Refleksi Kritis Peserta atas Pembelajaran Kepemimpinan OSIS

Transformasi Pemikiran Pengurus OSIS dalam Pelatihan Kepemimpinan

Humas Universitas Mulia, 29 April 2025 – Pelatihan Kepemimpinan OSIS tingkat SMA/SMK yang digelar selama dua hari di Universitas Mulia bukan sekadar transfer ilmu organisasi. Kegiatan ini menjadi ruang transformasi karakter dan refleksi mendalam bagi para peserta tentang esensi menjadi pemimpin muda yang inklusif, komunikatif, dan beretika.

Kegiatan ini melibatkan berbagai pemateri berpengalaman dari kalangan akademisi, psikolog, hingga praktisi organisasi kemahasiswaan. Para peserta diajak memahami bukan hanya struktur dan fungsi organisasi, tetapi juga pentingnya nilai, etika, empati, dan kerja kolaboratif dalam menjalankan roda organisasi pelajar.

Belajar Kepemimpinan Lewat Interaksi dan Praktik Langsung

Darel, siswa SMK Antasari, mengaku awalnya tertarik untuk memperluas relasi. Namun, setelah mengikuti sesi demi sesi, ia justru menemukan bahwa pelatihan ini memberi pemahaman mendalam tentang kepemimpinan dan cara praktis menjalankannya.

“Saya jadi tahu apa yang harus saya lakukan ketika ditunjuk sebagai ketua acara. Saya belajar manajemen, cara berkomunikasi dengan anggota tim, sampai menyatukan pendapat yang berbeda tanpa menjatuhkan siapa pun,” jelasnya.

Darel, siswa SMK Antasari, berfoto bersama narasumber utama pelatihan, Bapak Adjat Sudradjat, S.Psi., Psikolog, usai sesi pelatihan kepemimpinan.

Materi yang paling membekas baginya adalah sesi manajemen yang dibawakan oleh Dr. Pudjianti. Ia menyadari bahwa keberhasilan sebuah acara bergantung pada proses koordinasi, pembagian tugas, dan komunikasi yang terstruktur—sesuatu yang sering luput dalam praktik organisasi sekolah.

Kepemimpinan Sebagai Pengalaman yang Mengubah Cara Pandang

Bagas dari SMK Kartika merasakan hal serupa. Ia menyebut pelatihan ini sebagai ruang untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan membuka perspektif baru dalam kepemimpinan.

“Materinya padat, tapi sangat mudah dipahami. Saya jadi tahu pentingnya manajemen, tidak hanya dalam organisasi tapi juga dalam kehidupan pribadi. Dan saya belajar menyatukan banyak kepala dengan isi pikiran yang berbeda-beda,” ujarnya.

Bagas dari SMK Kartika berfoto bersama Bapak Adjat Sudradjat, S.Psi., Psikolog, di sela-sela waktu istirahat pelatihan.

Pelatihan ini tidak hanya menyajikan teori, tetapi juga praktik yang menantang. Simulasi dan diskusi kelompok yang dinamis menjadikan proses belajar terasa hidup dan bermakna.

Wawasan Baru tentang Kolaborasi dan Refleksi Organisasi

Fadli dari SMA Negeri 2 menyebut pelatihan ini sebagai momen pencerahan. Ia mengaku awalnya tidak terlalu memahami bagaimana cara menjalankan organisasi dengan baik.

“Tapi setelah ikut kegiatan ini, saya jadi tahu hal-hal penting yang sebelumnya tidak saya pikirkan. Materinya membuka wawasan baru, dan sangat membantu peran saya sebagai pengurus OSIS,” tuturnya.

Fadli, siswa SMA Negeri 2 Kota Balikpapan, berpose bersama rekannya satu sekolah di atas panggung setelah mengikuti sesi kegiatan.

Ia berharap pelatihan seperti ini bisa menjangkau lebih banyak siswa agar nilai-nilai organisasi yang sehat dan kolaboratif bisa ditanamkan sejak dini.

Pelatihan yang Membangkitkan Kesadaran Kolektif

Sementara itu, Ibrahim dari SMA Auliya memberikan refleksi yang sangat dalam. Ia mengikuti pelatihan ini dengan semangat untuk mengevaluasi kondisi organisasinya.

“Kegiatan ini membuat saya merasa benar-benar diperhatikan. Saya tidak pernah merasa seterayomi ini dalam sebuah sosialisasi,” ungkapnya.

Ibrahim, siswa SMA Auliya, berpose di atas panggung sebagai bagian dari dokumentasi kegiatan pelatihan kepemimpinan OSIS.

Menurutnya, metode pelatihan yang melibatkan pembentukan kelompok secara acak justru mencerminkan realitas organisasi yang sebenarnya—di mana keberhasilan tidak bergantung pada banyaknya anggota, melainkan pada satu kesepahaman tujuan.

“Saya belajar bagaimana menyatukan perbedaan untuk mencapai satu visi bersama. Semua sesi menjadi bagian favorit saya karena saling melengkapi,” katanya.

Dorongan untuk Konsistensi dan Pemberdayaan Pelajar

Para peserta sepakat bahwa pelatihan seperti ini sangat penting untuk diadakan secara berkala. Mereka menilai pelatihan ini bukan hanya membekali peserta dengan teori kepemimpinan, tapi juga memberi ruang untuk belajar dari sesama siswa dari sekolah lain, membangun jejaring, dan yang paling penting—melatih empati, kesadaran diri, dan tanggung jawab sosial.

Meski sempat memberikan catatan kecil soal teknis waktu pelaksanaan, mereka tetap mengapresiasi panitia dan berharap pelatihan semacam ini bisa menjadi agenda rutin yang dinanti para pengurus OSIS di Balikpapan dan sekitarnya.

Humas UM (YMN)