Wirangga Luvianca Bekali Mahasiswa Rahasia Marketing Funnel

Wirangga Luvianca. selaku Supervisor Regional SME Telkomsel Kalimantan, membuka wawasan mahasiswa dengan menekankan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk bertahan dan bertumbuh. Foto: Media Kreatif

UM – Di tengah era disrupsi digital yang semakin pesat, kemampuan memasarkan produk secara efektif menjadi kunci keberhasilan bagi wirausaha muda. Menjawab tantangan ini, Wirangga Luvianca membagikan strategi fundamental dalam sesi inspiratif di acara Digital Youth Summit 2025, Senin (19/5).

Wirangga, selaku Supervisor Regional SME Telkomsel Kalimantan, membuka wawasan audiens dengan menekankan bahwa digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk bertahan dan bertumbuh.

“Di era modern ini, bisnis yang tidak beradaptasi dengan digitalisasi berisiko tertinggal,” ujarnya, memberikan pencerahan mengenai urgensi transformasi digital bagi para calon pemimpin masa depan.

Membedah Marketing Funnel: Peta Jalan Menuju Loyalitas Pelanggan

Dalam sesi ini, Wirangga membedah konsep Marketing Funnel, sebuah kerangka kerja strategis yang memetakan perjalanan konsumen dari awal mengenal produk hingga menjadi pelanggan setia.

Dengan penjelasan yang lugas, Wirangga mengurai lima tahapan krusial yang memperkaya pengetahuan para mahasiswa, yakni:

Awareness (Kesadaran): Tahap terluas di mana tujuannya adalah membuat produk atau merek dikenal oleh sebanyak mungkin orang. “Yang penting dikenal dulu, tanpa harus memikirkan apakah akan langsung terjual,” jelas Wirangga.

Consideration (Pertimbangan): “Setelah audiens sadar akan produk Anda, langkah selanjutnya adalah mendorong mereka untuk mempertimbangkan pembelian, misalnya dengan menyediakan link menuju platform penjualan seperti e-commerce atau WhatsApp Bisnis,” katanya.

Conversion (Konversi): Di tahap ini, fokus beralih untuk mengubah calon pembeli menjadi pembeli sungguhan dengan mempermudah proses transaksi. “Jangan diperibet. Proses yang mudah akan meningkatkan konversi,” tegasnya.

Loyalty (Loyalitas): Penjualan bukanlah akhir dari perjalanan. Wirangga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan pelanggan untuk menciptakan pembelian berulang dan membangun basis konsumen yang kuat.

Advocacy (Advokasi): “Puncak dari marketing funnel, di mana pelanggan yang sangat puas secara sukarela menjadi “promotor gratis” bagi produk Anda. Ini adalah hasil dari loyalitas yang dibangun dengan baik,” ujarnya.

Penjelasan terstruktur ini memberikan edukasi yang praktis bagi para mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa diharapkan mampu mengubah konsep pemasaran yang abstrak menjadi langkah-langkah konkret yang dapat diterapkan.

Pemberdayaan Melalui Alat Digital

Sesi ini menjadi lebih berkesan karena tidak hanya berhenti di teori. Wirangga secara langsung memberdayakan para mahasiswa dengan memperkenalkan alat-alat praktis dari ekosistem digital yang dapat langsung digunakan.

Salah satu yang utama adalah sebuah platform yang memungkinkan wirausaha melakukan promosi berbasis lokasi (Location Based Advertising).

“Anda pernah lewat BSB atau Pentacity lalu dapat SMS promo dari Dunkin’ Donuts? Itulah salah satu penerapan MyAds,” ungkapnya.

Alat ini memungkinkan wirausaha, bahkan yang baru merintis, untuk menargetkan audiens di lokasi spesifik, secara langsung menghubungkan teori Awareness dan Consideration dengan eksekusi nyata.

Lebih jauh, Wirangga juga memperkenalkan program Digital Creative Entrepreneur (DCE), sebuah inisiatif CSR yang menawarkan pelatihan, mentoring, hingga potensi pendanaan bagi wirausaha muda.

Ditambah dengan platform pembelajaran Kuncie, yang menunjukkan komitmennya untuk tidak hanya menjadi penyedia layanan, tetapi juga mitra pertumbuhan bagi generasi muda.

Melalui paparannya, Wirangga tampak berhasil menyalakan api semangat di kalangan mahasiswa.

Sesi ini menjadi sebuah inspirasi yang menunjukkan, kesuksesan di dunia wirausaha digital dapat diraih melalui pemahaman strategi yang tepat, pemanfaatan alat yang tersedia, dan kemauan untuk terus belajar.

Para mahasiswa diharapkan tidak hanya pulang dengan catatan penuh teori, tetapi juga dengan rasa percaya diri dan bekal untuk memulai atau mengembangkan usahanya.

Paparan ini mengungkap bagaimana sebuah industri telekomunikasi dapat berperan aktif dalam mencerdaskan, mencerahkan, dan memberdayakan generasi penerus bangsa.

(SA/Kontributor)