Balikpapan, 23 November 2025 Pelaksanaan asesmen lapangan Akreditasi Institusi Universitas Mulia selama tiga hari, 20–22 November 2025, ditutup dengan suasana haru sekaligus optimisme. Visitasi oleh tim asesor BAN-PT menjadi momentum penting bagi UM untuk menegaskan komitmen dan arah transformasi pendidikan tinggi di Kalimantan Timur.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyampaikan bahwa kehadiran asesor adalah momen yang sangat dinantikan setelah satu tahun mengajukan dokumen borang. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa penantian itu bukan sekadar menunggu hasil akreditasi, tetapi menunggu masukan objektif untuk percepatan pengembangan institusi.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyampaikan sambutan pembuka visitasi Akreditasi Institusi BAN-PT.

“Satu tahun ini seperti menunggu seseorang yang dicintai. Kami sangat menunggu visitasi karena kami meyakini penilaian pihak luar jauh lebih objektif dibanding menilai diri sendiri. Dan ketika kami mendapat kabar kedatangan tiga pakar ini, benar-benar seperti pucuk dicinta ulam pun tiba,” ujar Prof. Ahsin.

Kedatangan tiga asesor BAN-PT pada visitasi tahun ini sekaligus menjadi kehormatan tersendiri bagi Universitas Mulia. Para pakar nasional tersebut—Prof. Dr. Ir. Ansar Suyuti, M.T. dari Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Pupung Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA. dari Universitas Islam Bandung, serta Dr. Aan Listiana, S.Pd., M.Pd. dari Universitas Pendidikan Indonesia—memberikan perspektif lintas-disiplin mulai dari tata kelola pendidikan, pengelolaan akademik dan keuangan, hingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Interaksi sepanjang visitasi berlangsung hangat, kritis, dan konstruktif sehingga evaluasi yang diberikan tidak hanya terasa sebagai proses penilaian, tetapi sebagai dorongan strategis untuk mengakselerasi mutu Universitas Mulia dalam waktu yang lebih cepat.

Rektor kemudian menegaskan bahwa selama tujuh tahun perjalanan sebagai universitas, UM telah berupaya menyesuaikan seluruh tata kelola pendidikan dengan peraturan nasional dan standar BAN-PT—mulai dari penataan visi-misi, peningkatan mutu SDM, penjaminan mutu, peningkatan layanan akademik dan keuangan, hingga kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Prof. Ahsin menambahkan bahwa akreditasi bukan garis akhir, melainkan pijakan untuk melangkah lebih maju.

“Kami berharap kritik dan saran asesor menjadi kompas bagi pengembangan UM ke depan. Apa yang belum tepat diperbaiki, apa yang kurang dilengkapi, sehingga mutu UM berkembang secara berkelanjutan,” ujarnya.

Yayasan: Perjalanan Panjang dan Rasa Syukur atas Kemajuan UM

Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga Balikpapan, Dr. Agung Sakti Probadi, M.H., S.H., menggambarkan akreditasi sebagai “ujian terbuka yang membuka seluruh isi tubuh.” Ia memahami dinamika dan ketegangan yang dihadapi pimpinan universitas, namun menegaskan bahwa akreditasi menjadi instrumen penting untuk menguatkan kepercayaan publik.

Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga Balikpapan, Dr. Agung Sakti Probadi, M.H., S.H., memberikan sambutan dan dukungan penuh terhadap penguatan mutu dan pengembangan Universitas Mulia.

 

Dr. Agung kemudian menguraikan perjalanan panjang Yayasan sejak 1993 hingga berkembang menjadi Universitas Mulia pada 2019, beserta ekspansi yang dilakukan hingga hari ini.
“Sejak Prof. Ahsin bersedia memimpin Universitas Mulia, perkembangan sangat terasa. Dalam tahun ketiga kepemimpinan beliau kami sudah bisa mengakuisisi perguruan tinggi di Kolaka, membuka fakultas baru, dan insya Allah enam program studi sedang dalam proses pembukaan,” jelasnya.

Ia menutup sambutan dengan penegasan bahwa kerja keras dalam proses akreditasi bukan untuk dibanggakan, melainkan untuk dituai. Ia berharap Allah membalas seluruh ikhtiar itu dengan kemudahan dan keberkahan bagi pengembangan Universitas Mulia pada fase berikutnya.

Asesor BAN-PT: Kami Datang untuk Membantu, Bukan Menghakimi

Asesor BAN-PT, Prof. Dr. Ansar Suyuti, M.T., menegaskan bahwa kedatangan tim asesor bukan untuk mencari kesalahan, melainkan untuk memotret kondisi objektif dan membuka ruang dialog perbaikan.

“Kami datang sebagai juru potret. Tugas kami bukan memeriksa, tetapi membantu Bapak/Ibu mendapatkan hasil yang optimum. Kalau ada sesuatu yang sudah berubah menjadi lebih baik, itu juga harus diakui,” ucapnya.

Asesor BAN-PT, Prof. Dr. Ansar Suyuti, M.T., memberikan arahan pada sesi pembukaan asesmen lapangan Akreditasi Institusi Universitas Mulia, dengan penekanan pada upaya berkelanjutan peningkatan mutu pendidikan tinggi.

Prof. Ansar juga menyoroti perubahan kebutuhan pendidikan akibat perkembangan teknologi dari era digital menuju era kuantum, serta pentingnya kesiapan perguruan tinggi menghadapi perubahan tersebut.
“Tugas seluruh pimpinan adalah memastikan UM menjadi tempat terbaik bagi masyarakat untuk menuntut ilmu. Tugas itu tidak ringan, tapi sangat mulia,” tegasnya.

Optimisme Pasca Akreditasi

Seluruh rangkaian visitasi ditutup dengan suasana penuh harapan. Bagi Universitas Mulia, akreditasi bukan sekadar evaluasi dokumen, tetapi proses refleksi kolektif mengenai masa depan institusi.

Dengan dukungan penuh Yayasan, pimpinan, sivitas akademika, dan alumni, UM menegaskan arah pengabdian pendidikannya: membangun Balikpapan sebagai fondasi, memperkuat Samarinda sebagai mitra strategis, memperluas Kolaka sebagai kawasan pertumbuhan baru, dan berkontribusi bagi Indonesia sebagai tujuan akhir. (YMN)

Penajam, 14 November 2025 — Upaya memperluas akses pendidikan tinggi bagi warga Kalimantan Timur kembali memperoleh dorongan penting. Tim Marketing, Branding dan Inovasi (MBI) Universitas Mulia melakukan sosialisasi Program Beasiswa Gratispol di Kantor Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kamis (13/11), dengan melibatkan 19 Lurah dan 4 Kepala Desa dari seluruh wilayah Kecamatan Penajam.

Kegiatan ini menghadirkan Drs. Tatang Sertyawan dan Dr. Siti Rahmayuni sebagai pemapar utama. Mereka membahas dua isu sentral: rincian beasiswa Gratispol dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan penjelasan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Gelombang Khusus November–Desember 2025. Dalam paparannya, Tatang menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar penyampaian informasi administratif.

“Program ini bukan sekadar bantuan biaya kuliah, tetapi pintu untuk mengubah arah masa depan SDM di Penajam. Kami ingin perangkat desa mendapatkan pemahaman yang utuh sehingga mereka dapat menyampaikan informasi secara tepat kepada warganya,” ujarnya.

Dalam pertemuan yang dipimpin Sekretaris Camat Penajam, Peri Tangdirerung, S.H., pihak kecamatan menyampaikan apresiasi atas inisiatif Universitas Mulia. Peri menilai sosialisasi Gratispol sangat relevan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan masyarakat Penajam. Ia menekankan agar para-Lurah dan Kepala Desa memanfaatkan sesi tanya jawab untuk memastikan informasi yang disampaikan kepada warganya benar-benar tepat sasaran.

Tim MBI Universitas Mulia berdiskusi bersama perangkat desa dalam sesi dialog sosialisasi Program Gratispol di Kantor Kecamatan Penajam. Forum ini menjadi ruang tanya jawab untuk memastikan informasi beasiswa tersampaikan secara tepat kepada warga.

Peri juga menyoroti bahwa program Gelombang Khusus dari Universitas Mulia menawarkan pembiayaan yang sangat meringankan, hanya sebesar Rp 2,3 juta tanpa uang gedung dan tanpa biaya SKS, sehingga menjadi peluang yang realistis bagi keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Penjelasan rinci di tingkat kelurahan dan desa diharapkan dapat mengurangi keraguan masyarakat terkait proses pendaftaran maupun mekanisme beasiswa.

Di forum tersebut, Tim MBI memaparkan bahwa keterlibatan Universitas Mulia dalam sosialisasi Gratispol tidak berhenti sebagai aktivitas promosi kampus, melainkan bagian dari peran strategis lembaga pendidikan tinggi: mendukung kebijakan publik, memperkuat pemerataan pendidikan, sekaligus mengambil posisi aktif dalam pembangunan SDM Kalimantan Timur.

Pendekatan sosialisasi yang digunakan—termasuk kerja sama dengan Ketua RT dan dialog langsung dengan perangkat kelurahan—dipilih agar informasi beasiswa tidak berhenti pada tataran formal. Strategi ini dirancang untuk memastikan program benar-benar dapat diakses oleh warga yang membutuhkan, terutama mereka yang selama ini menghadapi hambatan informasi atau keraguan terkait mekanisme pendaftaran.

Diskusi yang berlangsung hampir dua jam itu menunjukkan antusiasme tinggi dari para-Lurah dan Kepala Desa. Mereka secara terbuka menyampaikan bahwa kebutuhan peningkatan kualitas SDM di wilayah Penajam semakin mendesak, dan program seperti Gratispol membuka peluang baru bagi lulusan SMA/SMK yang ingin melanjutkan pendidikan.

Selain sesi paparan, Tim MBI juga menyerahkan spanduk informasi Gratispol dan PMB Gelombang Khusus kepada seluruh Lurah dan Kepala Desa untuk dipasang di masing-masing wilayah. Spanduk ini diharapkan menjadi titik awal penyebaran informasi lanjutan hingga tingkat keluarga.

Salah satu peserta dari daerah pesisir menyampaikan bahwa informasi seperti ini sangat dibutuhkan masyarakat. “Selama ini banyak anak muda ingin kuliah, tetapi prosesnya terasa rumit atau mereka tidak tahu harus mulai dari mana. Sosialisasi langsung seperti ini jauh lebih meyakinkan,” ujarnya.

Kegiatan ditutup dengan diskusi kelompok kecil, di mana perangkat desa dan Tim UM duduk satu meja membahas tindak lanjut berupa pendampingan informasi dan pemetaan calon penerima beasiswa di tiap kelurahan dan desa.

Perwakilan Tim MBI Universitas Mulia menyerahkan spanduk informasi Gratispol dan PMB Gelombang Khusus kepada para Lurah dan Kepala Desa se-Kecamatan Penajam sebagai bahan sosialisasi lanjutan di wilayah masing-masing.

Di bagian akhir pertemuan, Ketua Rombongan MBI, Drs. Tatang Setyawan, kembali menegaskan bahwa Program PMB Gelombang Khusus ini hanya berlaku pada periode pendaftaran November hingga Desember 2025, sehingga perangkat desa diharapkan segera melakukan sosialisasi lanjutan agar calon pendaftar tidak melewati batas waktu tersebut.

Universitas Mulia melalui Tim MBI mengambil langkah operasional yang terukur dan berbasis kebutuhan lapangan: masuk langsung ke struktur pemerintahan desa, kelurahan, hingga RT—titik-titik di mana informasi pendidikan kerap terputus. Pendekatan ini memastikan sosialisasi Gratispol tidak berhenti pada level kebijakan, tetapi benar-benar membuka akses kuliah bagi warga Kaltim dari berbagai latar sosial, termasuk mereka yang sebelumnya tidak memiliki keunggulan akses informasi. (YMN)

 

Balikpapan, 13 November 2025 — Universitas Mulia mengembangkan pembelajaran berbasis proyek yang menautkan antara pengetahuan akademik, nilai kebangsaan, etika agama, dan tanggung jawab ekologis. Melalui Aksi Hijau Mahasiswa dan Masyarakat di kawasan Margomulyo, mahasiswa menerjemahkan teori Pancasila, Kewarganegaraan, Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Indonesia menjadi tindakan nyata merawat lingkungan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi Program Pengembangan Model Pembelajaran Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) 2025, hibah yang diperoleh Universitas Mulia dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Diktisaintek Berdampak). Program ini dirancang untuk menghadirkan pembelajaran yang tidak berhenti di ruang kelas, melainkan tumbuh di tengah masyarakat melalui kolaborasi dan aksi sosial yang berdampak langsung.

Dalam kegiatan yang dimulai sejak pukul 08.00 WITA Kamis pagi ini, mahasiswa bersama warga Kelurahan Margomulyo membersihkan kawasan hutan bakau dan menanam ratusan bibit mangrove. Selain menjadi praktik kepedulian terhadap alam, kegiatan ini juga menjadi media pembelajaran lintas mata kuliah yang menumbuhkan kesadaran ekologis, sosial, dan spiritual secara terpadu.

Lisda Hani Gustina, S.Ag., M.Pd. (berjilbab merah) selaku dosen MKWK Pendidikan Agama Islam, bersama Wahyu Nur Alimyaningtias, S.Kom., M.Kom. (berbatik cokelat) selaku Kabag Kerjasama Universitas Mulia, memimpin mahasiswa membersihkan area hutan mangrove Margomulyo sebelum kegiatan penanaman dimulai.

Menanam Nilai, Bukan Sekadar Bibit

Aksi penghijauan di Margomulyo memiliki makna lebih dari sekadar menanam pohon. Mahasiswa belajar memahami dimensi ekologis dan sosial dari penghijauan—mulai dari mitigasi banjir dan abrasi, peningkatan kualitas udara dan air, hingga keseimbangan ekosistem pesisir. Melalui pembelajaran ini, mereka diajak mengaitkan urgensi lingkungan dengan nilai-nilai Sila Kedua dan Sila Kelima Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila tidak hanya diajarkan sebagai teori normatif, tetapi dihidupkan melalui pengalaman langsung yang membentuk kesadaran kolektif akan tanggung jawab sosial dan keadilan ekologis.

Pesan Moral Menjaga Alam sebagai Amanah

Kegiatan ini juga menanamkan nilai spiritual yang berakar pada Sila Pertama, Kedua, dan Kelima, sekaligus mencerminkan adab dalam ajaran agama. Mahasiswa diajak menafsirkan makna tanggung jawab manusia sebagai khalifah fil ardh — penjaga dan pemelihara bumi. Dari sana tumbuh empati lintas generasi dan semangat keberlanjutan, bahwa setiap tindakan hari ini memiliki dampak bagi kehidupan masa depan.

Nilai religius yang terinternalisasi ini memperkuat moral ekologis mahasiswa: menjaga alam bukan sekadar kewajiban sosial, melainkan bentuk ibadah dan rasa syukur atas ciptaan Tuhan.

Mahasiswa Universitas Mulia menanam bibit mangrove di area berlumpur Margomulyo. Meski becek dan licin, mereka tetap antusias berkontribusi menjaga ekosistem pesisir.

Kolaborasi yang Mempersatukan

Kehadiran warga Margomulyo dalam kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong dan musyawarah masih hidup di masyarakat. Mahasiswa dan warga berkolaborasi dalam perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan, berbagi peran, dan membuat keputusan bersama secara mufakat.

Praktik sosial ini mencerminkan nilai Sila Ketiga dan Sila Keempat, yakni persatuan Indonesia serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Melalui kolaborasi semacam ini, pembelajaran di kampus menemukan bentuk paling nyatanya: membangun jejaring sosial yang memperkuat persatuan dan kepedulian bersama.

Kontribusi Nyata Mahasiswa untuk Lingkungan Lestari

Dari kegiatan Aksi Hijau ini, mahasiswa tidak hanya menanam bibit bakau, tetapi juga merancang tindak lanjut untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Rencana aksi yang dirumuskan mencakup penerapan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), pembuatan kompos dan eco-enzyme, pengelolaan bank sampah, hingga program monitoring pertumbuhan mangrove.

Mahasiswa juga dilatih untuk mengkomunikasikan pesan lingkungan secara persuasif melalui tulisan, poster, dan kampanye digital. Setiap rencana aksi dibuat terukur—mulai dari target pertumbuhan bibit, volume sampah yang dikurangi, hingga keterlibatan masyarakat setempat. Dengan pendekatan ini, mahasiswa belajar bahwa perubahan lingkungan memerlukan strategi, kolaborasi, dan komitmen yang berkelanjutan.

Foto bersama mahasiswa, dosen, dan masyarakat sesaat sebelum penanaman bibit mangrove dimulai. Aksi ini menjadi simbol kolaborasi antara kampus dan warga dalam mewujudkan lingkungan yang hijau dan lestari.

Pendidikan yang Berakar dan Berdampak

Melalui hibah MKWK 2025 ini, Universitas Mulia menegaskan arah pendidikan yang berakar pada nilai, bertumbuh dalam aksi, dan berdampak bagi masyarakat. Pembelajaran tidak berhenti pada pemahaman konsep, tetapi diwujudkan dalam karya yang menghidupkan nilai Pancasila dan etika keagamaan di dunia nyata.

Aksi hijau di Margomulyo menjadi bukti bahwa mahasiswa Universitas Mulia tidak hanya belajar untuk menjadi cerdas, tetapi juga berkarakter dan peduli. Mereka belajar menanam pohon—dan sekaligus menanam nilai-nilai yang akan menumbuhkan kehidupan yang lebih adil, beradab, dan lestari bagi semua. (YMN)

Balikpapan, 10 November 2025 – Dalam refleksi Hari Pahlawan tahun ini, Dosen Program Studi Hukum Universitas Mulia, Shafyra Amalia Fitriany, S.Sosio., M.HP., menyoroti bentuk perjuangan hukum masa kini yang menurutnya tidak lagi berhadapan dengan penjajahan fisik, melainkan menghadapi tantangan baru seperti ketimpangan akses terhadap keadilan, bias gender, dan pengaruh kekuasaan yang kerap memengaruhi proses hukum.

Ia menyebut semangat para pahlawan hukum masa lalu perlu diterjemahkan ulang menjadi komitmen terhadap keadilan substantif, bukan sekadar kepatuhan pada prosedur formal. “Perjuangan hari ini adalah memastikan hukum tidak berhenti pada teks, tetapi hidup dalam keadilan yang dirasakan masyarakat,” ujarnya dalam wawancara.

Menurut Shafyra, tantangan kepercayaan publik terhadap hukum menuntut keberanian moral dari para insan hukum, terutama pendidik dan mahasiswa. “Kepahlawanan di tengah dinamika hukum berarti berani bersikap kritis dan konstruktif dalam sistem yang terus berproses menuju keadilan ideal,” tuturnya. Ia menambahkan, tugas utama akademisi hukum adalah menanamkan kesadaran etis bahwa hukum seharusnya menjadi alat koreksi sosial, bukan sekadar perangkat formal negara.

Mengenai penegakan hukum di Indonesia, Shafyra menilai kondisi saat ini masih berada dalam fase pembenahan. Nilai-nilai dasar seperti keadilan sosial, kemanusiaan, dan kedaulatan rakyat yang telah dirumuskan para pendiri bangsa tetap relevan dan harus terus diperjuangkan agar semakin tercermin dalam praktik hukum.

“Masih ada tantangan dalam penerapan hukum yang menunjukkan perlunya pembenahan sistemik agar hukum benar-benar berpihak pada kebenaran dan keadilan,” ungkapnya. Ia menilai penegakan hukum baru dapat dikatakan sejalan dengan semangat pendiri bangsa ketika hukum menjadi sarana pembebasan dan perlindungan bagi kelompok rentan, termasuk perempuan, masyarakat adat, dan komunitas marginal.

Shafyra juga menyoroti peran mahasiswa hukum dalam melanjutkan semangat kepahlawanan tanpa harus terlibat dalam politik praktis. Menurutnya, peran itu justru bisa dimulai dari hal-hal sederhana namun bermakna. “Mahasiswa hukum bisa menjadi pahlawan dengan berpikir kritis, berani bersuara atas ketidakadilan, dan mengadvokasi isu sosial di lingkungan sekitarnya,” katanya.

Baginya, kepahlawanan mahasiswa terletak pada kemampuan menjembatani antara teori dan realitas sosial — antara hukum yang tertulis dan keadilan yang benar-benar dirasakan masyarakat.

Dalam konteks dunia digital, Shafyra mencatat fenomena baru dalam persepsi publik terhadap hukum yang sering disederhanakan dengan istilah “no viral, no justice.” Ia menjelaskan, fenomena ini menjadi cermin tantangan bagi sistem hukum untuk tetap menjamin keadilan tanpa bergantung pada sorotan publik.

“Idealnya, keadilan tidak semestinya menunggu menjadi viral,” tegasnya. “Sistem hukum yang adil, cepat, dan berpihak pada kebenaran seharusnya mampu berdiri dengan integritasnya sendiri — tanpa tekanan dari opini publik.” (YMN)

Balikpapan, 10 November 2025 – Memperingati Hari Pahlawan, Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menegaskan bahwa kepahlawanan masa kini tidak lagi diukur dengan senjata atau seragam, melainkan dengan integritas dan keberanian moral dalam ilmu pengetahuan.

Menurutnya, nilai yang perlu dihidupkan di lingkungan akademik adalah keteladanan integritas — jujur, disiplin, berani mengambil sikap berbasis data, serta gotong royong lintas disiplin. “Itulah energi moral yang menghidupkan etos ilmiah, memperkuat kepercayaan publik, dan melahirkan karya yang bermakna,” ujarnya.

Prof. Ahsin menilai bahwa pahlawan masa kini bukanlah figur tunggal, melainkan ekosistem. “Para dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, alumni, dan mitra yang mengubah masalah nyata menjadi solusi teruji — dari kelas, laboratorium, hingga masyarakat — merekalah pahlawan yang sejati,” ungkapnya. Bagi beliau, kepahlawanan lahir dari integritas, kolaborasi, dan keberanian bereksperimen di tengah dinamika zaman.

Ia menggambarkan universitas sebagai arena kepahlawanan intelektual, tempat gagasan diuji, data diperdebatkan, dan etika dijaga. “Kita merayakan kebenaran melalui riset bermutu, pembelajaran kritis, dan pengabdian yang berdampak. Bukan dengan sorak-sorai, melainkan dengan standar, evidensi, dan akuntabilitas,” tegasnya.

Menjawab bagaimana Universitas Mulia menanamkan semangat tersebut, Prof. Ahsin menjelaskan sejumlah langkah sistemik yang telah dijalankan.
“Kami menanamkan literasi data, etika digital, dan skeptisisme metodologis melalui kurikulum OBE berbasis proyek, mata kuliah literasi informasi, tugas fact-checking, rubrik integritas akademik, serta pembiasaan rujukan primer dan reproduksibilitas hasil,” paparnya.

Dalam pandangannya, perjuangan setara dengan pahlawan hari ini adalah upaya memerdekakan pikiran dari hoaks, meningkatkan mutu riset dan pembelajaran, serta melayani masyarakat dengan teknologi tepat guna. “Itu termasuk membangun inovasi yang menyejahterakan — melalui publikasi, hak kekayaan intelektual, dan prototipe yang diadopsi industri,” jelasnya.

Bagi Prof. Ahsin, Hari Pahlawan juga menjadi refleksi pribadi tentang amanah kepemimpinan. “Maknanya adalah berani benar, adil, dan konsisten. Saya terinspirasi oleh Bung Hatta yang rasional, etis, dan visioner. Kepemimpinan harus berbasis data, dialog, dan tanggung jawab publik demi kemajuan Universitas Mulia,” tuturnya.

Menutup wawancara, Prof. Ahsin menyampaikan pesannya bagi generasi muda Universitas Mulia:
“Jadilah generasi yang cerdas, tangguh, dan rendah hati. Rawat rasa ingin tahu, jaga integritas, kolaborasi tanpa sekat, dan gunakan ilmu untuk melayani. Ukurlah diri dengan dampak, bukan sekadar gelar.” (YMN)

Balikpapan, 3 November 2025 – Universitas Mulia menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) tahun 2025 pada Kamis hingga Jumat, 30–31 November 2025, bertempat di Ballroom Cheng Hoo, Balikpapan. Kegiatan berlangsung selama dua hari, mulai pukul 08.00 hingga 17.30 WITA, diikuti seluruh pimpinan universitas, fakultas, dan unit kerja.

Rakor kali ini menegaskan arah baru menuju tahapan Research and Innovation dalam visi jangka panjang Universitas Mulia 2026–2045. Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyebut kegiatan ini sebagai forum konsolidasi strategi untuk menyamakan visi lintas unit sekaligus memperkuat budaya riset dan inovasi di lingkungan kampus.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menyampaikan sambutan pembukaan Rakor 2025, menegaskan arah baru menuju Research and Innovation.

“Rakor tahun ini adalah forum konsolidasi strategi untuk menyamakan visi 2026–2045, terutama memasuki tahapan ke-2, 2026–2030 yaitu tahapan Research and Innovation. Rakor ini diharapkan dapat menguatkan budaya riset–inovasi dan menyiapkan orkestrasi kolaborasi lintas unit dan infrastruktur menghasilkan dampak nyata bagi mahasiswa, masyarakat, dan daya saing Universitas Mulia,” ujar Prof. Ahsin.

Tema yang diangkat tahun ini, “Membangun Sinergi SDM, Teknologi, dan Inovasi untuk Mewujudkan Research dan Innovation,” dipilih secara khusus untuk menegaskan bahwa tiga pilar tersebut merupakan mesin nilai tambah universitas.

Tim Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) memaparkan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) capaian kinerja dan rencana strategis bidang akademik dan inovasi digital.

“SDM unggul menggerakkan proses, teknologi mempercepat eksekusi, inovasi menghadirkan diferensiasi. Di tengah disrupsi AI, Universitas Mulia bukan hanya adaptif, tetapi proaktif: mengubah pengetahuan menjadi solusi, riset menjadi prototipe, dan prototipe menjadi dampak sosial ekonomi yang terukur,” jelasnya.

Dalam pesannya kepada seluruh peserta Rakor, Prof. Ahsin menegaskan pentingnya disiplin dan orientasi hasil.

“Saya menitip pesan: kerjakan hal yang benar, dengan cara yang tepat, dan tuntas. Jadikan data sebagai kompas, kolaborasi sebagai budaya, dan kedisiplinan eksekusi sebagai kebiasaan. Fokus pada luaran: publikasi bereputasi, paten atau prototipe, pembelajaran bermutu, serta layanan mahasiswa yang agile. Bergerak cepat namun akuntabel; berinovasi tanpa meninggalkan integritas. Target kita jelas: Universitas Mulia yang berdaya saing, relevan bagi industri dan masyarakat, serta diakui karena kinerja riset dan inovasinya.”

Tim Fakultas Hukum mempresentasikan LPJ serta arah penguatan riset hukum dan kolaborasi interdisipliner pada Rakor 2025 Universitas Mulia.

Prof. Ahsin menjelaskan bahwa dalam konteks pendidikan tinggi, SDM adalah penggerak, teknologi adalah pengungkit, dan inovasi adalah hasil. Menurutnya, dosen dan tenaga kependidikan yang melek data dan berjejaring memanfaatkan platform digital seperti LMS, repository, laboratorium terpadu, dan AI tools akan mempercepat riset, pembelajaran, serta layanan. “Ketika proses berbasis data dan kolaborasi lintas disiplin berjalan, inovasi lahir lebih konsisten dan daya saing Universitas Mulia meningkat secara berkelanjutan,” tuturnya.

Ia juga menyoroti tantangan utama dalam membangun budaya riset dan inovasi, mulai dari keterbatasan waktu riset dosen karena beban administratif, kompetensi metodologis yang belum merata, hingga akses terhadap pendanaan dan kolaborasi industri. “Infrastruktur laboratorium dan data masih perlu ditingkatkan, demikian pula tata kelola luaran seperti Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan prototipe hasil riset agar dapat dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Tim Lembaga Penjaminan Mutu, Pengembangan Pembelajaran, dan Penelitian (LPMPP) menyampaikan LPJ serta evaluasi capaian mutu akademik dan kinerja riset universitas.

Untuk mengatasi hal tersebut, strategi pengembangan sumber daya manusia diarahkan melalui peningkatan kompetensi di bidang teknologi, data, dan metodologi riset. Program peningkatan kapasitas dilakukan melalui pelatihan, sertifikasi, hibah internal, pendampingan penulisan ilmiah, serta magang industri. “Kami memperkuat ekosistem pembelajaran digital, memberikan ruang riset dalam beban kerja dosen, dan membangun komunitas akademik yang saling belajar. Tujuannya agar adaptasi terhadap teknologi dan budaya riset menjadi bagian dari kebiasaan, bukan sekadar program sementara,” ujarnya.

Universitas Mulia, lanjutnya, telah menata ekosistem riset dan inovasi melalui penguatan LPPM, tata kelola SPMI–PPEPP, integrasi platform Lentera (LMS) dengan repositori karya ilmiah, kebijakan insentif berbasis luaran, serta pengembangan laboratorium tematik di bidang komputasi dan AI, jaringan dan keamanan, serta desain dan multimedia. Tahun berjalan, universitas juga melengkapi SOP etika dan kelayakan, manajemen data riset, serta dashboard kinerja (IKU) agar produktivitas dapat dimonitor secara real-time dan akuntabel.

Tim Inkubator Bisnis Universitas Mulia memaparkan LPJ pengembangan kewirausahaan kampus dan program inovasi berbasis mahasiswa.

Berbagai program penguatan kapasitas dosen dan mahasiswa juga digulirkan. “Kami jalankan hibah internal bertingkat, klinik penulisan dan metodologi rutin, mentoring oleh peneliti berpengalaman, serta skema release time bagi dosen dengan target publikasi atau HKI. Mahasiswa didorong melalui skema Riset Tugas Akhir berbasis proyek industri dan masyarakat, kompetisi inovasi, serta program asisten peneliti. Semua ditopang insentif luaran, kolaborasi lintas prodi, dan kontrak kinerja yang terukur,” jelas Prof. Ahsin.

Ia menegaskan bahwa kolaborasi lintas unit dan fakultas menjadi kunci lahirnya inovasi. “Inovasi lahir dari gabungan keahlian. Prodi dan fakultas menyumbang domain knowledge, LPPM mengorkestrasi tata kelola dan pendanaan, BAAK dan SI menyediakan data serta infrastruktur digital, sementara perpustakaan dan repositori mengelola pengetahuan. Skema tim lintas disiplin mempercepat proses, menekan duplikasi, dan meningkatkan peluang pendanaan kompetitif,” paparnya.

Tim Fakultas Ekonomi dan Bisnis bersama Fakultas Humaniora dan Kesehatan bergantian menyampaikan LPJ serta pesan kolaboratif untuk memperkuat sinergi lintas bidang.

Selain memperkuat sinergi internal, Universitas Mulia juga memperluas jejaring eksternal. “UM memperluas kerja sama dengan industri, pemerintah daerah dan otorita IKN, serta lembaga riset seperti BRIN dan LLDikti untuk pendanaan, fasilitas, dan publikasi bersama. Mekanisme yang kami pakai meliputi payung MoU–PKS, riset terkontrak, co-supervision, dan skema matching fund agar hasil riset cepat diimplementasikan,” ungkapnya.

Menutup wawancara, Prof. Ahsin menegaskan arah langkah Universitas Mulia ke depan:
“Tahun ini kita tegakkan disiplin eksekusi dan budaya kolaborasi; tahun depan kita loncat lebih tinggi dengan riset berdampak, pembelajaran OBE–PBL yang relevan, serta inovasi yang bermanfaat bagi industri dan masyarakat. Kita menutup tahun ini dengan capaian terukur, dan membuka tahun depan dengan tekad: setiap program menghasilkan dampak, setiap langkah mendekatkan kita pada visi 2045. Maju bersama, unggul bersama, dan tetap rendah hati melayani.” (YMN)

Balikpapan, 30 Oktober 2025 — Tiga dosen Universitas Mulia turun langsung mendampingi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kelurahan Gunung Sari Ulu untuk memperkuat kemampuan mereka dalam pemasaran digital. Sekitar lima puluh pelaku usaha mengikuti pelatihan yang dikemas interaktif, memadukan praktik langsung dengan pendampingan mahasiswa di lapangan.

Kegiatan ini menjadi bagian dari program pengabdian masyarakat yang melibatkan dosen lintas disiplin: Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., Wury Damayantie, S.Farm., M.Farm., dan Muhammad Safi’i, S.Kom., M.Kom. Ketiganya berperan membantu pelaku usaha memahami strategi pemasaran berbasis teknologi, sekaligus memberi pendampingan dalam mengelola media sosial, marketplace, dan konten promosi produk.

Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd. saat menyampaikan materi kepada peserta pelatihan pelaku UMKM di Kelurahan Gunung Sari Ulu, Rabu (29/10

Menurut Dr. Linda Fauziyah Ariyani, sebagian besar pelaku UMKM di Gunung Sari Ulu belum memiliki bekal pengelolaan usaha yang memadai dan masih terbatas dalam penggunaan teknologi.

“Sebagian besar pelaku UMKM belum mengoptimalkan teknologi digital dalam kegiatan usahanya. Mereka perlu dibekali dengan wawasan dan keterampilan terkait pengelolaan usaha di era digital,” jelasnya.

Dari hasil pendampingan, hampir seluruh peserta sebenarnya telah memiliki akun media sosial, namun pemanfaatannya masih sebatas untuk hiburan. Melalui pelatihan ini, peserta belajar menjadikan media sosial sebagai alat pengembangan usaha — mulai dari membangun citra produk, membuat konten video marketing, hingga memahami algoritma promosi di marketplace, Instagram, dan TikTok.

Para peserta menilai pelatihan kali ini berbeda dari kegiatan serupa sebelumnya karena disajikan dengan praktik langsung dan disertai kisah-kisah inspiratif yang membuat suasana belajar lebih hidup.

Pelatihan juga menekankan pendekatan praktis melalui Value Proposition Canvas, sebuah metode yang membantu peserta mengenali kebutuhan konsumen dan menilai keunggulan produk mereka.

“Peserta belajar mengenali masalah konsumen dan menjawabnya melalui inovasi produk, varian, kemasan, layanan, bahkan cara pemasaran. Model ini membuat mereka lebih mudah memahami posisi dan potensi usahanya,” ujar Dr. Linda.

Selama pelatihan, tim dosen menemukan beragam potensi lokal yang dapat dikembangkan lebih jauh melalui strategi digital.

Wury Damayantie, S.Farm., M.Farm. memaparkan strategi branding produk dan pentingnya kemasan menarik bagi pelaku UMKM.

“Ada produk kriya seperti buket bunga dan berbagai jenis makanan yang jika direbranding akan jauh lebih menarik. Lebih dari sepuluh pelaku usaha berhasil membangun mereknya selama pelatihan. Bahkan ada peserta berusia 72 tahun yang masih bersemangat belajar promosi digital,” tambahnya.

Dalam kegiatan ini, mahasiswa Universitas Mulia berperan aktif membantu peserta membuat akun media sosial dan melatih mereka menggunakan platform digital untuk memasarkan produk.

“Mahasiswa sangat senang dilibatkan dalam kegiatan ini. Mereka belajar langsung bagaimana menerapkan teori komunikasi digital untuk membantu masyarakat,” tutur Dr. Linda.

Pelatihan juga difasilitasi dengan pembuatan QRIS bekerja sama dengan Bank Mandiri. Lebih dari sepuluh pelaku usaha berhasil memiliki sistem pembayaran digital yang memudahkan transaksi.

“Digitalisasi keuangan penting karena memudahkan pengelolaan keuangan dan memberi kenyamanan bagi konsumen. QRIS kini menjadi kebutuhan dasar bagi pelaku usaha kecil,” katanya.

Salah seorang mahasiswi Universitas Mulia mendampingi peserta dalam praktik digital marketing, termasuk pembuatan konten promosi untuk media sosial.

Dr. Linda berharap pelaku UMKM yang telah mengikuti pelatihan dapat terus mengembangkan keterampilan digital mereka secara berkelanjutan.

“Saya berharap para pelaku usaha tetap konsisten berproduksi dan memanfaatkan platform digital untuk memperluas pasar mereka,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan program serupa sebagai bagian dari tanggung jawab institusi terhadap masyarakat.

“Kegiatan ini merupakan inisiatif mitra. Ke depan, saya berharap Universitas Mulia dapat menginisiasi program serupa dengan dukungan yang lebih luas, sebagai wujud kontribusi kampus terhadap penguatan ekonomi masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Melalui pelatihan ini, Universitas Mulia menegaskan perannya sebagai kampus yang aktif dan berorientasi pada solusi, menghadirkan dosen dan mahasiswa yang tidak berhenti di ruang akademik, tetapi hadir di tengah masyarakat untuk memberi dampak nyata bagi penguatan ekonomi lokal di era digital. (YMN)

 

Balikpapan, 30 Oktober 2025 – Program Studi Farmasi Universitas Mulia mempertegas perannya sebagai bagian dari institusi yang aktif membangun kesadaran kesehatan masyarakat melalui kegiatan Kuliah Umum Pencegahan Kanker, Rabu (29/10) di Ballroom Cheng Hoo.
Kegiatan ini menjadi hasil kolaborasi antara Universitas Mulia dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Balikpapan serta tiga perguruan tinggi mitra — Universitas Balikpapan, Politeknik Nusantara, dan Politeknik Borneo Medistra — yang diikuti oleh 215 peserta. Melalui forum ini, Universitas Mulia tidak hanya memperkaya wawasan akademik mahasiswa, tetapi juga memperkuat jejaring kolaborasi lintas lembaga dalam bidang kesehatan dan pengabdian kepada masyarakat.

dr. Maurits Marpaung, Sp.P(K) saat memaparkan materi dengan fokus pada aspek pulmonologi serta pengaruh faktor lingkungan terhadap risiko kanker.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Program Studi Farmasi Universitas Mulia, Citta Widya Sari, S.Farm., M.Farm., Apt., menjelaskan bahwa pemilihan topik Pencegahan Kanker memiliki relevansi langsung dengan kurikulum pembelajaran di bidang farmasi, khususnya mata kuliah Farmakoterapi. Ia menuturkan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari dukungan akademik terhadap kampanye edukasi kesehatan yang selama ini dijalankan oleh YKI Cabang Balikpapan.

“Mahasiswa farmasi perlu memahami aspek promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Kuliah umum ini menjadi salah satu sarana pembelajaran yang kontekstual dan aplikatif,” ujarnya.

Lebih lanjut, Citta menekankan bahwa mahasiswa farmasi memiliki posisi strategis sebagai garda terdepan dalam edukasi kesehatan, terutama melalui kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat. Hal tersebut telah terintegrasi dalam mata kuliah Farmasi Kesehatan Masyarakat dan Pharmaceutical Care Internship yang menggunakan pendekatan Problem Based Learning. Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa dilatih untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat di tingkat layanan dasar kesehatan serta melakukan sosialisasi terkait pencegahan penyakit. Ia menambahkan, tindak lanjut dari kuliah umum ini akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran semester berikutnya agar pemahaman mahasiswa terhadap pencegahan kanker dapat terus berkembang secara berkelanjutan.

Dosen Program Studi Farmasi Universitas Mulia bersama Kaprodi Apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc., mengajak peserta melakukan sesi ice breaking melalui senam poco-poco di sela kegiatan kuliah umum, menciptakan suasana interaktif dan menyegarkan di tengah kegiatan akademik.

Kegiatan kuliah umum ini sekaligus memperluas ruang interaksi akademik antara Universitas Mulia dan lembaga mitra dalam isu kesehatan masyarakat. Melalui jejaring kolaborasi lintas perguruan tinggi bersama YKI Cabang Balikpapan, universitas berupaya menumbuhkan kesadaran kritis mahasiswa terhadap pentingnya pencegahan penyakit melalui ilmu pengetahuan yang teruji dan pendekatan yang humanis. Inisiatif semacam ini memperlihatkan bagaimana Universitas Mulia memosisikan pendidikan tinggi bukan sekadar proses belajar di ruang kelas, tetapi juga sebagai wahana aktualisasi nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial sivitas akademika. (YMN)

Balikpapan 30 Oktober 2025 – Sebagai bagian dari upaya membangun kesadaran kesehatan masyarakat, Program Studi Farmasi Universitas Mulia berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Balikpapan menggelar Kuliah Umum Pencegahan Kanker di Ballroom Cheng Hoo, Rabu (29/10).

Kegiatan ini juga melibatkan tiga perguruan tinggi mitra, yakni Universitas Balikpapan, Politeknik Nusantara, dan Politeknik Borneo Medistra, dengan total peserta mencapai 215 orang. Melalui kegiatan bersama ini, Universitas Mulia menegaskan peran aktifnya dalam memperkuat edukasi publik melalui kegiatan akademik yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Ketua YKI Cabang Balikpapan, drg. Dyah Muryani, MARS, memberikan sambutan pada seremonial pembukaan Kuliah Umum Pencegahan Kanker di Ballroom Cheng Hoo, Rabu (29/10).

Kuliah umum menghadirkan tiga pemateri dengan latar keahlian berbeda, yaitu dr. Daniel Y.P., Sp.OG., MKed.Klin, dr. Martin Ayuningtyas Wulandari, M.Kes., Sp.GK, dan dr. Maurits Marpaung, Sp.P(K). Ketiganya memaparkan berbagai aspek pencegahan kanker, mulai dari pentingnya deteksi dini hingga peran gaya hidup sehat dalam mengurangi risiko penyakit.

Ketua YKI Cabang Balikpapan, drg. Dyah Muryani, MARS, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan perguruan tinggi menjadi strategi penting dalam memperluas jangkauan edukasi pencegahan kanker di kalangan muda.

“YKI Balikpapan ingin mengampanyekan pencegahan kanker secara dini kepada mahasiswa dan civitas akademika, khususnya di lingkungan Prodi Farmasi Universitas Mulia,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat Balikpapan terhadap pentingnya deteksi dini kanker kini semakin meningkat.

“Masyarakat sudah semakin mengerti tentang pentingnya deteksi dini sebagai langkah pencegahan. Setiap tahun kami bekerja sama dengan puskesmas, klinik TNI dan Polri, serta organisasi wanita seperti PKK untuk melakukan pemeriksaan IVA test dan metode SADARI. Rata-rata hampir seribu sasaran kami jangkau setiap tahun,” jelasnya.

Para narasumber, pimpinan perguruan tinggi mitra, panitia, dan peserta berfoto bersama seusai seremonial pembukaan Kuliah Umum Pencegahan Kanker.

Melalui kegiatan bersama perguruan tinggi, YKI berharap pesan tentang pencegahan kanker dapat menjangkau kalangan muda secara lebih luas.

“Kami ingin pesan pencegahan kanker menjangkau generasi muda. Karena itu, kami aktif bekerja sama dengan perguruan tinggi dan kelompok pemuda untuk kegiatan penyuluhan serta deteksi dini menggunakan metode SADARI,” terangnya.

Dyah juga menekankan pentingnya peran mahasiswa dalam menyebarkan semangat hidup sehat kepada lingkungannya.

“Kami berharap mahasiswa yang mengikuti kuliah umum ini bisa menyebarkan kembali pesan pencegahan kanker kepada keluarga, teman, dan masyarakat, termasuk melalui media sosial mereka,” katanya.

Ia menutup dengan pesan reflektif agar generasi muda mampu menjadi teladan dalam menjalankan pola hidup sehat.

“Generasi muda diharapkan disiplin terhadap diri sendiri dan mengajak lingkungannya untuk hidup sehat — mulai dari pola makan, olahraga teratur, tidak merokok, serta aktif melakukan pencegahan kanker sedini mungkin,” pesan Dyah.

Sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Balikpapan tampak antusias mengikuti Kuliah Umum Pencegahan Kanker yang digelar di Ballroom Cheng Hoo.

Kegiatan ini mencerminkan cara Universitas Mulia memaknai peran pendidikan tinggi bukan hanya sebatas ruang kuliah, tetapi juga sebagai sarana membangun kesadaran dan tanggung jawab sosial di kalangan mahasiswa. Bagi Universitas Mulia, kuliah umum ini bukan sekadar agenda akademik, melainkan bagian dari proses pembentukan karakter mahasiswa agar peka terhadap persoalan kesehatan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan YKI Balikpapan, universitas berupaya menanamkan kepedulian ilmiah dan menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di ruang kelas dengan realitas kehidupan, sehingga ilmu yang dipelajari benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat. (YMN)

Nusantara, 28 Oktober 2025 — Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Mulia, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., berpartisipasi dalam Seminar Nasional Kebahasaan bertema “Mendaulatkan Bahasa, Merajut Bangsa, Menembus Dunia” yang diselenggarakan di Ruang Serbaguna Kemenko 3, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, pada 24–25 Oktober 2025.

Kegiatan ini merupakan inisiatif Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, melalui Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur, dengan dukungan penuh dari Otorita IKN. Sekitar 300 peserta dari berbagai sektor hadir dalam kegiatan tersebut, mencakup unsur pemerintahan pusat dan daerah, kalangan akademik, praktisi kebahasaan dan kesastraan, komunitas literasi, mahasiswa, serta pimpinan Balai Bahasa dan Kantor Bahasa dari seluruh Indonesia.

Bahasa Indonesia dalam Era Kecerdasan Buatan

Dalam refleksinya, Wibisono menilai bahwa seminar ini memiliki relevansi yang kuat dengan dinamika perkembangan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI) yang kian memengaruhi cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Ia menekankan perlunya bahasa Indonesia memperkuat posisi dan kedaulatannya di tengah transformasi digital global.

“Bahasa Indonesia tidak semestinya hanya berfungsi sebagai pelengkap, tetapi harus berkembang menjadi bahasa ilmu pengetahuan, bahasa budaya, dan bahasa kemajuan yang sejajar dengan bahasa internasional lain,” ujar Wibisono.

Ia juga menilai bahwa penyelenggaraan seminar di IKN memiliki signifikansi strategis. Sebagai pusat pemerintahan masa depan, IKN diharapkan menjadi ruang simbolik bagi penguatan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa peradaban.

“IKN bukan hanya pusat administrasi pemerintahan, tetapi juga manifestasi dari peradaban Indonesia di masa depan. Karena itu, bahasa Indonesia harus hadir sebagai simbol identitas nasional yang kokoh dan berwibawa,” tambahnya.

Para peserta, pemakalah, dan panitia berfoto bersama usai pelaksanaan Seminar Nasional Kebahasaan di Ruang Serbaguna Kemenko 3, Kawasan Inti Pusat Pemerintahan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.

Meluruskan Narasi Keliru tentang IKN

Wibisono menyampaikan apresiasi kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikdasmen RI, Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si., atas kebijakan strategisnya yang menghadirkan para Kepala Balai Bahasa dari berbagai provinsi untuk melakukan observasi langsung terhadap progres pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Menurutnya, langkah tersebut memiliki signifikansi penting dalam membangun narasi berbasis data empirik sekaligus menanggulangi diseminasi informasi yang tidak akurat di ruang publik. Ia menyoroti masih maraknya pandangan negatif di ruang publik yang menggambarkan pembangunan IKN terhenti dan kawasan tersebut tidak terurus.

“Fakta di lapangan sangat berbeda. Pembangunan terus berlangsung, dan infrastruktur yang telah rampung dipelihara dengan baik. Seminar nasional yang kami hadiri pun diselenggarakan di gedung yang sangat representatif,” jelasnya.

Wibisono juga menekankan bahwa konsep IKN sebagai kota hijau (green city) secara sengaja menempatkan elemen vegetasi sebagai bagian dari rancangan kota. Penghijauan di sekitar gedung dan jalur pedestrian merupakan implementasi nyata dari prinsip pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.

“Pernyataan bahwa IKN terbengkalai dan dipenuhi tanaman liar jelas tidak berdasar. Narasi semacam itu muncul dari pihak yang belum pernah melakukan kunjungan langsung ke lokasi,” tegasnya.

Duta Informasi IKN dari Seluruh Indonesia

Menurut Wibisono, kehadiran para kepala Balai Bahasa dan peserta dari berbagai daerah memiliki dimensi strategis yang melampaui kegiatan seminar. Mereka berpotensi menjadi duta informasi, yang menyampaikan gambaran faktual mengenai kemajuan IKN kepada masyarakat di wilayah masing-masing.

“Kunjungan langsung memberikan pengalaman empiris yang tidak bisa digantikan oleh informasi sekunder. Ini penting agar masyarakat memperoleh persepsi yang objektif tentang pembangunan IKN,” ujarnya.

Penghargaan untuk Peserta Aktif

Sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi dalam diskusi seminar, Wibisono menerima buku Kamus Bahasa Bulungan karya Suindah Sari dkk., terbitan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2024. Buku tersebut diberikan kepada peserta yang menunjukkan partisipasi aktif dalam sesi tanya jawab dan pertukaran gagasan.

Ia menyambut penghargaan tersebut dengan antusias dan menilai bahwa penerbitan kamus bahasa daerah merupakan bagian penting dari upaya pelestarian keragaman linguistik Nusantara.

“Bahasa daerah merupakan identitas kultural bangsa. Menjaganya berarti melestarikan keberagaman yang menjadi fondasi Indonesia,” ungkapnya.

Peran Universitas Mulia dalam Penguatan Bahasa

Dalam kesempatan yang sama, Wibisono menyoroti peran Universitas Mulia dalam mendukung kebijakan nasional di bidang kebahasaan. Meskipun kampus belum memiliki Program Studi Bahasa Indonesia, ia menegaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap harus menjadi standar dalam seluruh aktivitas akademik.

Ia menambahkan bahwa penerapan bahasa Indonesia yang baku dan ilmiah perlu tercermin dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi—pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat—termasuk dalam seluruh bentuk publikasi ilmiah.

“Bahasa Indonesia bukan sekadar sarana komunikasi, tetapi juga penanda identitas akademik sekaligus nasional,” ujarnya.

Bahasa Indonesia sebagai Pilar Peradaban IKN

Seminar Nasional Kebahasaan di IKN menandai momentum penting bagi reafirmasi peran bahasa Indonesia sebagai fondasi peradaban bangsa. Komitmen tersebut diwujudkan melalui penandatanganan Prasasti Trigatra Bangun Bahasa, yang memuat tiga butir prinsip utama:

  1. Utamakan Bahasa Indonesia
  2. Lestarikan Bahasa Daerah
  3. Kuasai Bahasa Asing

Melalui komitmen ini, pembangunan IKN diarahkan tidak semata pada dimensi fisik, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai budaya dan identitas nasional. Bahasa Indonesia berperan sebagai instrumen kohesi sosial yang mempersatukan keragaman dan menegaskan posisi Indonesia di tataran global. (YMN)

 

Laporan berdasarkan tulisan Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I. (Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Mulia). Naskah disusun ulang oleh Yamani (Humas)