APTISI Balikpapan Gelar Debat Kandidat Wakil Rakyat Kaltim
Tema Pilpres 2024 dan Suara Kaltim
UM – Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Wilayah XI-B Kalimantan Timur Komisariat Selatan dan Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi) Kaltim menggelar Debat Kandidat Wakil Rakyat Kalimantan Timur. Debat dengan tema Pilpres 2024 dan Suara Kaltim ini berlangsung di Hall Cheng Ho Universitas Mulia, Jalan Letjen Zaini Azhar Maulani, Jumat (19/1).
Dalam sambutannya, Ketua APTISI XI-B Komisariat Selatan Dr. Agung Sakti Pribadi menerangkan bahwa lingkup kerja Komisariat Selatan meliputi Kota Balikpapan, Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Paser atau Tanah Grogot.
“Kami sering mengadakan kegiatan dan hari ini adalah kegiatan yang sesuai dengan tema kita akan mengadakan Pileg (pemilihan anggota legislatif) dan Pilpres (pemilihan presiden),” tutur Dr, Agung.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan realisasi dari keinginan pemerintah untuk mensosialisasikan kandidat agar lebih dikenal oleh rakyat. “Akan terbuka bagaimana visi misi beliau, dan Alhamdulillah, hari ini tiga kandidat kita undang itu mewakili, insya Allah, akan menjadi kandidat di DPR RI dan dan DPD RI,” ujarnya.
Tiga kandidat tersebut antara lain Rizal Effendi, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Nasdem daerah pemilihan (dapil) Kaltim, kemudian Hetifah Sjaifudian, calon anggota legislatif DPR RI dari Partai Golkar dapil Kaltim, dan Naspi Arsyad, calon anggota legislatif DPD RI dapil Kaltim.
Sebelumnya, disebutkan bahwa panitia telah mengundang Rendi Ismail caleg DPD RI dapil Kaltim, dan Andhika Hasan caleg DPR RI dari PDI Perjuangan dapil Kaltim. Namun, diperoleh informasi, baik Rendi Ismail maupun Andhika Hasan berhalangan hadir.
Dalam debat ini, tiga orang panelis memberikan pertanyaan kepada masing-masing kandidat, antara lain Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si, Rektor Universitas Mulia yang hadir secara daring sembari menguji sidang doktoral di Universitas Mulawarman Banjarmasin.
Panelis berikutnya Ketua STIE Balikpapan Prof. Dr. Suhartono, S.E., M.M, kemudian Prof. Dr. Muhamad Muhdar, S.H., M.Hum dari Fakultas Hukum Universitas Mulawarman. Panitia juga mengundang sekira 300 peserta perwakilan partai politik kandidat masing-masing, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) perguruan tinggi se-Balikpapan serta dosen dan undangan lainnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Dientia Dieniear, S.H.,M.H., M.Med.Kom mengatakan bahwa ia berharap para kandidat tidak saja memperkenalkan visi dan misi saja, tetapi juga memberikan pembelajaran bagi peserta tentang pentingnya mewujudkan Pemilu Damai.
“Terima kasih sudah hadir di sini dalam acara debat, di mana acara debat ini tidak sekadar untuk visi dan misi saja, tapi juga memberikan pelajaran kepada kita bahwasannya Pemilu Damai itu memang nyata adanya, dan bisa kita kontribusikan dan implementasikan dalam hari ini,” kata Dieniear.
Berdasarkan data KPU dan Bappenas, Pemilu 2024 diperkirakan akan diikuti kurang lebih 190,5 juta pemilih. Dari jumlah tersebut, pemilih Gen Z (usia 17-23 tahun) mencapai 15,82 persen, Gen Y (24-39 tahun) 35,59 persen, Gen X (40-55 tahun) 30,10 persen, Baby Boomer (57-74 tahun) 15,91 persen, dan pre-boomer (di atas 75 tahun) 2,57 persen.
Dari data tersebut diperoleh jumlah Gen Y dan dan Gen Z pada Pemilu 2024 sebesar 51,41 persen atau lebih separuh dari total pemilih. Gen Y maupun Gen Z didominasi usia para mahasiswa peserta debat kandidat wakil rakyat saat ini.
Salah seorang anggota Forsiladi, Dr. Sudarmo, ditemui usai acara, mengatakan bahwa debat wakil rakyat ini sangat bagus untuk Transfer Knowledge kaitannya antara praktisi dengan institusi pendidikan tentang partisipasi politik.
“Paling tidak memberikan pencerahan kepada publik, terutama kepada dosen dan mahasiswa supaya berani untuk menyampaikan ide-idenya ke depan,” tutur Dr. Sudarmo.
Menurutnya, hal ini menjadi pendidikan politik kepada mahasiswa dan dosen sehingga mampu ke depan belajar untuk mempersiapkan segala sesuatunya lebih baik.
Ketika ditanya terkait para kandidat yang berbicara, Dr. Sudarmo menilai masing-masing memiliki kekuatan sendiri.
“Sebenarnya tiga-tiganya berpengalaman, cuma yang satu duduk di pemerintahan, yang satu duduk di DPR, yang satu duduk di pendidikan tinggi, sebagai dosen, ya kan dia kepala sekolah tinggi, ilmu tarbiah, kan? Itu kan juga sama saja dengan seperti kita-kita ini juga,” ujarnya.
Dengan demikian, ia berharap mahasiswa maupun dosen dapat mengambil pelajaran tentang pengalaman yang luas dari masing-masing kandidat yang akan mewakili rakyat yang lebih luas dalam menyalurkan aspirasinya.
“Jadi, dia punya experience yang bagus, kan? Bagaimana mengelola orang, bagaimana menyampaikan pendapat orang kepada orang lain, kan? Mudah-mudahan bisa dikembangkan lagi bagaimana mengaplikasikan di masyarakat dan bisa menyerap aspirasi dari masyarakat,” pungkasnya.
(SA/Puskomjar)