Universitas Mulia Siapkan Lompatan Akademik Lewat Integrasi OBE, PjBL, dan Design Thinking (Part-3 End)

, , ,

Humas Universitas Mulia, 2 Agustus 2025 Rabu, 30 Juli 2025, bukan sekadar tanggal dalam kalender akademik Universitas Mulia. Di ruang Townhall Hotel Midtown Express, berlangsung diskusi yang mengguncang cara berpikir lama tentang pembelajaran di perguruan tinggi. Prof. Dr. Lambang Subagiyo hadir bukan hanya sebagai narasumber, tapi sebagai pembuka jalan: membawa pendekatan design thinking yang selama ini akrab di dunia startup, ke dalam ranah mata kuliah wajib kurikulum (MKWK) seperti Pancasila, Kewarganegaraan, Agama, dan Bahasa Indonesia.

Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., bersama Pramudya Prima Insan Prayitno, S.Kom., M.Kom—keduanya dosen MKU—tengah menyusun ulang RPS dengan pendekatan integratif berbasis OBE, PBL, PjBL, dan Design Thinking sebagai bagian dari upaya transformasi pembelajaran di Universitas Mulia.

Alih-alih mengulang narasi lama tentang pentingnya pendidikan karakter, Prof. Lambang memulai dengan sebuah pertanyaan mengusik: “Mengapa mahasiswa bisa cerdas secara teknologi, tapi gamang secara moral dan kebangsaan?” Pertanyaan itu menghantar para dosen MKWK dan MKU pada satu kesadaran bersama—bahwa metode ceramah dan hafalan tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan era super smart society.

Yeyen Dwi Atma, S.Kom., M.Kom., tampak terlibat dalam diskusi intens bersama Prof. Dr. Lambang Subagiyo, membahas strategi integrasi pendekatan OBE, PBL, PjBL, dan Design Thinking ke dalam dokumen RPS.

Dalam paparannya, Prof. Lambang tidak banyak menggunakan jargon. Ia bicara tentang mahasiswa yang kehilangan jati diri karena terlalu lama diajak duduk mendengarkan, tanpa pernah diminta menyelesaikan masalah nyata. Ia menyodorkan design thinking sebagai metode yang menuntut empati, mendorong kreasi, dan memancing keberanian untuk menawarkan solusi.

Kepala Inkubator Bisnis Universitas Mulia, Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd., terlihat tengah merefleksikan ulang pendekatan pembelajaran bisnis berbasis proyek dan solusi, dengan mengadopsi kerangka OBE, PBL, PjBL, dan Design Thinking.

“Kalau kita ingin mahasiswa punya nilai, maka mereka harus belajar dari persoalan yang bernilai,” tegasnya. “Bukan dari soal pilihan ganda, tapi dari isu di sekitar mereka: intoleransi, ujaran kebencian, etika digital, dan krisis moral publik.”

Lisda Agustia, S.Ag., M.Pd., mempresentasikan RPS Mata Kuliah Agama Islam yang telah diperbarui untuk mencerminkan pendekatan OBE, PBL, PjBL, dan Design Thinking sebagai respons terhadap kebutuhan pembelajaran abad ke-21.

Materi beliau membuka cara pandang baru tentang bagaimana MKWK bisa menjadi ruang transformasi, bukan sekadar ruang transmisi pengetahuan. Dengan menekankan proses berpikir kreatif dan kolaboratif, mahasiswa diajak untuk tidak hanya memahami Pancasila sebagai teks, tapi menerjemahkannya dalam aksi nyata—seperti merancang kampanye toleransi digital, membuat video edukasi tentang etika media sosial, atau menyusun solusi atas konflik sosial berbasis nilai-nilai kebangsaan.

Prof. Dr. Lambang Subagiyo terlihat bersemangat menyampaikan materi pada sesi pelatihan, sementara peserta tampak menyimak dengan antusias, mencerminkan suasana intelektual yang hidup dan penuh keterlibatan.

Design Thinking bukan satu-satunya alat yang ia tawarkan. Dalam sesi tersebut, Prof. Lambang juga menegaskan bahwa Outcome Based Education (OBE) adalah fondasi yang tak bisa diabaikan. OBE menuntut bukti nyata dari capaian pembelajaran, bukan sekadar nilai di akhir semester. Karena itu, pendekatan seperti PBL (problem-based learning) dan PjBL (project-based learning) harus diintegrasikan ke dalam MKWK agar mahasiswa tidak hanya “tahu”, tetapi juga “mampu” dan “mau”.

Workshop ini bukan hanya sesi pelatihan teknis. Ia menjadi forum reflektif bagi para dosen yang selama ini berkutat di ruang-ruang kelas dengan bahan ajar klasik. Di akhir sesi, bukan hanya catatan yang dibawa pulang, tapi juga kegelisahan produktif: bagaimana mengajar dengan cara yang membentuk manusia, bukan hanya mengisi kepala.

Humas UM (YMN)