Tag Archive for: BEM UM

Humas Universitas Mulia, 5 Agustus 2025 — Pelantikan kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berlangsung di Ballroom Cheng Hoo tidak sekadar menjadi peristiwa administratif yang berlangsung dalam balutan protokoler. Di balik formalitas itu, tersirat dimulainya fase baru peran kepemimpinan mahasiswa sebagai elemen penggerak dalam dinamika kehidupan kampus. Simbolisasi penyerahan Surat Keputusan (SK) bukan hanya representasi struktur organisasi, tetapi juga peneguhan mandat moral dan tanggung jawab kolektif yang akan dijalankan sepanjang masa bakti ke depan.

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyampaikan sambutan inspiratif yang menekankan pentingnya kepemimpinan mahasiswa sebagai agen perubahan di tengah dinamika zaman.

Kepengurusan mahasiswa kali ini tidak berdiri sendiri. Di balik struktur organisasi yang baru dilantik, ada peran penting para dosen pembina yang akan menjadi mitra sekaligus kompas arah gerak setiap unit. Sinergi antara mahasiswa dan dosen inilah yang diharapkan dapat memperkuat iklim organisasi yang sehat, inklusif, dan berorientasi pada pengembangan karakter serta potensi individu.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Sumardi, S.Kom., M.Kom., menegaskan komitmen kampus dalam mendampingi tumbuhnya semangat organisasi dan kolaborasi antar-BEM, HIMA, UKM, Dosen dan Kampus.

Adapun 13 Unit Kegiatan Mahasiswa dari beragam bidang minat dan keahlian yang turut dilantik bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk masa jabatan 2025–2026, berikut nama-nama pembina yang mendampingi masing-masing UKM:

  • UKM Musik – Drs. Suprijadi, M.Pd.
  • UKM Paduan Suara – Yustian Servanda, S.Kom., M.Kom
  • UKM Tari – Lisda Agustina, S.Ag., M.Pd.
  • UKM Bola Voli – Isnawati, S.H., M.H.
  • UKM Badminton – Yeyen Dwi Atma, S.Kom., M.Kom.
  • UKM E-Sport – Zona Septa Pratama, S.Kom.
  • UKM English Club – Riski Zulkarnain, S.Pd., M.Pd.
  • UKM GDSC (Google Developer Student Club) – Nasruddin Bin Idris, S.Kom., M.Kom.
  • UKM Robotic / DIC (Digital Innovation Club) – Muhammad Safi’i, S.Kom., M.Kom.
  • UKM Broadcasting dan Film – Hasnawi, S.Kom.
  • UKM Mishubunken (Bahasa Jepang) – Wury Damayantie, S.Farm., M.Farm.
  • UKM Al-Izzah – Isa Rosita, S.Kom., M.Cs. & Wahyu Nur Alimyaningtias, S.Kom., M.Kom.
  • UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) – Isti Prabawani, S.E.

Rektor Universitas Mulia menyerahkan SK kepengurusan BEM 2025–2026 secara simbolis, disaksikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan sebagai bentuk dukungan penuh terhadap regenerasi kepemimpinan mahasiswa.

Melihat daftar ini, jelas bahwa kehidupan kampus di Universitas Mulia bukan hanya tentang indeks prestasi dan ujian akhir semester, tetapi juga ruang tumbuh untuk hasrat berekspresi, berkolaborasi, dan mengorganisasi diri.

Rektor, “Jangan Cuma Pandai Bicara, Tapi Punya Arah dan Etika”.

Di hadapan seluruh peserta, Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si., menyampaikan pandangan yang tidak bersifat seremonial belaka, melainkan sarat dengan visi strategis dan dorongan etis yang membumi. Dalam orasinya, beliau tidak memosisikan mahasiswa sekadar sebagai objek atau penerima manfaat dari sistem pendidikan tinggi, melainkan sebagai subjek aktif—aktor strategis yang memiliki peran signifikan dalam mengarahkan haluan institusi menuju masa depan yang berorientasi pada kemajuan ilmu pengetahuan, pengabdian, dan kemanusiaan. Dengan narasi yang lugas dan reflektif, beliau mengajak seluruh sivitas untuk memahami bahwa kampus adalah ekosistem kolaboratif yang hanya dapat berkembang jika digerakkan bersama, bukan sekadar dijalani.

Satu per satu pengurus UKM menerima SK Kepengurusan baru, menandai dimulainya amanah baru dalam menghidupkan dinamika kehidupan mahasiswa di kampus Universitas Mulia.

 “Hakikat kepemimpinan tidak terletak pada volume suara atau gaya komunikasi, melainkan pada keberanian mengambil keputusan yang benar dan bertanggung jawab, meskipun keputusan tersebut tidak selalu mendapat dukungan mayoritas,” tegas Prof. Dr. Ir. Muhammad Ahsin Rifai, M.Si.

Momentum pelantikan tidak hanya menjadi simbol formal, tetapi juga titik awal lahirnya semangat baru bagi para pengurus UKM Universitas Mulia untuk berkarya dan berinovasi di bidangnya masing-masing.

Bagi Rektor, BEM bukan hanya struktur organisasi, tapi instrumen budaya yang bisa menggerakkan cara berpikir kolektif mahasiswa ke arah yang lebih reflektif, kritis, namun tetap produktif. Ia juga menegaskan agar BEM menjadi bagian dari ekosistem technopreneurship kampus—sebuah konsep yang bukan hanya tren, tapi kebutuhan zaman.

Wakil Rektor, “Satu Tahun Itu Terlalu Singkat”

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Sumardi, S.Kom., M.Kom., dengan nada jujur menyampaikan kegelisahannya,  masa jabatan satu tahun untuk BEM terasa seperti lomba lari yang dibatasi waktu terlalu singkat.

“Belum sempat lari kencang, sudah harus berhenti. Tapi kami juga terikat AD/ART. Kalau bisa, ke depan masa jabatan ini diperpanjang menjadi dua tahun,” tegasnya.

Ia juga tak menutupi kenyataan bahwa sinergi antar organisasi mahasiswa masih lemah. Bahkan soal fasilitas olahraga pun ia soroti dengan nada getir:

 “Kadang kami sedih, baru disiapkan fasilitasnya, sudah pindah lagi karena pembangunan. Kita perlu stabilitas, bukan sekadar improvisasi darurat.”

Tiga hal ia tekankan secara gamblang kepada kepengurusan baru:

  1. Bangun kolaborasi, bukan kompetisi kosong.
  2. Susun program yang terasa dampaknya, bukan hanya ramai di laporan.
  3. Bersuara dengan data, bukan sekadar asumsi dan emosi.

Pesan-pesan ini bukan basa-basi birokratik. Ia menggambarkan lanskap nyata tentang bagaimana organisasi mahasiswa bisa—atau gagal—menjadi representasi suara kampus.

 Ruang Tumbuh, Bukan Sekadar Jabatan

Momentum pelantikan ini bukan hanya tentang siapa duduk di mana dan berkuasa atas apa. Ia adalah kesempatan untuk menata ulang cara pandang kita terhadap organisasi kemahasiswaan. Bahwa menjadi ketua bukan soal gaya bicara di depan mic, tapi soal tanggung jawab atas arah gerak kolektif.

Kampus ini tidak butuh pahlawan tunggal. Ia butuh ekosistem yang saling percaya dan saling dorong maju. Di tengah era digital yang penuh distraksi, organisasi mahasiswa menjadi ruang langka untuk belajar fokus, bertahan, dan menyusun langkah berdasarkan kenyataan.

Dengan pelantikan ini, Universitas Mulia memperkuat posisinya sebagai kampus technopreneur yang tidak hanya mencetak sarjana unggul, tetapi juga pemimpin masa depan yang siap berkontribusi bagi bangsa.

Humas UM (YMN)

Humas Universitas Mulia, 1 Juli 2025 — BEM Universitas Mulia menunjukan komitmennya dalam membangun kontribusi mahasiswa di tingkat nasional dengan keikutsertaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dalam Musyawarah Nasional (MUNAS) BEM Seluruh Indonesia (SI) XVIII yang digelar di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ketua BEM Universitas Mulia, Agung, hadir secara langsung mewakili kampus untuk mengambil peran strategis bersama ratusan perwakilan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. MUNAS BEM SI XVIII tahun ini mengusung tema “Menakar Arah, Menguji Janji: Revitalisasi Peran Mahasiswa dalam Menjaga Demokrasi, Keadilan Sosial, dan Pembangunan Kabinet Merah Putih.”

Dalam keterangannya, Agung menjelaskan bahwa forum MUNAS ini menjadi momentum penting untuk memperkuat eksistensi Universitas Mulia pada level nasional. “Dengan keterlibatan aktif kami, Universitas Mulia bukan hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga sebagai bagian dari pengambil keputusan strategis gerakan mahasiswa Indonesia. Ini adalah bentuk positioning bahwa mahasiswa UM siap bersuara, berpikir kritis, dan berjejaring menjawab tantangan bangsa,” jelasnya.

Sejumlah isu krusial diangkat dalam forum tersebut, di antaranya akses pendidikan yang merata, digitalisasi kampus, ketimpangan pembangunan, isu lingkungan — khususnya tambang di Raja Ampat — hingga penguatan peran pemuda dalam demokrasi dan ekonomi berkelanjutan. Menurut Agung, isu-isu tersebut memiliki relevansi langsung dengan kondisi Universitas Mulia, terutama dalam mendukung transformasi digital, inklusi pendidikan, serta kesiapan mahasiswa menghadapi disrupsi teknologi. “Mahasiswa hari ini jangan hanya jadi penonton, tetapi harus aktif mengawal isu-isu strategis tersebut,” tambahnya.

Sebagai perwakilan kampus, Agung membawa tiga rekomendasi utama: pemerataan dukungan teknologi pendidikan di daerah, pentingnya kolaborasi strategis antar-BEM, serta penguatan literasi digital dan kebangsaan. “Balikpapan sebagai kota penyangga IKN harus siap dengan dukungan teknologi pendidikan yang merata. Kolaborasi antar-BEM juga menjadi kunci untuk mengawal isu daerah maupun nasional secara bersama-sama,” ujarnya.

Dalam menjawab dinamika gerakan mahasiswa di era digital, Agung menegaskan bahwa mahasiswa harus mampu bertransformasi menjadi aktor yang adaptif, inovatif, dan tetap kritis. “Gerakan mahasiswa tidak hanya turun ke jalan, tetapi juga harus mampu memengaruhi kebijakan melalui data, narasi, dan kampanye strategis di ruang digital,” tuturnya.

Selain itu, BEM UM juga memanfaatkan MUNAS ini untuk memperluas jejaring. Komunikasi aktif dilakukan dengan BEM dari Aceh, Sumatra, Balinusra, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Beberapa rencana tindak lanjut telah dirancang, di antaranya program pertukaran gagasan, RAKERNAS, kajian strategis antar-BEM, serta proyek kolaboratif advokasi isu lingkungan dan pendidikan di wilayah pinggiran.

Agung memastikan hasil MUNAS ini tidak akan berhenti pada forum seremonial semata. Resolusi nasional akan diintegrasikan ke dalam program kerja BEM UM melalui forum diskusi kebijakan publik, penguatan literasi digital, serta gerakan kampus hijau yang mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.

“Kami juga memastikan aspirasi mahasiswa UM benar-benar terwakili melalui forum dengar pendapat sebelum keberangkatan. Aspirasi mahasiswa kami formulasikan sebagai isu prioritas, dan kami selalu terbuka menerima masukan selama forum berlangsung,” jelas Agung.

Tantangan terbesar yang dihadapi dalam forum nasional ini menurut Agung adalah bagaimana menyatukan keberagaman perspektif antar-BEM dari berbagai wilayah, terutama pada isu sensitif. Namun hal tersebut menjadi ruang pembelajaran dalam membangun konsolidasi gerakan mahasiswa yang solid dan bermakna.

Ia juga menegaskan bahwa BEM idealnya tidak hanya menjadi corong aspirasi internal kampus, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial-politik. “Mahasiswa memiliki keistimewaan untuk berpikir bebas, kritis, dan idealis. BEM harus bisa menjembatani kepentingan mahasiswa dengan realitas kebijakan publik,” ujarnya.

Menutup keterangannya, Agung berpesan kepada mahasiswa Universitas Mulia untuk bangga dan terus mendukung kiprah BEM UM di tingkat nasional. “Partisipasi di MUNAS BEM SI ini adalah langkah awal marwah kampus dan value BEM UM terbranding secara nasional. Walau periode ini adalah periode pertama BEM UM, kami berkomitmen penuh membuka gerbong aliansi BEM dari kota, regional, hingga nasional. Semoga kepengurusan berikutnya dapat melanjutkan dan memperkuat pondasi ini dengan semangat berembuk, beraksi, bermanfaat, dan berdampak bagi mahasiswa serta masyarakat,” pungkasnya.

Musyawarah Nasional BEM SI XVIII merupakan forum musyawarah tertinggi BEM Seluruh Indonesia. Tahun ini, Institut Pertanian Bogor didaulat sebagai tuan rumah dengan menghadirkan sejumlah tokoh nasional di antaranya Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, M.P., Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., Sekjen Kementerian ESDM, Anggota DPR RI Komisi IV Prof. Dr. Ir. H. Rakhmin Dahuri, M.S., Bupati Bogor Rudy Susmanto, S.Si., serta Rektor IPB University Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si.

Humas UM (YMN)

“Jika Indonesia ingin menjadi emas di 2045, maka mahasiswa harus menjadi bara yang menyalakan obor perubahan sejak sekarang.”— Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP

Humas Universitas Mulia, 18 Juni 2025 – Dalam Seminar Nasional yang menjadi bagian dari Kongres BEM Se-Kalimantan XII, Anggota DPR RI Dapil Kalimantan Timur sekaligus Ketua Komisi X, Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP, menyampaikan gagasan strategis tentang pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) unggul sebagai fondasi utama menyongsong Indonesia Emas 2045.

Dalam paparannya yang berjudul “Membangun SDM Unggul Melalui Pendidikan”, Hetifah menekankan bahwa investasi terbaik bagi bangsa adalah membangun manusia yang berkarakter, adaptif, dan kontributif.

“Indonesia tidak akan sampai pada cita-cita Emas 2045 tanpa pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan merata. Mahasiswa hari ini harus menjadi aktor utama dalam transformasi itu,” ujar Hetifah di hadapan ratusan peserta dari berbagai perguruan tinggi se-Kalimantan.

Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP berdialog dengan para peserta Kongres BEM Se-Kalimantan XII di Universitas Mulia. Dalam sesi ini, Hetifah menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan keberanian mahasiswa menjadi katalis perubahan.

Tantangan Nyata Dunia Pendidikan

Hetifah memaparkan sejumlah tantangan besar yang masih membayangi dunia pendidikan di Indonesia, antara lain:

  • Kesenjangan kualitas antara daerah kota dan desa
  • Ketimpangan akses pendidikan
  • Minimnya literasi teknologi dan kepemimpinan partisipatif di kalangan muda

“Disparitas pendidikan ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal kompetensi tenaga pendidik, kurikulum yang belum kontekstual, serta budaya belajar yang belum merata,” tambahnya.

Mahasiswa Harus Jadi Katalis Perubahan

Dalam paparan visionernya, Hetifah mendorong mahasiswa untuk mengembangkan enam kompetensi utama:

  1. Problem solving kontekstual
  2. Kolaborasi lintas sektor
  3. Kewirausahaan sosial
  4. Literasi digital dan teknologi terapan
  5. Komunikasi dan kepemimpinan partisipatoris
  6. Adaptabilitas dan resiliensi sosial

Menurutnya, kompetensi-kompetensi ini bukan hanya penting untuk menghadapi dunia kerja, tapi juga untuk menjawab tantangan sosial di akar rumput.

Dengan penuh semangat, Hetifah menyampaikan materi bertajuk “Membangun SDM Unggul Menuju Indonesia Emas 2045” dalam Seminar Nasional BEM Se-Kalimantan. Ia menyoroti urgensi pendidikan yang inklusif dan adaptif terhadap tantangan zaman.

Revisi UU Sisdiknas: Jalan Menuju Sistem Pendidikan Masa Depan

Hetifah juga menginformasikan bahwa saat ini Komisi X DPR RI tengah menyusun Revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). RUU ini diharapkan menjadi terobosan legislatif dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil, fleksibel, dan tanggap terhadap kebutuhan zaman.

“RUU Sisdiknas ini bukan sekadar reformasi regulasi, tapi juga bentuk tanggung jawab negara untuk menyiapkan generasi emas yang kompetitif secara global,” ujarnya tegas.

Mahasiswa, DPR, dan Masa Depan Bangsa

Di akhir paparannya, Hetifah mengajak mahasiswa untuk menjalin sinergi strategis dengan para pemangku kebijakan.

“Perubahan tidak datang dari ruang tunggu. Mari bersama-sama, mahasiswa dan legislator, menyusun peta jalan menuju Indonesia yang inklusif, maju, dan berdaya,” tutup Hetifah yang juga aktif sebagai Ketua Umum KPPG dan anggota Majelis Wali Amanat UPI.

Humas UM (YMN)