Dosen MKWK Agama Islam UM Sambut Kurikulum 2025 dengan Semangat Baru

, ,

Balikpapan, 12 September 2025 Rasa syukur dan kebanggaan dirasakan Lisda Hani Gustina S,Ag, M.Pd, dosen Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) Agama Islam Universitas Mulia, saat Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang ia susun bersama tim resmi disahkan dalam Kurikulum 2025. Baginya, pengesahan ini bukan sekadar formalitas, melainkan tonggak penting dalam menghadirkan model pembelajaran yang lebih bermakna.

“Kerja keras kami akhirnya memperoleh pengesahan. Tentu ada rasa lega, tapi juga muncul semangat baru untuk mengimplementasikannya secara konsisten,” ungkap Lisda.

Kepala LPMPP Universitas Mulia, Jamal, menandatangani berkas pengesahan Kurikulum 2025 sebagai bagian dari rangkaian seremonial pengesahan.

Menurutnya, legitimasi kurikulum yang baru memberi ruang lebih luas bagi para dosen untuk berkreasi. Dengan adanya payung resmi, ia merasa lebih leluasa menghadirkan pendekatan project based learning dan design thinking dalam perkuliahan Agama Islam. “Ini menjadi dorongan untuk terus mencari metode terbaik agar mahasiswa aktif, kritis, dan produktif,” ujarnya.

Namun, Lisda tak menutup mata pada tantangan yang menanti. Mengubah pola pikir dosen dan mahasiswa dari pola konvensional menuju pembelajaran berbasis proyek menjadi pekerjaan yang tidak ringan. Dibutuhkan adaptasi, kreativitas, serta keberanian untuk keluar dari zona nyaman. “Selain itu, dukungan sarana, kolaborasi, dan komitmen sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini,” tambahnya.

Sebagai bentuk implementasi, Lisda menyiapkan skema pembelajaran yang menuntut mahasiswa mengerjakan proyek nyata, mulai dari riset kecil, kerja kolaboratif, hingga penyajian hasil dalam bentuk karya. Dengan demikian, mahasiswa tidak berhenti pada pemahaman konsep, melainkan menginternalisasi nilai-nilai yang relevan melalui pengalaman langsung.

Di akhir wawancara, Lisda menekankan harapannya agar Kurikulum 2025 benar-benar mampu melahirkan lulusan yang unggul secara intelektual dan kokoh secara karakter. “Saya berharap kurikulum ini mendapat dukungan penuh dari semua pihak, sehingga cita-cita kita membangun pendidikan yang transformatif bisa diwujudkan,” tutupnya. (YMN)