Tag Archive for: OBE

Rektor: Dari “Aku Sudah Belajar Apa?” ke “Aku Bisa Apa?” Fokus pada Kompetensi dan Relevansi Kerja

Humas Universitas Mulia, 3 Juni 2025 – Universitas Mulia kembali menegaskan komitmennya dalam menjawab tantangan pendidikan abad ke-21 melalui reformasi kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE). Dalam wawancara bersama Rektor UM, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, terungkap bahwa pendekatan ini bukan sekadar pembaruan dokumen, melainkan transformasi mendasar dalam cara mempersiapkan lulusan menghadapi dunia kerja dan perubahan sosial global.

“Selama ini, kita masih menggunakan kurikulum model lama yang bersifat tradisional, di mana proses belajar lebih menekankan pada pemenuhan silabus dan penguasaan materi, tanpa jaminan bahwa mahasiswa benar-benar menguasai kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja,” ungkap Prof. Ahsin.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, saat memberikan keterangan kepada humas kampus terkait urgensi reformasi kurikulum berbasis OBE.

Ia menilai bahwa kurikulum lama cenderung menghasilkan lulusan yang hanya dibekali transkrip nilai, namun belum tentu mampu menjawab kebutuhan industri. Penilaian pun cenderung bersifat umum dan tidak berbasis pada CPMK (Capaian Pembelajaran Mata Kuliah) dan CPL (Capaian Pembelajaran Lulusan).

“Kita harus bergeser dari paradigma ‘aku sudah belajar apa?’ menjadi ‘aku bisa apa?’,” tegasnya.

Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, Rektor Universitas Mulia, memberikan arahan strategis dalam pembukaan Workshop Penyusunan Kurikulum Berbasis Outcome-Based Education.

Integrasi OBE, KKNI, dan SKKNI: Membangun Lulusan Kompeten dan Siap Kerja

Lebih lanjut, Prof. Ahsin menekankan bahwa pendekatan OBE bukanlah konsep baru yang berdiri sendiri, melainkan integrasi dari Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

“Dengan mengacu pada KKNI dan SKKNI, kurikulum kita akan mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya siap memasuki dunia kerja, tetapi juga menciptakan pasar kerja melalui kompetensi yang relevan dan terstandar,” tuturnya.

Suasana khidmat dan antusias mewarnai pembukaan Workshop Penyusunan Kurikulum OBE di lingkungan Universitas Mulia.

OBE dirancang untuk menjawab empat pertanyaan mendasar:

  1. Kemampuan apa yang harus dikuasai mahasiswa?
  2. Bagaimana cara terbaik membantu mahasiswa mencapai kemampuan tersebut?
  3. Bagaimana kita mengetahui capaian itu telah tercapai?
  4. Bagaimana melakukan perbaikan berkelanjutan (Continuous Quality Improvement)?

Sinergi Akademik dalam Workshop Penyusunan Kurikulum

Melalui pelatihan intensif selama empat hari yang melibatkan para dekan, ketua program studi, dan unit-unit pendukung, UM berupaya menyusun ulang seluruh dokumen kurikulum berbasis OBE. Dalam kegiatan ini, narasumber berperan aktif memandu proses penyusunan agar setiap program studi memiliki dokumen kurikulum yang terukur, relevan, dan implementatif.

Para dekan dan ketua program studi Universitas Mulia dengan saksama mengikuti materi workshop sebagai langkah konkret menuju kurikulum berbasis capaian pembelajaran.

Rektor menegaskan bahwa keberhasilan reformasi kurikulum ini sangat bergantung pada kepemimpinan para dekan dalam mengkoordinasikan timnya. “Setiap prodi harus serius menyusun dokumennya. Dekan harus aktif memberikan masukan, arahan, dan memastikan seluruh proses berjalan optimal,” tandasnya.

Menjawab Tantangan Industri 4.0 dan Society 5.0

Prof. Ahsin juga menyampaikan bahwa reformasi kurikulum ini menjadi fondasi penting dalam menyiapkan lulusan menghadapi ekosistem kerja yang semakin kompleks. Dalam era Industri 4.0 dan transisi menuju Society 5.0, kompetensi seperti AI, Big Data, IoT, literasi digital, pemikiran kritis, kolaborasi, kreativitas, dan etika menjadi sangat krusial.

“OBE memungkinkan kita mengintegrasikan kompetensi berbasis teknologi dan kemanusiaan ke dalam CPL. Dengan begitu, lulusan UM bukan hanya sarjana, tetapi juga problem solver dan innovator yang mampu menjawab tantangan global,” pungkasnya.

 

Humas UM (YMN)

 

Wakil Rektor Wisnu Hera Pamungkas dan Dekan FIKOM Jamal bersama stakeholder dan para peserta diskusi terpumpun, Rabu (9/10). Foto: Media Kreatif

Bahas Kebutuhan Kurikulum Baru Hadapi Era Digital

UM – Fakultas Ilmu Komputer (Fikom) menggelar Forum Group Discussion (FGD) atau diskusi terpumpun membahas evaluasi dan pengembangan kurikulum. Diskusi bersama stakeholder ini berlangsung di Ruang Eksekutif Universitas Mulia, Jalan Letjen Zaini Azhar Maulani, Rabu (9/10).

FGD dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P, M.Eng. Dalam sambutannya, Wisnu mengatakan bahwa bagaimana mengubah paradigma pembelajaran di kelas lebih diperhatikan agar mahasiswa mampu meraih capaian pembelajaran yang diharapkan.

“Agar dapat tercapai, perlu adanya pemetaan kurikulum. Apalagi kemampuan mahasiswa dalam tiap kelas itu berbeda-beda. Dengan adanya masukan penting dari para stakeholder, kami berharap ke depan mahasiswa kami lebih berdaya saing,” ujarnya.

Lewat FGD ini, Wisnu berharap kurikulum yang digunakan oleh seluruh program studi di bawah Fakultas Ilmu Komputer tidak ketinggalan empat tahun ke belakang. Tetapi, justru diharapkan mampu membaca kebutuhan pendidikan untuk empat sampai lima tahun ke depan.

Dekan Fikom Jamal, S.Kom., M.Kom mengatakan, diskusi terpumpun ini juga bertujuan untuk mengevaluasi kurikulum yang telah diterapkan pada Program Studi S1 Informatika, S1 Sistem Informasi, dan S1 Teknologi Informasi.

“Agar tetap relevan dengan perkembangan industri teknologi yang terus berkembang pesat. Dengan adanya kemajuan teknologi seperti Kecerdasan Artifisial, Big Data, Cloud Computing, dan Internet of Things (IoT),” ujar Jamal.

Jamal menambahkan, diskusi terpumpun ini juga dalam rangka menindaklanjuti Workshop Kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE) di Samarinda, pada Agustus yang lalu.

“Jadi, kami merasa perlu untuk menyesuaikan kurikulum ini agar lulusan siap menghadapi tantangan di era digital,” tambahnya.

Hal ini lantaran terkait dengan visi jangka panjang Universitas Mulia, yakni menjadi pusat pengembangan teknologi berbasis Technopreneurship di tingkat global pada tahun 2045 yang akan datang.

Pada kesempatan ini, Jamal mengajak para pemangku kepentingan atau stakeholders untuk dilibatkan, baik dari kalangan dosen, perwakilan organisasi mahasiswa (ormawa), alumni serta mitra industri pengguna lulusan.

Melalui forum ini pula, para stakeholders berdiskusi dan berbagi pengalaman dan pandangan terkait relevansi kurikulum dengan kebutuhan industri berdasarkan kompetensi di masa mendatang.

Tampak beberapa dosen yang hadir dalam kegiatan ini antara lain Jamal, S.Kom., M.Kom, Djumhadi, S.T., M.Kom, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng, Muhammad Safi’i, S.Kom., M.Kom serta Isa Rosita, S.Kom., M.Cs dan dosen lainnya.

Isa Rosita, Ketua Program Studi S1 Sistem Informasi menambahkan, lewat FGD ini ia menerima beberapa masukan dari berbagai pihak, baik dari dosen maupun industri.

Untuk itu, ia mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya, baik berupa pemikiran dan pengalaman praktis untuk kemajuan pendidikan di Universitas Mulia.

“Universitas Mulia berharap dapat menyempurnakan kurikulum sehingga lebih responsif terhadap perubahan zaman dan kebutuhan industri serta mampu mencetak lulusan yang kompeten dan inovatif di masa depan,” tuturnya.

Pada kesempatan ini, hadir sejumlah perwakilan dari industri pengguna lulusan, diantaranya Ir. Harry Hadi Syahputra, S.T., M.T dan Asep Irwansyah dari PT. Minergo Systems, Hariyanto dari PT. Comtelindo serta Heni Novia Rini, S.Kom dan Eka Prasetyawati, S.Kom dari SMK Negeri 6 Balikpapan.

Wakil Rektor Wisnu Hera Pamungkas mengawali sambutan diskusi terpumpun bersama stakeholder. Foto: Media Kreatif

Wakil Rektor Wisnu Hera Pamungkas mengawali sambutan diskusi terpumpun bersama stakeholder. Foto: Media Kreatif

Ir. Harry Hadi Syahputra, S.T., M.T dan Asep Irwansyah dari PT. Minergo Systems. Foto: Media Kreatif

Ir. Harry Hadi Syahputra, S.T., M.T dan Asep Irwansyah dari PT. Minergo Systems. Foto: Media Kreatif

Hariyanto perwakilan dari PT. Comtelindo. Foto: Media Kreatif

Hariyanto perwakilan dari PT. Comtelindo. Foto: Media Kreatif

Masukan Stakeholder

Seorang dosen muda, Rahmat Saudi Al Fathir As, S.Kom, M.Kom mengusulkan perlunya penyusunan kurikulum dengan menggunakan roadmap. Dengan memanfaatkan tools roadmap.sh, misalnya, kurikulum dapat disusun dengan melakukan pemetaan terlebih dahulu.

Hal ini, menurutnya, ke depan akan ada lebih banyak pekerjaan dengan bidang baru dan lebih spesifik yang dibutuhkan oleh industri, seiring perkembangan zaman dan teknologi di era digital.

Hariyanto, perwakilan dari PT Comtelindo mengatakan, kebutuhan sumber daya manusia di perusahaannya, di bidang pengembangan Sistem Informasi sejauh ini cukup baik. Hanya saja, ia menyarankan perlunya mahasiswa dibekali pemahaman tentang kebutuhan analisis bisnis.

“Untuk memahami arsitektur visi perlu memahami penerjemahan dari kebijakan perusahaan hingga ke bisnis proses. Padahal, memahami bisnis proses adalah salah satu keahlian yang sangat dibutuhkan,” ujar Hariyanto.

Menurutnya, memahami proses bisnis akan berbeda dengan pemahaman pada Flowchart. “Flowchart itu jelaskan hanya sektoral, sedangkan bisnis proses bisa mendapatkan hingga outcome,” ujarnya.

Ia juga mendorong agar mahasiswa mendapatkan pembekalan tentang bagaimana memahami tata kelola proyek sistem informasi yang implementatif. Mahasiswa terlibat dalam proyek-proyek pengembangan sistem informasi yang implementatif.

“Tidak lagi Waterfall, melainkan menggunakan Framework Agile hingga Scrum dalam sistem analis, jadi scrum master,” ujarnya.

Selain itu, Hariyanto mencermati kebutuhan perekrutan tenaga lokal yang masih minim keahlian, terutama pemahaman algoritma dan penerapan teknologi .Net dari Microsoft yang digunakan perusahaannya.

Ia mengungkapkan, kebutuhan teknologi yang digunakan di perusahaannya mengikuti perkembangan zaman. Misalnya, di bidang teknologi sistem basis data menggunakan Firebase dan teknologi yang mengarah pada pengelolaan Big Data seperti NoSQL dan MongoDB.

Beberapa teknologi seperti IoT digunakan perusahaannya untuk menjembatani komunikasi data. Salah satunya digunakan untuk memantau keberadaan kapal laut jika sewaktu-waktu memerlukan bantuan.

Terkait Cyber Security, ia mengungkapkan kebutuhan sumber daya manusia yang menguasai sertifikasi jaringan komputer, seperti MTCRE. Selain itu, juga kebutuhan pengembangan NOC, helpdesk, hingga Network Planning.

“Bahkan, seorang helpdesk di tempat kami bisa menyelesaikan troubleshoot tingkat basic. Setidaknya kami tidak perlu cari dari luar Balikpapan untuk mencari pegawai,” ujarnya.

Sementara itu, Asep Irwansyah dari PT. Minergo Systems mengatakan sepakat atas usulan Fathir, agar kampus menyiapkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri dan menghilangkan gap.

“Industri sangat dinamis. Jadi, terjadi gap, munculnya stigma lama perusahaan berharap tenaga kerja yang siap guna, bukan siap latih. Makanya, perlu pengalaman sekian tahun. Apakah dari sisi kampus bisa melihat itu?” tuturnya.

Ia mendorong mahasiswa memiliki kompetensi melalui sertifikasi keahlian. Hal ini ditunjang dengan bagaimana mahasiswa melakukan pengembangan diri lewat kompetensi yang dimilikinya.

Hal ini, menurutnya, akan sangat berguna ketika terjadi ketimpangan antara jumlah lulusan dan kebutuhan industri. Perusahaan akan mengutamakan kompetensi dibanding dengan asal lulusan.

Harry Hadi Syahputra menambahkan, pentingnya penguasaan teori maupun praktek tentang blockchain dan aplikasi di berbagai industri saat ini. Termasuk IoT, Quantum Computing, Metaverse dan VR/AR.

(SA/Kontributor)

Rektor Prof. Muhammad Ahsin Rifa'i, Wakil Rektor Wisnu Hera, Wakil Rektor Yusuf Wibisono, Kepala PSDKU Samarinda Suprijadi, dekan dan narasumber OBE Dr. Mohammad Iqbal serta para peserta workshop. Foto: PSDKU Samarinda

UM – Universitas Mulia menggelar workshop Kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE) bertempat di Hotel Midtown Samarinda selama dua hari, Rabu (7/8) dan Kamis (8/8). Dr. Muhammad Iqbal, S.Kom., MMSI dan Ir. Sutrisno, S.T., M.Sc., Ph.D tampil sebagai narasumber.

Workshop diikuti oleh Dekan, Ketua Program Studi, dosen, dan tenaga kependidikan. OBE atau Pembelajaran Berorientasi Luaran adalah metode pembelajaran yang fokus pada luaran atau capaian pembelajaran.

OBE menekankan pada proses pendidikan yang mencapai hasil yang ditentukan, baik dalam sisi pengetahuan, kemampuan, maupun perilaku peserta didik atau mahasiswa dan berorientasi pada hasil.

Pada kesempatan ini, Rektor Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si turut hadir membuka pelaksanaan workshop dan menyaksikan jalannya pelatihan. Dalam sambutannya, Rektor mengingatkan pentingnya penyesuaian kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan industri dan perkembangan zaman.

Narasumber OBE Dr. Muhammad Iqbal, S.Kom., MMSI. Foto: PSDKU Samarinda

Narasumber OBE Dr. Muhammad Iqbal, S.Kom., MMSI. Foto: PSDKU Samarinda

Narasumber PjBL dan Case Method Ir. Sutrisno, S.T., M.Sc., Ph.D. Foto: PSDKU Samarinda

Narasumber PjBL dan Case Method Ir. Sutrisno, S.T., M.Sc., Ph.D. Foto: PSDKU Samarinda

Narasumber Ir. Sutrisno, S.T., M.Sc., Ph.D foto bersama peserta workshop. Foto: PSDKU Samarinda

Narasumber Ir. Sutrisno, S.T., M.Sc., Ph.D foto bersama peserta workshop. Foto: PSDKU Samarinda

“OBE menekankan pada hasil belajar yang diinginkan, dan ini akan membantu kami memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja,” tutur Prof. Ahsin.

Memasuki pelaksanaan workshop hari pertama, pakar dalam bidang pendidikan berbasis OBE Dr. Muhammad Iqbal, memberikan materi tentang Reorganisasi Kurikulum Berbasis Outcome-Based Education (OBE) dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Materi yang dipaparkan meliputi berbagai macam contoh praktis penerapan OBE dalam program studi tertentu, kemudian diikuti dengan sesi diskusi dan tanya jawab.

Dalam sesi ini, seluruh peserta terbagi dalam kelompok kerja diskusi dan merancang rencana implementasi OBE, yang diterapkan program studi masing-masing.

Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil diskusi mereka, yang mencakup identifikasi hasil belajar yang diinginkan, strategi pembelajaran, dan metode evaluasi yang akan digunakan.

Kegiatan ini diakhiri dengan penyusunan rekomendasi untuk langkah-langkah selanjutnya dalam proses reorganisasi kurikulum di Universitas Mulia. Rekomendasi ini akan menjadi panduan bagi tim pengembang kurikulum dalam memperbaharui kurikulum agar lebih sesuai dengan pendekatan OBE.

Workshop Hari Kedua

Materi hari kedua diisi oleh Sutrisno, Ph.D, seorang akademisi dan praktisi yang memiliki pengalaman luas dalam penerapan metode pembelajaran berbasis proyek dan studi kasus.

Dalam workshop kali ini, ia memaparkan materi tentang Model Pembelajaran Berbasis Project Base Learning (PjBL) dan Case Method.

Sutrisno menekankan pentingnya kedua metode ini untuk mendorong mahasiswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Mahasiswa juga didorong untuk tergerak meningkatkan kemampuan analitis dan problem-solving yang sangat dibutuhkan di dunia kerja.

“Model pembelajaran seperti PjBL dan Case Method memungkinkan mahasiswa untuk belajar tidak hanya dari teori, tetapi juga dari pengalaman langsung menyelesaikan masalah-masalah nyata,” tutur Sutrisno.

Ketua Panitia Tina Tri Wulansari, S.Kom., M.T.I menambahkan, dirinya berharap pelaksanaan workshop merupakan langkah awal untuk melakukan perubahan positif dan lebih maju dalam penyusunan kurikulum di masa yang akan datang.

“Dengan penerapan OBE, PjBL, dan Case Method, kami yakin lulusan kami akan lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja dan masyarakat,” tutup Tina.

Reportase: Deddy Kurniawan
Editor: Subur Anugerah