Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi bersama Para Guru Besar

Narasumber Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 bersama para undangan, berlangsung di Hotel Grand Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11/2023). Foto: Nadya/Media Kreatif

UM – Universitas Mulia menggelar Simposium Ketahanan Pangan dan Teknologi Informasi 2024 bersama dengan narasumber para guru besar dalam rangka menghadapi krisis pangan. Simposium dibuka secara resmi ditandai dengan gong oleh perwakilan Pj. Gubernur Kaltim, Kepala UPTD Tekkom dan Infodik Muhammad Awaludin, bertempat di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11).

Sebagai narasumber, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si selaku pakar Ilmu Kelautan dan Perikanan, Prof. Dr. rer. nat. Achmad Benny Mutiara Q.N, S.Si., S.Kom pakar Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Prof. Dr. Engkos Achmad Kuncoro, M.M pakar Manajemen Strategik, dan Prof. Dr. Deni SB Yuherawan, S.H., M.H pakar Hukum Pidana.

HM Rizal Effendi, S.E, Wali Kota Balikpapan dua periode, yakni periode 2011-2016 dan 2016-2021, tampil sebagai moderator satu. Moderator dua Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H, Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga dan pembawa acara Drs. Suprijadi, M.Pd.

Turut hadir Wakil Ketua DPRD Kaltim Sigit Wibowo, mewakili Rektor Universitas Mulawarman Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. H. Rusdiansyah, M.Si, Ketua STMIK Widya Cipta Dharma H. Tommy Bustomi, S.Kom., M.Kom, perwakilan pemerintah Kota Balikpapan, partai politik, akademisi perguruan tinggi serta undangan lainnya.

Ketua Panitia Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I mengatakan bahwa latar belakang digelarnya simposium adalah salah satu wujud dari peran perguruan tinggi di tengah masyarakat.

“Perguruan tinggi tidak cukup hanya fokus pada kegiatan pembelajaran dan menghasilkan lulusan, tetapi haruslah menjadi tempat tumbuhnya pemikiran-pemikiran kritis terhadap fenomena yang terjadi pada kehidupan,” tutur Yusuf Wibisono.

Dibuka secara resmi ditandai dengan gong oleh perwakilan Pj. Gubernur Kaltim, Kepala UPTD Tekkom dan Infodik Muhammad Awaludin, bertempat di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11). Foto: Nadya/Media Kreatif

Dibuka secara resmi ditandai dengan gong oleh perwakilan Pj. Gubernur Kaltim, Kepala UPTD Tekkom dan Infodik Muhammad Awaludin, bertempat di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Sabtu (25/11). Foto: Nadya/Media Kreatif

Dari kiri ke kanan Ketua Panitia Yusuf Wibono, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H, Muhammad Awaludin S.E.,M.M, Prof. Dr. Deni SB Yuherawan, S.H., M.H, Prof. Dr. Engkos Achmad Kuncoro, M.M, Prof. Dr. rer. nat. Achmad Benny Mutiara Q.N, S.Si., S.Kom, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si dan HM Rizal Effendi, S.E,. Foto: Nadya/Media Kreatif

Dari kiri ke kanan Ketua Panitia Yusuf Wibono, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H, Muhammad Awaludin S.E.,M.M, Prof. Dr. Deni SB Yuherawan, S.H., M.H, Prof. Dr. Engkos Achmad Kuncoro, M.M, Prof. Dr. rer. nat. Achmad Benny Mutiara Q.N, S.Si., S.Kom, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si dan HM Rizal Effendi, S.E,. Foto: Nadya/Media Kreatif

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A yang dalam hal ini mewakili Kepala OIKN Bambang Susantono. Foto: Nadya/Media Kreatif

Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A yang dalam hal ini mewakili Kepala OIKN Bambang Susantono. Foto: Nadya/Media Kreatif

Tentu saja, tambahnya, tidak sekedar pikiran untuk mengkritisi, tetapi juga diharapkan melahirkan gagasan-gagasan solusi yang konstruktif dan rasional.

Menurutnya, dalam dua tahun belakangan dunia dikejutkan dengan perkembangan terkini dari kecerdasan buatan. Di sisi lain, berdasarkan laporan Global Report and Food Crisis 2023, sebanyak 258 juta orang di 58 negara dalam krisis pangan.

“Namun, Bapak Ibu yang kami hormati, di saat kita berada dalam euforia kecerdasan buatan, ternyata bumi Kita tidak sedang baik-baik saja,” ujarnya.

Lebih lanjut, jumlah tersebut meningkat 123 juta dibandingkan pada tahun 2019. Dan pada September 2023 telah ada 22 negara yang telah menghentikan ekspor pangan ke negara lain lantaran pemenuhan kebutuhan dalam negeri mereka sendiri sedang terancam.

“Pertanyaan sederhana yang muncul adalah mampukah kecerdasan buatan menjadi penyelamat dalam mengatasi ancaman bencana krisis pangan ini? Apakah kecerdasan buatan dapat menjadi katalisator solusi atau hanya menjadi saksi bisu dari bencana kelaparan manusia ini?” ujar kandidat Ph.D dari Universitas Malaysia Sarawak ini.

Senada, Rektor Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i mengatakan bahwa mengapa topik ini sangat penting. “Kenapa ini sangat penting, karena saat ini, seperti yang disampaikan oleh ketua panitia bahwa dunia ini tidak baik-baik saja,” tuturnya.

“Saya ingin menyampaikan info terbaru atau pembicaraan yang sangat hangat di tingkat nasional pada saat ini, yaitu tentang perdagangan karbon atau carbon trading,” tutur Prof. Ahsin.

“Ini adalah gas karbon, gas yang tidak ada bendanya, tapi ini diperdagangkan saat ini di tingkat nasional dan global. Mengapa demikian?” tambah Prof. Ahsin.

Menurutnya, hal ini ada kaitannya dengan ketahanan pangan. “Tidak lain akibat dari efek gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sektor-sektor industri, kemudian sektor agroindustri, kemudian yang dihasilkan oleh pengolahan-pengolahan limbah yang menyebabkan emisi gas rumah kaca,” ujarnya.

Pemerintah telah melakukan pembatasan dengan membuat regulasi, tetapi dinilainya kurang berhasil. “Oleh sebab itu, sekarang karbon itu diperdagangkan, carbon trading namanya,” tutur Prof. Ahsin.

Oleh sebab itu, ke depan yang paling penting adalah bagaimana caranya agar emisi gas rumah kaca tersebut diturunkan sehingga memenuhi standar nasional dan internasional. “Kebetulan Indonesia meratifikasi penurunan ini hingga sekian persen,” ujarnya.

“Nah, apakah itu bisa kita lakukan?” tanya Prof. Ahsin.

Sementara itu, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Dr. Myrna Asnawati Safitri, S.H., M.A yang dalam hal ini mewakili Kepala OIKN Bambang Susantono, mengatakan bahwa pembangunan pertanian dan ketahanan pangan di IKN harus dikaitkan dengan tujuan dan prinsip penting pembangunan IKN.

“Prinsip pertama, yaitu bahwa pembangunan IKN harus selaras dengan alam, tangguh, dan rendah emisi karbon. Kemudian yang kedua bahwa pembangunan IKN itu adalah rendah emisi karbon, dan yang ketiga pembangunan IKN itu sifatnya harus resilien,” tuturnya.

Untuk mewujudkan semua itu, terangnya, kebijakan pembangunan pertanian yang akan dilakukan di IKN adalah pertanian berkelanjutan, pertanian yang cerdas iklim.

“Artinya, pertanian yang mampu melakukan mitigasi terhadap emisi gas rumah kaca dan juga melakukan upaya-upaya adaptif terhadap kondisi iklim yang sedang berubah,” tutur Ketua IKA Universitas Brawijaya Kalimantan Timur ini.

Pj. Gubernur Kalimantan Timur, melalui Kepala UPTD Tekkom dan Infodik Muhammad Awaludin mengatakan bahwa pada prinsipnya ketahanan pangan juga menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

“Tentunya bersama dengan DPRD Kaltim, bagaimana membuat ekosistem ketahanan pangan itu bisa berjalan dengan baik di Kalimantan Timur,” tutur Awaludin.

Untuk itu, ia mendorong Kaltim harus memperkuat SDM-nya melalui pembekalan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan. “Karena sekarang semua profesi itu harus dibekali oleh kompetensi-kompetensi,” ujarnya.

Usai sambutan-sambutan, acara kemudian disusul dengan simposium yang diikuti 87 peserta yang hadir di lokasi. Simposium juga disiarkan melalui kanal YouTube Universitas Mulia. Dibuka tepat pukul 8.30 WITA dan berakhir pukul 13.00 WITA.

(SA/Puskomjar)