Tag Archive for: Kosabangsa

“Sehebat apa pun proposal Kosabangsa disusun, tanpa pendamping yang hadir penuh, program hanya akan berhenti di rencana — bukan di hasil nyata. Pendamping bukan sekadar pengawas, tetapi ruh yang menjaga program tetap hidup di lapangan, menjembatani gagasan dan realitas. Sebab pada akhirnya, kualitas pendampinglah yang menentukan seberapa jauh program memberi dampak; tanpa integritas dan kepedulian, pendamping hanya akan menjadi formalitas yang kehilangan makna.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si.

Humas Universitas Mulia, 30 Juni 2025 — Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menekankan pentingnya peran pendamping dalam mendukung kelancaran pelaksanaan Program Kosabangsa. Hal tersebut disampaikan dalam sesi “Panduan Pendamping Kosabangsa 2025” yang diikuti para dosen dan mitra pendamping di lingkungan Universitas Mulia.

Dalam paparannya, Prof. Ahsin menyoroti bahwa pendamping bukan hanya bertugas mengawasi, tetapi juga berperan sebagai penghubung, fasilitator, sekaligus katalisator agar program Kosabangsa dapat berjalan optimal di lapangan.

Beliau menjelaskan, pendamping harus memahami betul isi proposal, tujuan program, serta dinamika mitra di daerah. Dengan demikian, pendamping dapat membantu memastikan implementasi di lapangan tetap sesuai rencana dan sasaran luaran dapat dicapai.

“Jangan sampai pendamping hanya hadir di atas kertas. Mereka harus hadir mendampingi proses, memecahkan masalah, dan menjadi jembatan komunikasi antara tim pelaksana, mitra, dan pemerintah daerah,” ujar Prof. Ahsin.

Lebih lanjut, beliau juga menekankan pentingnya integritas dan profesionalisme para pendamping. Menurutnya, keberhasilan program Kosabangsa sangat bergantung pada kualitas pendampingan di setiap tahap pelaksanaan.

Beliau mendorong para dosen untuk berperan aktif menjadi pendamping yang responsif, adaptif, dan solutif. Dengan demikian, program yang dijalankan tidak hanya bersifat formalitas, tetapi benar-benar berdampak nyata pada mitra dan masyarakat.

Melalui panduan ini, Prof. Ahsin berharap para pendamping Kosabangsa di Universitas Mulia dapat menjadi motor penggerak keberhasilan program sekaligus agen penguatan sinergi antara kampus, mitra, dan pemerintah daerah.

Humas UM (YMN)

 

“Menulis proposal Kosabangsa bukan sekadar memenuhi administrasi hibah, tapi merancang solusi nyata yang bisa diukur manfaatnya di masyarakat.”
— Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si.

 

Humas Universitas Mulia, 30 Juni 2025 — Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si., menjadi narasumber dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan Proposal Kosabangsa 2025. Dalam materinya, beliau menekankan pentingnya strategi dan kualitas proposal agar program Kosabangsa benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat.

Dalam webinar yang digelar oleh LPPM Universitas Mulia ini pada 11 Juni 2025 yang lalu, Prof. Ahsin menjelaskan secara rinci prinsip, mekanisme, serta strategi praktis dalam penyusunan proposal Kosabangsa. Beliau menyoroti bahwa program Kosabangsa merupakan jembatan kolaborasi antara perguruan tinggi dan mitra di daerah, dengan fokus pada penyelesaian masalah riil melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Proposal harus mampu memetakan masalah secara jelas, menetapkan mitra yang tepat, serta merancang luaran yang terukur. Kualitas proposal sangat menentukan keberhasilan program di lapangan,” tegas Prof. Ahsin.

Selain itu, beliau juga memaparkan beberapa tahapan penting yang wajib diperhatikan oleh para dosen penyusun proposal. Mulai dari identifikasi kebutuhan mitra, penajaman desain program, penyusunan anggaran yang wajar, hingga penyesuaian dengan kebijakan pendanaan dari Kemendikbudristek.

Tidak hanya itu, Rektor UM juga menekankan perlunya komunikasi aktif antara perguruan tinggi, mitra, dan pemerintah daerah agar program yang diusulkan benar-benar sejalan dengan prioritas pembangunan wilayah.

“Intinya, jangan hanya menulis proposal untuk lolos hibah. Tapi tulislah proposal yang membawa dampak nyata,” pungkasnya.

Melalui Bimtek ini, diharapkan dosen-dosen di lingkungan Universitas Mulia semakin siap menghasilkan proposal Kosabangsa yang inovatif, tepat sasaran, dan berkontribusi bagi kemajuan masyarakat.

Humas UM (YMN)

Henny Oktapia (paling kiri) dalam peresmian Mulia Press, (18/10/2024). Foto: dok. Media Kreatif

Humas Universitas Mulia, 10 Juni 2025 – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, (LPPM) Universitas Mulia menyelenggarakan Bimbingan Teknis (BIMTEK) Penyusunan Proposal Program Kosabangsa sebagai upaya mendorong keterlibatan aktif dosen dalam pengabdian kepada masyarakat berbasis teknologi dan inovasi.

Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) merupakan program pengabdian nasional dari Ditjen Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (Ditjen Risbang) melalui DPPM. Program ini mengutamakan kolaborasi antarperguruan tinggi untuk menyelesaikan persoalan strategis di masyarakat berbasis inovasi. Tahun ini, pendanaan yang disediakan mencapai Rp300 juta per proposal.

Sekretaris LPPM Universitas Mulia, Henny Okta Piyani, S.E., M.Ak. menjelaskan bahwa keterlibatan kampus dalam Program Kosabangsa merupakan bentuk tanggung jawab moral dan ilmiah sebagai perguruan tinggi berbasis teknologi di Kalimantan Timur. “Keikutsertaan Universitas Mulia menunjukkan komitmen dalam menyelesaikan persoalan riil di masyarakat sekaligus meningkatkan positioning kampus dalam peta pengabdian nasional,” ujarnya.

Lebih lanjut, LPPM memandang Kosabangsa sebagai peluang strategis untuk membuka ruang kolaborasi dosen dengan mitra eksternal, mendorong keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan pengabdian, serta menghasilkan luaran berupa inovasi sosial maupun teknologi tepat guna.

Pemetaan Potensi Dosen dan Strategi Pendampingan Proposal

Sebagai bentuk fasilitasi internal, LPPM Universitas Mulia menyelenggarakan BIMTEK proposal sebagai forum diskusi dan klinik proposal. “Melalui BIMTEK ini, kami ingin mendorong dosen untuk mengusulkan ide-ide sesuai potensi mitra dan daerah binaan mereka,” jelasnya. Pendekatan ini dinilai penting agar proposal yang disusun lebih terarah dan kompetitif.

Pemetaan dosen dilakukan berdasarkan bidang kepakaran dan relevansi program studi terhadap isu lokal. LPPM juga mengidentifikasi program studi strategis serta menjalin komunikasi aktif dengan perguruan tinggi mitra, baik di lingkungan LLDIKTI maupun nasional, termasuk melalui forum LPPM se-Kalimantan.

Dari sisi pendampingan, LPPM menyiapkan mekanisme berjenjang mulai dari pelatihan teknis hingga menghadirkan narasumber berpengalaman. “Dalam BIMTEK ini, kami hadirkan narasumber yang memahami pedoman terbaru, struktur proposal, serta contoh proposal yang telah lolos, agar dosen mendapatkan gambaran konkret,” ungkapnya.

Penguatan Jejaring Mitra Eksternal

Dukungan terhadap program Kosabangsa juga diperkuat melalui jejaring kemitraan. LPPM bersama seluruh fakultas dan program studi telah membangun kerja sama, baik formal maupun informal, dengan pemerintah daerah, UMKM, startup lokal, sekolah, dan komunitas.

“Kami tidak sekadar menjalin kemitraan simbolis, tetapi sudah menjadikannya bagian dari aktivitas nyata seperti pengabdian, MBKM, dan kini disiapkan untuk mendukung proposal Kosabangsa yang kontekstual dan berdampak,” tegas Sekretaris LPPM.

Tantangan dan Antisipasi di Lapangan

Dalam pelaksanaannya, pengabdian berbasis teknologi diakui tidak lepas dari tantangan. Di antaranya adalah kesenjangan literasi digital mitra, hambatan administratif, lemahnya dokumentasi luaran teknologi, serta kesulitan menjaga keberlanjutan program.

Untuk itu, LPPM menyusun strategi antisipatif, antara lain melalui pendekatan kolaboratif sejak tahap perencanaan, penyusunan proposal yang berbasis kebutuhan riil, serta pendampingan berkelanjutan kepada mitra.

“Program Kosabangsa bukan sekadar pengabdian biasa, tetapi bentuk gotong royong keilmuan dalam menyelesaikan persoalan masyarakat secara sistemik,” tutupnya.

Humas UM (YMN)