Permasalahan utama bukan semata pada perolehan sarana, melainkan pada bagaimana sarana tersebut dapat diintegrasikan secara menyeluruh ke dalam struktur kurikulum sehingga secara efektif memperkuat pencapaian kompetensi lulusan.”
— Wisnu Hera Pamungkas, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi Universitas Mulia

Balikpapan, 11 Agustus 2025 – Program Penguatan Perguruan Tinggi Swasta (PP-PTS) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi salah satu instrumen utama untuk memperkuat kapasitas akademik dan sarana prasarana perguruan tinggi swasta di Indonesia. Tahun ini, Universitas Mulia (UM) memperoleh hibah hampir setengah miliar rupiah untuk mendukung dua program studi kunci: Farmasi dan Teknologi Informasi.

Namun, seperti ditegaskan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Sistem Informasi UM, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., keberhasilan pemanfaatan hibah ini lebih dari sekadar angka dana dan peralatan canggih. “Tantangan terbesar bukan hanya mendapatkan peralatan, tetapi bagaimana kita bisa mengintegrasikannya secara penuh ke dalam kurikulum dan memastikan fasilitas ini memperkuat capaian pembelajaran lulusan secara nyata,” ujarnya tegas.

Menerjemahkan Hibah ke Dalam Capaian Pembelajaran

Wisnu menjelaskan, Program Studi Farmasi menerima perangkat laboratorium senilai lebih dari Rp300 juta, termasuk furnace dan hematology analyzer. “Kami harus memastikan bahwa perangkat ini tidak hanya jadi pajangan di laboratorium, melainkan menjadi bagian integral dari RPS dan modul praktikum yang berbasis Outcome Based Education (OBE). Ini juga berarti kami memasukkan prinsip Green Pharmacy dan pharmapreneurship—agar mahasiswa tidak hanya paham teknis, tapi juga sadar akan aspek keberlanjutan dan inovasi kewirausahaan farmasi,” jelasnya.

Di sisi lain, pada Program Studi Teknologi Informasi, pergeseran paradigma praktikum menjadi fokus utama. “Sebelumnya, praktikum lebih banyak bersifat simulasi. Sekarang, dengan keberadaan sandbox lab, mahasiswa bisa langsung berpraktik melakukan simulasi serangan siber, konfigurasi jaringan, hingga deployment cloud nyata. Ini menuntut dosen menyiapkan skenario pembelajaran berbasis proyek yang kompleks dan relevan dengan kebutuhan industri,” tambah Wisnu.

Hibah Sebagai Pemantik Reformasi Kurikulum dan Metode

Hibah PP-PTS bukan sekadar sarana pengadaan peralatan, melainkan pemicu pembaruan kurikulum dan metode pembelajaran. “Di Farmasi, kami akan melakukan revisi RPS dan menambah modul praktikum yang sejalan dengan standar industri farmasi yang terus berkembang,” katanya. “Sedangkan di Teknologi Informasi, perangkat sandbox lab memungkinkan mahasiswa mengakses teknologi terkini dan belajar melalui project-based learning yang menekankan keterampilan aplikatif.”

Dengan pendekatan ini, Universitas Mulia mencoba menjawab kebutuhan zaman yang menuntut lulusan tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu mengimplementasikan dalam konteks nyata.

Pengawasan Mutu dari Log Book Hingga Evaluasi Capaian Kompetensi

Memastikan fasilitas hibah tidak menjadi simbol semata, UM menerapkan mekanisme monitoring dan evaluasi (monev) yang berlapis. “Kami mulai dari pencatatan penggunaan alat oleh dosen dan laboran lewat log book, survei kepuasan dosen dan mahasiswa, hingga evaluasi capaian kompetensi mata kuliah. Indikator keberhasilan seperti jumlah revisi RPS dan persentase capaian CPL sudah kami tetapkan sejak proposal hibah,” terang Wisnu.

Hal ini menunjukkan komitmen UM untuk menjadikan hibah sebagai investasi nyata dalam kualitas pembelajaran, bukan sekadar pemenuhan administratif.

Meningkatkan Kompetensi Dosen sebagai Kunci Keberhasilan

Dosen dan laboran mendapat perhatian khusus dalam peningkatan kompetensi teknis. “Pelatihan teknis sudah kami rancang agar mereka bukan hanya operator alat, tetapi mampu mengintegrasikan teknologi ini dalam pembelajaran berbasis kasus dan proyek,” kata Wisnu. Di Farmasi, pelatihan fokus pada pengoperasian furnace dan mikroskop trinokuler dengan kamera, serta menggabungkannya dalam modul Problem-Based Learning. Di TI, pelatihan meliputi pengoperasian perangkat keras jaringan, server, dan sandbox lab dengan pengembangan skenario pengajaran berbasis kasus nyata.

Menurut Wisnu, “Keberhasilan fasilitas hibah sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia yang mengelolanya dan mengoptimalkannya dalam proses belajar mengajar.”

Fasilitas sebagai ‘Living Laboratory’

UM mengambil langkah inovatif menjadikan fasilitas hibah sebagai living laboratory yang melibatkan mahasiswa secara aktif. “Mahasiswa Farmasi akan dilibatkan dalam proyek inovasi produk berbasis bahan alam dari tahap standarisasi hingga uji keamanan,” jelas Wisnu. “Sementara mahasiswa TI akan mengerjakan proyek keamanan siber, konfigurasi jaringan, dan eksperimen cloud computing dalam skenario nyata.”

Melalui berbagai mekanisme seperti tugas proyek, capstone project, dan kompetisi, fasilitas ini diharapkan menjadi ruang eksplorasi dan inovasi mahasiswa, bukan hanya alat bantu pengajaran.

(YMN)

Guna meningkatkan kenyamanan serta fasilitas untuk mahasiswa, dosen dan karyawan, Universitas Mulia hadirkan UM Lounge, kantin modern dengan konsep dan sistem berbasis teknologi yang bertempat di Aula Gedung Cheng Ho Universitas Mulia. UM Lounge akan berisi tenant-tenant dengan sistem pembayaran menggunakan e-money sehingga mahasiswa dapat menikmati makanan dan minuman sembari menunggu pergantian mata kuliah ataupun berkumpul bersama teman-teman dan berdiskusi dengan dosen.

Nantikan peresmian UM Lounge, Segera!