Universitas Mulia Tegaskan Standar Mutu untuk Empat Prodi Baru Lewat Pendampingan dan Audit Ketat
“Pembekalan ini bukan hanya soal administrasi. Para Kaprodi harus memahami peran strategis mereka sebagai penggerak peningkatan mutu tridarma secara berkelanjutan. Karena itu, kami menyiapkan strategi pendampingan empat pilar: adaptasi budaya akademik, literasi regulasi, manajemen mutu, dan koordinasi lintas unit serta mitra industri.”
— Wisnu Hera Pamungkas, Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Mulia
Humas Universitas Mulia, 18 Juli 2025 — Universitas Mulia menggelar pembekalan bagi para Ketua Program Studi (Kaprodi) baru dari empat prodi yang resmi dibuka tahun ini, yaitu Teknik Sipil, Teknik Industri, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP), serta Desain Komunikasi Visual (DKV). Agenda ini diarahkan untuk mempersiapkan para Kaprodi memahami peran strategis mereka dalam menggerakkan tridarma perguruan tinggi sejak masa perintisan.

Wakil Rektor I Bidang Akademik, Wisnu Hera Pamungkas, , S.T.P., M.Eng. menyerahkan Surat Keputusan (SK) Kaprodi Desain Komunikasi Visual sebagai simbol dimulainya tanggung jawab akademik prodi baru.
“Pembekalan hari ini difokuskan untuk membekali para Kaprodi baru dengan pemahaman menyeluruh terkait peran strategis mereka sebagai pemimpin program studi, khususnya dalam konteks pelaksanaan tridarma perguruan tinggi,” jelas Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng.
Materi disusun secara berlapis, meliputi aspek akademik, tata kelola kelembagaan, kemahasiswaan, hingga penguasaan sistem informasi yang mendukung manajemen prodi dan aktivitas pengajaran dosen. Wisnu menekankan, peran Kaprodi tidak berhenti pada tugas administratif. “Harapannya, para Kaprodi tidak hanya memahami tugas administratif, tetapi juga mampu menjadi penggerak utama dalam meningkatkan kualitas tridarma secara berkelanjutan,” ujarnya.

Empat Kaprodi baru Universitas Mulia menyimak materi pembekalan yang difokuskan pada penguatan peran strategis dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi.
Untuk mendampingi para Kaprodi baru dalam merancang kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE) maupun Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), bidang akademik merumuskan strategi empat pilar. Pilar pertama adalah pembiasaan pada budaya akademik kampus agar visi prodi selaras dengan arah universitas. Pilar kedua mencakup penguatan literasi kebijakan akademik pada level nasional dan internal. Pilar ketiga menekankan pembekalan manajemen administrasi dan penjaminan mutu. Sementara pilar keempat mendorong koordinasi lintas unit, termasuk dengan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), hingga mitra industri.
“Kami telah menyiapkan strategi pendampingan berbasis empat pilar utama,” terang Wisnu. “Pertama, penanaman pemahaman dan adaptasi terhadap budaya akademik kampus, agar kaprodi dapat menyelaraskan visi prodi dengan arah institusi. Kedua, penguatan literasi terhadap kebijakan dan regulasi akademik, baik yang bersifat nasional maupun internal kampus. Ketiga, pembekalan manajemen administrasi dan penjaminan mutu akademik sebagai fondasi utama tata kelola. Dan keempat, fasilitasi koordinasi dengan para pemangku kepentingan seperti LPM, BAAK, hingga mitra industri, guna memastikan kurikulum OBE dan MBKM dapat diimplementasikan dengan efektif dan kontekstual sesuai kebutuhan zaman.”
Dari sisi akreditasi, Wisnu menjelaskan penjaminan mutu dilakukan sejak tahap awal. Saat ini, dua prodi baru — Teknik Sipil dan Teknik Industri — telah mengantongi akreditasi dari LAM Teknik, sedangkan TPHP dan DKV masih dalam tahap pengajuan ke BAN-PT. “Penjaminan mutu sejak awal menjadi prioritas penting, karena berkaitan langsung dengan arah capaian akreditasi,” ungkapnya. Ia menambahkan, dokumen akademik dan pelaksanaan tridarma pada tiap prodi disusun menyesuaikan standar akreditasi sejak pendirian.
Indikator keberhasilan prodi baru, menurut Wisnu, terletak pada seberapa jauh kepercayaan publik berhasil dibangun di tiga tahun pertama. “Indikator utama keberhasilan program studi baru dalam jangka pendek adalah sejauh mana prodi mampu membangun kepercayaan publik,” tegasnya. Ia menyadari keterbatasan rekam jejak kerap memengaruhi jumlah mahasiswa pada tahun pertama. Namun demikian, eksistensi prodi harus diupayakan melalui forum-forum eksternal, lomba, seminar, maupun kemitraan.
Dari ruang monitoring, pola evaluasi tidak hanya bergantung pada mekanisme formal audit mutu. “Secara umum, monitoring dan evaluasi dilaksanakan melalui Lembaga Penjaminan Mutu dan Pengembangan Pendidikan (LPMPP), dengan instrumen utama berupa Audit Mutu Internal (AMI) setiap semester dan penelaahan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) program kerja tahunan,” terang Wisnu. Untuk keempat prodi baru ini, pola monev dibuat lebih intensif. Diskusi rutin, koordinasi informal, dan pendampingan teknis menjadi saluran untuk membaca hambatan sejak dini, terutama pada aspek inovasi pembelajaran dan adaptasi teknologi digital.
Di tengah dinamika ini, para Kaprodi baru dituntut tidak hanya membaca dokumen rencana, tetapi aktif memastikan bahwa tridarma, penjaminan mutu, kurikulum OBE-MBKM, serta pembaruan digital berjalan pada jalur yang kontekstual dengan kebutuhan pendidikan tinggi hari ini.
Humas UM (YMN)