Balikpapan Water Forum Menggelar FGD Bahas Solusi Kelangkaan Air

Foto bersama para narasumber dan undangan Balikpapan Water Forum sebelum pelaksanaan FGD di ballroom Cheng Ho Universitas Mulia, Rabu (31/7). Foto: SA/Kontributor

Beberapa Upaya Mengatasi Krisis Air telah Dilakukan Pemerintah Kota Balikpapan

UM – Balikpapan Water Forum bersama dengan Universitas Mulia menggelar Forum Group Discussion (FGD) membahas solusi kelangkaan air di Kota Balikpapan. Kegiatan ini berlangsung di Ballroom Cheng Ho Universitas Mulia, Jalan Letjen Zaini Azhar Maulani, Balikpapan, Rabu (31/7).

Dalam kesempatan ini, hadir Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud yang diwakili oleh Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Kota Tommy Alfianto, S.Sos.,M.T.

Setidaknya ada tujuh narasumber, antara lain Wali Kota Samarinda Dr. H. Andi Harun, S.T., M.T., S.H., M.Si, kemudian Walikota Balikpapan Periode 2011-2021 Rizal Effendi, Kepala BRIDA Kaltim Dr. Fitriansyah, Ketua dan Pendiri Indonesia Water Institute (IWI) Dr. Ir. Firdaus Ali, M.Sc yang diwakili Dwi Lintang Lestari, S.T., M.T.

Kemudian Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan IV Samarinda Yosiandi Radi Wicaksono, S.T., M.Si., M.Sc yang diwakili Kepala Seksi Keterpaduan Pembangunan Infrastruktur SDA BWS Kalimantan IV Samarinda Gus Agung Guntoro, S.T., M.T, Tenaga Ahli Perairan dan Sekretaris Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Cabang Kalimantan Timur Ir. Eko Wahyudi, M.Tech serta akademisi Universitas Mulia Yusuf Wibisono.

Turut hadir para undangan seperti Pembina Yayasan Airlangga Satria Dharma, anggota DPRD Kota Balikpapan, pewakilan OPD, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Wilayah XI-B Kalimantan Timur Komisariat Selatan Dr. Lukman, S.T., M.T, camat, lurah, Ketua LPM serta dosen dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi lainnya.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) kaltim Dr. Ir. Fitriansyah saat memberikan materi diskusi bersama Rizal Effendi dan Dr. Agung Sakti. Foto: SA/Kontributor

Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kaltim Dr. Ir. Fitriansyah saat memberikan materi diskusi bersama Rizal Effendi dan Dr. Agung Sakti. Foto: SA/Kontributor

Mewakili Wali Kota Rahmad Mas'ud, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Kota Tommy Alfianto, S.Sos.,M.T tampak tersenyum pada kamera. Foto: SA/Kontributor

Mewakili Wali Kota Rahmad Mas’ud, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Kota Tommy Alfianto, S.Sos.,M.T tampak tersenyum pada kamera. Duduk bersama Tenaga Ahli Perairan dan Sekretaris Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Cabang Kalimantan Timur Ir. Eko Wahyudi, M.Tech. Foto: SA/Kontributor

Para undangan narasumber. Foto: SA/Kontributor

Para undangan narasumber. Foto: SA/Kontributor

Para undangan lurah se-Kota Balikpapan yang hadir dalam FGD. Foto: SA/Kontributor

Para undangan lurah se-Kota Balikpapan yang hadir dalam FGD. Foto: SA/Kontributor

Undangan para ketua LPM se-Kota Balikpapan. Foto: SA/Kontributor

Undangan para ketua LPM se-Kota Balikpapan. Foto: SA/Kontributor

Sebagian dosen Universitas Mulia yang hadir. Foto: SA/Kontributor

Sebagian dosen Universitas Mulia yang hadir. Foto: SA/Kontributor

Ketua Balikpapan Water Forum (BWF) Dr. Agung Sakti Pribadi mengatakan, kehadiran BWF terinspirasi dari forum air internasional terbesar di dunia, World Water Forum. Dalam lingkup Kota Balikpapan, BWF bertujuan menjadi wadah dialog dan kolaborasi untuk menentukan langkah nyata dalam komitmen memenuhi kebutuhan air bersih.

“FGD ini menjadi momentum bagi Balikpapan untuk memperlihatkan keseriusan para pengemban amanat dan para ahli dalam mengatasi permasalahan kelangkaan air bersih,” ujar Dr. Agung.

Dr. Agung menambahkan, hal ini sangat penting di dalam mempersiapkan Kota Balikpapan sebagai kawasan penyangga Ibu Kota Nusantara. “Balikpapan Water Forum 2024 bersama kita jaga keberlanjutan untuk masa depan Balikpapan dan generasi mendatang,” tutur Dr. Agung.

Menurut Dr. Agung, hasil FGD ini akan disusun dalam sebuah buku yang diharapkan akan menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan dalam mengatasi permasalahan krisis air.

Rektor Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si menambahkan, FGD juga membahas permasalahan dan isu strategis kota pada Rancangan Teknis (Rantek) RPJMD Kota Balikpapan tahun 2025-2029.

“Balikpapan itu ditetapkan sebagai Kota Mitra IKN, jadi ada Balikpapan, Samarinda, dan IKN selain penyangga dan gerbang IKN,” ujar Prof. Ahsin.

Setidaknya, terang Prof. Ahsin, Kota Balikpapan memiliki sumber air tawar yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya adalah air permukaan seperti sungai, danau, waduk, dan mata air lainnya. Air permukaan sangat murah sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, misalnya, untuk bidang perikanan.

Kedua, air tanah. Sayangnya, keberadaan air tanah menjadi sangat mahal dan kurang ramah lingkungan. Dan sumber air ketiga adalah air laut. Namun, kelemahannya adalah salinitasnya yang sangat tinggi sehingga memerlukan proses desalinasi.

Prof. Ahsin mengingatkan beberapa kawasan yang diperuntukkan melindungi sumber daya alam lainnya agar tidak diganggu.

“Dalam Islam, Nabi menetapkan daerah-daerah yang tidak boleh dilanggar untuk membatasi aliran-aliran air, fasilitas-fasilitas dan kota-kota. Di dalam kawasan haram fasilitas umum seperti sumur dilindungi dari kerusakan. Disediakan pula ruang untuk menjaga sumur, melindungi airnya dari polusi, dan menyediakan tempat istirahat bagi ternak dan ruang bagi fasilitas-fasilitas irigasi,” ujarnya.

Sementara itu, Wali Kota Rahmad Mas’ud dalam sambutan yang dibacakan Tommy Alfianto mengatakan, hingga saat ini Kota Balikpapan sangat bergantung pada sumber air tadah hujan di Waduk Manggar dan Waduk Teritip.

Beberapa upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota Balikpapan antara lain, intensifikasi sejumlah sumur dalam, kajian feasibility study terkait desalinasi air laut, kerja sama dengan Kementerian PUPR untuk menyalurkan air bersih dari instalasi pengolahan air Sepaku serta mengatasi kehilangan air akibat kondisi pipa-pipa yang sudah tua.

“Kita juga perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menghemat air dan menjaga lingkungan. Dengan mengubah perilaku kita sehari-hari, kita dapat berkontribusi dalam menjaga ketersediaan air bersih untuk generasi mendatang,” harap Rahmad Mas’ud.

Meski demikian, diakuinya, usaha tersebut belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan air bersih. “Untuk itu, diperlukan berbagai inovasi dan solusi kreatif yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, termasuk para akademisi,” ajaknya.

Rahmad Mas’ud mengapresiasi inisiatif Universitas Mulia menggelar FGD. Ia berharap dapat bertukar pikiran, berbagi pengetahuan, dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang konstruktif untuk mengatasi permasalahan kelangkaan air di Kota Balikpapan.

“Mari kita jadikan FGD ini sebagai langkah awal untuk membangun kolaborasi yang kuat dalam mengatasi krisis air di Kota Balikpapan dan Indonesia secara keseluruhan,” pungkasnya.

(SA/Kontributor)