Tips Menggalang Dana Bisnis dari CEO YanPro Land Yana Priatna
Disampaikan dalam Youth Entrepreneur Summit 2024
UM – Universitas Mulia menggelar Youth Entrepreneur Summit 2024 dengan tema How to Raise Funds for Business, bertempat di Ballroom Cheng Ho, Selasa (3/12). Acara yang sangat menarik bagi para Entrepreneur pemula ini dihadiri Yana Priatna, pengusaha muda di bidang properti YanPro Land dari Bandung, Jawa Barat.
Acara yang dibuka Rektor Prof. Muhammad Ahsin Rifa’i ini turut dihadiri Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti Pribadi, para Wakil Rektor, Kepala Lembaga, Dekan serta dosen, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan ratusan mahasiswa Universitas Mulia.
Turut hadir Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim periode 2024-2029 Dr. Abriantinus, Koordinator Rembuk Pemuda Daerah Kaltim Agung Syahrir, Ketua Bidang XII BPD HIPMI Kaltim Sidik Amirullah dan Bendahara Umum BPC HIPMI Balikpapan Dio Ramadhan.
Dalam sambutannya, Rektor Prof. Ahsin mengingatkan visi besar Universitas Mulia, yakni menjadi Global Technopreneur Campus pada tahun 2045. Visi ini selaras dengan misi untuk mencetak lulusan-lulusan yang mampu menjadi wirausaha berbasis teknologi.
“Universitas Mulia punya mimpi besar untuk menjadi perguruan tinggi unggul dalam bidang technopreneur. Oleh karena itu, kegiatan ini sangat relevan dengan roadmap kami untuk mendorong riset dan inovasi pada 2026-2027, hingga mencapai puncaknya pada 2045,” ujar Prof. Ahsin.
Untuk itu, Rektor memberikan apresiasi kepada BEM Universitas Mulia, Rembuk Pemuda Daerah Kalimantan Timur, dan IKN Youth Forum atas terselenggaranya kegiatan ini. “Ini adalah bentuk konkret dari komitmen kita untuk mempersiapkan Generasi Emas 2045,” tambahnya.
Acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber inspiratif, seperti Yana Priatna, CEO dan Founder YanPro Land, serta Sidik Amirullah dan Dio Ramadhan dari HIPMI. Para narasumber diharapkan dapat memotivasi mahasiswa untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan.
Tips Menggalang Dana Bisnis
Memasuki sesi pemaparan yang dipandu Presiden BEM Agung Widianto, Yana Priatna mengawali dengan memperkenalkan dirinya sebagai CEO dan founder YanPro Land dan berbagi latar belakang pribadinya, termasuk tantangan yang dihadapinya dalam mencapai posisi sebagai pengusaha.
“Saya memulai dari nol, berjuang dari latar belakang keluarga sederhana. Jika saya bisa, Anda juga pasti bisa. Kuncinya adalah kerja keras, integritas, dan terus belajar,” katanya.
Ia juga menyarankan mahasiswa untuk memilih bidang usaha yang sesuai dengan keahlian dan fokus pada satu sektor hingga menguasainya.
“Jangan berpindah-pindah sebelum menguasai satu bidang. Bisnis harus memiliki rencana dan proyeksi jangka panjang yang matang,” kata Yana.
“Lima tahun pertama bisnis penuh dengan tantangan, tetapi karakter seperti jujur dan amanah akan menarik perhatian investor,” ujarnya.
Hal ini diperlukan lantaran, menurutnya, investor selalu melihat integritas, semangat, dan kemampuan bertahan dalam menghadapi kegagalan.
Ia menekankan pentingnya karakter sebagai pengusaha, seperti antusiasme, keinginan untuk belajar, dan kemampuan untuk membangun jaringan yang menjadi kunci dalam mencari pendanaan dan membangun bisnis.
“Permodalan bisnis cuma tiga. Satu adalah penjualan, bootstrap. Kalau Anda belum punya duit, belum punya apapun dan sebagainya. Kalau Anda punya jasa, jasa itu bisa jualan dulu baru barangnya inden, atau apa namanya PO, Purchasing Order dulu segala macam, Anda bisa melalui penjualan,” ujarnya.
Bootstrap adalah metode pengembangan bisnis dengan menggunakan pendapatan dari penjualan produk atau layanan untuk mendanai operasional dan pertumbuhan bisnis.
Konsep ini menekankan pada efisiensi, pengelolaan keuangan yang hati-hati, dan reinvestasi keuntungan untuk mendukung pertumbuhan.
Artinya, sebelum mencari pendanaan tambahan dari investor atau lembaga keuangan, penting bagi pebisnis pemula untuk menunjukkan kemampuan menghasilkan pendapatan sendiri.
“Kedua adalah equity, kepemilikan. Jadi, kepemilikan Anda di sebuah perusahaan PT-nya, sahamnya dibagi-bagi atau disiarkan ke orang lain,” terangnya.
“Nah, baru ketiga adalah loan atau pinjaman. Kalau Anda punya aset, sertifikat tanah, rumah, lain sebagainya itu bisa dipakai pinjaman,” tambahnya.
Meski demikian, Yana melihat banyak perusahaan rintisan atau startup tidak memiliki aset sehingga pada akhirnya lebih fokus pada penjualan dan ekuitas.
Yana menekankan pentingnya memahami empat tipe bisnis yang sedang dijalani untuk menentukan strategi yang tepat dalam pengembangan dan pencarian pendanaan.
Pertama, Creator. Tipe bisnis ini adalah yang baru dibangun dan masih dalam tahap pengembangan. Bisnis ini berfokus pada menciptakan produk atau layanan hingga mencapai stabilitas dan menghasilkan omset yang konsisten.
Kedua, Growth. Setelah bisnis mencapai stabilitas, tipe ini berfokus pada pertumbuhan dan ekspansi. Bisnis mulai mencari cara untuk meningkatkan omset dan memperluas jangkauan pasar.
Ketiga, Mature. Tipe bisnis ini sudah mapan dan memiliki sistem yang berjalan dengan baik. Bisnis ini biasanya memiliki pelanggan tetap dan pendapatan yang stabil.
Keempat, Decline. Tipe bisnis ini mengalami penurunan dalam pendapatan atau relevansi di pasar. Bisnis ini perlu melakukan inovasi atau perubahan strategi untuk bertahan.
Yana menyarankan bahwa dengan memahami tipe bisnis yang sedang dijalani, pengusaha dapat menentukan strategi yang tepat untuk mendapatkan pendanaan.
Ia menjelaskan beberapa metode pendanaan yang dapat dipertimbangkan berdasarkan tipe bisnis, diantaranya adalah lewat Pinjaman, Feasibility Study, Konsorsium dan Dana Khusus, dan IPO.
Pinjaman dilakukan dengan menggunakan aset yang dimiliki kepada bank atau lembaga keuangan. Namun, Yana mengingatkan agar pengusaha mempertimbangkan risiko dan kemampuan pengembalian sebelum mengambil langkah ini.
Sedangkan Feasibility Study, yakni dengan menyiapkan studi kelayakan untuk meyakinkan investor tentang potensi bisnis, terutama jika memerlukan dana yang besar. Ini sering kali dilakukan dengan bantuan konsultan.
“Studi kelayakan sangat penting untuk proyek berskala besar. Dengan bantuan konsultan seperti Deloitte, EY, PWC, atau Grant Thornton, Anda dapat membuktikan kelayakan bisnis kepada calon investor,” paparnya.
Pendanaan juga bisa diperoleh lewat Konsorsium dan Dana Khusus. Mencari dana dari konsorsium atau dana khusus yang mungkin tersedia untuk jenis bisnis tertentu.
Pendanaan melalui konsorsium atau dana khusus juga menjadi pilihan strategis, terutama untuk proyek kolaboratif atau skala besar. Pendekatan ini memungkinkan pengusaha menggalang dana dari berbagai pihak dengan berbagi risiko dan manfaat.
IPO (Initial Public Offering), yakni apabila bisnis sudah cukup besar dan mapan, maka pendanaan dapat diperoleh dengan melakukan IPO untuk menjual saham kepada publik sebagai cara untuk mendapatkan dana.
“Menjual saham di bursa efek memberikan akses ke dana besar dan meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata publik,” tutup Yana.
(SA/Kontributor)