Wakil Rektor Akademik, “Budaya Mutu Harus Menjadi Kesadaran Kolektif di Universitas”.

, , ,

Balikpapan, 11 September 2025 – Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Mulia, Wisnu Hera Pamungkas, S.T.P., M.Eng., menegaskan bahwa menumbuhkan budaya mutu di lingkungan perguruan tinggi bukanlah perkara sederhana. Menurutnya, budaya mutu menuntut keterlibatan seluruh unsur kampus—dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa—untuk terbiasa menjalankan siklus perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan.

“Tantangan sering kali muncul dari kebiasaan lama, seperti rasa enggan terhadap perubahan, keterbatasan waktu di tengah beban tridarma, hingga persepsi bahwa mutu hanya urusan unit penjaminan mutu. Padahal, budaya mutu sejatinya adalah kesadaran kolektif yang perlu hadir dalam setiap kegiatan akademik dan layanan mahasiswa,” ungkap Wisnu.

Peserta Pelatihan Sertifikasi Auditor Mutu Internal di Universitas Mulia terlibat dalam diskusi mendalam untuk memperkuat budaya mutu perguruan tinggi.

Ia menambahkan, kesadaran akan pentingnya mutu semakin menguat karena didukung regulasi nasional yang jelas. Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara tegas mewajibkan adanya sistem penjaminan mutu internal yang terukur dan berkesinambungan. Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kepatuhan pada Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 serta kebijakan terbaru Permendiktisaintek Nomor 39 Tahun 2025.

“Dengan memegang teguh regulasi ini, Universitas Mulia tidak hanya memastikan kesesuaian dengan standar nasional, tetapi juga menunjukkan komitmen nyata untuk menghadirkan pembelajaran dan layanan yang unggul,” jelasnya.

Dalam kerangka itulah, kata Wisnu, pelatihan auditor mutu internal diselenggarakan dengan sasaran utama para dosen, khususnya pimpinan universitas. Strategi tersebut dipilih agar pimpinan yang memahami filosofi sekaligus teknis audit mampu menularkan semangat mutu hingga ke level program studi dan unit kerja.

“Keterlibatan langsung para pemimpin akademik penting, supaya semangat menjaga standar dan melakukan perbaikan tidak berhenti di ruang pelatihan, tetapi mengalir ke setiap prodi dan unit kerja,” terangnya.

Lebih jauh, Wisnu menilai bahwa kemampuan sebagai auditor mutu internal bukan hanya keterampilan teknis, melainkan bagian dari kompetensi strategis sumber daya manusia. Auditor yang terlatih dapat membaca proses akademik secara kritis, mengidentifikasi potensi masalah, dan menawarkan solusi berbasis data.

“Keahlian ini sangat relevan bagi Universitas Mulia yang ingin menempatkan budaya mutu sebagai identitas institusi dan mengedepankan perbaikan berkelanjutan dalam setiap aspek tridarma,” tambahnya.

Suasana pelatihan sertifikasi Auditor Mutu Internal di Universitas Mulia, para peserta aktif bertukar pandangan demi penguatan standar mutu akademik

Menurutnya, jika budaya mutu benar-benar mengakar, dampaknya akan terasa di seluruh lini kegiatan akademik. Pembelajaran akan lebih konsisten, layanan mahasiswa semakin tertata dan responsif, serta program studi siap menghadapi tantangan akreditasi.

“Lebih jauh, mahasiswa akan merasakan pengalaman belajar yang terjamin kualitasnya. Harapan kami, pelatihan ini tidak hanya menghasilkan sertifikat, tetapi memicu gerakan bersama untuk menjadikan mutu sebagai kebiasaan sehari-hari di Universitas Mulia,” pungkas Wisnu. (YMN)