IKN Kota Cerdas dan Masa Depan Pertanian

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A yang dalam hal ini mewakili Kepala OIKN Bambang Susantono. Foto: Nadya/Media Kreatif

Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024

UM – Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A hadir lewat video pada Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 yang digelar Universitas Mulia. Simposium berlangsung hybrid, bertempat di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11).

Myrna dalam pesannya menyampaikan permohonan maaf tidak dapat hadir secara langsung mengingat bersamaan dengan kegiatan lainnya. Dalam kesempatan ini, Myrna Safitri mewakili Kepala Otorita IKN Bambang Susantono.

Dalam sambutannya, Myrna mengatakan bahwa IKN dibangun dengan tujuan untuk menjadikan kota yang selaras dengan alam, tangguh, dan rendah emisi karbon.

“Untuk mencapai tujuan itu, maka salah satunya adalah dengan mengalokasikan minimum 10% dari wilayah IKN untuk menjadi area produksi pangan,” terangnya.

Berbicara tentang pembangunan pertanian dan ketahanan pangan, Myrna mengatakan bahwa hal itu harus dikaitkan dengan tujuan dan prinsip penting pembangunan IKN.

“Prinsip pertama, yaitu bahwa pembangunan IKN harus selaras dengan alam dan tangguh. Kemudian yang kedua bahwa pembangunan IKN itu adalah rendah emisi karbon, dan yang ketiga pembangunan IKN itu sifatnya harus resilien,” tuturnya.

Untuk mewujudkan semua itu, dirinya menerangkan bahwa kebijakan pembangunan pertanian di IKN yang diterapkan adalah pertanian berkelanjutan, pertanian yang cerdas iklim.

“Artinya, pertanian yang mampu melakukan mitigasi terhadap emisi gas rumah kaca dan juga melakukan upaya-upaya adaptif terhadap kondisi iklim yang sedang berubah,” tutur Ketua IKA Universitas Brawijaya Kalimantan Timur ini.

Terhadap sebagian besar areal yang ekosistemnya mengalami kerusakan, maka pembangunan pertanian juga diarahkan kepada pertanian regeneratif.

“Artinya, pembangunan pertanian itu harus mampu untuk juga memulihkan ekosistem lahan yang sudah terlanjur rusak tersebut,” tuturnya.

Dirinya menyadari hal itu bukanlah perkara yang mudah untuk diwujudkan, meski juga tidak mustahil untuk dilakukan sepanjang arah yang sudah ditetapkan dengan jelas.

“Dalam hal ini, Kedeputian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam yang membawahi Direktorat Ketahanan Pangan mempunyai tugas untuk mengawal agar kebijakan pembangunan pertanian berkelanjutan di IKN dapat dilakukan,” terangnya.

Lebih lanjut, pembangunan pertanian berkelanjutan di IKN tidak hanya dilakukan oleh Otorita IKN saja. Menurutnya, perlu ekosistem pertanian berkelanjutan yang kuat dan melibatkan daerah mitra yang ada di sekitar IKN,

Ia menyebut, beberapa daerah mitra yang telah menjadi area lumbung pangan bagi Provinsi Kalimantan Timur, seperti Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Panajam Pasir Utara.

“Kami telah merintis berbagai upaya untuk melakukan koordinasi dan sinergi dengan pemerintah daerah Kalimantan Timur, khususnya pemerintah di dua kabupaten tersebut,” ujar Myrna.

Upaya lain yang dilakukan adalah secara konsisten memastikan input di dalam kegiatan pertanian tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan meminimalkan input yang bersifat kimiawi yang bisa merusak ekosistem.

Kota Cerdas dan Masa Depan Pertanian

Dalam keterangannya, Myrna mengatakan bahwa IKN dibangun sebagai sebuah kota cerdas. Hal ini akan berimbas di dalam kebijakan dan program-program pertanian berkelanjutan.

“Di dunia saat ini, kita sudah melihat bahwa teknologi memainkan peran yang penting untuk memastikan efisiensi di dalam pembangunan pertanian. Karena itu kami sudah mulai merintis agar para petani yang ada di IKN sudah mulai melek teknologi,” terang Myrna.

Berbagai upaya untuk menjadikan pertanian yang efisien, lahan pertanian yang efisien air, monitoring pertanian dilakukan dengan cara yang lebih mudah sudah mulai diperkenalkan. Dari sinilah keberadaan teknologi informasi ini menjadi penting.

Untuk itu, peranan civitas akademika juga menjadi penting dan diperlukan untuk membantu para petani menerapkan teknologi informasi di dalam kegiatan pertanian berkelanjutan.

“Karena itu, kami sangat terbuka dalam berbagai kerjasama dengan para mahasiswa, khususnya mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai ketertarikan untuk mengembangkan teknologi informasi di dunia pertanian yang aplikabel, yang dapat diterapkan dengan mudah bagi para petani,” terang Doktor Ilmu Hukum Universitas Leiden Belanda ini.

Ia menambahkan, kegiatan pertanian ke depan akan menjadi sebuah profesi yang penting yang juga dapat digeluti oleh para mahasiswa ketika lulus dari perguruan tinggi.

“Karena ke depan pertanian tidak akan pernah mati sepanjang ada kehidupan dan ada peradaban di dalam masyarakat kita,” tuturnya.

Oleh karena itu, ia mendorong perguruan tinggi dapat mengembangkan berbagai macam teknologi tepat guna yang bermanfaat bagi petani, teknologi informasi yang mampu untuk menyiarkan informasi yang cepat bagi para petani.

“Teknologi yang berkaitan dengan iklim, yang berkaitan dengan produksi pangan, yang berkaitan dengan monitoring terhadap produksi-produksi pangan, yang berkaitan dengan koneksi antara para petani sebagai produsen dengan para konsumen,” terang Myrna.

“Saya berharap bahwa dunia kampus bisa melihat peluang ini dengan baik sehingga kita bisa bersinergi untuk memperkuat ekosistem pertanian berkelanjutan yang cerdas di IKN dan di Kalimantan Timur,” pungkasnya.

(SA/Puskomjar)