Dekan FHK Ajak Mahasiswa Baru Mengenal Dosen sebagai Partner Diskusi
Dalam Paduka Mulia 2024 Tingkat Fakultas
UM – Sesi Pengenalan Dunia Kampus Universitas Mulia (Paduka Mulia) di Fakultas Humaniora dan Kesehatan (FHK) berlangsung di Ballroom Cheng Ho, Kamis (29/8). Dekan FHK Dr Mada Aditia Wardhana mengajak mahasiswa baru mengenal dosen sebagai partner diskusi di perguruan tinggi.
Sebelumnya, Dr Mada menerangkan nama Fakultas Humaniora dan Kesehatan yang unik. “Secara unik memang ada tiga rumpun besar keilmuan di sini,” tuturnya.
Sejarah pendirian FHK, lanjutnya, bermula dari keberadaan beberapa prodi yang masuk rumpun yang berbeda, yakni Hukum, Farmasi, dan Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PG AUD).
“Yang perlu kalian ketahui dan kalian perlu optimis, tiga rumpun keilmuan ini, baik Hukum, Farmasi, PG AUD, itu adalah rumpun yang nanti prospek keilmuan dan pekerjaannya itu spesifik. Profesinya tidak bisa di-handle oleh keprofesian lain,” terangnya.
Misalnya, Farmasi, di beberapa industri memerlukan persyaratan dan peraturan yang tidak boleh diisi oleh keilmuan lain. Begitu pula Ilmu Hukum dan PG AUD. “Seperti profesi guru, tapi yang lebih spesifik itu ada peraturannya. Bahkan segmen PG AUD nanti akan melebar,” ujarnya.
Meski demikian, terangnya, ketiga-tiganya, baik Hukum, Farmasi, dan PG AUD memiliki orientasi bisnis yang bisa dikembangkan sendiri. Jalur profesinya pun tidak hanya berdasar pada bidang keilmuannya saja, tetapi kewirausahaan atau Entrepreneurship juga bisa.
“Konsultan-konsultan hukum, jasa-jasa konsultasi, bidang hukum banyak, bisa juga masuk di HRD. Farmasi banyak juga. Kosmetik itu tidak lain yang buat itu adalah apoteker, penanggung jawabnya. Dan PG AUD sama, daycare itu bisnis yang besar,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia mengajak mahasiswa baru untuk tidak perlu merisaukan masa depan. Selama mengenal lebih jauh program studinya masing-masing.
Lebih lanjut, ke depan, kemungkinan nama fakultas FHK akan berdasarkan nama program studi atau keilmuan masing-masing.
“Mungkin Fakultas Kesehatan namanya Farmasi sebagai induknya, kemudian Fakultas Hukum sendiri, yang nantinya Fakultas Ilmu Pendidikan atau Keguruan, PAUD akan menjadi induknya,” terangnya.
Dengan demikian, mahasiswa baru yang ada saat ini akan masuk dalam historis sejarah, bagian sejarah awal dari Universitas Mulia tentang perkembangan fakultasnya.
Dosen adalah Partner Diskusi
Pada Paduka Mulia 2024 ini, Dr Mada mengatakan akan berbagi tentang bagaimana dan seharusnya seperti apa sih pola pikir sebagai mahasiswa. Ia berharap akan menjadi bekal mahasiswa baru menjalani pembelajaran di perguruan tinggi.
“Ada yang tahu Ki Hajar Dewantara?” tanya Dr Mada kepada mahasiswa baru.
Ki Hajar Dewantara adalah salah seorang Pahlawan Nasional dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya di bidang pendidikan.
Ia mendirikan lembaga pendidikan bernama Taman Siswa pada tahun 1922, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan bagi rakyat Indonesia tanpa diskriminasi berdasarkan status sosial atau ekonomi.
Salah satu prinsip pendidikan yang terkenal dari Ki Hajar Dewantara adalah Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah memberi semangat), Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan).
Prinsip ini mencerminkan filosofi pendidikan yang mengedepankan peran seorang pendidik sebagai pemimpin, motivator, dan pendukung bagi murid-muridnya.
“Kalian harus kenali ini, pertama, guru itu kadang harus di depan, manakala siswanya muridnya itu tidak tahu apa-apa. Maka dia ada di depan supaya dicontoh dan diikuti oleh murid,” ujar Mada.
“Terminologi kedua, guru itu terkadang juga ada di samping, menjadi pendamping, menjadi partner, menjadi teman sharing, diskusi. Kenapa? Bahwa muridnya itu sebenarnya sudah tahu dia butuh hal yang pengayaan-pengayaan lain,” jelasnya.
“Terminologi yang ketiga, pada kondisinya yang lain guru itu ada juga nanti di belakang, murid yang di depan. Artinya apa? Bahwa murid ini sudah bisa menjalankan ini, guru itu tinggal mendorong, memotivasi, menjaga, mendorong,” imbuhnya.
Namun, menurutnya, terminologi tersebut sedikit berbeda jika diterapkan oleh mahasiswa di perguruan tinggi.
“Kalian sudah melewati dari PAUD, TK, SD, SMA, SMK, SLTA sampai ke perguruan tinggi. Dalam filosofi itu, mahasiswa ada di mana?” tanya Dr Mada.
Menurutnya, secara ideal disinilah seharusnya mahasiswa harus sudah mempersiapkan diri dan menempatkan guru, dalam hal ini dosen, ada di samping dan di belakang. Bukan lagi di depan.
“Apa maksudnya ini? Kalian sudah dianggap mahasiswa, artinya sudah tahu membawa diri dan tahu kemana sebenarnya. Dosen itu adalah partner, partner sharing, partner diskusi, partner bertanya, partner membimbing, bahkan memotivasi manakala kalian memang sudah siap untuk itu,” ujarnya.
“Jadi, cara belajar di perguruan tinggi itu murid atau mahasiswa itu sebenarnya menempatkan dosen tidak lagi di depan, tapi di samping dan di belakang. Artinya apa? Mahasiswa itu harus aktif, tahu apa yang dia cari. Inilah dunia pendidikan tinggi,” tutupnya.
(SA/Kontributor)