mahasiswa dapat memilih salah satu di antaranya yang dapat dijadikan penelitian untuk melengkapi materi kuliah, proyek tugas akhir atau Skripsi untuk mahasiswa sehingga diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam SmartRT.

“Jadi, aplikasi apa saja bisa kita masukkan atau integrasikan ke dalam smartRT,” terangnya.

Sosialisasi Skripsi dan Penelitian Dosen Program Studi Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mulia, Sabtu (14/11). Foto: Screenshot

Sosialisasi Skripsi dan Penelitian Dosen Program Studi Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Mulia, Sabtu (14/11). Foto: Screenshot

Beberapa modul smarRT yang tengah dan akan dikembangkan dan ditawarkan kepada mahasiswa dan dosen Universitas Mulia, Sabtu (14/11). Foto: Screenshot

Beberapa modul smarRT yang tengah dan akan dikembangkan dan ditawarkan kepada mahasiswa dan dosen Universitas Mulia, Sabtu (14/11). Foto: Screenshot

Sosialisasi ini mengundang antusias dan beberapa pertanyaan dari mahasiswa, misalnya, terkait kesiapan pengguna smartRT. “Misalnya, terkait pertanian ini kan penggunanya banyak yang gaptek, itu bagaimana agar bisa menggunakan smartRT?” ujar salah satu penanya.

Mundzir mengatakan bisa saja nantinya yang menggunakan aplikasi adalah pemuda atau orang yang secara teknis memiliki kemampuan teknologi dapat memberikan bantuan kepada orang yang belum mampu menggunakan aplikasi.

Dari pantauan media ini, sosialisasi diikuti lebih dari 70 orang peserta, baik dosen maupun mahasiswa tingkat akhir yang tengah menyusun riset atau Skripsi. Tampil sebagai moderator Isa Rosita, S.Kom., M.Cs. selaku Sekretaris Program Studi Informatika.

Sementara itu, Ketua Program Studi Informatika Jamal, S.Kom., M.Kom. mengatakan bahwa mahasiswa harus memperhatikan rambu-rambu dalam menyusun Skripsi. “Silakan cek kembali mata kuliah dan jumlah SKS yang sudah pernah diambil, apakah masih ada yang belum tuntas,” tutur Jamal.

Ia mengimbau mahasiswa segera melengkapi kekurangan jumlah SKS tersebut. “Dahulukan mata kuliah yang wajib, jika sudah terambil semua, baru alokasikan untuk mata kuliah pilihan,” tutupnya. (SA/PSI)

Drs. Suprijadi, M.Pd. saat memberikan penyuluhan Bela Negara dan Ideologi Pancasila di Lanal Balikpapan, Senin (2/11). Foto: Istimewa

UM – Ketua Ikatan Alumni (IKA) Trainer of Trainer (ToT) Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) Provinsi Kalimantan Timur Drs. Suprijadi, M.Pd. memberikan penyuluhan Bela Negara dan Ideologi Pancasila di Gedung Patiunus Markas Komando (Mako) Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Balikpapan, Senin (2/11).

Kegiatan penyuluhan ini dalam rangka melaksanakan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Laut dengan melaksanakan Pengendalian Wilayah Pertahanan Laut (Dawilhanla). Tugas ini dilaksanakan dalam rangka menyiapkan geografi, demografi, dan kondisi sosial sebagai Ruang, Alat dan Kondisi (RAK) juang yang tangguh bagi kepentingan pertahanan Negara di laut dalam rangka mendukung Sistem Pertahanan Semesta.

Penyuluhan diikuti Waspam Danlanal Balikpapan Kolonel Laut (P) Andri Kristianto serta perwakilan dari Menwa Kewilayahan Balikpapan, Bea Cukai, Kemenkumham, Basarnas, Kasatpol PP, KSOP, DKP, Tagana, KNPI hingga Pelindo dan Dinas Perhubungan Kota Balikpapan serta Para Saka Bahari binaan Lanal Balikpapan. Peserta merupakan komponen cadangan dan komponen pendukung di wilayah kerja Lanal Balikpapan.

“Sebelumnya, saya mendapat surat perintah tugas dari Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik, Bapak I Ketut Rasna, untuk menyampaikan Penyuluhan Bela Negara dan Ideologi Pancasila. Alhamdulillah berjalan aman dan lancar,” tutur Drs. Suprijadi.

Drs. Suprijadi merupakan dosen Universitas Mulia untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini cukup aktif berkiprah dalam penyuluhan di bidang pertahanan dan keamanan pada masyarakat. Magister Pendidikan lulusan Universitas Mulawarman ini cukup berpengalaman dan berwawasan luas terkait Bela Negara dan Pancasila.

Drs. Suprijadi, M.Pd. menjadi pemateri Penyuluhan Bela Negara dan Ideologi Pancasila di Lanal Balikpapan, Senin (2/11). Foto: Istimewa

Drs. Suprijadi, M.Pd. menjadi pemateri Penyuluhan Bela Negara dan Ideologi Pancasila di Lanal Balikpapan, Senin (2/11). Foto: Istimewa

Penyerahan plakat penghargaan dari Danlanal Balikpapan. Foto: Istimewa

Penyerahan plakat penghargaan dari Danlanal Balikpapan. Foto: Istimewa

Sesi tanya jawab dari Ketua KNPI Andi Achmad Mutawally. Foto; Istimewa

Sesi tanya jawab dari Ketua KNPI Andi Achmad Mutawally. Foto; Istimewa

Pada kesempatan ini, Pak Pri, biasa media ini menyapa, menyampaikan materi perihal Pancasila sebagai dasar negara sekaligus sebagai instrumen kunci sebagai jaminan stabilitas nasional. Apabila Pancasila digoyang, maka akan berpengaruh pada stabilitas dan keamanan Negara.

Pancasila sendiri terbukti menjadi perekat kesatuan bangsa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik dalam berkehidupan sosial di manapun berada, maupun di seluruh pelosok Indonesia.

Pasca Reformasi, nilai-nilai Pancasila disinyalir mulai makin memudar. Nilai-nilai bangsa terpengaruh menurun dan terdegradasi sehingga jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila.

“Bergantinya pemerintahan Orde Baru menuju Reformasi seolah-olah meminggirkan ideologi Pancasila, masyarakat sudah tidak terlalu mengutamakan nilai nilai luhur Pancasila,” kata Pak Pri.

Kondisi tersebut kemudian dapat memicu keamanan dan mengancam stabilitas Negara.

“Dorongan People Power menjadi mendominasi, melakukan tekanan terhadap pemerintah Indonesia. Untuk itulah, diperlukan pentingnya pemahaman bahwa Pancasila merupakan ideologi yang harus dijunjung tinggi dalam bernegara dan berbangsa,” tuturnya.

Memasuki sesi tanya jawab, peserta cukup antusias memberikan pertanyaan kepada narasumber. Penyuluhan yang dibuka pukul 9.00 wita ini berakhir tepat pukul 11.30 wita dengan aman dan lancar. (SA/PSI)