Angkat Daya Saing Kampung FABA, Mahasiswa Sosialisasi Peran Sistem Informasi

Foto bersama warga RT 62 Kel. Graha Indah. Foto: Istimewa

UM – Ingin mengangkat nilai bisnis material FABA kepada masyarakat luas, sejumlah mahasiswa Universitas Mulia menggelar sosialisasi pemanfaatan Sistem Informasi kepada masyarakat di Kampung FABA Kel. Graha Indah Balikpapan, Selasa (20/6).

Sosialisasi ini dihadiri Ketua RT 62 Kel. Graha Indah Rachmad Andi, Bhabinkamtibmas Aiptu Ardian Wempi Antariksa yang menjadi pelopor adanya Kampung FABA dan warga. Turut menyaksikan dosen M. Ari Prayogo, S.Pd., M.Kom dan Heruzulkifli Rowa, S.Kom., M.Kom.

Ketua Program Studi S1 Sistem Informasi Tri Sudinugraha, S.Kom., M.Kom mengatakan bahwa untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Proposal Penelitian dan Aplikasi Bisnis Teknologi Informasi yang diasuh oleh dosen Yustian Servanda, S.Kom., M.Kom, tiga orang mahasiswanya membuat Proposal Pengabdian kepada Masyarakat.

Ketiga mahasiswa tersebut antara lain Karina Adisyafitri, Rachman Anggara Arum, dan Muchsin Assyidik. Ketiganya merupakan mahasiswa tahun masuk 2020.

Tri Sudinugraha menyerahkan cenderamata kepada Ketua RT 62 Kel. Graha Indah Rachmad Andi disaksikan Bhabinkamtibmas Aiptu Ardian Wempi Antariksa. Foto: Istimewa

Tri Sudinugraha menyerahkan cenderamata kepada Ketua RT 62 Kel. Graha Indah Rachmad Andi disaksikan Bhabinkamtibmas Aiptu Ardian Wempi Antariksa. Foto: Istimewa

Tri Sudinugraha dan sebagian warga yang menyaksikan. Foto: Istimewa

Tri Sudinugraha dan sebagian warga yang menyaksikan. Foto: Istimewa

Mahasiswa mepresentasikan proposalnya kepada warga. Foto: Istimewa

Mahasiswa mepresentasikan proposalnya kepada warga. Foto: Istimewa

Tri Sudinugraha kemudian tertarik proposal mereka. “Awalnya, mereka memperhatikan sebuah kampung yang ada di RT 62 Kelurahan Graha Indah ada potensi bisnis dari limbah yang bisa dikembangkan,” terangnya.

Menurutnya, limbah FABA (Fly Ash Bottom Ash) yang ada di kampung tersebut bisa digunakan untuk membuat bahan bangunan seperti Paving Block, Batako, Roaster, Panel, bahkan Beton dengan kualitas yang padat, kuat, dan kokoh.

“Harganya sama dengan harga dari bahan bangunan yang sama yang dibuat dari pasir putih,” katanya.

Tri mengatakan pengolahan limbah FABA di Balikpapan ini merupakan satu-satunya pengolahan secara swadaya masyarakat. “Bukan di bawah naungan Koperasi seperti yang ada di wilayah lain yang ada di Indonesia,” tambahnya.

Namun, Tri menyayangkan tidak banyak orang mengenalnya. “Bahkan orang se-Kecamatan Balikpapan Utara belum seluruhnya tahu adanya material bangunan yang dibuat dari FABA ini,” ungkapnya.

Menurutnya, harga bahan baku material bangunan dari FABA sangat terjangkau dan memiliki kualitas yang dapat bersaing.

“FABA ini berasal dari limbah sisa pembakaran batubara dari PLTU Teluk Balikpapan. Dahulu dianggap sebagai limbah beracun, tapi setelah diteliti, sekarang dinyatakan aman dan dapat diolah menjadi bahan yang bernilai jual tinggi,” tutur dosen berkacamata ini.

Oleh karena itu, melalui sosialisasi pemanfaatan Sistem Informasi yang dilakukan tiga orang mahasiswanya, Tri berharap masyarakat sekitar Kampung FABA dapat mengimplementasikan pemasaran atau marketing menggunakan sosial media.

“Dengan adanya sosialisasi itu diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk meningkatkan daya saing bisnis dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat,” tuturnya.

Selaku Ketua Program Studi, Tri Sudinugraha juga ingin memperkenalkan kepada masyarakat setempat. “Saya ingin menghadirkan mahasiswa saya di tengah masyarakat sehingga mengenal lebih dekat,” tuturnya.

Dengan begitu, ia berharap masyarakat akan melihat sejauh mana mahasiswa mengimplementasikan pengetahuannya selama belajar. “Mahasiswa diharapkan mampu melihat permasalahan sehari-hari di masyarakat dan ikut memberikan solusi mengatasi masalah,” pungkasnya.

(SA/Puskomjar)