Implementasi Kurikulum Merdeka PG AUD, Rektor Berpesan Guru Lebih Banyak Bersabar
UM – Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PG AUD) Fakultas Humaniora dan Kesehatan menggelar Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka. Sebagai narasumber, Rika Amelia, SE., M.Pd selaku assessor Badan Akreditasi Nasional (BAN) PAUD dan Instruktur Nasional Kurikulum Merdeka AUD. Pelatihan digelar di Ruang Eksekutif White Campus Universitas Mulia, Sabtu (10/9).
Pelatihan dibuka langsung oleh Rektor Dr. Muhammad Rusli, M.T yang juga berlatar belakang Doktor Pendidikan. “Saya biasanya mengajar dosen, tapi di sini saya bertemu dengan ibu bapak guru dan kepala sekolah, PAUD lagi,” tuturnya mengawali sambutan.
Menurut Rektor, dalam pembelajaran ada faktor psikologis yang harus diperhatikan di setiap level pembelajaran. “Mengajar mahasiswa bagaimana, SMA bagaimana, SMP bagaimana, SD, sampai ujian. Bukan main. Saya mendapat ilmu psikologi tentang pembelajaran,” ungkap Rektor.
Rektor menerangkan, semakin levelnya ke bawah, maka pembelajaran dilaksanakan secara perlahan, namun disampaikan dengan sangat jelas. “Saya yakin kalau ibu-ibu itu sudah biasa,” tuturnya.
Rektor cukup memahami bagaimana pembelajaran yang berlangsung di tingkat Anak Usia Dini. Seorang guru dituntut untuk selalu banyak bersabar dalam menghadapi anak-anak usia dini yang berbeda-beda secara psikologi dan karakternya.
Berbeda pada pembelajaran level paling tinggi, misalnya, di tingkat doktoral. “Profesor duduk di depan, kemudian senyum-senyum, nulis bukunya diktat, silakan dibaca literaturnya, dua minggu lagi buat ringkasannya. Enak, Profesornya pelan-pelan, (tapi) mahasiswanya kelimpungan,” tuturnya sembari tertawa.
Oleh karena itu, Rektor berpesan kepada para guru anak usia dini agar dalam melaksanakan pembelajaran para guru lebih meningkatkan kesabaran, penuh ketelatenan dan penuh penjelasan yang lebih detail.
Rektor memiliki pandangan yang cukup membuka wawasan para peserta pelatihan Kurikulum Merdeka. “Sebenarnya kurikulum itu seperti resep masakan. Jadi kalau mau masak Nasi Goreng, Nasi Padang, itu pasti ada resepnya. Nah, kalau Kurikulum Merdeka itu seperti resep Nasi Padang Merdeka, itu seperti apa?” tanya Rektor kepada para peserta disambut dengan tertawa.
“Nasi Padangnya sama, cuma di sini lebih banyak variasi. Pada intinya sama, substansinya sama, namun di sini ada istilah Merdeka yang tergantung situasi kondisi setempat, budaya juga beda, kearifan lokal, banyak aspek yang harus dipertimbangkan untuk Merdeka,” tutur Rektor panjang lebar.
Oleh karena itu, Rektor berharap pada pelatihan tersebut apa yang disampaikan narasumber benar-benar dapat dipahami peserta dan dapat diimplementasikan. “Salah satu ciri pengajar itu Bapak Ibu, begitu mau menyampaikan, itu harus tepat. Nah, begitu tadi ada kesalahan, saya langsung perbaiki,” tuturnya. Baginya, seorang guru tidak boleh mengulangi kesalahan yang kedua kalinya.
Sementara itu, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Anak Usia Dini Drs. Suprijadi, M.Pd mengatakan bahwa pelatihan diselenggarakan untuk menindaklanjuti SK Mendikbudristek nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.
“Khususnya implementasi Kurikulum Merdeka yang mulai berlaku tahun pelajaran 2022/2023,” tutur Suprijadi.
Pelatihan seluruhnya diikuti 38 mahasiswa dari Prodi PG AUD. Dengan rincian tahun masuk 2019 sebanyak 23 orang mahasiswa dan 15 orang mahasiswa 2020.
(SA/Puskomjar)