Tag Archive for: Riset Farmasi

Subur Anugerah saat mempresentasikan makalah dalam sesi Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 di Ballroom Cheng Ho Universitas Mulia, Kamis (16/10). Foto: Istimewa

UM – Inovasi garapan dosen dan mahasiswa berupa prototipe Sistem Informasi Holistik untuk manajemen terapi jangka panjang pasien pasca-stroke, sukses mengantarkan Subur Anugerah, S.T., M.Eng meraih Best Presenter Award, dalam Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025, yang diselenggarakan Program Studi Farmasi Universitas Mulia, Kamis (16/10).

Hal ini disampaikan oleh Ketua Program Studi S1 Farmasi Apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc. “Sertifikatnya menyusul, Pak. Dapat bingkisan sebagai presenter terbaik,” ujarnya seraya tersenyum.

Ia berharap, SAFANA akan menjadi agenda rutin setiap tahun. Pada kegiatan yang akan datang diharapkan akan semakin banyak yang terlibat, baik para peneliti, dosen, praktisi kesehatan hingga mahasiswa untuk submit makalah, poster, maupun sebagai partisipan.

Selain itu, ia berharap ke depan akan ada lebih banyak kolaborasi, baik dari pemerintahan, lembaga kesehatan, perguruan tinggi, perusahaan farmasi dan kesehatan serta lebih banyak sponsor pendukung lainnya.

Dua orang pakar berbicara di SAFANA 2025 sebagai narasumber, antara lain Prof. apt. Muchtaridi, Ph.D dari Universitas Padjajaran dan Prof. Dr. apt. Yandi Syukri, S.Si., M.Si. dari Universitas Islam Indonesia sebagai pakar Nanoteknologi Farmasi.

Dalam kesempatan ini, tercatat 13 pemakalah presentasi luring di Ballroom Cheng Ho Universitas Mulia, 12 pemakalah presentasi daring lewat aplikasi Zoom, dan tiga orang penyusun poster. Peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Presenter makalah terbaik diraih oleh Subur Anugerah dari Universitas Mulia dengan judul Implementasi Sistem Informasi Holistik Berbasis Community-Based Rehabilitation (CBR) untuk Manajemen Terapi Jangka Panjang Pasien Pasca-Stroke di Balikpapan.

Sedangkan poster terbaik diraih oleh Apt. Dian Parwati, S.Farm., M.Farm dari Universitas Sam Ratulangi dengan judul Analisis Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran dan Implementasi Pharmaceutical Care Terhadap Kepuasan Pasien di Apotek Pelengkap RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado.

Foto bersama undangan dan peserta Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 yang diselenggarakana Prodi S1 Farmasi Universitas Mulia di Ballroom Cheng Ho, Kamis (16/10). Foto: Media Kreatif

Foto bersama undangan dan peserta Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 yang diselenggarakana Prodi S1 Farmasi Universitas Mulia di Ballroom Cheng Ho, Kamis (16/10). Foto: Media Kreatif

Subur Anugerah menerima bingkisan dari sponsor sebagai presenter terbaik dari Ketua Panitia SAFANA 2025 Sapri, S.Si., M.Farm. Foto: Media Kreatif

Subur Anugerah menerima bingkisan dari sponsor sebagai presenter terbaik dari Ketua Panitia SAFANA 2025 Sapri, S.Si., M.Farm. Foto: Media Kreatif

Berangkat dari Kebutuhan Nyata di Komunitas

Sementara itu, Subur Anugerah mengatakan, pencapaiannya merupakan hasil kolaborasi lintas disiplin dan generasi, yang mampu menghasilkan solusi nyata untuk tantangan kompleks di bidang kesehatan, khususnya bagi para pejuang pasca-stroke di Balikpapan.

Dalam presentasinya, ia memaparkan, ide pengembangan sistem berawal dari masalah riil di lapangan. Pasien pasca-stroke memerlukan perawatan jangka panjang yang melibatkan dokter, terapis, psikolog, ahli gizi, dan keluarga. Hal ini menyebabkan data klinis sering tersebar (terfragmentasi).

“Manajemen terapi jangka panjang untuk pasien pasca-stroke membutuhkan perawatan yang kontinu. Namun, seringkali terjadi kesulitan komunikasi antardokter, terapis, dan keluarga serta data yang tidak terpusat. Hal ini dikhawatirkan akan berisiko menurunkan efektivitas terapi,” jelasnya saat presentasi.

Menjawab tantangan tersebut, sistem informasi ini dirancang berbasis CBR, dengan mengambil studi kasus pada komunitas Persatuan Penyintas Stroke Indonesia (PPSI) di Kota Balikpapan.

Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan jadwal terapi, memusatkan rekam jejak perawatan, dan memfasilitasi komunikasi yang dapat diakses oleh pasien, keluarga, dan tim medis interdisipliner.

Kolaborasi Lintas Disiplin dan Generasi Kunci Keberhasilan

Subur Anugerah, selaku ketua tim mengatakan, penghargaan Best Presenter ini adalah buah dari kerja keras kolektif. Proyek ini sulit terwujud tanpa kolaborasi berbagai pihak, termasuk praktisi kesehatan seperti dokter, komunitas, dan keterlibatan dosen dan mahasiswa.

“Keberhasilan ini bukan karya satu orang, melainkan buah kerja tim yang solid. Kami berkolaborasi dengan Bapak Ridwansyah dari PPSI Balikpapan untuk mendapatkan data dan wawasan di lapangan, memfasilitasi komunikasi dengan dokter Fajar Qimindra serta dukungan rekan dosen, Bapak Istia Budi dan Bapak Suprijadi,” ungkapnya.

Secara khusus, ia memberikan apresiasi tinggi terhadap peran mahasiswa Informatika dalam tim, yaitu Serlina Kombong, yang ia ajak untuk membantunya.

“Saya sangat mengapresiasi peran vital mahasiswa kami, Serlina Kombong. Keterlibatannya dalam proses pengumpulan data, sosialisasi, dokumentasi, hingga merancang visualisasi presentasi yang komunikatif, sangat krusial,” ujarnya.

Dengan begitu, ia berharap, pengalaman ini menjadikan pelajaran bagaimana mengajak mahasiswa untuk belajar berperan dan dapat berkontribusi langsung dalam proyek yang berdampak bagi masyarakat.

Inovasi Informatika yang Menjawab Tantangan Farmasi Klinis

Meski berasal dari ranah informatika, inovasi ini dinilai sangat relevan dengan dunia farmasi. Salah satu fitur utama sistem adalah modul penjadwalan terintegrasi yang membantu memastikan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi dan berobat, sebagai sebuah aspek krusial dalam farmasi klinis.

Sistem ini juga dirancang untuk mendukung standarisasi dokumen medis menggunakan format SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan), yang memungkinkan seluruh tim terapis, mulai dari fisioterapis, terapis wicara, hingga psikolog, dapat memahami kondisi pasien secara komprehensif.

Saat ini, sistem tersebut masih dalam tahap prototipe dan diharapkan dapat terus dikembangkan agar dapat dimanfaatkan oleh PPSI, baik di Balikpapan maupun di kota lainnya.

“Harapan kami, prototipe ini bisa menjadi fondasi digital yang kuat untuk mendukung tim medis dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup para pejuang pasca-stroke,” tutup Subur Anugerah.

(SA/Kontributor)

Balikpapan, 16 Oktober 2025 – Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 yang digelar di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia, Kamis (16/10), menjadi ajang bertemunya akademisi, peneliti, dan praktisi farmasi dari berbagai perguruan tinggi Indonesia. Tahun ini, SAFANA mengangkat tema “Eksplorasi Bahan Alam dengan Nanoteknologi: Menjawab Tantangan Kesehatan Masa Depan.”

Ketua Panitia, Sapri, M.Farm., dalam sambutannya menekankan bahwa pemanfaatan teknologi nano merupakan langkah strategis untuk memperkuat riset bahan alam di Indonesia. Menurutnya, tumbuhan dan mikroba memiliki potensi bioaktif yang dapat dimaksimalkan melalui pendekatan nanoteknologi, sehingga mampu meningkatkan efektivitas terapi sekaligus meminimalkan efek samping.

Apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc., Ketua Program Studi Farmasi Universitas Mulia, memberikan sambutan pada pembukaan Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 di Ballroom Cheng Hoo, Kamis (16/10).

“Rekayasa skala nano memberi peluang baru dalam pengembangan produk farmasi yang lebih presisi. Pendekatan ini penting untuk menghadapi berbagai tantangan kesehatan, mulai dari resistensi antimikroba, penyakit degeneratif, hingga ancaman pandemi global,” ujar Sapri di hadapan peserta seminar.

Ia juga menggarisbawahi bahwa arah kebijakan nasional telah menempatkan nanoteknologi sebagai bagian penting dari masa depan industri farmasi Indonesia. “Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2022 mendorong integrasi teknologi nano dalam pengembangan obat berbasis bahan alam. Ini menunjukkan bahwa riset farmasi tidak bisa lagi berdiri sendiri, melainkan harus bergerak dalam kolaborasi lintas disiplin,” tambahnya.

Lebih jauh, Sapri mengaitkan tema SAFANA dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, khususnya pada aspek kesehatan yang berkelanjutan. Ia menyebut bahwa perubahan iklim, polusi, dan munculnya penyakit baru menuntut model riset yang tidak hanya fokus pada inovasi ilmiah, tetapi juga keberlanjutan ekosistem kesehatan secara global.

Melalui SAFANA 2025, panitia menegaskan tiga tujuan utama: memfasilitasi pertukaran pengetahuan tentang inovasi bahan alam berskala nano; memperkuat jejaring antara akademisi, praktisi, dan industri; serta meningkatkan kesadaran publik akan peran teknologi nano dalam sistem kesehatan nasional.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber utama, Prof. apt. Muchtaridi, Ph.D. dan Prof. Dr. apt. Yandi Syukri, S.Si., M.Si., serta diikuti peserta dari berbagai perguruan tinggi, baik secara luring maupun daring. Sebanyak 25 makalah dipresentasikan — terdiri atas 11 pemakalah luring, 12 pemakalah daring, dan 2 poster ilmiah.

Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., menyampaikan sambutan mewakili Rektor yang berhalangan hadir pada acara pembukaan SAFANA 2025 di Kampus Cheng Hoo, Balikpapan.

Institusi yang berpartisipasi antara lain Politeknik Nusantara Balikpapan, Institut Teknologi Sumatra, Universitas Padjadjaran, Universitas Mulawarman, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, Universitas Islam Indonesia, Universitas Hang Tuah, Universitas Sam Ratulangi, dan Universitas Indraprasta PGRI.

Penyelenggaraan SAFANA tahun ini merupakan hasil kolaborasi Universitas Mulia, Politeknik Nusantara Balikpapan, dan Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Kalimantan Timur. Dukungan sponsor juga datang dari sejumlah lembaga dan perusahaan, di antaranya Yayasan Airlangga Balikpapan, PT Ganda Alam Makmur, PT Promed Nusantara Jaya, Apotek Arka Medika, PT Ubylab Medika Pratama, Pertamina Hulu Mahakam, SKK Migas, Squadesh, Entrasol, Klinik Laboratorium Cito, Natasha, dan PT Eralika Mitra Buana.

uasana Seminar Farmasi Nasional (SAFANA) 2025 yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo Universitas Mulia, diikuti oleh peserta dari berbagai perguruan tinggi secara luring dan daring.

Di akhir sambutannya, Sapri menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam penyelenggaraan seminar. “Terima kasih kepada panitia, sponsor, dan seluruh peserta yang telah hadir. Semoga diskusi ilmiah hari ini menghasilkan gagasan yang dapat memperkuat riset farmasi Indonesia dan membawa manfaat bagi masyarakat luas,” tuturnya.

SAFANA 2025 menjadi ruang ilmiah yang menegaskan posisi Universitas Mulia sebagai institusi yang aktif mendorong riset terapan dan kolaborasi multidisiplin di bidang kesehatan. Melalui pendekatan bahan alam dan teknologi nano, seminar ini membuka arah baru bagi pengembangan farmasi Indonesia yang berorientasi pada keberlanjutan dan daya saing global. (YMN)

 

Balikpapan, 18 September 2025 – Program Studi Farmasi Universitas Mulia menjalin kolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui dua agenda akademik yang digelar pada Rabu–Kamis, 16–17 September 2025 di Cheng Hoo. Agenda tersebut membahas Studi Pembiayaan Program Penanggulangan Stunting dan Pengembangan Model Intervensi Kampung Keluarga Mandiri dalam Penanganan Stunting dan Gangguan Perkembangan pada Anak Baduta di Daerah Pedesaan.

PLT Kaprodi Farmasi Universitas Mulia, Apt. Eka Kumala Retno, S.Farm., M.Si., menjelaskan bahwa keterlibatan Prodi Farmasi dalam isu stunting berangkat dari sifat masalahnya yang multidimensi. Menurutnya, stunting tidak hanya terkait gizi, tetapi juga berhubungan dengan ketersediaan, keamanan, serta efektivitas intervensi kesehatan. “Farmasi memiliki peran strategis dalam riset bahan alam, pengembangan sediaan suplemen, dan edukasi masyarakat terkait penggunaan obat, vitamin, serta produk kesehatan yang tepat. Karena itu, kolaborasi dengan BRIN diinisiasi sebagai langkah sinergis lintas disiplin,” ujarnya.

PLT Kaprodi Farmasi Universitas Mulia, Apt. Eka Kumala Retno, S.Farm., M.Si., (kiri) saat menunggu acara dimulai.

Ia menegaskan bahwa ilmu farmasi dapat memberikan kontribusi nyata melalui tiga aspek utama. Pertama, riset dan pengembangan, misalnya menciptakan suplemen gizi, produk herbal, atau formula farmasi yang mendukung pertumbuhan anak. Kedua, aspek keamanan dan efektivitas, yaitu memastikan setiap intervensi kesehatan yang digunakan masyarakat terbukti aman, stabil, dan efektif. Ketiga, edukasi dan advokasi, dengan mendampingi masyarakat agar penggunaan obat, vitamin, atau suplemen lebih rasional.

Dalam pandangannya, kegiatan ini juga memiliki relevansi langsung dengan kurikulum, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Pada kurikulum, isu stunting dapat diintegrasikan ke berbagai mata kuliah, antara lain farmasi klinik, farmasi komunitas, farmakognosi, dan farmakoekonomi. Pada bidang penelitian, kerja sama ini membuka peluang kajian interdisipliner, mulai dari formulasi sediaan suplemen hingga evaluasi cost-effectiveness intervensi gizi dan kesehatan. Sementara itu, untuk pengabdian masyarakat, kegiatan ini dapat dijadikan media edukasi langsung mengenai kesehatan, gizi, dan penggunaan produk farmasi yang aman di desa.

Para tamu undangan menyimak pemaparan dalam agenda kolaborasi Prodi Farmasi Universitas Mulia dan BRIN

Lebih jauh, Eka menyebutkan peluang keterlibatan mahasiswa dalam agenda ini cukup luas. Mahasiswa dapat mengikuti survei status gizi masyarakat desa, praktik formulasi sediaan sederhana, hingga edukasi langsung mengenai pola konsumsi, sanitasi, dan penggunaan produk kesehatan. “Mahasiswa juga bisa menuliskan hasil penelitian sebagai skripsi atau publikasi ilmiah, sehingga mereka memperoleh pengalaman nyata dalam menghubungkan teori dengan praktik lapangan,” jelasnya.

Terkait harapan jangka panjang, Eka menekankan pentingnya pembangunan model desa percontohan yang mandiri dalam aspek gizi, kesehatan, dan pemanfaatan produk farmasi berbasis potensi lokal. “Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya berdampak pada penurunan angka stunting, tetapi juga memperkuat kapasitas riset, publikasi, serta inovasi produk farmasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu, kegiatan ini menjadi ajang peningkatan kompetensi mahasiswa dan dosen dalam riset aplikatif,” pungkasnya. (YMN)