Tausiyah Ramadan: Makna Rukun dan Syarat Wajib Puasa Ramadan

Dr. Sudarmo (tengah) bersama Dr. Agung Sakti Pribadi (kiri) dan Drs. Akhmad Priyanto sedang membuka acara, Selasa (4/3). Foto: Anshar

UM – Universitas Mulia menggelar tausiyah Ramadan yang disampaikan oleh Dr. Sudarmo di Ruang Eksekutif kampus pada Selasa (4/3/2025). Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga, Dr. Agung Sakti Pribadi beserta jajaran dan akademisi lainnya.

Menurut Drs. H. Akhmad Priyanto, koordinator kegiatan mengatakan bahwa kegiatan ini bagian dari pelaksanaan program Amaliah Ramadan, yang dijadwalkan digelar setiap Senin hingga Kamis pukul 11.00 – 12.00 WITA.

Adapun pengisi amaliah Ramadan oleh 15 narasumber berdasarkan jadwal yang telah disusun, mulai Selasa (4/3) dan berakhir Kamis (27/3) mendatang. Seluruh narasumber merupakan sivitas akademika Universitas Mulia.

Pada hari pertama Amaliah Ramadan, Dr. Sudarmo membahas tentang Rukun dan Syarat Wajib Puasa Ramadan yang Penuh Makna dalam Kehidupan.

Dalam tausiyahnya, Dr. Sudarmo menekankan pentingnya memahami esensi puasa. Puasa tidak hanya sebagai kewajiban ibadah, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas spiritual dan moral.

Puasa itu Perintah Allah bagi Orang Beriman

Dr. Sudarmo mengawali tausiyah dengan mengutip Surat Al-Baqarah ayat 183, yang menegaskan kewajiban berpuasa bagi umat Islam:

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga latihan spiritual yang bertujuan membentuk pribadi bertakwa.

Dengan memahami rukun dan syarat wajib puasa, seorang Muslim dapat menjalankan ibadah ini dengan lebih baik dan mendapatkan manfaat maksimal dari Ramadan.

Para peserta tausiyah Ramadan yang digelar Universitas Mulia. Foto: Akhmad Priyanto

Para peserta tausiyah Ramadan yang digelar Universitas Mulia. Foto: Akhmad Priyanto

Rukun Puasa adalah Unsur Utama dalam Pelaksanaan Puasa

Dr. Sudarmo menjelaskan bahwa rukun puasa adalah elemen fundamental yang harus dipenuhi agar puasa seseorang dianggap sah. Dua rukun utama dalam ibadah puasa adalah:

1. Niat Puasa

Niat merupakan bagian esensial dalam ibadah puasa. Tanpa niat, puasa dianggap tidak sah. Niat dapat diucapkan atau cukup di dalam hati sebelum waktu fajar tiba. Berikut adalah lafal niat puasa yang dianjurkan:

Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadhana hadzihis sanati lillahi ta’ala.”

Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta’ala.”

Niat ini dapat dibaca mulai dari malam hari hingga sebelum waktu imsak, beberapa menit sebelum azan Subuh berkumandang.

2. Menahan Diri dari Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Rukun kedua adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 187:

Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam.

Selain menahan makan dan minum, seorang Muslim juga harus menjaga diri dari perkataan dusta, ghibah (menggunjing), perbuatan maksiat, serta emosi yang tidak terkendali, karena dapat mengurangi pahala puasa.

Syarat Wajib Puasa, Kriteria Bagi yang Wajib Berpuasa

Selain memenuhi rukun puasa, seorang Muslim harus memenuhi syarat wajib puasa agar ibadahnya sah. Dr. Sudarmo merinci beberapa syarat utama:

  1. Beragama Islam. Puasa Ramadan hanya diwajibkan bagi umat Islam.
  2. Balig (Dewasa). Puasa diwajibkan bagi mereka yang telah mencapai pubertas.
  3. Berakal Sehat. Orang yang tidak sadar (pingsan, mabuk, atau mengalami gangguan mental) tidak diwajibkan berpuasa.
  4. Mampu Berpuasa. Orang yang sakit berat, lanjut usia, ibu hamil, menyusui, atau mengalami kondisi yang membahayakan kesehatannya diperbolehkan mengganti puasanya dengan fidyah atau puasa di hari lain.
  5. Tidak dalam Perjalanan Jauh (Musafir). Orang yang sedang melakukan perjalanan jauh diperbolehkan berbuka dan mengganti puasanya di lain waktu.
  6. Tidak dalam Masa Haid atau Nifas. Wanita yang sedang menstruasi atau dalam masa nifas dilarang berpuasa, tetapi wajib menggantinya di hari lain.

Puasa dan Hakikat Kehidupan

Dr. Sudarmo juga mengaitkan ibadah puasa dengan persiapan menghadapi kematian dan kehidupan di alam kubur. Ia mengutip sabda Rasulullah HR. At-Tirmidzi yang berbunyi:

Kuburan adalah salah satu taman dari taman-taman surga atau salah satu lubang dari lubang-lubang neraka.

Dr. Sudarmo kemudian menukil dari kitab Daqoiqul Akhbar, yakni kitab yang membahas berbagai informasi gaib yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Kitab ini ditulis oleh Syekh Abdurrahman bin Ahmad al-Qadhi.

Dalam kitab tersebut, dijelaskan bagaimana kuburan menyeru kepada manusia sebanyak lima kali sehari untuk mengingatkan agar bersiap menghadapi kehidupan setelah mati.

Berikut lima seruan kubur dan cara menjawabnya:

  1. Saya adalah rumah kesendirian.” Maka, bawalah teman dari dunia dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an.
  2. Saya adalah rumah kegelapan.” Maka, bawalah cahaya dengan mendirikan sholat malam.
  3. Saya adalah rumah tanah.” Maka, bawalah alas tidur dengan memperbanyak amal saleh.
  4. Saya adalah rumah penuh binatang buas.” Maka, bawalah perisai dengan membaca Basmalah.
  5. Saya adalah rumah pertanyaan Munkar dan Nakir.” Maka, perbanyak membaca Tahlil (Laa Ilaha Illallah Muhammadur Rasulullah) agar bisa menjawab pertanyaan malaikat.

Sebagai penutup, Dr. Sudarmo menekankan bahwa puasa Ramadan bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga latihan spiritual untuk mencapai ketakwaan. Ia mengajak jamaah untuk memanfaatkan bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan kesungguhan.

Semoga kita semua menjalankan ibadah puasa dengan kesadaran penuh, mengharap pahala dari Allah, dan meraih derajat takwa sebagaimana janji-Nya dalam Al-Qur’an,” tutupnya.

(SA/Kontributor)