Universitas Mulia Dorong Auditor Bersertifikat untuk Siapkan Akreditasi Global

, , ,

Universitas Mulia, 10 September 2025 – Pelatihan Sertifikasi Auditor Mutu Internal (AMI) yang tengah berlangsung di Universitas Mulia menyoroti urgensi kompetensi auditor sebagai “pengawal mutu” perguruan tinggi. Hal ini ditegaskan oleh salah satu narasumber, Muzdalifah, SP., M.Sc., yang menilai auditor internal berperan strategis memastikan seluruh proses akademik dan non-akademik berjalan sesuai standar Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN-Dikti), dan regulasi terkini, termasuk Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023.

Muzdalifah, SP., M.Sc., salah seorang pemateri Pelatihan Sertifikasi Auditor Mutu Internal di Universitas Mulia dari Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

“Kompetensi auditor menentukan kredibilitas AMI sekaligus kualitas tata kelola perguruan tinggi. Auditor yang kompeten mampu mengidentifikasi kesenjangan antara standar dan praktik, memberikan rekomendasi perbaikan yang berorientasi pada peningkatan berkelanjutan, dan menjadi mitra strategis pimpinan dalam mempersiapkan akreditasi baik nasional maupun internasional,” jelas Muzdalifah.

Ia menekankan perbedaan signifikan antara auditor tersertifikasi dan yang belum. Auditor tersertifikasi memiliki pengakuan formal atas pengetahuan dan keterampilan sesuai standar pelatihan, memahami metodologi audit berbasis standar, serta memiliki kredibilitas yang lebih tinggi. “Sementara auditor yang belum tersertifikasi sering kali bekerja tanpa kerangka acuan baku, rawan bias dalam interpretasi, dan hasil auditnya kurang kuat untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan strategis,” ujarnya.

Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi pendidikan, AMI menurutnya harus bersifat adaptif. Perguruan tinggi dituntut mengintegrasikan teknologi melalui e-audit, dashboard mutu, dan big data monitoring. Selain itu, benchmarking terhadap standar internasional seperti ISO 21001:2018, AUN-QA, hingga European Standards and Guidelines (ESG) menjadi penting agar mutu internal sejalan dengan praktik global.

“Kompetensi digital auditor menjadi kebutuhan mendesak. Mereka harus mampu menilai implementasi e-learning, hybrid learning, digital governance, serta sistem informasi akademik. Tanpa itu, sulit bagi kampus untuk memetakan gap internasionalisasi seperti publikasi, kurikulum global, dan kolaborasi riset,” terang Muzdalifah.

Meski demikian, ia tidak menutup mata terhadap kelemahan yang masih jamak terjadi di banyak perguruan tinggi, termasuk Universitas Mulia. Jumlah auditor bersertifikat masih terbatas, budaya mutu belum mengakar, dokumentasi belum sistematis, hingga tindak lanjut rekomendasi audit yang kerap lemah. “Lebih parah lagi, keberlangsungan AMI sering kali bergantung pada segelintir individu, bukan pada sistem yang mapan,” kritiknya.

Sebagai solusi, ia mendorong universitas mengacu pada standar internasional seperti ISO 9001:2015, ISO 21001:2018, AUN-QA, hingga Baldrige Excellence Framework untuk memperkuat kredibilitas audit mutu internal. Standar-standar tersebut tidak hanya menjadi rujukan teknis, tetapi juga kerangka kerja untuk memastikan perguruan tinggi memiliki sistem mutu yang diakui secara global.

Pelatihan Sertifikasi AMI ini diharapkan tidak sekadar formalitas, melainkan pijakan nyata membangun budaya mutu di Universitas Mulia. “Mutu itu bukan sekadar dokumen akreditasi. Ia harus hidup dalam praktik sehari-hari, dari ruang kuliah, layanan administrasi, hingga strategi internasionalisasi,” pungkas Muzdalifah. (YMN)