Universitas Mulia Perkuat Transformasi Kurikulum Melalui Integrasi OBE, PBL, dan Design Thinking di MKWK
“Kami mengharapkan para dosen peserta workshop mampu menguasai secara komprehensif konsep OBE, PBL, dan Design Thinking serta implementasinya dalam pembelajaran MKWK, dan selanjutnya dapat merancang instrumen pembelajaran—baik RPS maupun RPP—yang layak dijadikan rujukan atau model bagi rekan pengajar lainnya.” — Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., Wakil Rektor Bidang Sumber Daya

Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Mulia, Yusuf Wibisono, S.E., M.T.I., memberikan sambutan pembuka sekaligus mewakili Rektor dalam membuka secara resmi kegiatan Workshop Integrasi OBE, PBL, dan Design Thinking dalam MKWK, Rabu (30/7), di Townhall Midtown Express Hotel Balikpapan.
Humas Universitas Mulia, 30 Juli 2025 – Sebuah transformasi senyap sedang berlangsung di balik meja-meja dosen Universitas Mulia. Rabu pagi, 30 Juli 2025, suasana Townhall Midtown Express Hotel berubah menjadi ruang dialektika akademik. Di sanalah puluhan dosen pengampu Matakuliah Wajib Kurikulum (MKWK) dan Matakuliah Umum (MKU) berkumpul, bukan sekadar mendengarkan ceramah, tapi untuk merancang ulang arah pembelajaran mereka. Workshop integrasi Outcome-Based Education (OBE), Project-Based Learning (PBL), dan Design Thinking diselenggarakan penuh sejak pukul 08.00 hingga 15.30 WITA.
Menghadirkan narasumber dari Universitas Mulawarman Samarinda, Prof. Dr. Lambang Subagiyo, M.Si., kegiatan ini menjadi bagian penting dalam proses pematangan kurikulum berbasis capaian dan proyek yang terus digarap Universitas Mulia.
“Secara prinsip, kampus telah siap untuk mendukung transformasi pembelajaran berbasis OBE,” tegas Wakil Rektor Bidang Sumber Daya, Wibisono Wibisono, S.E., M.T.I., dalam wawancara khusus di sela kegiatan. Menurutnya, kesiapan itu bukan hanya retorika. Ia menyebut dosen yang kompeten, sarana pembelajaran yang tersedia, hingga keberadaan Lentera sebagai Learning Management System (LMS) yang telah dikembangkan secara fungsional sebagai penopang utama OBE.

Yusuf Wibisono menyerahkan cinderamata berupa plakat Universitas Mulia kepada narasumber utama, Prof. Dr. Lambang Subagiyo, M.Si., usai sesi pemaparan materi inti workshop.
Namun bagi Wibisono, kesiapan bukan sekadar soal alat. Ia menekankan pentingnya capaian konkret dari workshop ini. “Setiap dosen ditargetkan mampu menghasilkan RPS yang telah mengintegrasikan pendekatan OBE, PBL, dan Design Thinking. Setelah kegiatan ini, RPS tersebut bisa terus disempurnakan dan dilengkapi dengan instrumen pembelajaran lainnya di bawah koordinasi bagian akademik,” ujarnya.

Para peserta workshop tampak fokus mengikuti rangkaian sesi diskusi dan praktik penyusunan instrumen pembelajaran berbasis OBE, PBL, dan Design Thinking.
Transformasi pendidikan, bagi Universitas Mulia, tidak mungkin dibangun hanya di atas dokumen RPS. Di balik struktur silabus, ada manusia yang harus bergerak: para dosen. Karena itu, kata Wibisono, pengembangan kompetensi dosen diarahkan pada dua jalur: penguatan digital dan penguatan karakter. “Kompetensi dosen dikembangkan melalui studi lanjut sesuai bidang keilmuan dan pelatihan yang fokus pada teknologi digital,” jelasnya. Sementara dari sisi karakter, universitas memperkuat nilai-nilai dasar: inovatif, mandiri, dan humanis—yang disokong oleh program KEJAR (Kesehatan Jasmani dan Rohani) yang rutin dilaksanakan setiap hari Jumat.
Mengenai latar belakang kegiatan, Wibisono menyampaikan urgensinya secara gamblang. “Workshop ini penting untuk memastikan bahwa dosen yang mengajar MKWK memahami secara substantif bagaimana integrasi antara OBE, PBL, dan Design Thinking dapat diterapkan secara aktual dalam pembelajaran,” tuturnya. Dengan kata lain, workshop ini bukan ajang pemaparan satu arah. Dosen ditantang berpikir ulang dan bekerja menyusun instrumen pengajaran seperti RPS dan RPP yang dapat menjadi model standar lintas prodi.
Lebih jauh, Wibisono menyoroti posisi strategis Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) sebagai fondasi karakter mahasiswa lintas disiplin. Ia menyebut bahwa penguasaan teknis saja tidak memadai untuk menjawab tantangan dunia kerja dan masyarakat. “Mahasiswa UM harus didukung dengan karakter yang kuat serta kemampuan komunikasi yang baik,” jelasnya. Sebagai penyeimbang, UM juga mengintegrasikan matakuliah seperti Pendidikan Anti Korupsi, Technopreneurship, dan Bahasa Inggris Bisnis, serta memperkuatnya melalui pembelajaran berbasis pengalaman dalam program KKN dan skripsi.
Menutup keterangannya, Wibisono menegaskan kembali harapan institusional terhadap para dosen peserta workshop. “Kami berharap bahwa seluruh dosen yang mengikuti workshop ini dapat memiliki pemahaman yang baik tentang OBE, PBL, dan Design Thinking dan integrasinya dalam MKWK, serta mampu menyusun instrumen pembelajaran (RPS dan RPP) berbasis hal tersebut yang dapat menjadi contoh atau standar bagi pengajar yang lain.”
Humas UM (YMN)