Kuliah Umum Universitas Mulia: Urgensi Inovasi bagi Akademisi Menyongsong Indonesia Emas 2045
Humas UM, 1 November 2024 — Universitas Mulia mengadakan kuliah umum di Ruang Eksekutif pada Jumat (1/11) dengan tema “Urgensi Inovasi bagi Akademisi Menyongsong Indonesia Emas 2045.” Acara ini diisi oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jawa Timur, Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes., dan dihadiri oleh civitas akademika Universitas Mulia, termasuk Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga, Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H., serta Wakil Rektor Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M.TI.
Dr. Agung dalam sambutannya menyatakan apresiasinya terhadap kehadiran Dr. Andriyanto yang memiliki pengalaman luas di bidang riset dan inovasi. “Beliau adalah sosok yang berpengalaman di bidang riset dan inovasi, pernah menjabat sebagai Bupati Pasuruan, dan saat ini memimpin BRIDA Jawa Timur. Kehadiran beliau di sini tentu akan memberikan pencerahan bagi kita semua,” ujar Dr. Agung.
Sambutan dilanjutkan oleh Wakil Rektor Sumber Daya, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., yang menekankan relevansi tema kuliah umum ini dengan visi Universitas Mulia. Ia mengingatkan tentang pentingnya inovasi akademis dalam mempersiapkan generasi produktif yang kompeten dan berjiwa nasionalis untuk menyambut masa keemasan Indonesia di 2045. “Universitas Mulia telah menyesuaikan roadmap menuju 2045 sejalan dengan visi Indonesia Emas, yakni untuk mengoptimalkan potensi bonus demografi dan memastikan generasi mendatang memiliki daya saing global,” ungkap pak Wibisono.
Beliau meneruskan, “Dua alasan besar di balik penetapan tahun 2045 sebagai tahun Indonesia Emas adalah, pertama, tahun tersebut menandai satu abad kemerdekaan Indonesia. Setelah 100 tahun merdeka, kita seharusnya mampu memikirkan zaman keemasan. Kedua, proyeksi kependudukan menunjukkan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi luar biasa. Antara tahun 2030 hingga 2040, jumlah penduduk dalam usia produktif akan jauh lebih besar dibandingkan yang tidak produktif.”
Namun, ia menekankan bahwa memiliki populasi muda yang besar tidak menjamin produktivitas. “Sebuah negara yang dipenuhi anak muda tanpa kompetensi dan rasa nasionalisme tidak akan berarti apa-apa. Kita sebagai akademisi memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan generasi yang tidak hanya kompeten, tetapi juga mencintai tanah air,” jelasnya.
Pemaparan Dr. Andriyanto dalam Kuliah Umum
Dalam kuliah umumnya, Dr. Andriyanto menyampaikan bahwa era digital saat ini telah melampaui revolusi industri 4.0 menuju revolusi society 5.0, yang mengintegrasikan teknologi digital untuk kemaslahatan masyarakat. Ia menekankan bahwa inovasi adalah katalisator kesejahteraan dan bahwa akademisi perlu berperan aktif dalam menciptakan inovasi yang mendukung kemajuan bangsa.
“Jika kita tidak berinovasi, kita akan tertinggal. Di revolusi society 5.0, inovasi adalah kunci agar kita tetap relevan dalam persaingan global. Di luar negeri, lulusan muda sudah mampu mendirikan perusahaan virtual yang berkontribusi bagi masyarakat,” ujarnya, menegaskan pentingnya adaptasi dan literasi digital dalam dunia pendidikan.
Dr. Andriyanto juga menyoroti empat tantangan global yang perlu diantisipasi Indonesia, yaitu ketahanan pangan, kesehatan global, literasi digital, dan pentingnya kerja sama pentahelix. Ia menekankan bahwa akademisi perlu berperan aktif dalam pemecahan masalah berbasis ilmiah yang melibatkan pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, dunia usaha, dan media.
Di akhir acara, Dr. Andriyanto mengajak seluruh peserta untuk terus berinovasi demi kesejahteraan bangsa. “Tidak ada waktu untuk stagnan. Jika kita ingin maju, kita harus terus belajar dan beradaptasi,” pungkasnya.
Kuliah umum ini diharapkan dapat menginspirasi para akademisi Universitas Mulia untuk aktif berinovasi dan mempersiapkan generasi yang berkompeten dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.
Humas UM (YMN)