Rapat Kerja 2022 di Bali Diikuti Universitas Mulia dan Peserta dari Beberapa Kota
UM – Universitas Mulia mengikuti Rapat Kerja 2022 yang diselenggarakan oleh Yayasan Airlangga di Bali, 7-11 Februari 2022. Rapat kerja juga diikuti seluruh perwakilan divisi antara lain PSDKU UM Samarinda, SMKTI Samarinda, SMK Airlangga Balikpapan, SMK Kesehatan, dan SMP Plus Airlangga Balikpapan.
Ketua Panitia Raker 2022 Mundzir, S.Kom., M.T mengatakan bahwa Raker 2022 di Bali ini merupakan rangkaian kegiatan yang sudah dijalankan sebelumnya. Mulai Rapat Koordinasi (Rakor) bulan Desember 2021 lalu dan Pra Raker bulan Januari 2022 di Balikpapan. Adapun Raker berlangsung di Balangan Room, Hotel Grand Inna Kuta Bali selama dua hari, 7-8 Februari 2022.
Raker 2022 masih mengusung tema yang sama dengan tahun sebelumnya, yakni dalam rangka meningkatkan SDM berkualitas dan Sistem dan Teknologi Informasi (IT) yang terintegrasi. Menurut Mundzir, tema yang sama ini memiliki harapan untuk benar-benar mewujudkan visi dan misi institusi yang inovatif dan unggul.
Dalam laporannya, Mundzir menerangkan Raker kali ini diikuti langsung peserta dari beberapa kota, antara lain dari Yogyakarta, Surabaya, Malang, Balikpapan, Samarinda, dan dari Denpasar Bali. Di antaranya hadir Ketua Yayasan Airlangga Ibu Mulia Hayati Deviantie, Drs. Satria Dharma beserta istri, DR. Muhammad Rusli, M.T, Prof. DR. Christina Whidya Utami, S.E., M.M., CLC., CPM (Asia), dan DR. Edi Rachmat. Jumlah seluruhnya 77 orang peserta.
Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga DR. Agung Sakti Pribadi, S.H, M.H mengatakan bahwa Raker ini bermaksud untuk meletakkan Blue Print atau cetak biru pengembangan institusi masing-masing divisi di bawah Yayasan Airlangga.
“Pada akhirnya kita akan maju ke depan, baru merasa tertatih. Kita lupa menggambar sampai detik ke atas. Kemudian Universitas Mulia ini baru membuat Roadmap 25 tahun ke depan,” tutur DR. Agung.
Menurut DR. Agung, institusi di Yayasan Airlangga memiliki dua karakter, yakni profesionalisme dan humanisme. “Sejak awal (yayasan berdiri) humanisme itu begitu kuat, walaupun profesional itu juga berjalan. Tentu saja kita tidak bisa seperti (sekarang) ini (yang banyak kemajuan) jika tidak ada profesionalisme,” tuturnya.
Meski demikian, dirinya menyadari saat ini institusi semakin berkembang besar sehingga saat ini dikhawatirkan profesionalisme dan humanisme tidak berjalan seimbang. “Maka yang hadir pada Raker saat ini terjadi kebimbangan, dua hari rapat, tapi kita juga dua hari rekreasi,” tuturnya sembari tersenyum.
Sementara itu, Ketua Yayasan Airlangga Ibu Hj. Mulia Hayati Deviantie menyebutkan DR. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H. mulai tanggal 1 Februari 2022 digantikan oleh DR. Muhammad Rusli, M.T. sebagai Rektor Universitas Mulia. Sedangkan DR. Agung saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga.
Menurut Ibu Mulia, pengangkatan Direktur Eksekutif untuk mendampingi jalannya Yayasan. Dengan dibantu oleh para pembantunya di bawah dalam menyusun keuangan, mengembangkan pendidikan serta membangun HRD. Adapun pergantian Rektor seiring dengan rencana ke depan sesuai dengan Roadmap 25 tahun. Dalam 5 tahun ke depan Universitas Mulia diharapkan dapat mewujudkan cita-citanya sebagai Teaching University.
“Saya merasa bangga, tantangan Universitas Mulia dalam 25 tahun ke depan disusun secara sistematis dan terstruktur. Dengan mengawali 5 tahun pertama, semoga Universitas Mulia menjadi Teaching University,” tutur Ibu Mulia.
Senada dengan DR. Agung Sakti, Pembina Yayasan Airlangga Drs. Satria Dharma mengatakan bahwa zaman dulu seseorang yang bekerja harus serius dan tidak boleh bersenang-senang. “Makanya kita gak sesukses sampai sekarang,” tutur Satria Dharma.
Menurutnya, saat ini sudah memasuki zaman millennial. Banyak orang yang kerjanya ringan, tapi berpenghasilan tinggi. “Kita itu kerja susah, duitnya sedikit. Nah, sekarang itu kerja sedikit, (tapi) duitnya banyak. Kenapa? Karena mereka sambil bersenang-senang. Ini yang kita pilih. Ini zaman millennial,” tuturnya.
Dirinya berharap, mulai saat ini jika bekerja dengan hati yang senang. “Jadi, mulai sekarang, kalau bekerja ya bersenang-senang lah, jangan bekerja sampai stress. Sudah stress, gak ada untungnya, waduh…” ujarnya.
Ia melihat hal ini seperti yang dilakukan oleh perusahaan Google yang menyediakan fasilitas untuk menghibur pekerja sambil bekerja serius. “Google itu menyediakan apa saja, mau ngapain saja boleh, yang penting target kerja tercapai, produktivitas meningkat, itu yang penting. Jangan terbalik, sudah stress, tapi target tidak pernah tercapai,” ungkap Satria Dharma.
Ia mengingatkan bahwa mencari untung bukanlah tujuan akhir. Meski demikian, memperoleh keuntungan adalah sebuah cara untuk mencapai tujuan. “Jika tidak untung, berarti cara kita salah. Jangan mencari cara yang salah, ya,” tuturnya memberi pesan kepada seluruh peserta.
(SA/PSI)