Tag Archive for: APTISI

Rizal Effendi calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Nasdem dapil Kaltim saat memaparkan gagasannya mengatasi persoalan pendidikan di Kaltim. Foto: SA/Puskomjar

UM – Persoalan Pendidikan dan Infrastruktur di Kaltim tidak kalah menarik dengan topik lainnya pada Debat Kandidat Wakil Rakyat yang digelar APTISI Wil. XI-B Komisariat Selatan dan Forsiladi Kaltim, Jumat (19/1). Dengan dimoderatori Dr. Agung Sakti Pribadi, para kandidat tampak semakin panas.

Hal ini lantaran pertanyaan panelis kedua, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i yang memantik para kandidat tentang bagaimana para kandidat membantu strategi perguruan tinggi di Kaltim dalam menghadapi hadirnya perguruan tinggi unggul dari Jawa maupun perguruan tinggi asing.

Hetifah Sjaifudian yang telah lama menyoroti persoalan pendidikan Kaltim di DPR RI, mengatakan bahwa hadirnya perguruan tinggi yang berinvestasi di Kaltim tidaklah masalah selama diyakini ke depan, baik pengelola, dosen, mahasiswa di Kaltim bisa memanfaatkannya.

“Tetapi kalau kita sudah punya perguruan tinggi lokal yang juga tidak kalah, mengapa Unmul tidak segera dijadikan perguruan tinggi unggul?” tanya Hetifah.

Menurutnya, apabila Unmul menjadi perguruan tinggi unggul, maka akan memiliki kesempatan yang sama seperti universitas unggul lainnya yang saat ini membuka kelas jauh di Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Dan bagi perguruan tinggi swasta, sekarang semua dosen wajib hukumnya S2, S3. Tetapi beasiswa yang diberikan untuk dosen-dosen itu sangat sedikit,” ungkapnya.

Untuk itulah, di DPR, ia berusaha memperjuangkannya dengan mendorong bagaimana sumber daya manusia, terutama tenaga pendidik di perguruan tinggi yang ada di Kaltim bisa seluruhnya menikmati pendidikan tinggi, baik di dalam negeri maupun luar negeri lewat beasiswa LPDP maupun BPI.

“Kita ingin dosen-dosen di Kaltim ini yang menjadi penyangga utama untuk membangun IKN yang bermartabat,” tuturnya.

Sementara Ustadz Naspi Arsyad memiliki pandangan lain. Menurutnya, perguruan tinggi didorong untuk bersahabat dengan sumber daya yang dimiliki secara riil.

Ia menilai, berdasarkan pengalamannya di APTISI, perguruan tinggi di Kaltim cukup tertinggal jika dibanding perguruan tinggi di Jawa.

“Perguruan tinggi di Balikpapan secara khusus atau di Kaltim secara umum menerima sisa-sisa mahasiswa yang tidak mampu menembus perguruan tinggi di Jawa. Itu sangat kita maklumi,” ungkapnya.

Untuk itulah, Naspi mengusulkan agar perguruan tinggi di Kaltim memiliki program unggulan sebagaimana perguruan tinggi di Jawa seperti Universitas Indonesia, Gunadarma, ITB dan UGM.

Dengan memiliki program unggulan, perguruan tinggi di Kaltim diharapkan akan mudah dikenal oleh calon mahasiswa baru sesuai dengan minat dan bakat masing-masing calon mahasiswa.

“Perguruan tinggi dari Jawa, dari Jakarta, kadang menciptakan kompetisi persaingan yang sehat. Kita ini kalau tidak ada saingan, itu masuk zona nyaman, keinginan untuk bersaing itu lemah,” tuturnya.

Dengan demikian, ia meminta perguruan tinggi lokal untuk bekerja lebih keras lagi bersaing dengan perguruan tinggi unggul tersebut. “Setidaknya bisa menyaingi perguruan tinggi-perguruan tinggi tersebut,” tuturnya.

Rizal Effendi calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Nasdem dapil Kaltim saat memaparkan gagasannya mengatasi persoalan pendidikan di Kaltim. Foto: SA/Puskomjar

Rizal Effendi calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Nasdem dapil Kaltim saat memaparkan gagasannya mengatasi persoalan pendidikan di Kaltim. Foto: SA/Puskomjar

Penolakan hadirnya perguruan tinggi luar justru diungkapkan Rizal Effendi. Wali Kota Balikpapan periode 2011-2021 ini sangat keras menolak jika tidak memperhatikan perguruan tinggi lokal daerah.

“Saudara-saudara sekalian, saya termasuk orang yang tidak setuju kalau pemerintah membuka lebar-lebar universitas besar di lokasi IKN, kalau tidak memajukan universitas atau perguruan tinggi di daerah,” tegas Rizal.

Rizal mengaku telah meminta kepada pemerintah agar Institut Teknologi Kalimantan (ITK) menjadi proyek strategis nasional.

“Kalau ITK tidak dimajukan, tidak mungkin lulusannya bersaing dengan lulusan ITB, ITS dan sebagainya,” tandas Rizal.

Rizal mengingatkan sejarah berdirinya ITK saat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah agar sejajar dengan ITB maupun ITS.

“Karena itu, ada IKN, maka harus menjadi proyek strategis nasional,” ujarnya.

Rizal mengungkapkan dirinya pernah meminta kepada pemerintah agar Unmul diberikan kesempatan mengingat proyek IKN seharusnya yang menjadi leader adalah Universitas Mulawarman.

“Fakultas Kehutanan Unmul itu adalah fakultas terbaik hutan tropika basah di dunia,” ujarnya.

Rizal menceritakan, ketika Presiden Joko Widodo meresmikan Groundbreaking pembangunan 5-6 Sekolah Dasar (SD) di lokasi IKN beberapa waktu yang lalu, dirinya sangat tidak setuju.

“Saya tidak setuju kalau hanya 6 SD saja, harusnya 1.000 SD di Kalimantan Timur harus diperbaiki. Itu yang kita kritisi,” tandasnya.

Rizal juga mengkritisi Undang-undang IKN yang tidak memberikan ruang yang banyak kepada daerah penyangga.

“Jadi, ini kita harus hati-hati. Kalau kita tidak majukan pendidikan kita, (maka) kita akan menjadi penonton,” ujar Rizal mengingatkan.

“Jadi, sekali lagi, keberpihakan kita terhadap perguruan tinggi di daerah harus sama dengan universitas dari luar,” pungkasnya.

(SA/Puskomjar)

Dua orang panelis Prof. Dr. Suhartono dan Prof. Dr. Muhamad Muhdar bersama para kandidat. Foto: SA/Puskomjar

UM – Ketahanan pangan dan ekonomi Kaltim menjadi topik yang menarik pada Debat Kandidat Wakil Rakyat yang diselenggarakan APTISI Wilayah XI-B Kaltim Komisariat Selatan dan Forsiladi Kaltim. Debat berlangsung di Hall Cheng Ho Universitas Mulia, Jalan Letjen Zaini Azhar Maulani Balikpapan, Jumat (19/1).

Panelis pertama Prof. Dr. Suhartono, S.E., M.M merupakan pakar di bidang ilmu manajemen. Ia merumuskan pertanyaan seputar IKN dan Potensi Ekonomi Kaltim kepada para kandidat.

Prof. Suhartono bertanya tentang bagaimana strategi para kandidat dalam mengurangi ketergantungan bahan pangan di Kaltim dari daerah lain. Ketergantungan ini disinyalir menjadi pemicu terjadinya inflasi daerah.

Kandidat pertama Rizal Effendi mengakui posisi Kaltim dilematis mengalami ketergantungan bahan pangan dari daerah lain.

“Membangun pertanian di Kaltim itu tidak gampang. Kemarin Universitas Mulia melakukan diskusi tentang membangun pertanian, akan tetapi kita memang harus melakukan perekonomian Kalimantan Timur dilakukan reformasi dan diversifikasi,” tutur Rizal Effendi.

Rizal sepakat daerah seperti Kabupaten Penajam Paser Utara, Paser, dan Kutai Kartanegara di Kaltim memiliki potensi di sektor pertanian. Namun, ia melihat beberapa daerah lain di sektor pangan seperti Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan tidak terlalu jauh sehingga diharapkan membantu menekan inflasi daerah.

“Karena itu dukungan sektor pangan pertanian kita bisa bekerja sama, jangan hanya tergantung dengan Kalimantan Timur,” tuturnya.

Rizal Effendi calon anggota legislatif DPR RI dai Partai Nasdem dapil Kaltim saat memaparkan gagasan. Foto: SA/Puskomjar

Rizal Effendi calon anggota legislatif DPR RI dai Partai Nasdem dapil Kaltim saat memaparkan gagasan. Foto: SA/Puskomjar

Calon anggota legislatif yang juga anggota DPR RI Hetifah Sjaifudian saat memaparkan gagasannya. Foto: SA/Puskomjar

Calon anggota legislatif yang juga anggota DPR RI Hetifah Sjaifudian saat memaparkan gagasannya. Foto: SA/Puskomjar

Naspi Arsyad calon anggota legislatif DPD RI dapil Kaltim saat memaparkan gagasan. Foto: SA/Puskomjar

Naspi Arsyad calon anggota legislatif DPD RI dapil Kaltim saat memaparkan gagasan. Foto: SA/Puskomjar

Berbeda dengan Hetifah Sjaifudian. Menurutnya, tugasnya sebagai anggota DPR salah satunya adalah membuat peraturan perundang-undangan. Ia akan berusaha memastikan peraturan legislasi atau perundang-undangan di tingkat nasional tidak merugikan Kalimantan Timur.

Ia kemudian merujuk pada peraturan perundang-undangan tentang hubungan keuangan pusat dan daerah yang mengubah undang-undang sebelumnya tentang perimbangan keuangan.

“Ada banyak sebenarnya satu situasi yang menguntungkan Kaltim atau kemampuan fiskal kota kabupaten itu jauh melebihi provinsi maupun kabupaten kota lainnya,” ungkapnya. Ia kemudian menyebut salah satunya adalah Kab. Kutai Kartanegara.

Menurutnya, persoalan kedaulatan pangan atau ketahanan pangan di Kaltim bukan hanya pada ada tanah atau tidak, atau mendorong para petani lebih produktif atau tidak. Terlebih jumlah petani di Kaltim terus berkurang lantaran generasi mudanya tidak tertarik untuk masuk ke sektor pertanian.

“Asalkan kita mampu membangun infrastruktur. Jadi, apa yang terjadi di IKN ini, menurut pendapat saya, bukan hanya pergeseran geopolitik, tetapi juga membawa implikasi signifikan kepada potensi sektor ekonomi yang lain di luar sektor pertambangan dan migas,” tutur Hetifah.

Sementara itu, Naspi Arsyad lebih memilih fokus memberikan perhatian besar pada para pelaku di bidang pangan. Ia sependapat dengan salah satu pendapat calon presiden agar memberikan perhatian lebih besar kepada sektor pertanian.

(SA/Puskomjar)

Narasumber Rektor Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (UNISKA) Banjarmasin Prof. Ir. Abdul Malik, M.Si., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. saat memberikan materi bimbingan.

UM – Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Koordinator Wilayah XI-B Kalimantan Timur bersama dengan Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (FORSILADI) Kaltim dan LLDIKTI 11 menggelar Bimbingan Teknis Percepatan Jabatan Fungsional (Jafung) di Hall Cheng Ho Universitas Mulia, Sabtu (17/12).

Tampil sebagai narasumber Rektor Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (UNISKA) Banjarmasin Prof. Ir. Abdul Malik, M.Si., Ph.D., IPU, ASEAN Eng yag juga Tim Penilai Angka Kredit (PAK) Nasional. Narasumber kedua Dr. H. Sudarmo, S.H., M.M selaku Ketua DPW FORSILADI Kalimantan Timur, dan dimoderatori oleh Dr. Esti Royani, S.H., S.Pd., M.Pd., M.H., C.Ps., C.Me., C.HTc., C.Mt.

Tampak Dr. M. Lukman, S.T., M.T selaku Ketua APTISI XI-B Kalimantan Timur dan Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H selaku Ketua APTISI XI-B Komisariat Selatan dan Rektor Universitas Mulia Dr. Muhammad Rusli, M.T serta dosen-dosen dari perguruan tinggi swasta di Balikpapan.

Koordinator LLDIKTI 11 Kalimantan Dr. Muhammad Akbar, M.Si mengatakan bahwa salah satu hal yang penting dalam laporan aktivitas dosen sehingga terhubung dengan Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) adalah dosen selalu memperbarui SISTER yang ada di perguruan tinggi masing-masing.

Sebagaimana diketahui, SISTER adalah Sistem Informasi Sumber Daya Terintegrasi merupakan salah satu program dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI lewat Ditjen Pendidikan Tinggi (DIKTI).

“Kualitas Sumber Daya Dosen perguruan tinggi dilihat dari kepangkatan. Jadi, masing-masing dosen dipersilakan untuk memiliki akunnya untuk meng-update informasi peningkatan kualitasnya melalui SISTER,” tuturnya.

Dari berbagai sistem informasi tersebut menjadi sarana bagi LLDIKTI untuk melakukan pembayaran tunjangan profesi dosen yang telah memiliki Sertifikasi. “Memenuhi atau tidak untuk diberikan tunjangan profesi tersebut,” tutur Dr. Muhammad Akbar.

Koordinator LLDIKTI 11 Kalimantan Dr. Muhammad Akbar, M.Si mengatakan bahwa salah satu hal yang penting dalam laporan aktivitas dosen sehingga terhubung dengan Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) adalah dosen selalu memperbarui SISTER yang ada di perguruan tinggi masing-masing.

Koordinator LLDIKTI 11 Kalimantan Dr. Muhammad Akbar, M.Si.

Rektor Universitas Mulia bersama moderator dan Dr. Sudarmo, yang juga Ketua STIE Balikpapan.

Rektor Universitas Mulia Dr. Muhammad Rusli, M.T bersama moderator dan Dr. Sudarmo, yang juga Ketua STIE Balikpapan.

Narasumber Rektor Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (UNISKA) Banjarmasin Prof. Ir. Abdul Malik, M.Si., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. saat memberikan materi bimbingan.

Narasumber Rektor Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (UNISKA) Banjarmasin Prof. Ir. Abdul Malik, M.Si., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. saat memberikan materi bimbingan.

Sementara itu, Dr. Sudarmo yang juga sebagai Ketua Panitia kegiatan mengatakan bahwa dirinya ingin berbagi tips kiat sukses kenaikan Jabatan Fungsional Dosen Tetap. “Kegiatan ini penting sekali karena kinerja utama perguruan tinggi adalah Jabatan Fungsional Dosen,” tuturnya.

Dirinya berharap, pelaksanaan Bimbingan Teknis tersebut memberikan dampak positif bagi perguruan tinggi masing-masing. Dr. Sudarmo mengaku sudah lama menjadi dosen dan tidak lama lagi pensiun.

“Oleh karena itu, Bapak Ibu sesegera mungkin mengurus Jabatan Fungsional itu secara reguler, bertahap per dua tahun,” tuturnya. Awal mula dirinya terobsesi oleh teman-teman dosen lainnya untuk meraih gelar Doktor dan lompat jabatan.

“Ternyata, lompat itu tidak seperti yang kita bayangkan, Bapak Ibu. Tahun 2010 waktu itu Lektor 200. Setelah Doktor, tahun 2014 ingin naik Lektor Kepala. Ternyata tidak semudah yang kita bayangkan,” tutur Dr. Sudarmo mengawali cerita pengalamannya.

Untuk itulah, ia mendorong seluruh peserta yang terdiri dari dosen-dosen perguruan tinggi lainnya untuk segera mengurusnya secara bertahap. “Kalau tidak kita bisa ketinggalan terus,” tuturnya.

Oleh karena, dirinya terus berusaha sebelum batas waktu usia pensiun 65 tahun tercapai. “Alhamdulillah, dalam waktu satu bulan itu tercapai karena semua syarat sudah terpenuhi. Kalau tidak begitu, tiga tahun bisa tidak terpenuhi,” tuturnya.

Dalam usahanya itulah, per-Oktober 2022 yang lalu dirinya mendapatkan Jabatan Fungsional Lektor Kepala 750. ”Mau naik Guru Besar itu minimal ada empat jurnal terindeks Scopus dan DOI sebagai penulis pertama,” tuturnya.

Simak paparan selanjutnya di sini.

(SA/Puskomjar)

DR. Agung Sakti Pribadi bersama dengan Ketua APTISI Wilayah XI-B Kaltim Komisariat Selatan DR. Lukman dan pengurus lainnya mengikuti Rembuk Nasional APTISI di Bali, Jumat (1/7). Foto: Istimewa

UM – Pengurus Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Wilayah XI-B Kalimantan Timur Komisariat Selatan Balikpapan mengikuti Rembuk Nasional dan Rapat Pengurus Pusat Pleno (RPPP) ke-1, bertempat di Nusa Dua Convention Center Bali, 1 – 3 Juli 2022.

Pada kesempatan ini, Gubernur Bali Wayan Koster memberikan sambutan sekaligus membuka acara resmi dengan ditandai pemukulan gong. Dalam sambutannya, Gubernur Koster mengucapkan terima kasih kepada APTSI yang telah memilih Bali sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan APTISI.

Menurut Gubernur, hal ini mengingatkan dirinya pernah melakukan pengabdian di perguruan tinggi sebagai Dosen Kalkulus, Statistik, dan Metode Research di STIE Perbanas Jakarta, Universitas Pelita Harapan Tangerang, dan Universitas Tarumanegara Jakarta setelah lulus di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Wayan Koster juga terkenang ketika turut serta membenahi Pendidikan Nasional saat menjadi Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, dalam menjalankan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

“Terima kasih APTISI telah berkontribusi dalam memulihkan pariwisata dan perekonomian Bali yang sedang mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Pusat,” tutur Koster, seperti dikutip dari balipost.com, Jumat (1/7).

Wayan Koster berharap Rembuk Nasional APTISI menjadi momentum untuk memajukan pendidikan di Indonesia agar semakin meningkat kualitas layanannya termasuk mutu pendidikannya, dan tata kelolanya secara konsisten.

Koster menilai, saat ini pendidikan mengalami pergeseran ekosistem. Ia mengatakan bahwa permasalahan dan tantangan serta dinamika yang berbeda harus mendapat perhatian dari segenap komponen masyarakat, ikut memikirkan dan berkomitmen terhadap pendidikan di Indonesia.

DR. Agung Sakti Pribadi bersama dengan Drs. Satria Dharma dalam Rembuk Nasional dan RPPP APTISI di Nusa Dua Bali pada hari kedua, Sabtu (2/7). Foto: Agung Sakti

DR. Agung Sakti Pribadi bersama dengan Drs. Satria Dharma dalam Rembuk Nasional dan RPPP APTISI di Nusa Dua Bali pada hari kedua, Sabtu (2/7). Foto: Agung Sakti

Sementara itu, DR. Agung Sakti Pribadi selaku pengurus bersama Ketua APTISI Wilayah XI-B Kaltim Komisariat Selatan DR. Lukman, S.T., M.T yang juga Ketua STT Migas Balikpapan. Selain itu, juga turut anggota pengurus lainnya.

Tampak di lokasi kegiatan, DR. Agung bertemu dan duduk bersama dengan salah satu pendiri Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali Drs. Satria Dharma.

Rembuk Nasional dihadiri Tenaga Pendidik, Dosen, Pengurus Yayasan, Rektor, Pengurus ABBPTSI, APPERTI, HPT, Asosiasi Dekan serta Ketua Program Studi Perguruan Tinggi Swasta se-Indonesia. Dijadwalkan Rembuk Nasional ditutup pada Minggu (3/7) besok.

(SA/PSI)

UM – Pengurus Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Wilayah XI-B Kalimantan Timur Komisariat Selatan periode 2020-2024 resmi di lantik, Sabtu (17/10) malam.

Pelantikan yang dipusatkan di kampus Universitas Mulia Balikpapan itu, dipimpin langsung Ketua Aptisi Wilayah XI-B Kaltim Eddy Soegiarto melalui virtual conference. Digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan dengan jumlah peserta terbatas, acara itu berlangsung sederhana dan hikmat.

Dihadiri unsur Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Aptisi Wilayah XI B Kaltim, unsur Komisariat Selatan, serta para pimpinan perguruan tinggi swasta (PTS).

Ketua Aptisi Wilayah XI-B Kaltim Komisariat Selatan Agung Sakti Pribadi mengatakan, usai pelantikan pengurus, program yang akan dijalankan pertama adalah Rapat Kerja (Raker) di mana agenda ini akan digelar pada awal November mendatang.

“Dalam raker itu kita akan rancang program kerja dalam lima tahun ke depan. Diharapkan dalam lima tahun Aptisi mampu berperan menjadikan PTS di Balikpapan meningkat kualitasnya ditandai dengan Akreditasi Prodi dan Institusi yang Baik Sekali (B) atau Unggul (A),” kata Agung yang juga menjabat sebagai rektor Universitas Mulia.

Agung menjelaskan saat ini terdapat 15 PTS dan 2 PTN di Balikpapan, di mana khusus PTS memiliki wadah untuk melakukan konsolidasi, komunikasi dan kegiatan bersama di dalamnya, yakni Aptisi.

“Melalui Aptisi inilah kita menyatukan seluruh PTS yang ada di Balikpapan maupun di luar Balikpapan untuk tetap bersinergi dengan mengedepankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat,” jelas Agung.

Dalam kepengurusan yang baru ini, kata Agung, peluang-peluang yang hadir di Balikpapan akan dimanfaatkan Aptisi dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan PTS di Kota Minyak. Seperti halnya, Balikpapan sebagai penyangga ibu kota negara (IKN) yang memiliki peluang besar memanfaatkan potensi tersebut.

“Di sini PTS berpeluang besar menyerap mahasiswa baru yang berasal dari pertambahan jumlah penduduk akibat adanya IKN serta tingginya minat masyarakat mengembangkan usaha di IKN dan sekitarnya,” ujar ketua yang baru terpilih pada Juni lalu ini.

Menurutnya, peluang ini harus dimanfaatkan dengan cara meningkatkan kualitas setiap perguruan tinggi, sehingga masyarakat tidak perlu lagi kuliah di Jawa. “Caranya seperti apa, kita tingkatkan akreditasi di masing-masing perguruan tinggi. Kemudian Aptisi Balikpapan, akan menyinergikan seluruh potensi yang dimiliki semua PTS. Intinya kita meningkatkan kualitas PTS melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi agar mampu sejajar dengan perguruan tinggi terbaik di Jawa,” jelasnya.

Selain sinergi antar PTS, lanjutnya, Aptisi juga akan bekerja sama dengan stakeholder atau instansi swasta dan pemerintah daerah untuk join riset dan pengembangan inovasi terhadap produk unggulan yang dihasilkan mahasiswa maupun stakeholder.

“Kita buat agar mahasiswa kita di Balikpapan dapat menghasilkan karya yang juga dapat dimanfaatkan berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah daerah,” sebutnya.

Sementara itu, Eddy Soegiarto yang tidak dapat hadir langsung menyampaikan melalui virtual conference agar kepengurusan Aptisi saat ini semakin giat memajukan dunia pendidikan, khususnya di setiap PTS dengan menghasilkan lulusan terbaik.

“Mari sama-sama meningkatkan kualitas pendidikan mahasiswa. Yakni dengan memberikan pelayanan maksimal agar mampu meluluskan SDM yang bisa membangun Kaltim dengan ilmunya. Selain itu terus kembangkan ilmu yang kita miliki, sesuai bidang dan disiplin ilmu masing-masing agar kualitas PTS kita menjadi semakin meningkat,” pesan Eddy.

Di lain pihak, melalui tayangan video, Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi mengucapkan selamat kepada Ketua dan Pengurus Aptisi Wilayah XI-B Kaltim Komisariat Selatan yang resmi dilantik.

Dirinya yakin kehadiran Aptisi sebagai wadah PTS dapat mampu mengawal perkembangan PTS di Balikpapan untuk menjadi perguruan tinggi yang besar. “Apalagi Balikpapan sebagai penyangga IKN baru, tentu semangat Aptisi sangat diperlukan dan bersinergi dengan pemerintah daerah untuk melahirkan SDM yang berkualitas,” ujarnya. (mra)

Universitas Mulia menjadi tuan rumah Pelaksanaan Musyawarah Komisariat Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah XI-B Kalimantan Timur Komisariat Selatan pada Kamis, 25 Juni 2020.

Bertempat di Hall Gedung Cheng Ho Universitas Mulia Balikpapan, musyawarah ini dihadiri oleh 15 Perguruan Tinggi Swasta di Kalimantan Timur beserta Yayasannya dengan agenda Pemilihan Ketua Formatur APTISI Wilayah XI-B Komisariat Selatan Periode 2020-2025. Dari hasil voting para peserta musyawarah, terpilih 6 kandidat calon ketua dan tersisa 3 kandidat yang unggul yaitu Bapak Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H., Bapak Dr. Lukman, S.T., M.T., dan Bapak M. Adenuddin Alwy, S.E., M.M. Lalu 3 kandidat tersebut menyampaikan visi dan misi nya dan terpilihlah Rektor Universitas Mulia Bapak Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H. menjadi Ketua APTISI Wilayah XI-B Komisariat Selatan Periode 2020-2025.

Selamat untuk Bapak Rektor Universitas Mulia.