Universitas Mulia Menggelar Seminar Farmasi Nasional Memajukan Dunia Kesehatan

,
Foto bersama Rektor Prof. Muhammad Ahsin, Direktur Yayasan Airlangga Dr. Agung Sakti, Wakil Rektor Wisnu Hera dan Yusuf Wibisono, Prof. Ajeng Diantini, Dr. Kintoko, Dekan dan pejabat lainnya. Foto: Media Kreatif

UM – Program Studi S1 Farmasi Fakultas Humaniora dan Kesehatan (FHK) Universitas Mulia untuk pertama kalinya menggelar Seminar Farmasi Nasional (Safana) Tahun 2024. Seminar yang digelar secara hybrid, onsite dan online ini berlangsung di Ballroom Cheng Ho, Kampus Utama, Jalan Letjen Zaini Azhar Maulani, Kamis (17/10).

Rektor Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si dalam sambutannya mengatakan, seminar ini sangat penting mengingat pengalaman krisis pandemi Covid-19 belum lama ini. Untuk itu, diperlukan upaya kesiapan di bidang kesehatan dalam menghadapi krisis serupa di masa yang akan datang.

Rektor mengatakan, menurut International Health Regulations (IHR) yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO), tenaga kesehatan memegang peran penting dalam penanganan kesehatan masyarakat, terutama dalam konteks pencegahan, deteksi dini, dan respons terhadap potensi ancaman kesehatan yang bersifat lintas negara.

“Tenaga kesehatan memegang peran kunci dalam memperkuat sistem kesehatan nasional, meningkatkan ketahanan sistem kesehatan serta mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menangani krisis kesehatan,” tutur Rektor.

Rektor berharap, lewat seminar ini, seluruh peserta dapat berbagi pengetahuan dan memperkuat kolaborasi antar lembaga serta menjalin jaringan yang lebih luas di tingkat nasional.

“Kita juga dapat memperkuat komitmen dan kolaborasi untuk memajukan dunia kesehatan, khususnya dalam menghadapi krisis yang tidak terduga,” tutur Rektor.

Pada kesempatan ini, hadir Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Jaya Mualimin. Dalam pernyataannya, Jaya mengungkapkan pengalaman selama tiga tahun menangani pandemi Covid telah menyadarkan pentingnya pengelolaan kesehatan.

“Transformasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan kini bertujuan menguatkan ketahanan terhadap krisis dengan mempersiapkan semua sumber daya, baik manusia maupun kesehatan serta meningkatkan koordinasi lintas sektor,” tutur Jaya Mualimin.

Rektor Prof. Muhammad Ahsin Rifai menyerahkan cenderamata kepada Prof. Ajeng Diantini disaksikan Dr. Kintoko dan Kepala LPPM Richki Hardi. Foto: Media Kreatif

Rektor Prof. Muhammad Ahsin Rifai menyerahkan cenderamata kepada Prof. Ajeng Diantini disaksikan Dr. Kintoko dan Kepala LPPM Richki Hardi. Foto: Media Kreatif

Tampak peserta yang mengikuti seminar onsite di Ballroom Cheng Ho. Foto: Media Kreatif

Tampak peserta yang mengikuti seminar onsite di Ballroom Cheng Ho. Foto: Media Kreatif

Panitia seminar nasional Safana tahun 2024. Foto: Media Kreatif

Panitia seminar nasional Safana tahun 2024. Foto: Media Kreatif

Tari tradisional hiburan peserta seminar. Foto: Media Kreatif

Tari tradisional hiburan peserta seminar. Foto: Media Kreatif

Pelaksanaan Seminar

Seminar yang diikuti 153 peserta, baik yang onsite maupun online ini mengambil tema Peranan Tenaga Kesehatan dalam Menunjang Pencegahan, Persiapan dan Respon terhadap Krisis Kesehatan Akan Datang.

Tampil sebagai narasumber, Prof. Dr. apt. Ajeng Diantini, M.Si, pakar Farmakologi dan Farmasi Klinis dari Universitas Padjajaran Bandung dan Dr. apt. Kintoko, M.Sc, seorang Pakar Etnomedisin dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Ditemui terpisah, Prof. Ajeng Diantini mengatakan, kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, dan untuk Indonesia terutama derajat kesehatannya masih harus banyak ditingkatkan

Menurutnya, dalam menghadapi krisis kesehatan, kolaborasi antar tenaga kesehatan harus kuat. Hal ini lantaran setiap tenaga kesehatan memiliki peran dan fungsi masing-masing.

“Dan dengan adanya sinergi di antara tenaga kesehatan itu, akan berkontribusi besar untuk peningkatan derajat kesehatan. Jadi, saling melengkapi, ya dari tugas-tugas yang dimiliki dokter, apoteker, perawat, bidan, dokter gigi, semuanya,” ujarnya.

Prof. Ajeng mengingatkan pentingnya mengupayakan kesehatan, bukan saja kesehatan jasmani, tetapi juga kesehatan rohani.

“Jadi, harus kuat justru kolaborasinya. Mungkin bukan hanya dengan tenaga kesehatan, tetapi dengan keilmuan lain yang memang berkontribusi untuk kesehatan mental,” tuturnya.

Narasumber berikutnya, Dr. Kintoko menaruh perhatian pada kearifan lokal atau indigenous knowledge, pengobatan asli yang berbasis pada budaya yang dimiliki Provinsi Kalimantan Timur.

Menurutnya, apabila kearifan lokal ini dikembangkan secara sistematis terstruktur akan bisa menghasilkan banyak sekali temuan-temuan yang berguna untuk menjawab tantangan masa depan.

Ia menambahkan, temuan-temuan pengobatan asli berbasis budaya sampai saat ini belum bisa diselesaikan oleh kecanggihan teknologi, terutama dalam Western Medicine atau dalam Kedokteran Barat Konvensional.

“Nah, inilah kearifan lokal tadi atau pengobatan yang asli yang dimiliki oleh Kalimantan. Kaya dengan sumber dari alamnya inilah yang harus disentuh dengan research yang mengarah kepada temuan-temuan baru untuk menjadi pilihan bagi kesehatan di masyarakat dan negara,” ujarnya.

Sementara itu, panitia seminar apt. Warrantia Citta Citti Putri, S.Farm., M.Sc menyebut terdapat 37 orang penyaji makalah dalam lingkup Analisis Farmasi, Farmakologi dan Toksikologi, Farmasi Klinik, Farmakognosi, Fitokimia, Mikrobiologi Farmasi, Bioteknologi Farmasi, Manajemen Farmasi serta Undang-undang dan Etika Kefarmasian.

Para pemakalah berasal dari beberapa perguruan tinggi di Kalimantan Timur dan Jawa Timur. Di antaranya adalah Universitas Jember, Politeknik Nusantara Balikpapan, Universitas Mulawarman, Stikes Medistra, Universitas Santo Borromeus, dan Universitas Mulia.

(SA/Kontributor)