UM – Ada banyak wawasan yang diperoleh mahasiswa dalam acara Digital Youth Summit 2025, Senin (19/5) yang lalu. Salah satunya adalah takut gagal ketika memulai usaha di era digital saat ini. Menjawab keresahan ini, tiga orang profesional di bidang yang berbeda membagikan resep jitu bagi mahasiswa yang ingin “Berani Muda, Berani Mendunia”.
Panel diskusi yang dimoderatori oleh Talitha Aufa, Putri Indonesia Intelegensia Kaltim 2023 dan Aris (BEM Universitas Mulia) ini menjadi puncak pencerahan bagi para mahasiswa.
Ketiga narasumber, yaitu Rifandi Tama (profesional Public Speaking), Kevin Laoh (Content Creator), dan Wirangga (profesional Digital Marketing), secara sinergis membedah cara mengubah ide menjadi aksi nyata.
“Habiskan Kuota Gagalmu!”
Hambatan terbesar seringkali bukan datang dari luar, melainkan dari dalam diri. Tama membuka mata para mahasiswa dengan sebuah konsep radikal: anggap kegagalan sebagai kuota yang harus dihabiskan.
“Kebanyakan dari kita sudah kalah sebelum bertanding karena takut salah, takut di-judge, takut diketawain,” tegas Tama saat menjawab pertanyaan dari Vanessa, seorang mahasiswi yang mengaku introvert.
“Jangan pernah takut melakukan kesalahan. Bagaimana kita tahu kalau itu salah, jika kita tidak pernah mencoba?” ujar Tama.
Tama mengajak mahasiswa untuk mengubah cara pandang terhadap kegagalan, bukan sebagai akhir, melainkan sebagai data dan proses belajar yang tak ternilai. Dengan “menghabiskan kuota gagal”, yang tersisa hanyalah keberhasilan.
Kuasai Diri, Jemput Peluang
Setelah pola pikir dibenahi, langkah selanjutnya adalah membangun kepercayaan diri. Tama menekankan pentingnya self-talk positif dan afirmasi. Namun, kuncinya tidak berhenti di situ.
“Bagaimana caranya agar percaya diri bisa tumbuh? Tentu harus latihan, menguasai materi, dan memperbanyak jam terbang,” ujarnya.
Pesan ini memberdayakan mahasiswa untuk mengambil kendali. Kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang ditunggu, melainkan sesuatu yang dibangun secara aktif melalui persiapan dan praktik.
“Jangan tunggu bolanya datang, sometimes kita harus jemput bolanya,” tambah Tama, menginspirasi mahasiswa untuk proaktif mencari kesempatan, bukan pasif menunggu.
Personal Branding Bukan Cuma Buat Selebgram
“Di era digital, identitas online adalah CV baru Anda,” kata Kevin Laoh, seorang content creator sukses, meluruskan miskonsepsi bahwa personal branding hanya untuk influencer.
“Gimana kamu mau dapat kerja kalau di sosmed kamu aja mati?” tantang Kevin.
“Membangun personal branding itu penting buat semua orang untuk menambah networking. Agar orang tahu siapa kalian dan apa yang kalian kerjakan.”
Mahasiswa dididik tentang pentingnya membangun citra diri yang profesional dan otentik di media sosial. Ini bukan tentang pamer, melainkan tentang menunjukkan kompetensi, minat, dan potensi yang bisa menjadi daya tarik bagi calon perusahaan atau kolaborator.
Kevin juga memberikan tips praktis: manfaatkan fitur iklan berbiaya rendah (mulai dari Rp15.000) untuk menjangkau audiens yang lebih luas, sebuah strategi yang bisa diterapkan bahkan oleh mahasiswa dengan budget terbatas.
Dari Hobi Jadi Cuan, Asal Punya Peta
Banyak mahasiswa, seperti Mutia yang bertanya di sesi Q&A, memiliki hobi yang berpotensi menjadi bisnis, seperti memasak atau membuat hantaran. Namun, bagaimana mengubahnya menjadi sumber penghasilan yang konsisten?
Wirangga, profesional digital marketing, memberikan kerangka strategis yang memperkaya wawasan bisnis mahasiswa. “Mulai aja dulu, tapi jangan gegabah,” pesannya.
Wirangga memperkenalkan konsep marketing funnel – sebuah peta jalan yang membantu mengarahkan calon pelanggan dari tahap “kenal” (awareness) hingga akhirnya membeli produk.
Mahasiswa diperkaya dengan pengetahuan bahwa promosi bukan sekadar “sebar info”, melainkan sebuah proses strategis untuk membangun kesadaran, ketertarikan, dan kepercayaan.
Inspirasi untuk Bertindak: Segera Ambil Langkah Pertamamu!
Sinergi dari ketiga narasumber mengerucut pada satu kesimpulan kuat, bahwa sukses di era digital adalah kombinasi dari keberanian mental, identitas digital yang kuat, dan strategi yang cerdas.
Para mahasiswa diharapkan tidak hanya pulang dengan membawa catatan saja, tetapi juga dengan api semangat yang baru. Mereka terinspirasi untuk segera bertindak:
- Mulai Sekarang: Jangan tunda lagi. Lakukan riset, buat akun media sosial untuk idemu, dan ambil langkah pertama, sekecil apapun itu.
- Bangun Personal Brand-mu: Tunjukkan siapa dirimu dan apa keahlianmu secara online. Jadikan media sosial sebagai portofolio hidupmu.
- Gagal Itu Belajar: Ubah rasa takut menjadi rasa penasaran. Setiap kesalahan adalah pelajaran berharga dalam perjalananmu.
- Jemput Peluang: Jangan menunggu kesempatan datang. Aktiflah dalam organisasi, ikuti kompetisi, dan bangun jaringanmu.
Digital Youth Summit telah membuktikan bahwa untuk “Berani Mendunia”, seorang mahasiswa hanya perlu satu hal: keberanian untuk memulai langkah pertama, hari ini.
(SA/Kontributor)