“KKN adalah kristalisasi Tri Dharma—di sanalah pendidikan menemukan konteksnya, penelitian menemukan penerapannya, dan pengabdian menemukan maknanya.”
Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si

Humas Universitas Mulia, 24 Juni 2025 – Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., memberikan pembekalan inspiratif kepada ratusan mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan tajuk “Mahasiswa sebagai Agen Perubahan dalam Pemberdayaan Masyarakat”. Dalam orasinya yang bernuansa akademik dan sarat nilai transformatif, Prof. Ahsin menegaskan bahwa KKN bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi merupakan panggilan strategis untuk mengubah realitas sosial masyarakat dari level akar rumput.

“KKN adalah jembatan antara teori dan realitas; antara ruang kuliah dan kehidupan nyata. Di sinilah mahasiswa diuji: bukan hanya pengetahuannya, tetapi keberpihakannya,” ujar beliau.

Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. M. Ahsin Rifa’i, M.Si., bersama jajaran pimpinan dan para peserta KKN berfoto bersama usai acara pembukaan Pembekalan KKN Tahun 2025.

Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. M. Ahsin Rifa’i, M.Si., bersama jajaran pimpinan dan para peserta KKN berfoto bersama usai acara pembukaan Pembekalan KKN Tahun 2025.

Potret Nyata Tantangan Masyarakat

Prof. Ahsin memulai dengan memaparkan berbagai tantangan struktural yang masih membelenggu masyarakat Indonesia: angka kemiskinan yang masih menyentuh 25,9 juta jiwa, prevalensi stunting 21,6% pada balita, hingga ketimpangan infrastruktur pendidikan dan sanitasi dasar.

“Realitas ini harus kita hadapi, bukan hanya dengan rasa iba, tetapi dengan strategi, inovasi, dan keterlibatan langsung,” tegasnya.

Para peserta KKN Universitas Mulia menjalankan program pengabdian di Kelurahan Manggar dengan penuh semangat dan kolaborasi bersama masyarakat setempat.

KKN: Arena Integratif Tri Dharma Perguruan Tinggi

Sejak diperkenalkan pada 1971, KKN telah menjadi bentuk pengabdian wajib bagi mahasiswa Indonesia. Prof. Ahsin menekankan bahwa KKN adalah implementasi konkret dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian.

Mahasiswa bukan sekadar “tamu” di desa, melainkan subjek aktif yang menyatu dan bekerja bersama masyarakat. Mereka dituntut untuk hidup berdampingan, memahami konteks lokal, dan menjadi pemantik perubahan.

Mahasiswa sebagai Katalisator Perubahan Sosial

Dengan lebih dari 7 juta mahasiswa aktif di Indonesia, potensi kolektif mereka dinilai sangat besar untuk mentransformasi desa-desa menjadi pusat inovasi dan pemberdayaan. Mahasiswa, menurut Prof. Ahsin, membawa kekuatan pengetahuan, idealisme, kemampuan adaptif, serta semangat kolaboratif yang menjadi kunci penggerak perubahan.

Ia membagikan studi kasus inspiratif seperti program digitalisasi UMKM di Desa Suka Makmur yang berhasil meningkatkan omzet hingga 25%, dan pembangunan jamban komunal di Sleman yang menurunkan kasus diare balita hingga 40%.

Strategi Optimalisasi KKN: Survei, Sinergi, dan Solusi Nyata

Prof. Ahsin juga memaparkan berbagai strategi untuk meningkatkan efektivitas KKN: survei pra-penempatan, kolaborasi lintas sektor (termasuk LSM dan pemerintah), komunikasi yang membangun kepercayaan masyarakat, serta eksplorasi pendanaan eksternal yang bisa melipatgandakan dampak program.

“Keberhasilan program tidak hanya soal dana, tetapi terutama pada komunikasi dan empati. Mahasiswa harus hadir sebagai pendengar, bukan hanya penyuluh,” ujarnya.

Mengukuhkan Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan

Sebagai penutup, Prof. Ahsin menyerukan tiga seruan aksi:

  1. Bagi mahasiswa, manfaatkan KKN sebagai medan aktualisasi diri dan kontribusi nyata.

  2. Bagi universitas, perkuat peran institusi dalam memfasilitasi KKN sebagai pembelajaran kontekstual.

  3. Bagi pemerintah dan masyarakat, buka ruang kolaborasi dan sinergi yang berkelanjutan.

“KKN adalah investasi sosial jangka panjang. Dari situlah akan lahir pemimpin-pemimpin masa depan yang berempati, solutif, dan visioner,” tutupnya.

Humas UM (YMN)

“KKN bukan hanya tentang menyelesaikan kewajiban akademik, tetapi tentang merajut empati, membangun kolaborasi, dan menciptakan kebermanfaatan nyata bagi masyarakat.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., Rektor Universitas Mulia

Humas Universitas Mulia, 24 Juni 2025 – Sebagai wujud komitmen terhadap implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, Universitas Mulia menyelenggarakan kegiatan Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa Tahun Akademik 2024/2025. Acara yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo ini dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., dengan sambutan penuh makna yang menegaskan urgensi peran mahasiswa sebagai agen pengabdian sosial.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Sumardi, S.Kom., M.Kom., Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, dan Kaprodi Manajemen Dr. Pudjiati, S.E., M.M. berdiri di atas panggung saat menyanyikan Mars Universitas Mulia pada pembukaan kegiatan Pembekalan KKN Tahun Akademik 2024/2025.

Dalam sambutannya, Rektor menegaskan bahwa KKN bukan sekadar tugas akademik atau formalitas kelulusan, melainkan sebuah proses pembelajaran holistik yang mengasah kemampuan adaptasi, kepekaan sosial, dan kepemimpinan mahasiswa di tengah masyarakat.

“Saudara sekalian akan menjadi duta Universitas Mulia—mewakili nilai-nilai intelektual, integritas, dan inovasi yang kita tanamkan bersama selama perkuliahan,” tegas beliau.

Rektor menjabarkan bahwa pembekalan ini merupakan fase strategis untuk memperkuat pemahaman mahasiswa mengenai tugas, peran, etika, dan pendekatan sosial yang relevan. Ia mendorong peserta KKN untuk menyusun program kerja yang tidak hanya kontekstual dan relevan dengan kebutuhan masyarakat, namun juga memiliki keberlanjutan dampak setelah masa KKN berakhir.

Rektor Universitas Mulia Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si. secara resmi membuka kegiatan Pembekalan KKN melalui pidato akademik yang menekankan pentingnya integritas, kolaborasi, dan kebermanfaatan sosial mahasiswa di masyarakat.

Dalam pidato akademiknya, Rektor menyampaikan tiga poin utama yang harus menjadi prinsip kerja mahasiswa selama menjalankan KKN:

  1. Integritas dan Etika Personal – Mahasiswa diminta menjaga nama baik pribadi, keluarga, dan universitas melalui sikap santun dalam berpakaian, bersikap, dan berinteraksi dengan masyarakat.

  2. Kolaborasi dan Partisipasi Aktif – Mahasiswa harus melibatkan masyarakat secara langsung dalam seluruh proses kegiatan, menjadikan mereka subjek, bukan objek dalam pembangunan sosial.

  3. Kreativitas dan Kebermanfaatan Program – Mahasiswa diimbau untuk merancang program-program inovatif yang meskipun sederhana, mampu memberikan dampak nyata dan berkelanjutan bagi komunitas setempat.

Tak lupa, Rektor juga memberi pesan kepada para Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan tim LPPM untuk aktif memberikan pendampingan dan membuka ruang dialog dua arah yang mendorong terbentuknya inovasi sosial maupun penelitian terapan.

“Jadikan KKN ini bukan hanya sekadar catatan akademik, tetapi pengalaman hidup yang memperkaya perspektif, membentuk karakter, dan memantapkan komitmen Saudara sebagai insan akademik yang berpihak pada masyarakat,” ujar Prof. Ahsin menutup sambutannya.

Acara pembekalan KKN ini turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, Ketua LPPM, para Dosen Pembimbing Lapangan, serta panitia pelaksana dan ratusan mahasiswa dari berbagai program studi yang akan diterjunkan ke sejumlah wilayah mitra.

Suasana kegiatan pembekalan KKN Universitas Mulia. Para peserta terlihat antusias menyimak materi sebagai bekal sebelum diterjunkan ke lokasi pengabdian.

Dengan semangat integritas, kolaborasi, dan inovasi, Universitas Mulia kembali mengukuhkan peran strategisnya dalam mencetak generasi muda yang mampu menjawab tantangan zaman melalui kontribusi nyata di tengah masyarakat.

Humas UM (YMN)

“Inovasi bukan momen jenius yang datang sekali. Ia adalah proses yang konsisten, rendah hati, dan penuh rasa ingin tahu. Kamu tak perlu jadi yang paling pintar—cukup jadi yang paling tangguh dan mudah beradaptasi.”
Sanjith M. Gowda, Manajer R&D

Humas Uni versitas Mulia, 21 Juni 2025 – Dalam lanjutan program Business Coaching yang diinisiasi oleh UPT Inkubator Bisnis Universitas Mulia, hadir narasumber istimewa dari India, Sanjith M. Gowda, seorang R&D Manager dari perusahaan listrik ternama di negaranya. Dalam sesi wawancara eksklusif dengan Tim Humas UM sebelum acara, Sanjith membagikan pandangannya yang tajam dan reflektif mengenai inovasi dan peran pentingnya dalam dunia bisnis masa kini.

Menurutnya, inovasi bukan sekadar menciptakan sesuatu yang baru, tetapi bagaimana ide tersebut mampu menyelesaikan masalah nyata secara praktis dan bisa diterapkan dalam skala luas.

“Young entrepreneurs must shift from ‘cool idea’ thinking to ‘what problem am I truly solving?’” ujarnya, menekankan pentingnya empati dan ketekunan dalam berinovasi.

Saat ditanya tentang tahapan penting dalam mengubah ide menjadi produk siap pasar, ia menyebut lima tahap krusial: validasi masalah, desain konsep, uji prototipe, umpan balik pasar, dan rekayasa skalabilitas. Namun, ia menggarisbawahi satu kesalahan umum:

“Most innovators fail at underestimating iteration—they fall in love with version one and stop listening to the user.”

Berkarier di negara dengan populasi terbesar dan pasar yang sangat kompetitif, Sanjith menilai bahwa inovasi di India adalah soal bertahan hidup.

“Frugal innovation is a necessity, not a choice,” katanya. Dengan keterbatasan sumber daya dan ekspektasi tinggi, solusi yang bertahan adalah yang murah, andal, dan bisa disesuaikan.

Ia juga membagikan titik balik dalam kariernya saat timnya berhasil menghemat waktu dan biaya dengan mendesain ulang arsitektur modular untuk dua jenis kendaraan listrik yang berbeda. “That mindset shift was a game-changer,” ungkapnya.

Lebih jauh, ia mengajak mahasiswa untuk memandang R&D sebagai jantung dari kelangsungan hidup bisnis, bukan sekadar bagian eksperimental. Di negara berkembang seperti Indonesia, inovasi yang berkelanjutan adalah satu-satunya cara untuk tetap relevan.

“R&D isn’t an expense—it’s an investment in survival.”

Berbagai kesalahan umum dalam pengembangan produk juga diungkapnya secara lugas—mulai dari over-engineering, mengabaikan kebutuhan nyata, hingga kurangnya pengujian dan ketidaksiapan produksi massal.

Sanjith juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas bidang dan lintas budaya. “Some of the best solutions emerge when engineers talk to designers, marketers, even users from other countries.” Ia menyarankan mahasiswa untuk mengasah kemampuan mendengar, empati, dan kerja tim lintas latar belakang sejak dini.

Menutup wawancara, Sanjith menyampaikan pesan menyentuh untuk mahasiswa Indonesia:

“Don’t wait to be perfect—start small, fail fast, and listen harder. Innovation isn’t a lone genius moment. It’s a consistent, humble, curious process.”

Webinar ini menjadi panggung inspiratif bagi mahasiswa Universitas Mulia untuk tidak hanya menyerap wawasan global, tapi juga melatih keberanian, rasa ingin tahu, dan kemampuan adaptif—bekal utama dalam menaklukkan dunia inovasi masa depan.

Humas UM (YMN)

 

 

“Jika Indonesia ingin menjadi emas di 2045, maka mahasiswa harus menjadi bara yang menyalakan obor perubahan sejak sekarang.”— Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP

Humas Universitas Mulia, 18 Juni 2025 – Dalam Seminar Nasional yang menjadi bagian dari Kongres BEM Se-Kalimantan XII, Anggota DPR RI Dapil Kalimantan Timur sekaligus Ketua Komisi X, Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP, menyampaikan gagasan strategis tentang pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul sebagai fondasi utama menyongsong Indonesia Emas 2045.

Dalam paparannya yang berjudul “Membangun SDM Unggul Melalui Pendidikan”, Hetifah menekankan bahwa investasi terbaik bagi bangsa adalah membangun manusia yang berkarakter, adaptif, dan kontributif.

“Indonesia tidak akan sampai pada cita-cita Emas 2045 tanpa pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan merata. Mahasiswa hari ini harus menjadi aktor utama dalam transformasi itu,” ujar Hetifah di hadapan ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi se-Kalimantan.

Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP berdialog dengan para peserta Kongres BEM Se-Kalimantan XII di Universitas Mulia. Dalam sesi ini, Hetifah menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan keberanian mahasiswa menjadi katalis perubahan.

Tantangan Nyata Dunia Pendidikan

Hetifah memaparkan sejumlah tantangan besar yang masih membayangi dunia pendidikan di Indonesia, antara lain:

  • Kesenjangan kualitas antara daerah kota dan desa
  • Ketimpangan akses pendidikan
  • Minimnya literasi teknologi dan kepemimpinan partisipatif di kalangan muda

“Disparitas pendidikan ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal kompetensi tenaga pendidik, kurikulum yang belum kontekstual, serta budaya belajar yang belum merata,” tambahnya.

Mahasiswa Harus Jadi Katalis Perubahan

Dalam paparan visionernya, Hetifah mendorong mahasiswa untuk mengembangkan enam kompetensi utama:

  1. Problem solving kontekstual
  2. Kolaborasi lintas sektor
  3. Kewirausahaan sosial
  4. Literasi digital dan teknologi terapan
  5. Komunikasi dan kepemimpinan partisipatoris
  6. Adaptabilitas dan resiliensi sosial

Menurutnya, kompetensi-kompetensi ini bukan hanya penting untuk menghadapi dunia kerja, tapi juga untuk menjawab tantangan sosial di akar rumput.

Dengan penuh semangat, Hetifah menyampaikan materi bertajuk “Membangun SDM Unggul Menuju Indonesia Emas 2045” dalam Seminar Nasional BEM Se-Kalimantan. Ia menyoroti urgensi pendidikan yang inklusif dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Revisi UU Sisdiknas: Jalan Menuju Sistem Pendidikan Masa Depan

Hetifah juga menginformasikan bahwa saat ini Komisi X DPR RI tengah menyusun Revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). RUU ini diharapkan menjadi terobosan legislatif dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil, fleksibel, dan tanggap terhadap kebutuhan zaman.

“RUU Sisdiknas ini bukan sekadar reformasi regulasi, tapi juga bentuk tanggung jawab negara untuk menyiapkan generasi emas yang kompetitif secara global,” ujarnya tegas.

Mahasiswa, DPR, dan Masa Depan Bangsa

Di akhir paparannya, Hetifah mengajak mahasiswa untuk menjalin sinergi strategis dengan para pemangku kebijakan.

“Perubahan tidak datang dari ruang tunggu. Mari bersama-sama, mahasiswa dan legislator, menyusun peta jalan menuju Indonesia yang inklusif, maju, dan berdaya,” tutup Hetifah yang juga aktif sebagai Ketua Umum KPPG dan anggota Majelis Wali Amanat UPI.

Humas UM (YMN)

 

 

“Kesempatan ini sangat langka. Mereka yang sukses adalah yang tak pernah melewatkan kesempatan sekecil apa pun itu yang dapat memberikan manfaat untuk masa depan mereka.”
— Dr. Linda Fauziyah Ariyani, Kepala UPT Inkubator Bisnis UM

Humas Universitas Mulia, 16 Juni 2025 – Universitas Mulia kembai akan menghadirkan program unggulan melalui UPT Inkubator Bisnis, berupa kegiatan business coaching bertaraf internasional. Bertajuk “The Future is Now: Real Stories, Real Innovations, Real Impact”, webinar ini menjadi agenda rutin yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan mahasiswa, khususnya dalam bidang inovasi produk.

Yang membedakan webinar kali ini dengan sesi sebelumnya adalah kehadiran narasumber dari luar negeri untuk pertama kalinya. “Ini pertama kalinya inkubator bisnis menghadirkan pemateri dari luar negeri,” ungkap Dr. Linda Fauziyah Ariyani, moderator sekaligus dosen Universitas Mulia.

Pemateri yang diundang adalah Sanjith M. Gowda, M.Tech, Manager R&D dari salah satu perusahaan listrik terkemuka di India. Dr. Linda mengisahkan awal pertemuan mereka, “Mr. Sanjith ini saya kenal 3 tahun yang lalu saat jadi presenter pemakalah terbaik di ICSINTESA yang diadakan Universitas Mulia. Kami terus menjalin komunikasi. Dalam waktu singkat itu, dia telah berhasil menjadi R&D Manager dan baru saja launching produk baru.” Koneksi profesional yang terjalin melalui pesan singkat kembali mempertemukan mereka dalam semangat berbagi inovasi.

Webinar ini dirancang agar mahasiswa memperoleh pengalaman belajar langsung dari praktisi internasional. “Peserta bisa mendapatkan insight baru dari praktisi di India, negara dengan populasi terbanyak di dunia dan persaingan bisnis yang sangat ketat. Wawasan menjadi lebih luas, tidak terbatas pada lingkungan sekitar saja,” jelas Dr. Linda.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa inovasi sangat penting untuk business sustainability. “Kemampuan berinovasi perlu dilatih sejak dini di dalam kampus,” ujarnya. Tak hanya dalam ranah bisnis, menurutnya inovasi juga penting dalam pengembangan karir pribadi agar mampu menjawab tantangan zaman.

Dr. Linda juga menegaskan bahwa kegiatan ini membuka peluang kolaborasi global. “Peserta bisa interaksi langsung dan terhubung dengan pemateri. Mereka bisa terus berinteraksi lewat sosial media,” katanya.

Tak sekadar menambah wawasan, webinar ini juga diharapkan menjadi latihan kepercayaan diri dan penguasaan bahasa Inggris mahasiswa. “Harapannya, mahasiswa terbiasa untuk terlibat dan tampil percaya diri dalam berbagai event antarnegara,” lanjutnya.

Dalam berbagai perkuliahan, Dr. Linda mengaku selalu menyelipkan kisah-kisah inspiratif, termasuk dari pengusaha sukses Indonesia. Namun kali ini, ia ingin mahasiswa belajar langsung dari tokoh inspiratif luar negeri. “Saya ingin menghadirkan langsung success story dari praktisi luar negeri,” katanya.

Dengan menghadirkan langsung praktisi internasional yang telah berhasil menciptakan inovasi nyata di tengah ketatnya persaingan industri global, webinar ini menjadi momentum yang sayang untuk dilewatkan. Mahasiswa Universitas Mulia tak hanya diajak mendengar cerita sukses, tetapi juga diberi ruang untuk terhubung, bertanya, dan menyerap wawasan baru yang bisa jadi titik awal perjalanan inovasi mereka sendiri. Inilah kesempatan untuk melampaui batas kelas dan memperluas cakrawala, langsung dari tangan pertama yang telah membuktikannya.

Humas UM (YMN)

Dr. Agung Sakti Pribadi (tengah) bersama Syamsidar Sutan Malim Polawan dari UMKT, Dr. rer.nat Jamaluddin, S.Si., M.Eng dari STT Migas, dan Ketua BWF Eko Prasetyo Setiadi. Foto: SA/Kontributor

UM – Krisis air bersih di Balikpapan bukan lagi sekadar persoalan teknis atau lingkungan, melainkan sebuah isu kompleks yang terjerat dalam benang kusut birokrasi, ego sektoral, dan bahkan dugaan praktik “biaya siluman”.

Hal ini terungkap dalam sebuah diskusi mendalam yang menjadi titik awal sebuah inisiatif besar dari Balikpapan Water Forum (BWF), sebuah forum yang beranggotakan para akademisi dan praktisi peduli air, yang berlangsung di Kampus Universitas Mulia, Rabu (11/6).

Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga, yang juga akademisi di bidang hukum di Universitas Mulia ini memimpin jalannya diskusi. Turut hadir Wali Kota Balikpapan dua periode 2011-2021 H. Rizal Effendi beserta para akademisi dari tiga universitas di Kalimantan Timur dan Ketua BWF Eko Prasetyo Setiadi.

Para akademisi antara lain Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I. dari Universitas Mulia, Endy Mukhlis Syuhada dan Syamsidar Sutan Malim Polawan, S.T., M.T. dari Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) serta Ir. Hamriani Ryka, S.T., M.T dan Dr. rer.nat Jamaluddin, S.Si., M.Eng dari STT Migas Balikpapan. Turut hadir Budi Saputro, Tatang Setyawan, dan Zaenal Abidin.

Gerakan intelektual ini tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi telah merumuskan sebuah peta jalan penelitian komprehensif untuk memetakan potensi air tanah Balikpapan.

Tujuannya adalah untuk memberikan solusi berbasis data yang akurat, melampaui kebuntuan yang selama ini menghambat penyelesaian masalah air di kota minyak ini.

H. Rizal Effendi bersama dua peneliti dari UMKT, Endy Mukhlis Syuhada dan Syamsidar Sutan Malim Polawan. Foto: SA/Kontributor

H. Rizal Effendi bersama dua akademisi dan peneliti dari UMKT, Endy Mukhlis Syuhada dan Syamsidar Sutan Malim Polawan. Foto: SA/Kontributor

Ir. Hamriani Ryka, S.T., M.T dari STT Migas (berkerudung) saat berdiskusi. Foto: SA/Kontributor

Ir. Hamriani Ryka, S.T., M.T peneliti dari STT Migas (berkerudung) saat berdiskusi. Foto: SA/Kontributor

Suara Kritis dari Lapangan

Pengalaman pahit di lapangan menjadi bukti nyata adanya hambatan non-teknis yang selama ini melumpuhkan berbagai upaya solusi. Rizal Effendi secara terbuka menyuarakan adanya praktik pungutan liar yang menjadi momok bagi setiap proyek strategis.

“Ini bukan cerita baru. Proyek belum dimulai, tapi sudah ada yang meminta kutipan. Praktik seperti ini menjadi salah satu penghambat utama mengapa solusi-solusi besar tidak pernah berjalan mulus,” tutur Rizal Effendi.

Persoalan semakin pelik ketika para akademisi dihadapkan pada sulitnya mengakses data yang seharusnya menjadi milik publik.

Hamriani, seorang akademisi dengan pengalaman riset air tanah sejak 2013, membeberkan bagaimana data krusial justru “dirahasiakan” oleh instansi-instansi tertentu.

“Data itu ada, Pak. Saya tahu, saya pernah melihatnya secara fisik. Tapi ketika kita sebagai akademisi memintanya untuk penelitian, data itu menjadi rahasia. Ada dugaan kuat ini terkait dengan anggaran di baliknya, sehingga mereka enggan data itu terekspos,” katanya.

Menurutnya, data yang seharusnya bisa menjadi dasar untuk analisis ilmiah dan pengambilan kebijakan yang tepat, justru terperangkap dalam ego sektoral dan ketakutan akan audit.

“Niat kita murni untuk mencari solusi, tapi ada pihak yang melihatnya dari sudut pandang yang berbeda,” tambah Hamriani.

Inisiatif Akademisi Membangun Peta Jalan dari Nol

Menghadapi kebuntuan ini, BWF yang terdiri dari para ahli dari berbagai perguruan tinggi dan disiplin ilmu memutuskan untuk tidak tinggal diam. Mereka menginisiasi sebuah penelitian besar yang akan memetakan potensi air tanah Balikpapan secara komprehensif.

“Kita harus mulai bergerak. Inisiatif kolaboratif dari tiga perguruan tinggi ini diharapkan bisa menghasilkan data yang valid dan menjadi dasar pengambilan kebijakan. Ini bukan hal baru, tapi yang membuat penelitian ini baru adalah pendekatannya yang komprehensif,” tutur Dr. Agung.

Fokus utama penelitian ini adalah melakukan pemetaan air tanah secara detail di wilayah Balikpapan Utara dan Timur, dua area yang masih memiliki potensi pengembangan.

Penelitian ini tidak akan dimulai dari nol, melainkan akan mengintegrasikan data-data sekunder yang sudah ada dengan data primer yang akan diambil langsung di lapangan.

Pendekatan Ilmiah dan Harapan ke Depan

Eko Prasetyo Setiadi mengatakan, secara teknis penelitian menekankan pentingnya pendekatan berbasis data yang akurat. Salah satu tantangan utama adalah perubahan topografi Balikpapan yang sangat cepat akibat pembangunan masif.

“Data topografi yang kita miliki mungkin sudah tidak relevan karena pembangunan yang masif. Oleh karena itu, kita perlu meng-update data ini dengan teknologi modern,” ujar Eko.

Lebih lanjut, Yusuf Wibisono menyoroti pentingnya mendata sumur-sumur warga yang ada sebagai langkah awal yang krusial.

“Sebelum melakukan pengukuran, kita harus punya data dulu, berapa banyak data sumur yang ada. Ini adalah langkah dasar yang tidak bisa dilewatkan,” tuturnya.

Dengan mengkombinasikan berbagai metode, mulai dari pengumpulan data sekunder, pemetaan topografi, analisis geologi, hingga pengukuran geolistrik, tim ini berharap dapat menciptakan peta potensi air tanah yang komprehensif.

Inisiatif dari para akademisi ini bukan hanya sekadar proyek penelitian, tetapi sebuah gerakan moral untuk mengatasi masalah publik yang telah berlarut-larut.

Dengan data yang kuat dan transparan, mereka berharap dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang tidak bisa lagi diabaikan, demi masa depan air yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Balikpapan.

(SA/Kontributor)

Henny Oktapia (paling kiri) dalam peresmian Mulia Press, (18/10/2024). Foto: dok. Media Kreatif

Humas Universitas Mulia, 10 Juni 2025 – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, (LPPM) Universitas Mulia menyelenggarakan Bimbingan Teknis (BIMTEK) Penyusunan Proposal Program Kosabangsa sebagai upaya mendorong keterlibatan aktif dosen dalam pengabdian kepada masyarakat berbasis teknologi dan inovasi.

Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) merupakan program pengabdian nasional dari Ditjen Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditjen Risbang) melalui DPPM. Program ini mengutamakan kolaborasi antarperguruan tinggi untuk menyelesaikan persoalan strategis di masyarakat berbasis inovasi. Tahun ini, pendanaan yang disediakan mencapai Rp300 juta per proposal.

Sekretaris LPPM Universitas Mulia, Henny Okta Piyani, S.E., M.Ak. menjelaskan bahwa keterlibatan kampus dalam Program Kosabangsa merupakan bentuk tanggung jawab moral dan ilmiah sebagai perguruan tinggi berbasis teknologi di Kalimantan Timur. “Keikutsertaan Universitas Mulia menunjukkan komitmen dalam menyelesaikan persoalan riil di masyarakat sekaligus meningkatkan positioning kampus dalam peta pengabdian nasional,” ujarnya.

Lebih lanjut, LPPM memandang Kosabangsa sebagai peluang strategis untuk membuka ruang kolaborasi dosen dengan mitra eksternal, mendorong keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian, serta menghasilkan luaran berupa inovasi sosial maupun teknologi tepat guna.

Pemetaan Potensi Dosen dan Strategi Pendampingan Proposal

Sebagai bentuk fasilitasi internal, LPPM Universitas Mulia menyelenggarakan BIMTEK proposal sebagai forum diskusi dan klinik proposal. “Melalui BIMTEK ini, kami ingin mendorong dosen untuk mengusulkan ide-ide sesuai potensi mitra dan daerah binaan mereka,” jelasnya. Pendekatan ini dinilai penting agar proposal yang disusun lebih terarah dan kompetitif.

Pemetaan dosen dilakukan berdasarkan bidang kepakaran dan relevansi program studi terhadap isu lokal. LPPM juga mengidentifikasi program studi strategis serta menjalin komunikasi aktif dengan perguruan tinggi mitra, baik di lingkungan LLDIKTI maupun nasional, termasuk melalui forum LPPM se-Kalimantan.

Dari sisi pendampingan, LPPM menyiapkan mekanisme berjenjang mulai dari pelatihan teknis hingga menghadirkan narasumber berpengalaman. “Dalam BIMTEK ini, kami hadirkan narasumber yang memahami pedoman terbaru, struktur proposal, serta contoh proposal yang telah lolos, agar dosen mendapatkan gambaran konkret,” ungkapnya.

Penguatan Jejaring Mitra Eksternal

Dukungan terhadap program Kosabangsa juga diperkuat melalui jejaring kemitraan. LPPM bersama seluruh fakultas dan program studi telah membangun kerja sama, baik formal maupun informal, dengan pemerintah daerah, UMKM, startup lokal, sekolah, dan komunitas.

“Kami tidak sekadar menjalin kemitraan simbolis, tetapi sudah menjadikannya bagian dari aktivitas nyata seperti pengabdian, MBKM, dan kini disiapkan untuk mendukung proposal Kosabangsa yang kontekstual dan berdampak,” tegas Sekretaris LPPM.

Tantangan dan Antisipasi di Lapangan

Dalam pelaksanaannya, pengabdian berbasis teknologi diakui tidak lepas dari tantangan. Di antaranya adalah kesenjangan literasi digital mitra, hambatan administratif, lemahnya dokumentasi luaran teknologi, serta kesulitan menjaga keberlanjutan program.

Untuk itu, LPPM menyusun strategi antisipatif, antara lain melalui pendekatan kolaboratif sejak tahap perencanaan, penyusunan proposal yang berbasis kebutuhan riil, serta pendampingan berkelanjutan kepada mitra.

“Program Kosabangsa bukan sekadar pengabdian biasa, tetapi bentuk gotong royong keilmuan dalam menyelesaikan persoalan masyarakat secara sistemik,” tutupnya.

Humas UM (YMN)

 

Humas Universitas Mulia, 8 Juni 2025— Rektor Universitas Mulia (UM) Balikpapan, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, bersama Wakil Rektor II Bidang Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., dan Direktur Eksekutif Badan Pengurus Harian Yayasan Airlangga, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H., turut serta dalam ajang International Industrial Week (IIW) 2025 yang berlangsung pada 4–7 Juni di JIExpo Kemayoran, Jakarta.

Dalam rombongan tersebut, juga hadir tokoh masyarakat Balikpapan H. Rizal Effendi, S.E., yang juga mantan Wali Kota Balikpapan dua periode (2011–2021).

IIW 2025 menjadi platform penting bagi pelaku industri manufaktur, logistik, pengemasan, dan percetakan untuk memperkenalkan inovasi, memperluas jaringan bisnis, dan memperkuat kerja sama lintas sektoral. Acara ini menghadirkan ratusan peserta dari dalam dan luar negeri, serta beragam program pendukung seperti forum bisnis, business matching, seminar industri, dan demonstrasi teknologi baru. Peserta terbesar berasal dari China, yang menunjukkan strategi ekspansi manufaktur ke pasar Indonesia.

Kehadiran tokoh-tokoh dari Universitas Mulia dan mantan Wali Kota Balikpapan ini menegaskan komitmen lembaga pendidikan dan tokoh daerah dalam mendukung pengembangan sumber daya manusia dan inovasi teknologi industri di tingkat nasional.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi artikel lengkapnya di: https://rizaleffendi.id/2025/06/08/ada-kuaci-china-di-iiw/

 

Humas UM (YMN)

“Qurban bukan sekadar ritual, tapi media pendidikan nilai multidimensi yang membentuk insan cerdas secara intelektual, sosial, emosional, dan spiritual.”
— Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.T.

Humas Universitas Mulia, 5 Juni 2025 — Universitas Mulia terus menguatkan komitmennya dalam membentuk karakter religius dan humanis sivitas akademikanya melalui pelaksanaan ibadah qurban di lingkungan kampus. Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, menyampaikan bahwa kegiatan qurban bukan sekadar ritual keagamaan tahunan, tetapi memiliki nilai edukatif yang mendalam serta relevansi strategis dalam pengembangan karakter mahasiswa dan dosen di era pendidikan tinggi berbasis technopreneurship.

“Dengan melibatkan sivitas akademika dalam qurban, kita membangun kampus sebagai pusat pembinaan karakter religius yang sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.” — Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.T.

“Ibadah qurban mengandung nilai pengorbanan, ketulusan, dan ketaatan kepada Allah SWT. Dengan melibatkan sivitas akademika dalam kegiatan ini, kampus dapat menjadi tempat pembinaan karakter religius yang sejalan dengan pendidikan nilai dan moral dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi,” tutur Prof. Ahsin.

Ia menekankan bahwa nilai-nilai pendidikan yang terinternalisasi dalam kegiatan qurban sangat selaras dengan misi Universitas Mulia. Beberapa nilai yang dapat ditanamkan antara lain ketakwaan, keikhlasan, kepedulian sosial, tanggung jawab, profesionalisme, dan refleksi diri. Menurutnya, qurban adalah media pendidikan multidimensi yang sangat relevan dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional, sosial, dan spiritual.

“Kegiatan ini harus menjadi bagian dari budaya kampus. Nilai-nilai religius, sosial, dan edukatif dari qurban dapat diintegrasikan dengan visi Universitas Mulia sebagai perguruan tinggi yang humanis, technopreneurial, dan berkontribusi pada masyarakat,” lanjutnya.

Rektor juga mencermati bahwa tradisi berqurban telah tumbuh sejak masa STMIK-STIKOM, jauh sebelum merger menjadi Universitas Mulia. Hal ini, menurutnya, merupakan bukti nyata bahwa nilai-nilai ketakwaan telah tertanam dan dijaga secara istiqomah oleh warga kampus selama bertahun-tahun.

“Meskipun kami perguruan tinggi berbasis technopreneurship, nilai kemanusiaan tetap menjadi pijakan. Qurban menanamkan hati nurani dalam ekosistem teknologi.” — Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.T.

Ke depan, Prof. Ahsin berharap agar pelaksanaan qurban melibatkan mahasiswa dan masyarakat secara lebih luas. Pelibatan ini tidak hanya memperluas manfaat sosial kegiatan, tetapi juga memperkuat peran kampus sebagai pusat pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat.

“Meskipun Universitas Mulia berfokus pada technopreneurship dan teknologi, kami tetap mengedepankan pembangunan karakter. Qurban adalah momen penting yang dapat membentuk lulusan yang tidak hanya cakap secara teknologi, tetapi juga memiliki hati nurani dan empati sosial yang kuat,” pungkasnya.

Dengan menjadikan qurban sebagai bagian dari tradisi kampus, Universitas Mulia menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya mencetak insan cerdas secara akademik, tetapi juga mendidik manusia seutuhnya—yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan spiritualitas di tengah kemajuan teknologi.

Humas UM (YMN)

“Pelibatan mahasiswa dan masyarakat dalam qurban memperluas dampak sosial kampus dan memperkuat fungsinya sebagai pusat pembelajaran dan pengabdian.” — Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.T.

Humas Universitas Mulia, 5 Juni 2025—Dalam semangat kebersamaan dan ketulusan, segenap civitas akademika Universitas Mulia menyampaikan Selamat Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1446 H. Momentum Idul Adha bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga panggilan nurani untuk meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan kesabaran Nabi Ismail AS dalam menjalankan perintah Ilahi.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., bersama para Wakil Rektor—Wisnu Hera Pamungkas, S.TP., M.Eng., Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., dan Sumardi, S.Kom., M.Kom.—mengajak seluruh keluarga besar Universitas Mulia untuk menjadikan Idul Adha sebagai momentum memperkuat nilai-nilai pengabdian, solidaritas, dan kepedulian sosial.

Melalui ibadah kurban, mari kita tanamkan semangat berbagi, memperkuat jiwa empati, dan menumbuhkan kesadaran kolektif untuk terus menebar manfaat—baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam dunia pendidikan.

Selamat Hari Raya Idul Adha.
Semoga setiap tetes pengorbanan kita menjadi amal yang diberkahi dan membawa kedamaian bagi sesama.

Humas UM (YMN)